NovelToon NovelToon

Perselingkuhanku Di Atas Permainan

1.Jangan bermain API

Jika kamu mau bermain api, berarti kamu harus siap untuk terbakar, karena jika api asmara sudah berkobar akan sulit untuk mematikannya.

Dan jika kamu berani untuk menyakiti, berarti harus siap untuk disakiti, ini bukan soal Karma, tapi itu hasil dari apa yang pernah kamu tanam.

Disebuah Kantin perusahaan yang cukup bergengsi di pusat ibu kota itu, terlihat sepasang kekasih yang sedang menikmati makan siang mereka sambil mengobrol santai berdua.

"Yank.. nanti sore anterin aku nongkrong di Kafe yuk, ada Kafe baru yang lagi ngehits, pasti seru banget nongkrong disana." Ucap seorang gadis dengan manjanya, bahkan sedari tadi dia duduk sambil ngoceh dan kekasihnya dengan telatennya menyuapi makanan ke mulutnya tanpa perduli ada yang mengatainya pria Bucin atau apapun itu, karena pandangan matanya hanya terarah kepada wanita dihadapannya kini.

Dialah Nevika Aulia, salah satu karyawan yang terkenal paling centil dan suka tebar pesona di Kantor, apalagi dengan bodynya yang memang cukup menunjang, tubuhnya yang tinggi dan langsing bak gitar spanyol memang membuat banyak pria yang melirik ke arahnya.

"Nggak bisa sayang, aku ada acara keluarga, nggak enak kalau aku nggak datang, lagian juga aku harus nganterin orang tua ku, mereka nggak berani naik mobil sendiri kalau nanti pulangnya malam." Jawab Pria itu dengan suaranya yang terdengar tenang, sambil mengusap bibir kekasihnya dengan tissu karena ada sisa makanan yang menempel disana.

Dan pria inilah yang berhasil dipilih oleh Nevika Aulia diantara pria-pria lain yang mendekatinya, karena selain tampan, jabatannya juga lebih tinggi daripada dirinya, jadi Nevika bisa mengambil banyak keuntungan dari kekasihnya ini, yang bernama Arsenio Hernandes.

Sebenarnya pria itu sifatnya jauh berbeda dengan Nevika, dia lebih pendiam orangnya, dia tidak suka nongkrong atau sekedar kumpul-kumpul bersama rekan kerjanya, kalau pun dia mau itu pun karena paksaan dari Nevika yang ingin ditemankan olehnya. Dan pria ini memang selalu memenuhi keinginan kekasih hatinya walau harus menghela nafasnya berulang kali karena sebenarnya dia tidak merasa nyaman dengan keinginan wanitanya itu, namun dia terpaksa mengabulkannya juga.

"Ckk... ngapain sih ada acara keluarga segala, belum juga Lebaran, cuma nganterin buat ngegosip sama saudara aja lebih di prioritaskan daripada berduaan sama aku, kita kan udah lama nggak kencan, kamu ini sayang nggak sih sama aku!" Rengek Nevika dengan manjanya seperti biasa, bila keinginannya tidak terpenuhi.

"Tapi ini acaranya jarang-jarang sayang, dan orang tuaku pasti akan maksa, soalnya ini acara udah lama banget direncanain, baru bisa terlaksana sekarang saat semua keluargaku akhirnya punya waktu yang senggang!" Disaat Nevika seolah merajuk, Arsen masih tetap terlihat manis dengan mengusap rambut Nevika dengan lembut dan penuh kesabaran.

Kalau bukan soal keluarga sudah pasti Arsen akan mengabulkannya, karena Arsen memang begitu menyayangi Nevika, selama ini Arsen memang jarang bergaul dengan karyawan wanita selain dengan Nevika, entah mengapa dia merasa kurang nyaman saja, karena memang dia tidak pandai membuka topik pembicaraan, dan lebih fokus dengan pekerjaan saja, lain halnya dengan Nevika yang memang selalu saja nerocos dengan segala ocehannya.

"Dih... jadi kamu tetap lebih memilih keluargamu itu dibanding ngedate berdua sama aku begitu?" Nevika merasa tidak terima, karena selama dia berpacaran dengan Arsen, pria tampan ini selalu mengabulkan semua apa yang wanitanya itu inginkan.

"Bukan begitu sayang, tapi aku nggak bisa menolak perintah orang tuaku, kita ngedate besok saja ya, aku janji deh?" Seperti biasa, salah atau pun benar dengan semua yang terjadi selalu Arsen yang akan membujuk terlebih dahulu, dia selalu saja memilih lebih mengalah, karena malas jika harus berdebat, tapi kali ini dia sungguh berat menentang kedua orang tuanya, karena acara ini memang jarang bisa terlaksana, mengingat kesibukan diantara mereka masing-masing.

Dan jarak lokasi keluarganya berkumpul memang cukup jauh dari pusat ibu kota, jadi Arsen juga tidak tega melihat Ayahnya yang sudah paruh baya harus menyetir dengan jarak yang cukup jauh.

Apalagi kedua orang tuanya itu jarang meminta tolong dengan dirinya, karena selalu memahami jika dirinya memang selalu sibuk dengan urusan perusahaannya di Kantor.

"Aku maunya malam ini, TITIK!" Ucap Nevika yang langsung merasa emosi, dia bahkan langsung bangkit dari tempat duduknya dan ingin meninggalkan Arsen disana.

"Sayang, kamu mau kemana, makanannya dihabisin dulu ini." Arsen sudah menduga akan seperti ini nantinya, namun dia tidak bisa apa-apa jika sudah begini adanya, keduanya sama-sama penting baginya.

"Buat kamu aja, aku mau masuk ke Kantor duluan, punya pacar kok nyebelin banget!" Umpat Nevika dengan kesal sambil mengibaskan rambut panjangnya dan pergi melenggang meninggalkan Arsen di meja itu sendirian.

"Astaga, aku harus bagaimana ini, kenapa dia susah sekali dibujuk, tapi kalau menolak keinginan orang tuaku bisa marah besar mereka, tapi disisi lain aku sayang banget sama Nevika, nanti kalau dia ninggalin aku gara-gara ini gimana, sedangkan banyak pria yang mengaguminya?" Arsen termenung sendiri sambil menghabiskan minumannya, dia pusing sendiri jadinya.

Karena di Kantor Nevika memang terkenal supel orangnya, jadi memang banyak pria yang dekat dengan dirinya, terkadang Arsen juga sering cemburu, namun hanya dia pendam dalam hati saja, karena hubungan mereka memang sudah diketahui oleh rekan-rekan kerja mereka, jadi Arsen selalu berpikir positif saja dan mencoba menggangap semuanya sebagai angin lalu.

Dan kini Arsen hanya bisa menyangga kepalanya yang terasa berat, dia seolah bimbang dan ragu, bahkan dia sudah tidak berselera lagi untuk menghabiskan makanannya, padahal baru beberapa sendok saja yang baru termakan tadi, namun tiba-tiba perutnya seolah sudah terasa begah dan kenyang dadakan saat melihat makanan yang ada di piringnya.

Terkadang dia sering tak habis pikir dengan dirinya sendiri, kenapa dia begitu lemah dihadapan Nevika kekasihnya. Padahal gadis itu sering kali membuat dia kesal dengan segala permintaanya.

Keegoisan Nevika yang terang-terangan pun terkadang membuat Arsen merasa jengah saat malam tiba, namun lagi-lagi ketika mereka sudah bertemu, selalu saja Arsen kembali melunak dan takhluk dihadapannya.

Dia selalu berharap dan berdoa jika suatu hari nanti Nevika bisa menjadi lebih dewasa, hingga akhirnya Tuhan mempersatukan mereka berdua dalam ikatan suci Pernikahan.

Namun Jodoh, rezeki dan maut adalah rahasia Tuhan, kita hanya bisa memohon saja, karena Takdir kita sudah diatur dengan rapi, bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini.

Ketakutan adalah teman terbaik sekaligus musuh terburuk. Ini seperti api. Jika bisa mengendalikannya, itu bisa untuk memasak dan menghangatkan rumah. Sebaliknya jika tidak bisa mengendalikan justru akan membakar dan menghancurkan diri Anda.

2.Kerja Double Gaji Single

Seperti ketika api dan es bersama, api tidak memancarkan kobarannya, hanya sebatas rasa hangat yang menenangkan, sementara itu es perlahan akan mencair seiring bersama sang Api.

Di bagian Divisi lain di perusahaan yang sama dengan Arsenio Hernandes dan Nevika Aulia, ada sepasang kekasih yang juga sudah lama terjalin, hubungan mereka memang sangat awet, bahkan semua rekan kerjanya merasa iri, padahal dibalik langgengnya hubungan mereka ada sosok wanita yang selalu mengalah, yang selalu mengatakan 'iya' dan rela mengucapkan 'aku tidak apa-apa', bahkan mungkin kalau ada penghargaan wanita paling sabar sejagad raya, Embun Damara lah yang akan menjadi pemenangnya.

Nama yang memang begitu cantik dan menyejukkan hati bahkan seperti orangnya, dia jarang sekali marah, bahkan saat dia merasa kesal ketika menghadapi kekasihnya yang terkadang bersikap seperti preman pasar itu, Embun tetap sabar dan menghadapi segalanya dengan senyuman.

"Sayang, aku lapar!"

Dan pria yang menjadi kekasih Embun itu bernama Bagas Arkana.

Pria itu berkulit sawo matang dengan body kekar dan juga ada beberapa tatto di tubuhnya, namun kata-katanya memang selalu manis, kalau ada maunya, apalagi ketika Embun memenuhi segala keinginannya, sudah pasti Embun akan klepek-klepek dengan segala rayuannya.

"Apa tadi waktu istirahat kamu nggak makan mas?" Tanya Embun dengan suara lembutnya.

"Makan tapi cuma sedikit, nggak enak tadi makanannya." Umpat Bagas sambil duduk diatas meja kerja Embun, kerjaannya memang sering main-main saja, namun hasilnya luar biasa, karena ada Embun yang selalu membantunya.

"Trus gimana, mau aku belikan sesuatu di Kantin?" Disaat pekerjaannya menumpuk dia masih sabar meladeni rengekan dari kekasihnya itu, walau tangan dan kedua matanya saat ini terus terpusat di layar komputer karena pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini juga.

"Kalau cuma makanan di Kantin sama aja nggak enak?" Bagas memang selalu begini, walau tampangnya seperti preman tapi dengan Embun dia selalu manja, karena memang Embun begitu menyukainya dan rela tersiksa asalkan Bagas bisa bahagia.

Karena terkadang cinta memang bisa membuat orang menjadi bodoh.

"Tapi kalau aku pergi beli diluar, pekerjaanku banyak sekali ini mas, dan harus selesai hari ini juga loh, belum lagi ngerjain laporan kamu yang belum selesai tadi kan?" Ucap Embun yang sebenarnya keberatan, tapi dia tidak bisa bilang 'tidak'.

Bahkan Embun rela istirahat hanya dengan makan roti dan minum teh kemasan, demi tetap berada di ruangannya untuk mengerjakan laporan kekasihnya, yang selalu saja dibebankan kepada dirinya.

"Tapi aku pengen makan makanan dari Kafe baru didepan sana, beliin sana Yank!" Titah Bagas yang seolah tidak perduli dengan kondisi kekasihnya, yang dia pikirkan cuma perutnya sendiri, tanpa memikirkan betapa lelahnya kekasihnya itu saat meladeni semua apa yang dia pinta dan harus terlaksana saat itu juga.

"Nanti aja pulang kerja ya mas, kita mampir makan disana, okey?" Dan Embun pun masih menjawabnya dengan nada lembut, bahkan menyelipkan senyuman diantara setiap perkataannya.

"Tapi aku maunya sekarang Yank, kamu mau aku busung lapar atau mati karena kelaparan, begitu!" Bagas seolah semakin menjadi, saat permintaannya tidak dikabulkan oleh kekasih hatinya.

"Ya enggak gitu juga mas, tapi pekerjaanku banyak banget ini, kalau aku tinggal nanti bisa-bisa aku pulang malam karena kerja lembur tapi tanpa gaji?" Embun mengusap kedua matanya yang seolah sudah lelah karena sudah hampir setengah hari lebih kedua matanya itu tidak berhenti menatap layar komputer, bahkan jari-jarinya seolah sudah keriting karena terus mengetik diatas keyboard disana, tapi masih harus mendengarkan ocehan kekasihnya yang seperti anak kecil.

"Aku nggak mau tahu, pokoknya kalau kamu nggak mau beliin aku makanan dari Kafe itu, aku tidak mau makan, biar saja aku kelaparan dan pingsan disini."

Bisa-bisanya Bagas mengancam Embun, padahal itu semua terjadi karena kekasihnya itu yang malas bekerja dan menyerahkan segalanya kepada Embun si wanita paling penurut sedunia, dia semangat kalau menerima gaji per bualannya saja, tapi untuk masalah pekerjaan suka-suka hati dia saja, bahkan mungkin jika Embun tidak mengcover semua pekerjaannya, mungkin sudah lama dia di pecat oleh perusahaan itu karena malas bekerja.

"Huft... ya ampun mas, kalau begitu kamu selesaikan laporanmu sendiri, biar aku belikan makanan untukmu di luar Kantor, gimana?" Akhirnya Embun memberikan sebuah pilihan karena dia tidak sanggup jika harus melakukan keduanya dalam waktu yang sama.

"Nggak mau, kepalaku sudah pusing sedari tadi ngitung angka terus, kamu mau aku sakit kepala begitu? Masak bantuin pacar sendiri aja kamu nggak mau sih!" Bagas langsung lepas tangan, selalu saja begitu, jika ada pekerjaan yang memberatkan dirinya, dia langsung menyerahkan kepada Embun yang memang tidak pernah protes atau menolaknya.

"Mau mas, tapi aku nggak bisa ngerjain dua-duanya, ditambah lagi masih harus keluar Kantor mas, tolonglah mengerti sedikit saja mas?" Pinta Embun sambil mengusap lembut lengan kekar kekasih hatinya itu dengan stok kesabaran yang begitu tinggi.

"Ckk... ya sudahlah, nanti aku ke Kafe itu sendiri saja, kamu kerjakan laporanku cepat, soalnya aku harus menyerahkan itu hari ini juga." Akhirnya Bagas memilih pergi sendiri saja dari sana daripada dia harus pusing-pusing mengerjakan pekerjaannya lebih baik dia keluar sendiri pikirnya sambil menyantap makanan sekaligus cuci mata.

"Trus kamu nggak jadi makan mas?" Tanya Embun kembali.

"Udah males, aku mau balik ke ruanganku saja, kerjakan cepat laporanku! nanti kalau sudah selesai kamu antar ke ruanganku!" Umpat Bagas sambil melenggang pergi setelah memberikan titah kepada kekasih yang sudah seperti asisten pribadinya saja.

Entah apa yang membuat Embun suka dengan Bagas, namun yang pasti Embun begitu perhatian dan begitu menyayanginya. Mereka berdua bekerja dalam satu divisi, namun beda ruangan karena Embun adalah Ketua Divisi mereka.

"Fuuh... baik mas."

Dan Embun pun hanya bisa menghela nafas panjangnya, selalu saja begitu perangai pacarnya, jika ada laporan yang sedikit rumit saja, pasti Embun lah yang akan menyelesaikan segalanya, setiap hari dia seperti kerja double, tapi gaji single.

Namun dia selalu bertahan dengan harapan kelak kalau sudah menikah suaminya itu bisa berubah menjadi lebih bertanggung jawab dan menyayangi dirinya.

Bagi Embun tidak apa-apa sekarang capek-capek terlebih dahulu dengan membantu pekerjaan kekasihnya itu, karena harapan terbesarnya, jika mereka sudah menikah dan Embun menjadi ibu rumah tangga, suaminya yang akan kerja keras membanting tulang saat bekerja dan dia hanya tinggal mengurus anak-anak dan rumah saja.

Cinta itu diibaratkan seperti api, apakah itu akan menghangatkan perapian Anda atau membakar rumah Anda, Anda tidak akan pernah tahu.

3.Bara dan Api

Entah itu memang kebetulan atau memang Takdir Tuhan, kita tidak pernah tahu, karena Takdir itu terkadang memang lucu. Ada saja caranya mempertemukan dua orang yang tak punya urusan dengan cara yang seolah tidak sengaja.

"Nevika!"

"Eh Bagas?"

Kedua orang gabut ini memutuskan untuk pergi ke Kafe yang memang mereka inginkan sedari tadi, tanpa berhasil membawa pasangan mereka masing-masing.

Embun kekasih dari Bagas sungguh-sungguh harus lembur dadakan karena rumitnya menyelesaikan laporan milik Bagas itu, sedangkan laporan kerjanya sendiri saja sudah cukup memusingkan kepalanya, namun Embun tetap saja melakukan pekerjaan itu dengan ketulusan dan segenap hati.

"Beneran elu kan, kirain tadi salah orang." Bagas langsung duduk dihadapan Nevika tanpa ragu.

"Kamu kesini juga?" Tanya Nevika yang langsung terlihat sumringah karena mendapatkan teman, pergi ke Kafe sendirian kan memang kurang seru pikirnya.

"Iya, pulang kantor bosan dirumah, kamu sendiri aja?" Bagas menoleh ke seisi Kafe disana, mencari keberadaan kekasih hatinya Nevika namun tidak ada. Mereka semua satu Kantor, jadi tahu kalau mereka sudah punya pasangan masing-masing.

"Iya." Jawab Nevika dengan senyum genitnya yang selalu sengaja menarik perhatian setiap pria.

"Cowok kamu kemana?" Tanya Bagas dengan senyum liciknya.

"Dia sibuk dengan keluarganya, kalau cewekmu kemana? biasanya dia ngekor mulu kemanapun kamu pergi?" Ledek Nevika, dia mengenal Embun, tapi tidak pernah ngobrol dekat karena memang mereka beda Divisi, lain halnya dengan Bagas, karena Nevika sudah kenal Bagas dari dulu lagi.

"Hehe... dia juga sibuk dengan pekerjaannya bahkan sampai harus lembur dia sekarang, entah mau pulang jam berapa dia nanti malam." Jawab Bagas yang memang tidak mau ambil perduli, walaupun Embun seperti itu karena dirinya.

"Woah... kita senasip sepertinya?" Nevika merasa heran sekali, ada apa dengan hari ini.

"Iya, hehe... kamu sudah pesan makanan?" Tanya Bagas yang melihat hanya ada minuman di meja itu.

"Aku ngopi aja, lagi nggak mood makan." Jawab Nevika dengan santainya.

"Aku pun sama, tadi laper banget, tapi setelah berantem dengan cewek gue, aku juga jadi nggak berselera makan." Bagas mulai melakukan sesi curhatannya.

"Kamu berantem juga? kok nasip kita kebetulan sama juga sih?" Nevika seolah tertarik dengan obrolan mereka.

"Owh ya? Jangan-jangan kita jodoh lagi, haha!" Tawa Bagas langsung menggelegar disana.

"Bisa jadi, haha!" Dan Nevika pun sama, dia bahkan tidak perduli dengan banyak pasang mata yang memandang kearah meja mereka.

"Eh... kamu ingat nggak di sekitar sini ada club malam yang asyik?" Bagas mulai punya inisiatif yang negatif.

"Ada, diujung sana kan?" Jawab Nevika dengan cepat.

"Yoi, dulu waktu nyari tempat buat gathering kantor, kita berdua sempat nyasar disana kan?"

Mereka berdua memang sudah kenal, bahkan sebelum mereka memiliki pasangan masing-masing.

"Kenapa emangnya?" Tanya Nevika kembali.

"Kalau aku ngajak kamu kesana kira-kira kamu keberatan nggak? Daripada badmood disini kan?" Ucap Bagas yang membuat Nevika seolah tertarik.

"Ide yang bagus tuh!" Celetuk Nevika yang memang sedang bosan karena kesal dengan kekasihnya yang tidak mau menurut dengan dirinya kali ini.

"Kalau begitu tunggu apa lagi, kita gaskeun kesana yuk!" Bagas langsung terlihat semangat.

"Let's go!"

Akhirnya mereka berdua berangkat bersama, sepanjang perjalanan mereka asyik ngobrol berdua, tertawa haha hihi, seolah melupakan pasangan mereka masing-masing.

Mereka berdua sama-sama suka sensasi, jadi setelah sampai di club malam itu pun dengan enjoynya mereka langsung turun dan berjoged bersama seiring dengan dentuman musik jedag-jedug dan lampu yang gemerlap.

"Kamu ternyata asyik banget ya orangnya?" Bagas mulai mengeluarkan rayuan mautnya.

"Masak?" Jawab Nevika sambil terus menggoyangkan kepalanya dengan asyiknya, jika dia mengajak Arsen sudah pasti kekasihnya itu akan menolaknya pergi ke tempat seperti ini.

"Nggak kayak cewek gue, lurus aja orangnya, ngebosenin!" Celetuk Bagas karena masih kesal dengan Embun.

"Haha... cowok gue juga sama, lempeng aja kayak jalan Tol!" Karena memang Arsen tidak menyukai hal-hal yang ribet dan menyimpang.

"Emm... by the way, gimana kalau kita selingkuh aja?" Celetuk Bagas dengan ide gilanya.

"Gila loe ya? Gue udah lama menjalin hubungan sama Arsen, dan dia banyak berguna untuk hidupku, jadi sayang banget kalau harus ditinggalin begitu saja." Jawab Nevika dengan cepat.

"Aku nggak nyuruh kamu buat ninggalin dia, aku pun sayang juga kalau harus mutusin cewek gue, dia pun berarti buat hidup gue." Jawab Bagas yang memang tidak akan jadi apa-apa tanpa Embun.

"Tapi kalau selingkuh, sama aja gue nyari gara-gara sama pacar gue, kalau ketahuan juga sudah pasti gue diputusin lah nanti!" Nevika belum siap jika harus kehilangan Arsen, apalagi dia bisa dijadikan sebagai ATM berjalan bagi dirinya, karena gaji kekasihnya itu lebih banyak dari dirinya.

"Emm... gimana kalau kita terang-terangan aja?" Ada saja ide dari otak licik Bagas itu.

"Maksudnya gimana?" Walau awalnya ragu, namun lama-kelamaan Nevika merasa tertantang juga.

"Kita semacam main game gitu."

"Game apa?" Nevika pun juga suka dengan tantangan dan hal-hal yang ekstrim.

"Game tukaran pasangan!" Celetuk Bagas sambil menaikkan kedua alisnya.

"Hah, gila loe ya?" Awalnya Nevika tersentak kaget juga.

"Gue emang gila, semenjak ketemu sama Elu hari ini, haha! Kita kasih tempo satu bulan aja gimana?" Dia kembali membuat tawaran yang menarik.

"Gimana ya, entah mau apa enggak ya cowok gue?" Dan pertahanannya sudah mulai goyah.

"Rayu lah, cuma satu bulan ini kok, biar hubungan kita nggak monoton gitu, ada sensasi barunya biar nggak gabut juga ya kan?" Bujuk Bagas terus menerus.

"Iya juga sih, tapi?" Sebenarnya dia sedikit bimbang, namun seolah rasa penasaran sudah mendominasi dirinya.

"Cowok Loe lempeng kayak jalan Tol dan cewek gue lurus penuh, mereka pasti setuju, ini kan hanya semacam game tukaran pasangan saja, biar nggak bosan dan setelah satu bulan kita kembali ke pasangan masing-masing."

"Okey deh, nanti gue coba bilang sama cowok gue!"

"Nah, gitu dong! Sebagai pemanasan gimana kalau kita turun lagi kebawah lagi?"

Hatinya seolah bersorak saat keinginan gilanya itu akhirnya berhasil, karena Bagas sedikit banyaknya tahu bagaimana karakter dari Nevika.

"Okey, siapa takut, haha!"

Akhirnya mereka berdua kembali berjoged ria diantara kerumunan orang-orang yang seolah lupa dengan Sang Pencipta hanya karena kesenangan dunia.

Bahkan saat Bagas berjoged sambil memeluk pinggang Nevika, wanita itu sama sekali tidak keberatan, dia bahkan merasa enjoy disana dan terlihat sangat menikmati alunan musik bersama kekasih orang. Mereka berdua bahkan seolah seperti bara dan api, yang sama-sama memanas ketika bertemu.

Hidup itu memang tidak ada yang sempurna, bahwa kenikmatan itu kadang juga merupakan cobaan tersendiri buat orang lain.

Nafsu dunia hanya akan memberikan kebahagiaan sesaat, tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan kebahagiaan selamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!