NovelToon NovelToon

Dear AURORA

Siapa Dia?

"Ayo dong semangat main basketnya, Masa baru gitu aja udah loyo. Payah Lo" Seru Alkan, Yang mencibir Ares, Karna baru saja bermain tapi sudah ngos-ngosan saja, Batin Alkan.

"Gua capeek, Mau istirahat dulu" Jawab Ares.

Tanpa aba-aba ternyata Alkan langsung melempar bola basket ke arah Ares, Ares yang melihat pun langsung menghindar. Dan tanpa di duga ternyata bola basket itu akan mengenai seorang gadis yang sedang berjalan di pinggir lapangan.

   Hap

Dengan sigapnya bola itu ditangkap, Membuat semua orang yang ada di lapangan menatapnya, Lalu ia langsung melempar bola tersebut ke arah ring dengan badan yang membelakangi.

Blus

Bola masuk dengan sempurna ke arah ring basket, Membuat semua orang yang melihatnya, Menganga tak percaya dengan apa yang di lakukan gadis itu, Tanpa basa-basi, Gadis itu langsung berlalu pergi. Tak memperdulikan tatapan semua orang padanya.

"Siapa dia, Kok gua baru liat?" Tanya Ares yang melihat kepergian Aurora.

"Oh, Dia Aurora. Kata murid disini sih, Dia anti berteman sama semua orang, Jadi gitu deh. Banyak yang bilang dia aneh" Jawab Livi, Sahabat dekat Ares dari kecil.

"Trus kenapa, Dia pake masker sampe gak keliatan tuh wajahnya?" Tanya Ares, Yang masih penasaran dengan sosok Aurora.

"Gak tau juga, Tapi dia emang setiap harinya gitu selalu nutupin wajahnya, Murid kelas nya pun bilang. Kalo dia selalu di juluki dengan sebutan si putri salju" Jelas Livi, Yang sedikit tahu tentang Aurora dari teman-temannya.

Ares hanya menganggukkan kepalannya dengan mulut membentuk huruf O.

"Baru kali ini gua penasaran sama cewek" Batin Ares yang masih melirik, Arah kemana Aurora pergi.

"Lo kenapa, Tanya-tanya tentang dia bro, Lo suka sama dia?" Goda Alkan dengan menarik sudut bibirnya menatap Ares.

Ares langsung mendengus kesal, Dengan sikap Alkan yang selalu saja menyebalkan baginya.

"Bego lo, Gua merasa aneh aja sama tuh cewek. Bukan suka, Gimana mau suka, Liat mukanya juga enggak. Lagian, gua baru liat tuh cewek" Jawab Ares dengan nada ketusnya.

Di sisi lain, Kini Aurora sedang menyendiri di ruangan musik, Itu sudah menjadi kebiasaanya untuk menyelimuti rasa kesepiannya.

Aurora duduk di depan piano, Jari jemarinya bermain dengan lincah memainkan alat musik itu, Ia selalu meresapi lantunan-lantunan musik yang ia ciptakan.

Tanpa terasa, Air matanya mengalir.

"Mama, Ara kangen mama yang dulu" Gumam Aurora dengan berderai air mata, Dan mata yang masih terpejam.

"Mira, Kamu lagi apa disana. Di sini kaka rindu kamu mir, Kamu tahu. Semenjak kamu pergi, Mama dan papa cerai. Trus sekarang mama lagi sakit mir, Yang lebih menyakitkannya, Mama benci sama Kaka semenjak kamu pergi, Kaka emang bodoh Mira, Kaka emang gak becus jaga kamu.Tapi kaka janji, Kaka akan buat mama bahagia Mir, Kamu yang tenang ya di sana" Batin Aurora dengan terus berderai air mata, Mengingat masa kelam itu. Masa yang dimana ia harus kehilangan adiknya.

Flasback 10 tahun yang lalu

"Kaka, Mau main ke taman" Rengek mira kecil yang masih berusia 5 tahun, Dan aurora berusia 7 tahun.

"Gak boleh mira, Disana bahaya banyak mobil" Jawab Aurora kecil yang melarang adiknya untuk keluar.

"Tapi mira mau main ke taman kak Ara" Seru Mira yang mulai menangis.

Aurora kecil pun hanya bisa menghela nafas kasarnya, Lalu ia menjawab akan meminta izin kepada ibunya.

"Yaudah, Kak Ara izin dulu sama mama yah. Kamu tunggu di sini!"

Mira pun mengangguk dengan semangatnya, Dan tersenyum ke arah sang kaka yang hendak pergi menemui ibunya.

Setelah sampai di depan pintu kamar, Ternyata ibunya dan sang ayah sedang bertengkar hebat. Sampai suara pecahan kaca pun terdengar di telinga Aurora, Yang langsung membuat Aurora terjingkat kaget.

Aurora pun langsung lari ke arah Mira.

"Gimana kak Ara, Mama izinin kan?" Tanya Mira dengan penuh harap.

Aurora langsung bingung, Jika ia terus di rumah. Takutnya, Mira mendengar pertengkaran kedua orang tuanya. Dan tidak ada jalan lain, Akhirnya Aurora pun dengan terpaksa membawa sang adik pergi ke taman.

"Hem, Ayo kita pergi" Jawab Aurora dengan pelannya.

"Yey, Akhirnya kita bisa jalan-jalan di taman" Seru Mira kecil dengan antusiasnya, Mengepalkan ke dua tanganya ke atas.

Aurora hanya tersenyum samar, Melihat kebahagian sang adik.

"Semoga hubungan mama sama papa, Lekas membaik ya tuhan" Batin Aurora kecil dengan penuh harap menatap Langit yang cerah.

Setelah sampai di taman, Mira langsung mengajak Aurora untuk bermain lempar bola.

Setelah di rasa lelah karna bermain, Mira pun langsung merengek untuk di belikan es krim pada Aurora.

"Kak Ara, Mira mau es krim itu" Tunjuk Mira pada pedagang es krim yang sedang di kerumuni anak-anak.

Aurora langsung memandang ke arah tunjukkan sang adik, Dengan kening berkerut.

"Oh kamu mau es krim itu ya?"

"Iya kak Ara, Ayo beliin"

"Heem, Kamu tunggu kaka disini yah. Jangan kemana-mana, Sebelum kaka datang bawa es krim nya!" Suruh Ara kecil, Dengan mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah mira.

"Iya kak Ara, Mira gak akan kemana-mana kok"

Aurora langsung pergi, Meninggalkan sang adik yang melanjutkan bermain lempar bola sendiri.

Saat sedang mengantri untuk membeli es krim, Aurora tak sempat untuk memperhatikan sang adik yang berlari kecil mengejar bolanya menuju jalan raya.

"Ih kok bolanya, Jauh banget sih. Sini dong bola jangan jauh-jauh menggelindingnya" Gumam Mira kecil dengan terus berlari mengejar bolanya, Sampai tak sadar ada mobil yang menuju ke arah Mira berlari.

TINNN..

BRAKKK

Dan seketika semua orang langsung mengerumuni, Melihat keadaan mira yang tertabrak, Dengan terhempas begitu jauh.

Aurora yang sudah membeli es krim pesanan Mira pun, Langsung membeku. Melihat sang adik yang tertabrak dengan begitu tragis.

"MIRAAAAAAA" Teriak Aurora kecil, Dengan berlari ke arah Mira yang sedang di kerumuni banyak orang.

"Hikss, Hikss Mira bangun Mira. Ini kaka udah bawa es krimnya. Ayo bangun Hiks.." Aurora kecil terus menangis dengan histerisnya.

Aurora menangkup kepala Mira yang sudah berlumuran darah, Dengan terus meraung.

Flasback Off

"Hiks,, Maafin kaka mira. Maafin kaka" Gumam Aurora dengan terus menggelengkan kepalannya dan mata yang masih terpejam. Mengingat masa lalu yang kelam, Yang masih lekat dalam ingatan nya.

Drrttt,,, Drrttt

Suara ponsel Aurora berdering, Yang langsung membuat tangis Aurora terhenti.

"Ya kenapa sus?" Tanya Aurora dengan suara parau.

"Aduh, Non gawat. Ibu ngamuk lagi, Saya sudah gak tahan dari tadi terus di pukul sama ibu" Seru suster, Dengan paniknya.

"Baiklah, Saya pulang sekarang" Jawab Aurora dengan datarnya, Dan langsung mematikan sambungan telponnya.

Aurora langsung bergegas keluar, Dengan mengelap sisa air matanya. Dan memakai masker untuk menutupi wajahnya. Dengan langkah tergesa-gesa Aurora langsung menuju tempat parkiran, Dimana ia menyimpan motornya.

Ini Ara Mah

Aurora bergegas pulang, Dengan melajukan motornya cepat. Setelah sampai di rumah, Aurora langsung berlari untuk mencari keberadaan sang ibu.

"Non, sudah pulang?" Tanya suster di hadapan Aurora.

"Hm, Mana mama?"

"Ibu di kamar non.." Jawab sang suster dengan takut.

Aurora langsung bergegas menuju kamar ibunya, Yang ternyata sedang melempar semua barang yang ada di kamar, Sampai membuat kamar itu menjadi berantakan, Seperti kapal pecah.

Aurora yang melihat keadaan ibunya dengan kamar yang berantakan hanya menghela nafas kasar. Ia memberanikan diri untuk menghampiri ibunya.

"Ma, Sudah jangan marah-marah terus. Ini Ara datang mah" Ucap Aurora yang duduk menghadap di depan ibunya.

Tanpa di duga, Ternyata ibunya malah menjambak rambut Aurora dengan kuatnya, Sampai kepala Aurora mendongak ke atas.

Plak,,, Plak

"Anak kurang ajar, Sialan kamu. Dasar Bodoh!"

Bughh,,,

Setelah di tampar, Dan di jambak. Aurora lagi-lagi mendapat benturan di kepalannya dengan keras, Sampai membuatnya jatuh tersungkur ke bawah.

Aurora hanya diam, Tanpa meringis merasakan sakitnya kekerasan yang ibunya lakukan, Ataupun menangis. Karna percuma saja, Mau menangis sekuat apapun ibunya akan tetap memukulnya, Untuk melampiaskan rasa amarahnya.

Suster dan Mbok Mina, Yang melihat semua perlakuan sang majikan pada anaknya pun, Merasa iba pada Aurora. Mbok Mina yang akan masuk menolong Aurora pun, Di hentikan oleh Aurora, Dengan mengangkat sebelah telapak tangannya.

Aurora terus-menerus, Menerima pukulan dan tendangan dari ibunya. Dia hanya diam, Dengan menatap sang ibu sendu.

"Jika dengan aku terluka, Bisa buat Mama lega. Aku ikhlas mah," Batin Aurora yang hanya terus diam, Mendapat pukulan dari sang ibu.

Setelah di rasa cukup puas, Menyalurkan amarahnya. Lina langsung diam duduk termenung, Dengan kepala menunduk.

Aurora yang melihat sang ibu, Sudah tidak memukulinya pun langsung menghampirinya, Dengan duduk bersimpuh dan menggenggam tangan sang ibu.

"Mah, Sudah ya. Ayo mamah makan dulu, Trus minum obat ya" Ucap Aurora dengan pelan, Menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Lina langsung menatap Aurora dengan tatapan nanar.

"Kamu, Kamu Mira kan. Mira anak mamah, Sayang,,, Hiksss"Ucap Lina dengan menangkup wajah Aurora, Yang lina kira itu adalah Mira adiknya Aurora.

"Ini Ara mah, Bukan Mira. Ini Ara anak mamah juga!" Seru Ara yang merasakan sakit hatinya, Karna selalu saja tidak di anggap oleh ibunya.

Lina langsung menatap tajam Aurora, Lalu mencengkram kuat wajah Aurora dengan kuat, Dan gigi bergelamatuk.

"Mah, Udah. Cukup mah!, Maafin Ara jangan marah lagi" Ucap Aurora dengan merasakan panas di pipinya, Karna cengkraman yang kuat dari sang ibu. Dengan kuku-kuku tajamnya yang menancap di pipi Aurora.

Lina langsung tersadar, Dan menghempaskan Aurora dari genggamannya dengan kasar.

Aurora langsung bangkit, Dan mengambil obat untuk di minum Lina, Agar tenang tidak mengamuk lagi.

"Minum dulu obatnya, Yah mah. Trus mamah istirahat" Seru Aurora dengan menyodorkan pil obat serta air minumnya ke hadapan wajah lina yang sedang termenung.

Lina hanya diam tidak menjawab, Lalu mengambil obat dan meminumnya.

Aurora langsung tersenyum tipis, Dan membopong sang ibu menuju tempat tidur, Untuk istirahat.

"Sekarang mama tidur dulu yah, Istirahat yang cukup" Ucap Aurora dengan mengelus-ngelus tangan sang ibu.

Lagi-lagi Lina hanya diam tak menjawab pernyataan Aurora.

Setelah melihat sang ibu tertidur pun, Aurora bergegas keluar kamar. Lalu menghampiri Mbok Mina.

"Ibu sudah tidur ya non?"

"Hmm, Mbok beresin aja yah, Kamar mama. Aku mau ambil minum dulu"

"Non tunggu, Itu luka non. Biar Mbok obati yah?" Tanya Mbok Mina, Yang prihatin melihat keadaan Aurora yang berantakan, Sampai lebam-lebam di wajahnya.

Aurora hanya menggelengkan kepalanya, Dia malah menanyakan kemana suster Ema pergi.

"Gak usah Mbok, Ara bisa sendiri kok. Oh ya, Dimana suster Ema Mbok?"

"Itu non, Katanya suster Ema undur diri. Karna gak kuat hadapin ibu"

Aurora hanya menghembuskan nafas kasarnya, Ia sudah tahu kenapa suster Ema mengundurkan diri. Karna ini bukan yang pertama kali baginya, Jika semua suster tidak sanggup menjaga sang ibu yang dalam keadaan mengamuk.

Di sisi lain, Kini Ares masih penasaran dengan sosok Aurora. Yang menurutnya telah menarik perhatian nya, Ia kini sedang menuju kelas Aurora yaitu kelas,11ipa 2.

"Heeh tunggu, Maaf gua mau nanya. Lo  murid kelas ini kan?" Tanya Ares, Yang langsung di angguki siswi tersebut.

"Eum, Lo tau Aurora?"

"Oh si putri salju"Jawab siswi tersebut, Yang langsung membuat Ares mengerutkan keningnya.

"Maksud lo?" Tanya Ares yang masih penasaran kenapa Aurora di sebut dengan sebutan putri salju.

"Ya itu si Aurora, Kita di kelas biasa sebut dia si putri salju" Jelas siswi tersebut yang masih membuat Ares bingung.

"Kenapa di sebut putri salju?"

"Ya, Karna dia murid yang cuek. Dan terkenal dingin sama orang-orang, Makanya dia gak punya temen, Trus di kelas pun gak ada yang berani sama dia. Makanya kita beri dia julukan si putri salju"Jelas siswi tersebut yang langsung membuat Ares menganggukan kepalanya dengan mulut membentuk huruf O.

"Dia ada di kelas?"

"Dia udah pulang tadi, Katanya ada keperluan penting"

"Oh gitu, Thanks ya"Ucap Ares sembari melangkahkan kakinya pergi dari kelas 11ipa 2.

"Kok gua, Makin penasaran aja ya sama tuh cewek. Kayak misterius gitu" Gumam Ares dengan langkah kaki yang gontai.

***

Di kamar, Kini Aurora sedang memandang dirinya di depan cermin, Mulai dari wajah yang lebam dan bekas cakaran. Termasuk tubuh yang sudah banyak bekas luka nya.

"Sampai kapan?, Sampai kapan ya tuhan. Aku harus begini, Harus menutupi semua luka ini, Aku juga ingin hidup normal, Hidup dengan kasih sayang dari orang tua ku. Aku juga ingin berteman,Tapi kenapa hidup ini sungguh berat bagiku ya tuhan" Batin Aurora yang menangisi jalan kehidupannya, Seperti berbeda dari orang lain.

"Semoga setelah ini, Ada kebahagiaan. Dan semoga saja mama sembuh, Mau memaafkan dan menerimaku. Kuatkan aku tuhan, Kuat kan jiwa dan ragaku untuk menerima ini semua. Karna aku yakin, Engkau tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya"

Aurora langsung beranjak dari duduknya, Mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya sendiri, Karna ini sudah menjadi hal yang biasa Aurora.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu kamar, Langsung menghentikkan Kegiatan Aurora yang sedang mengobati lukanya.

Ceklek,

Pintu terbuka yang ternyata Mbok Mina.

"Non, Ini makan dulu. Bibi udah bawa makanannya untuk Non, Dari pulang sekolah non kan belum makan"

"Hm, Makasih Mbok.Taruh aja di atas nakas, Nanti biar Ara makan"

Mbok Mina langsung menuruti perintah Aurora, Setelah menyimpan makanan Mbok Mina tak henti-hentinya untuk membantu Aurora mengobati lukanya.

"Non, Biar Mbok bantu obati lukanya yah. Non duduk saja di tempat tidur"

Aurora yang sudah sangat lelah pun, Akhirnya mau. Dan menganggukan kepalanya.

Kenalan?

Di pagi harinya, Seperti biasa Aurora akan berangkat sekolah. Meskipun keadaaan tubuhnya yang terluka, Itu sudah menjadi hal yang biasa baginya.

Aurora sudah siap dengan seragamnya, Dan ia juga tidak lupa untuk memakai masker yang menutupi wajahnya. Rambutnya ia ikat setengah, Dan di biarkan setengah nya terurai. Agar menutupi memar yang ada di pelipisnya.

"Huft, Semangat Aurora. Lo gak boleh menyerah, Gua yakin. Gua bisa, Yahh harus bisa" Gumam Aurora dengan menyemangati dirinya sendiri.

Aurora bergegas keluar dari kamarnya. Dan langsung melihat keadaan sang mama,Untuk memastikan keadaanya. Yang ternyata sedang sarapan di balkon kamarnya seorang diri.

"Mah, Lagi sarapan yah" Sapa Aurora, Yang menghampiri ibunya. Tapi ibunya malah diam tidak menjawab sapaan Aurora atau menoleh ke arah Aurora.

Aurora hanya tersenyum tipis, Lalu ia duduk di hadapan sang ibu dengan tatapan matanya yang lekat, Menandakan bahwa ia rindu sosok ibunya yang dulu.

Aurora langsung menyentuh, Punggung tangan sang ibu dengan helaan nafas panjang.

"Mah, Ara berangkat sekolah dulu yah. Mamah baik-baik di rumah, Nanti pulang sekolah Ara akan temenin mamah lagi" Ucap Aurora, Yang sama sekali tidak di jawab oleh sang ibu.

Aurora langsung beranjak dari duduknya, Dan langsung turun ke bawah untuk sarapan.

"Mau berangkat sekarang non, Atau sarapan dulu" Tanya Mbok Mina, Yang melihat Aurora turun dan menghampirinya.

"Sarapan roti aja Mbok, Tapi saya mau bawa bekal sekalian"

"Oh iya, Biar Mbok buatin. Sekarang non sarapan dulu"

Aurora hanya menganggukan kepalanya, Saat mengunyah roti, Aurora langsung meringis, Karna luka di sudut bibirnya yang mulai terasa perih.

"Ini non bekalnya" Seru Mbok Mina yang langsung menyodorkan kotak bekal berwarna hitam, Pada Aurora.

"Saya berangkat sekolah dulu ya Mbok, Titip mamah. Kalo ada apa-apa langsung telpon saya" Ucap Aurora yang langsung menutup wajahnya dengan masker.

Mbok Mina, Hanya menganggukkan kepalanya dengan tersenyum tipis. Melihat kepergian Aurora.

"Kamu anak baik ndok, Kamu anak kuat. Mbok do'ain. Semoga ibu cepet sembuh, Biar kamu dapat kasih sayang dari orang tuamu, Meskipun hanya sepihak" Batin Mbok Mina yang menatap sendu, Kepergian Aurora.

Kali ini Aurora pergi menggunakan mobilnya, Karna ia malas untuk membawa motor.

Setelah sampai di parkiran sekolah, Aurora langsung memarkirkan mobilnya, Dan berlalu pergi ke kelas.

Saat sedang berjalan di koridor, Tiba-tiba ada yang memanggil Aurora dengan lantang.

"AURORA" Seru si pemanggil, Yang langsung membuat langkah Aurora terhenti. Dan berbalik badan, Melihat siapa yang memanggil namanya.

Deg,

Seketika Ares langsung terpaku, Dengan tatapan tajam Aurora. Yang meskipun menggunakan masker, Tapi Ares tahu. Kalau Aurora memiliki wajah yang imut, Khayal Ares yang belum pernah melihat wajah Aurora.

"Hai Aurora" Sapa si pemanggil yang tak lain, Adalah Ares. Dengan tersenyum manis, Pada Aurora. Tapi bukannya, Di balas senyuman kembali. Aurora malah menatap Ares dengan tatapan dinginnya.

Aurora yang mendapat sapaan pun, Tidak berminat untuk menjawab. Ia malah berlalu pergi meninggalkan Ares.

"Loh, Malah di tinggal. Baru aja mau di ajak kenalan huft" Gumam Ares yang melihat kepergian Aurora.

Baru saja Ares akan mengikuti langkah Aurora, Tapi tiba-tiba saja, Livy datang dan mencekal pergelangan tangan Ares.

"Ares, Kok kamu gak nungguin aku sih" Gerutu Livy, Yang tiba-tiba mencekal lengan Ares Dengan mulut mengerucut.

"Sorry, Tadi gua buru-buru"

"Yaudah ayo, Ke kelas bareng" Ajak Livy, Dengan mengayunkan tangannya yang masih mencekal tangan Ares.

Ares yang merasa risih pun, Langsung melepaskan tangannya dari Livy.

"Loh, Kok di lepas si Res" Protes Livy, Yang merasakan jika Ares tidak mau dis sentuh.

"Gapapa, Gak enak aja ini di sekolah. Nanti ada gosip yang enggak-nggak" Alibi Ares yang melangkahkan kakinya lebih dulu, Meninggalkan Livy.

Livy langsung kesal, Dengan sikap Ares yang tiba-tiba acuh. Ia langsung berlari kecil mengejar langkah Ares dengan kaki yang di hentak-hentakkan.

"Kok Ares, Kayak buru-buru gitu sih?" Heran Livy, Yang melihat langkah Ares dengan tergesa-gesa seperti mengejar sesuatu.

"Aurora tunggu!" Pekik Ares, Yang berhasil mengejar langkah Aurora, Yang hendak masuk ke dalam kelas.

Lagi-lagi Aurora berhenti, Dengan helaan nafas yang berat. Dan memutar bola matanya malas, Dengan sikap Ares yang pantang menyerah.

Aurora langsung berbalik badan, Melihat Ares yang menghampirinya bersama Livy, Di sampingnya.

"Hehe, Sorry. Gua cuma mau kenalan sama Lo" Ucap Ares dengan cengiran khasnya, Dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Aurora masih diam tidak berminat untuk menjawab, Terlebih ia melihat dengan ekor matanya. Bahwa Livy sedang cemberut dengan tatapan tajam melihat Ares yang mendekati Aurora.

"Boleh kan?" Tanya Ares penuh harap, Sebelum menjawab Aurora melirik Livy, Terlebih dahulu. Ia melihat bahwa Livy, Seperti sedang cemburu dengan mengepalkan tanganya.

"Hm" Jawab Aurora dengan deheman saja.

Ares langsung mengembangkan senyumannya, Lalu ia mengulurkan tanganya ke hadapan Aurora.

"Gua Ares"

Baru saja Aurora akan membalas jabatan tangan Ares, Tapi Livy sudah lebih dulu menepis tangan Ares dan mendorongnya.

"Apaan sih Livy, Kok lo dorong gua" Gerutu Ares, Dengan menatap Livy tajam, Livy tidak menjawab tapi malah membalas tatapan tajam Ares.

"Gak jelas lo" Ucap Ares yang langsung badmood, Dan melangkahkan kakinya pergi. Meninggalkan Livy dan Aurora yang sedang berhadapan.

Aurora yang melihat itupun hanya menyunggingkan senyumnya di balik masker.

Livy langsung melirik Aurora dengan tajamnya, Yang malah di balas dengan lirikan Satu alis terangkat oleh Aurora .

"Apa?" Tanya Aurora dengan datarnya, Membuat Livy semakin kesal. Akhirnya berlalu pergi meninggalkan Aurora dengan perasaan yang geram.

"Ngeselin banget, Awas aja lo Aurora. Kalo berani cari perhatian sama Ares, Gua makin benci sama lo" Batin Livy dengan menghentakkan kakinya kesal.

Sedangkan Aurora yang melihat kekesalan Livy pun, Terkekeh kecil. Seolah itu adalah hiburan untuknya.

Aurora langsung masuk ke dalam kelas, Yang awalnya ribut dengan suara para murid. Tiba-tiba langsung hening saat melihat Aurora masuk.

"Wah si putri salju sekolah, Huft gak bisa ghibah deh kalo gini"

"Sehari aja dia bolos, Kayaknya nih kelas bakalan seru deh. Gak kayak gini, Suasana yang mencekam, Kalo ada putri salju"

"Andai gua berani lawan dia, Tapi liat tatapan mata tajam dia aja gua udah takut sama Aurora"

Batin para teman-teman sekelasnya,Yang sudah tahu sikap Aurora. Yang tidak suka keributan apalagi kebisingan, Maka Aurora akan marah, Hal itulah yang membuat mereka takut dan tidak berani mendekati Aurora.

***

Di kelas Ares, Kini ia sedang menahan rasa kekesalannya pada Livy, Yang sudah membuat ia gagal mendekati Aurora.

"Ares, Kamu marah yah, Sama Aku" Ucap Livy yang langsung duduk di samping Ares.

Ares langsung memalingkan wajahnya, Karna memang ia sangat kesal dengan tingkah Livy yang seenaknya pada Ares.

"Lagian, Kamu ngapain sih Harus kenalan sama tuh si putri salju, Udah tahu kan. Kalo dia tuh di jauhi sama orang-orang karna sikapnya yang sombong" Ucap Livy,Yang mencoba mencari pembelaan.

"Itu hak gua Livy, Mau berteman sama siapapun itu. Mau itu orang yang di jauhi ataupun orang-orang yang populer sekalipun, Itu hak gua. Kenapa lo yang ngatur!"Jawab Ares dengan ketusnya.

Livy langsung merasakan sakit hatinya, Karna ini baru pertama kalinya Ares marah. Sampai dengan nada bicara seperti itu pada Livy.

"Yah aku gak suka aja, Liat kamu di cuekin sama dia Res" Jawab Livy.

"Itu kan gua yang di cuekin, Bukan Lo. Lagian gua fine-fine aja tuh, Dia cuekin" Jawab Ares yang langsung beranjak dari tempat duduknya, Karna muak dengan Livy, Yang tidak menyadari kesalahannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!