Tiara seorang gadis berusia 22 tahun, dia tinggal di kampung seputaran daerah Danau Toba.
Tiara tinggal bersama dengan kedua adik kembarnya dan ayahnya, sementara ibunya sudah meninggal saat usia adiknya 3 tahun.
Riski dan Ridho nama kedua adik Tiara.
Kehidupan mereka sangatlah sederhana, sehari-harinya Tiara membantu ayahnya bekerja di ladang. Sementara Riski dan Ridho masih sekolah(kelas 11 SMA), dan saat pulang sekolah mereka akan membantu ayah dan kakaknya di ladang.
Tiara dan adiknya memiliki bebiasaan yaitu memancing di Danau. Setiap hari minggu setelah membantu ayahnya bekerja di ladang mereka akan pergi memancing.
Saya terima nikah dan kawinnya ....
"Kak Tiaraa ... Kak Tiaraa ... Kak!" panggil Riski.
Tiara tersadar dari lamunan tentang pernikahannya sebulan yang lalu, begitu mendengar suara adiknya.
"Iya, kenapa?" tanya Tiara.
"Ngelamun terus sih Kak, dari tadi dipanggilin juga!"
ucap Riski sedikit kesal.
"Apa sih? kakak gak ngelamun," ucap Tiara bohong.
"Engak ngelamun, terus kenapa dari tadi dipanggil tidak jawab?" tanya Riski masih terlihat kesal.
"Ini sudah jawab, ada apa? sudah selesai mancingnya?" Tanya Tiara.
"Nah, itu dia masalahnya Kak. Barusan aku dapat ikan besar, karena besarnya, pancingannya patah." jelas Riski sedih.
"Terus kenapa kamu kesini? bukannya Ridho yang bawa pancingan 2." ucap Tiara.
"Aku tidak melihat Ridho dari tadi kak, barusan aku datangin ke tempat dia memancing, tapi Ridhonya tidak ada, aku pikir dia disini sama Kak Tiara." jelas Riski.
"Itu anak kebiasaan deh pasti pergi berenang, bukannya mancing dulu. Ikannya baru dapat satu lagi. Eh, Riski ... Riski! pancingan kakak gerak ini, sepertinya ikannya lumayan besar." ucap Tiara semangat. Rasa kesalnya hilang seketika, begitu melihat pancingannya berhasil mendapatkan ikan.
Riski langsung membantu Tiara menarik tali pancingannya. Benar, ternyata ikannya lumayan besar, beratnya sekitar 1kg. Kalau dapat ikan sebesar ini, sudah bisa dimasak arsik, tidak sia-sia bumbu yang sudah disiapkan Tiara. Ini satu lagi kebiasaan Tiara , karena sukanya sama masakan arsik, dia sudah menyiapkan bumbunya sebelum pergi memancing. Padahal ikannnya saja masih asik berenang di Danau. Jadi jangan heran kalau Riski dan Ridho suka menggodanya karena hal itu.
" Asik, kalau sebesar ini sih, sudah cukup lah untuk lauk kita hari ini, yuk kita pulang!" ucap Tiara senang sambil mebereskan pancingannya. Tiara sudah tidak sabar mau makan arsik buatannya.
"Kakak ini, pasti lagi ngebayangin makan arsik ini, benar kan? Memangnya gak bosan, tiap minggu makan ikan terus, aku aja bo ...." Riski tidak meneruskan kalimatnya takut kakaknya ngambek dan mogok masak lagi.
Umur Tiara memang sudah cukup dewasa, namun karena di rumah mereka, dia perempuan satu-satunya, ada saja alasannya untuk ngambek. Mingkin itu hanya akal-akalannya saja, agar bisa bermanja pada keluarganya.
Sudah beberapa kali Tiara mogok masak karena ulah Riski dan Ridho. Mau tidak mau, Riski dan Ridho lah yang harus menggantikannya memasak. Tapi tidak perlu khawatir, hasil masakan Riski dan Ridho cukup lumayan, namun masih jauh bila dibandingkan dengan masakan Tiara. Pak Danu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak-anaknya.
Mereka memang miskin akan harta, tapi mereka kaya akan kasih sayang yang tulus dan selalu kompak.
"Bo, bo apa? bosan ya?" tanya Tiara jutek.
"Ya enggak lah bo bo bo ...." Riski masih berpikir keras. " Eh kak daripada ngemeng gak jelas mending kita cari Ridho yuk!" ucap Riski berusaha mengalihkan pembicaraan.
" Ngemeng-ngemeng kmu ini ngeles saja, ya sudah ayo! kakak juga sudah gak sabar ini,mau masak arsik." ajak Tiara bersemangat.
Tiara dan Riski berjalan menyusuri Danau mencari Ridho.
Danau ini sangat luas, masih termasuk bagian Danau Toba. Dan ada terdapat gubuk dari bambu tempat orang neduh saat memancing. Ada juga tambak tempat orang ternak ikan.
Bahkan sebelah kampung mereka, merupakan objek wisata yang terkenal.
"Ridhooo!" panggil Tiara dan Riski bersamaan.
Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Ridho.
"Mungkin dia ada di pohon itu kak," tujuk Riski.
"Ridhooo ... Ridhooo ...." teriak Tiara sembari berjalan kearah pohon yang ditunjuk Riski. Tapi Ridho belum juga kelihatan batang hidungnya.
"RIDHO!"
"RIDHO!"
Mereka terus saja berteriak memanggil nama Ridho. Tempat ini memang sepi di hari mingggu , karena kebanyakan orang-orang kampung sini pergi ke tempat objek wisata kampung sebelah. Sementara Tiara dan adik-adiknya sangat jarang pergi kesana selain tidak memiliki kendaraan , mereka juga biasanya membantu bapaknya di ladang terlebih dahulu.
"RIDHOoooo!" mereka masih terus berteriak memanggil nama Ridho. Bahkan semua tempat yang biasanya tempat Ridho bersembunyi semuanya sudah didatangi.
"Pak, apa Bapak ada melihat Ridho?" tanya Tiara panik saat bertemu orang.
"Enggak ada, Bapak tidak melihat Ridho dari tadi." jawab bapak itu.
"Kemana ya tu anak? makasih ya Pak, nanti kalau melihat Ridho tolong kasih tahu, aku mencari dia ya Pak." pinta Tiara.
Tiara dan Riski masih terus mencari, bahkan hari sudah mau maghrib.
" Ridho! kamu dimana?" teriak Tiara terdengar lirih. Dia benar-benar khawatir pada Ridho.
"Gimana ini Ki , kemana lagi kita harus mencari Ridho?" tanya Tiara lirih.
"Riski juga bingung ini Kak, ayo kita telusuri terus Danaunya siapa tahu ketemu." ucap Riski berusaha kuat. Dia tidak mau terlalu menujukkan rasa khawatirnya, karena dia anak laki-laki harus kuat.
Mereka masih terus berjalan sambil berpegangan tangan, takutnya terpisah.
"Kak itu seperti ada orang mengapung di pinggiran Danau!" tunjuk Riski.
Tiara melihat kearah yang ditunjuk Riski.
"Benar itu seperti warna baju yang dipakai Ridho tadi pagi, cepat Riski kamu bawa ke darat!" ucap Tiara.
Riski langsung nyebur ke Danau, sedikit kesusahan karena banyak tumbuh-tumbuhan liar pinggir Danau.
Riski berhasil mencapai orang itu, ternyata benar orang itu adalah Ridho, dan Riski langsung menariknya kedarat.
" Hati-hati Riski!" ucap Tiara sedikit lega karena adiknya sudah ketemu. Namun Tiara masih terlihat sangat khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada adiknya .
Saat Ridho sudah hampir sampai ke dekat Tiara, Tiara masih melihat sosok orang dibelakang Riski.
Tiara menarik Ridho kedarat.
" Riski itu sepertinya masih ada orang yang mengapung, cepat bawa dia ke darat!" ucap Tiara panik.
Begitu sampai di darat Tiara langsung mengecek nadi Ridho, puji syukur ternyata nadinya masih berdeyut .Ada sedikit perasaan lega di hati Tiara. Tiara menekan dada Ridho agar air yang mungkin tertelan olehnya bisa dimuntahkankan. Usaha Tiara ternyata membuahkan hasil.
"Uhuk uhuk uhuk ...."
Ridho tersadar dan memuntahkankan air dari dalam perutnya. Bertapa leganya hati Tiara, Tiara langsung memeluk erat adiknya.
" Trimakasih Dek, terima kasih sudah kembali," ucap Tiara menangis bahagia.
" Kamu kenapa bisa tenggelam, apa kamu terluka, mana yang sakit?" Tiara kembali cemas begitu melihat keadaan adiknya .
" Aku baik-baik aja Kak, Kakak tenang ya, Ridho kan kuat." ucap Ridho masih terdangar lemah
" Kuat kok bisa tenggelam?" tanya tiara kesal.
"Apa orang yang tadi bersamaku masih hidup?" tanya Ridho seakan baru tersadar kenapa dia bisa tenggelam.
"Oh iya," Tiara baru teringat akan Riski.
Sementara Riski sudah sampai di darat bersama orang itu. Riski melakukan seperti yang dilakukan Tiara terhadap Ridho, tapi ternyata orang itu belum tersadar. Riski masih terus berusaha, bahkan saat Riski berusaha memberi nafas buatan pun belum ada hasilnya. Saat mengecek nadinya, denyutnya lemah.
Tiara dan Ridho ikut membantu , tapi orang itu belum tersadar juga.
"Gimana ini Kak?"
Bersambung ....
Ditunggu like, vote serta komen kalian teman-teman. Maafkan aku kalau masih banyak kekurangannya. Aku akan berusaha untuk lebih baik lagi.
Tiara dan Ridho ikut membantu, tetapi orang itu belum sadar juga.
"Gimana ini Kak?" tanya Riski bingung.
"Sebaiknya kita bawa pulang saja , supaya bisa diperiksa Dokter Danang." ucap Tiara.
Mereka bersiap pulang tapi malah kebingungan, hari sudah begitu gelap. sementara Mereka tidak punya alat untuk menerangi jalan.
"Tolooong ... tolooong ...." teriak mereka bersamaan berharap ada orang disekitar situ.
"Tiara, Riski, Ridho kalian kah itu?" terdengar suara Pak Danu.
" Paaak! disini Pak!" teriak mereka kompak, mereka sangat tahu itu adalah suara bapak mereka.
Pak Danu langsung berjalan ke arah suara anak-anaknya.
" Syukurlah Nak Bapak bertemu kalian , kenapa kalian enggak pulang-pulang? Bapak sangat khawatir, kalian baik-baik saja kan?" tanya Pak Danu marasa lega begitu melihat ketiga anaknya.
Karena hari sudah malam Tiara, Riski dan Ridho belum ada yang pulang kerumah jadi Pak Danu langsung menyusul ke Danau dengan penerangan seadanya, takut terjadi sesuatu pada ketiga anaknya.
"Kami baik Pak, ceritanya panjang nanti saja ceritanya di rumah. Sebaiknya kita langsung pulang!" ucap Tiara.
"Loh itu siapa?" kaget Pak Danu saat melihat ada orang tergeletak.
"Kami juga tidak tahu Pak , tadi kami melihatnya terapung di Danau, sebaiknya kita langsung pulang, supaya orang ini bisa diperiksa Dokter Danang." Ucap Riski.
***
"Tiara sebaiknya kamu langsung panggil Dokter Danang ke rumah kita! Supaya orang ini langsung diperiksa." ucap Pak Danu saat sudah melihat rumah warga.
Di kampung ini tidak ada rumah sakit, hanya ada Dokter Danang. Biasanya kalau orang sakit akan datang kerumahnya untuk berobat dan jika sakitnya parah, Dokter Danang dengan senang hati menghampiri ke rumah si sakit. Biasanya orang kampung menyebutnya dokter si baik hati yang mau dibayar seadanya.
"Iya Pak," ucap Tiara langsung jalan ke rumah Dokter Danang.
Dokter Danang sedang meriksa orang itu.
Sementara Tiara memasak dibantu Riski dan Ridho.
"Bagaimana keadaannya dok? apakah parah? haruskah kita membawanya ke rumah sakit di kota?" tanya Pak Danu khawatir.
" Dibagian tubuhnya tidak ada luka serius Pak, hanya saja dibagian kepalanya sedikit terluka kemungkinan dia terkena benturan, sebentar lagi juga akan siuman. Sebaiknya kita menggantikannya baju supaya tidak kedinginan." jelas Dokter Danang.
"Apa dia saudara Bapak? kenapa bisa pingsan seperti ini?" tanya Dokter Danang sembari mengolesi minyak dan dibantu Pak Danu mongolesi bagian kakinya.
" Bukan dok , Tiara dan adik- adiknya menemukannya terapung di Danau saat mereka memancing." jelas Pak Danu.
" Iyakah? apa mungkin orang ini wisatawan kampung sebelah? Di lihat dari rupanya sih sepertinya orang kota. Tapi apa mungkin tenggelam sejauh itu? dan dilihat dari kondisinya kemungkinan tenggelamnya baru hitungan jam." bingung Dokter Danang.
" Kurang tahu juga dok, katanya Riski dia terapung bersama Ridho, kita tanyakan Ridho saja, Ridho sini dulu nak!" panggil Pak Danu.
"Iya, ada apa Pak?" tanya Ridho menghampiri pak Danu.
"Sini nak, bagaimana ceritanya saat kamu menemukan orang ini di Danau?" tanya Pak Danu.
" Saat Ridho memancing, Ridho melihat seperti orang tenggelam. Ridho langsung lompat ke Danau, ternyata orangnya sudah pingsan. Ridho berusaha tarik ke pinggiran, kaki Ridho malah kelilit rumput Danau. Karena terlalu berat menahan beban jadilah Ridho ikut tenggelam. Saat minta tolong tidak ada yang mendengar, sampai-sampai Ridho juga ikutan pingsan. Pas bangun sudah ada kak Tiara." jelas Ridho.
"Menurut Bapak, Abang ini asalnya dari mana ya?" tanya Riski yang ikut bergabung saat Ridho menjelaskan.
Orang yang mereka temukan adalah seorang laki-laki yang terlihat masih muda juga sangat tampan.
"Ya Bapak tidak tahu," ucap Pak Danu.
" Apa mungkin dia Malaikat yang dihukum, terus dilempar ke bumi ya? Lihat saja ini wajahnya begitu tampan, kulitnya bersih, badannya bagus. Ridho saja orang tertampan di kampung ini masih kalah jauuuh," narsis Ridho sembari mengagumi sosok sempurna yang sedang terbaring di depannya.
"Ngawur kamu, enggak mungkin lah." ucap Pak Danu.
" Eh Pak, gak mungkin gimana? di kampung ini sampai semua kampung se Kabupaten disini. Aku yakin tidak ada orang sesempurna ini, aku yakin dia ini memang Malaikat . Malaikat kan bisa ngabulin permintaan kan ya? aku mau minta rumah yang bagus dan besar, terusss mobil, terus dapat gelar sekolah sampai S2, terus bisa naik pesawat , terus ...." ucap Riski yang sehati dengan Ridho. Riski berucap sembari membayangkan tidur di kasur yang empuk, ada AC nya dan sambil nonton TV yang layarnya lebar.
" Eh Riski cuma bisa tiga permintaan, itu sudah kebanyakan." protes Ridho.
" Ridho dia ini Malaikat bukan jin yang cuma tiga permintaan, ini bisa banyak." jelas Riski.
" Benarkah? aku minta apa ya?" Ridho mulai berhayal.
Plak ... plak ...
Terdengar suara pukulan Pak Danu pada Riski dan Ridho. Ini anak berdua semakin aneh, sudah tahu ada orang sakit malah berhayal yang tidak-tidak.
"Sakit Pak," Riski dan Ridho mengusap badan yang terkena pukul bapaknya.
" Lagian kalian ini aneh-aneh saja, gak malu itu sama Dokter Danang." kesal Pak Danu.
"Maaf," ucap Riski dan Ridho malu, tapi sedikit kasal juga karena hayalannya diganggu sama bapaknya , jarang-jarang kan mereka berani berhayal begitu.
"Sudah ... sudah!" Dokter Danang menengahi, "eh lihat matanya udah mulai kedip-kedip." ucap Dokter Danang sembari memeriksa pasiennya kembali.
" Mmm ... kenapa denganku? dimana aku?" ucap pemuda itu saat mulai sadar dengan sekelilingnya. Semua mata langsung tertuju padanya. Dokter Danang sudah selesai memeriksanya dan langsung meninggikan bantal biar pasiennya merasa nyaman.
"Abang sudah sadar, Abang beneran Malaikat kan, benar kan?" ucap Ridho bersemangat sambil menggenggam tangan pemuda itu. Ridho sudah tahu apa yang diinginkannya dan ingin segera mengucapkannya. Takutnya Malaikat/pemuda ini menghilang.
"RIDHOoo! kamu bantu kakak kamu di dapur, cepetan!" Pak Danu marah, kalau dibiarkan anaknya ini akan semakin anah-aneh saja.
Melihat bapaknya marah, Ridho langsung nurut pergi membantu kakaknya, takut Pak Danu semakin marah. Nanti saja dia minta keinginannya saat tidak ada bapaknya. Ridho begitu banyak punya keinginan, yang selama ini selalu dipendamnya dalam hati.
"Maafkan anakku ya," ucap Pak Danu tidak enak.
Malaikat! kenapa mereka menyebutku Malaikat? kenapa aku bisa ada disini? dimana ini? dan siapa mereka? batin pemuda itu.
"Arghhh ada apa denganku?" ucap pemuda sambil memegang kepalanya. Dia begitu bingung kenapa bisa ada disini, seingatnya dia tinggal di Jakarta bersama ibunya. Lalu kenapa bisa ada ditempat ini?
"Apa kepalamu terasa sakit? apa kamu mengingat semuanya? Saya Dokter Danang, ini Pak Danu dan mereka bertiga ini anaknya Pak Danu." ucap Dokter Danang sambil memperkenalkan dirinya dan juga keluarga Tiara. Saat ini Tiara dan Ridho sudah ikut mengelilingi pemuda itu.
"Aku ingat dok , tapi yang tidak aku ingat kenapa aku bisa ada disini? dimana ini? kepalaku terasa sakit sekali saat aku memaksa mengingatnya."
"Sepertinya kepalamu terbentur sesuatu, untuk memasatikannya sebaiknya diperiksa ke rumah sakit di kota. Kalau terasa sakit jangan dipaksakan ya," pesan Dokter Danang.
"Baik dok, terima kasih."
"Kalo begitu siapa namamu? dari mana asalmu?" tanya Dokter Danang.
"Aku Alza asalku dari Jakarta."
"Alza ... Jakarta!" Tiara dan keluarganya begitu terkejut saat mendengarnya, terlebih Tiara. Tiara langsung merasa ada gak nyaman dengan hatinya.
Ada apa dengan Alza dan Jakarta nantikan di episode selanjutnya teman-teman. Aku tunggu Vote, komen dan likenya ya, Terima kasih.
Bersambung ....
Alza ... Jakarta, kenapa nama dan asal mereka bisa sama? apa ini hanya kebetulan atau mereka ada hubungan darah? batin Tiara.
Kenapa mereka begitu terkejut saat mendengar nama dan asalku, apa ada yang salah? batin Alza.
"Apa kamu ingat semua tentang kehidupanmu selama di Jakarta?" tanya Dokter Danang kembali.
"Iya saya ingat semua dok, mungkin cuma memori terakhir-terakhir ini saja yang tidak aku ingat." jelas Alza.
"Baiklah, mungkin sebaiknya nanti pengobatannya dilanjutkan ke rumah sakit di kota, tidak ada luka yang serius. Tentang ingatanmu biarkan mengalir perlahan saja, saya nanti berikan obat supaya cepat pulih. Kalo begitu saya pulang dulu, Riski ayo ikut paman mengambil obatnya!" jelas Dokter Danang.
"Trima kasih dokter, bisa tinggalkan nomor rekening dokter! saya akan mentrasfernya nanti saat saya sudah kembali ke Jakarta." ucap Alza.
Tidak mungkin kan dia tidak membayar? Ada yang perduli saja dan mau menolongnya, dia sudah begitu bersyukur. Meski Alza sendiri masih bingung dengan keadaannya saat ini.
"Tidak usah, aku tau kamu juga habis terkena musibah. Sebaiknya uangnya digunakan untuk berobat kerumah sakit. Bukan kah kita harus saling tolong menolong. Disini sudah biasa tidak membayar bagi mereka yang tidak memiliki uang, melihat semangat pasien untuk sembuh saja sudah cukup membuat saya senang. Cepat sembuh, aku pulang ya." jelas Dokter Danang.
"Pak sebaiknya kita makan, supaya Abang Alza nya bisa langsung minum obat." ucap Tiara setelah Dokter Danang pulang, yang dari tadi cuma nyimak.
Abang Alza ... seumur hidupku baru kali ini di panggil Abang Alza, terdengar lucu. batin Alza merasa geli sekaligus lucu mendengar panggilan barunya.
"Baiklah kita makan, Bapak juga sudah lapar Ridho bantu kakakmu Nak bawa makanannya kesini!" perintah Pak Danu.
Rumah Tiara sangatlah kecil, hanya ada satu ruangan, 2 kamar berukuran kecil, dapur dan masih berdingdingkan papan. Kamar mandi bahkan diluar bersebelahan dengan kandang ayam, parahnya lagi lantainya cuma bambu yang dilapisi tikar. Pak Danu dan Tiara tidur di kamar masing-masing. Sementara Riski dan Ridho tidur ditempat Alza saat ini beristirahat, hanya berlapiskan kasur lipat tipis.
"Loh Pak, kenapa makanannya di bawa kesini?" Alza terkejut sekaligus heran, dia langsung duduk diatas kasur saat semua makanan diletakkan di depannya.
"Biasanya juga disini kok Nak Alza, kalau di dapur terlalu sempit, maaf ya jika Nak Alza tidak nyaman dengan rumah Bapak yang kecil ini, ya begini lah keadaan Bapak dan keluarga." ucap Pak Danu.
" Oh gak apa-apa Pak, saya justru sangat berterima kasih kasih, sudah ditolongin, dikasih tumpangan, sekarang dikasih makan lagi. Saya merasa tidak enak sudah ngerepotin keluarga Bapak begitu banyak." ucap Alza.
"Tidak ngerepotin Nak Alza , Bapak justru merasa senang bisa membantu Nak Alza." ucap Pak Danu.
" Makasih Pak, oh iya apa boleh aku tahu nama anak-anak Bapak ini siapa?" tanya Alza melihat Tiara ,Ridho dan juga Riski yang sudah ikut berkumpul bersama mereka.
"Tanya orangnya langsung Nak Alza jangan sungkan!" ucap Pak Danu.
" Baiklah, yang cantik ini siapa namanya?" tanya Alza menunjuk Tiara yang duduk di sebelahnya.
Tiara yang ditunjuk dan dibilang cantik marasa begitu berbunga-bunga jarang sekali dia dipanggil cantik. Terlebih lagi yang bilang dia cantik pemuda yang sangat tampan, sampai-sampai pipinya terasa panas. Untungnya lampu dirumahnya tidak begitu terang sehingga rona merah di pipinya tidak kelihatan.
"Eh, Kak Tiara gak usah ge-er dipanggil cantik, Bang Alza bilang cantik karena disini cuma Kakak yang peremuan. Namanya Tiara galak Bang Alza, kalo aku Ridho dan yang mukanya sama persis dengan ku ini Riski, kami kembar. Nanti kalo mau kenalan lebih lanjut setelah makan saja ya! mahluk-mahluk di perut Ridho sudah pada demo ini dari tadi." ucap Ridho sambil memegangi perutnya.
" Ya sudah ayo kita makan!" ucap Tiara sadikit kesal karena tidak diberi kesempatan menjawab. Tiara kan juga mau menyebutkan namanya di depan pemuda tampan ini. Tiara mengambil piring dan membagikannya satu persatu ke semua yang ada dirumah ini.
" Maaf ya Nak Alza cuma masakan sederhana ini, adanya dirumah bapak." ucap Pak Danu sambil manyadok nasinya
Makanan yang tersedia memang cuma ada nasi , irisan timun dan arsik saja.
" Tidak apa-apa Pak ini juga sepertinya enak, wah masakan apa ni?" tanya Alza menunjuk makanan di depannya.
"Ini namanya arsik Bang cobain deh! ini makanan kesukaan Kak Tiara. Tapi hati-hati ya Bang, banyak durinya." jelas Riski.
Mereka makan dengan lahap, makan arsik dengan nasi hangat, makannya menggunakan tangan sangatlah nikmat.
Tapi tidak dengan Alza dia begitu kesusahan , bahkan dia hampir keselek karena duri ikan. Ditambah Alza yang tidak terbiasa makan menggunakan tangan.
Tiara sudah selesai makan saat melihat Alza disebelahnya begitu kesusahan dia berinisiatif menyapinya.
Alza terkejut melihat Tiara yang hendak menyapinya.
"Ini makan saja! aku tahu Abang pasti tidak bisa misahin durinya kan? Riski dan Ridho juga dulu begitu. Bahkan terkadang mereka masih saja minta disuapi." ucap Tiara.
Alza menerima suapan Tiara.
Cantik batin Alza sambil menatap Tiara
Begitu mengunyah makanannya mata Alza tebelalak masih menatap ke Tiara.
"Waw ... ini begitu enak, rasa pedas, asem,asinnya begitu terasa, apa benar kamu yang masak? ini bahkan lebih enak dari masakan chef restoran terkanal." Tanya Alza seakan tak percaya bahkan masakan chef hotel berbintang pun bisa kalah ini. Wajar saja lebih enak dari masakan chef terkenal, karena itu termasuk masakan khas suatu daerah. Jadi hanya para ahlinya sajalah yang bisa membuat rasa masakannya pas dihati.
"Iya, biasa saja, Abang mujinya terlalu berlebihan." Tiara berusaha bersikap biasa padahal hatinya begitu senang masakannya dipuji orang lain selain keluarganya.
" Cieeee Bang Alza disuapin sama kak Tiara, gimana Bang? enak kan?" tanya Ridho.
Alza hanya mengakat tangan menunjukkan jempolnya pada Ridho. Alza terlalu lahap mengunyah makanannya yang masih terus disuapi Tiara.
Keluarga mereka begitu baik dan hangat, mereka bahkan langsung menerimaku tanpa canggung. Padahal rumah ini begitu sederhana, bisa dibilang kurang layak dan kemana ibunya? aku tidak melihatnya dari tadi. batin Alza.
Alza tidak sadar nasinya sudah habis karena lahapnya dan terlalu asik dengan lamunannya.
"Apa Bang Alza mau nambah lagi?" tanya Tiara iseng saat melihat mulut Alza masih mangap saja minta di suapi. Padahal nasi beserta lauknya sudah habis semua. Paling tidak nambah air minum, itu lah maksud Tiara.
"Eh ... sudah habis ya? he he," Alza berusaha menahan malu karna seakan baru tersadar saat melihat piringnya yang sudah bersih hanya tertinggal duri ikannya saja.
"Maunya sih nambah lagi , tapi kan sudah habis. Abisnya enak sih, ditambah lagi makannya disuapi jadi makin lahap deh," ucap Alza malu-malu.
" Ya sudah besok lagi ya Bang," ucap Tiara merasa kasihan melihat Alza, sepertinya Alza belum kenyang. Padahal awalnya tadi susah sekali dia makannya hingga akhirnya nambah 2 kali tanpa dia sadari.
Selesai makan mereka membersihkan diri untuk bersiap tidur, malam udah terlalu larut , udah saatnya untuk beristirahat. Bapak dan Tiara tidur di kamar masing- masing sementara Riski , Ridho dan Alza tidur di tempat tadi mereka makan.
Bersambung ....
Selalu menunggu vote, like dan komen kalian teman-teman.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!