"aku permisi dulu ya sayang, besok pagi kamu harus siap-siap. karena kita akan menikah dan menjadi pasangan paling romantis sepanjang masa."ucap seorang laki-laki Seraya mengusap kepala seorang wanita dengan begitu lembutnya.
"aku sudah merasa tidak sabar."ucap wanita itu Seraya menyunggingkan senyuman tipis.
"sabar hanya tinggal Beberapa jam lagi."ucap laki-laki itu Seraya terkekeh geli.
"by?"
"iya Mira, ada apa?"tanya laki-laki itu Seraya membalikkan tubuhnya setelah melangkahkan kakinya menjauh dari wanita yang akan menjadi istrinya itu.
"jangan lupa mimpi indah."ucap wanita itu yang tak lain adalah Asmirandah Sheila Kumalasari. seorang wanita cantik, Yang besok harinya, akan melangsungkan pernikahan dengan seorang laki-laki bernama Yudha Leonard sang kekasih.
Tentu saja hal itu membuat Mira merasa sangat bahagia. karena sebentar lagi, apa yang ia inginkan akan segera terkabulkan. Mira dan juga Yudha, memang telah berpacaran hampir 3 tahun. dan selama itu pula, mereka baik-baik saja. hingga membuat Mira menjadi wanita yang paling sempurna di dunia ini.
"kamu tenang saja. kamu adalah hal terindah, yang selalu aku impikan."ucap laki-laki itu Seraya tersenyum simpul.
Membuat Mira yang mendengar itu, seketika mengembangkan senyumnya dengan tangan yang memeluk tubuh kekar laki-laki itu.
" by, jangan seperti ini. jangan sampai, nanti aku khilaf."ucap laki-laki itu Seraya tersenyum simpul.
Membuat Mira yang mendengar itu, seketika mencebikkan bibir. "kamu ya pikirannya aneh terus. Ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan."Mira segera melangkah mundur agar menjauh dari laki-laki yang sebentar lagi akan berstatus sebagai suaminya itu.
Yudha dengan segera menganggukkan kepala. dan langsung masuk ke dalam mobil miliknya itu. sementara Mira, wanita itu hanya tersenyum Seraya melampirkan tangan ke arah mobil. yang semakin lama, semakin menjauh dari bangunan mewah rumahnya itu.
Tanpa disadari oleh Mira, ada seorang wanita yang keluar menggunakan mobil yang ada di garasi untuk mengejar Yudha. sementara wanita itu, segera membalikkan tubuh dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
"apakah Yuda sudah pulang?"tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu kandung dari Mira.
"sudah Bunda."jawabnya Soraya tersenyum simpul. "kalau begitu, aku permisi ke kamar dulu."pamit Mira pada sang ibu.
Sementara wanita paruh baya itu, hanya menatap kepergian dari Putri bungsunya itu dengan pandangan mata yang sulit diartikan.
****
"Yudha, tunggu!"teriak seorang wanita cantik yang berjalan dengan cepat menghampiri laki-laki itu. membuat si pemilik nama, seketika menghentikan langkah. dan tak berselang lama, laki-laki itu menoleh ke arah sumber suara.
" Naomi, Ada apa kau ke sini?"tanya laki-laki itu dengan raut wajah khawatir dan juga pandangan mata menatap ke sekeliling. Serahkan, Yudha tengah bersembunyi dari seseorang.
"tenanglah semua akan baik-baik saja. lebih baik, sekarang kita masuk saja."ucap Naomi Seraya menarik tangan laki-laki itu untuk memasuki bangunan berlantai banyak itu.
"kenapa kita ada di sini?"tanya Yudha menghentikan langkahnya.
"Ck, tidak usah pura-pura Polos seperti itu. bukankah kita sudah sering melakukan hal ini?"tanya Naomi Seraya berdecak sebel.
Sementara Yudha, laki-laki itu masih memandang ke sekeliling untuk memastikan bahwa mereka aman berada di tempat itu.
"tenanglah tidak ada siapa-siapa. Mira tidak akan sampai kemari."ucap Naomi Seraya menarik tangan laki-laki itu untuk masuk lebih ke dalam bangunan itu. Yudha hanya menganggukkan kepala Seraya mengikuti langkah kaki dari wanita yang menjadi kekasihnya dua bulan ini.
Yap Yudha dan juga Naomi memang telah menjalin hubungan di belakang Mira. karena memang Naomi memberikan apa saja yang diminta oleh laki-laki itu. sementara Mira, wanita itu akan selalu menolak ajakan dari Yudha. tentu saja hal itu membuat Yudha yang merupakan laki-laki normal, lebih memilih berselingkuh dengan Naomi.
Karena Wanita itu, mampu membuatnya bertekuk lutut hanya dengan satu kali sentuhan.
Naomi segera menyeret tubuh kekar kekasih gelapnya itu untuk masuk ke dalam kamar yang telah mereka pesan sebelumnya. karena memang, sebelum Yuda pulang dari rumah Mira, laki-laki itu telah terlebih dahulu memesan ruangan.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menyaksikan pemandangan itu dari jauh. terlihat orang itu, sangat terkejut namun juga sangat kebingungan.
"untuk apa Naomi mengajak Yudha ke sana? bukankah mereka sudah memiliki pasangan masing-masing? oh mungkin saja mereka sudah terlepas dari pacar mereka."ucap orang itu pada dirinya sendiri. kemudian segera berlalu dari sana.
****
Sementara itu di dalam kamarnya, terlihat Mira tengah berbahagia. dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah cantiknya itu.
"sungguh aku sudah merasa tidak sabar."gumam wanita itu pada dirinya sendiri. Atensi wanita itu seketika teralihkan, saat mendengar nada panggilan dari benda pipih miliknya itu.
Dengan segera, wanita itu meraih dan ingin mengangkatnya. karena Mira berpikir, bahwa panggilan itu berasal dari sang calon suami. Namun ternyata, perkiraannya salah. karena yang menelpon ternyata, adalah Tiara. sahabatnya semenjak SMP.
"iya Tiara ada apa?"tanya Mira sesaat setelah tombol berwarna hijau itu ia geser ke atas.
"halo Mira, apakah kamu dengan Yudha sudah berair?"tanya Tiara dari seberang sana membuat kening dari Mira, seketika mengerut.
"hah, maksudnya?"tanya Mira dengan raut wajah tidak mengerti.
iya apakah kamu dengan Yudha sudah berakhir?"tanya Tiara sekali lagi.
"kamu ini bicara apa sih Ti?"tanya Mira yang mulai kesal pada sahabatnya itu.
" oh, sorry sorry, aku pikir kamu sama Yudha sudah berakhir."ucap Tiara dengan nada suara yang tidak enak.
Membuat merah yang mendengar itu, seketika memutar bola mata malas."Mana mungkin aku sama Mas Yudha berakhir? kita akan menikahi besok."jawabnya dengan sedikit ketus.
"lagi pula, kenapa kamu berpikir seperti itu?"tanya Mira dengan raut wajah heran. karena seingat dia, semua teman-temannya telah diberitahu. jika besok, dirinya akan menikah dengan laki-laki itu.
"emm aku tidak bisa mengatakannya sekarang. lebih baik, kamu datang ke alamat yang aku kirimkan ini. nanti pasti kamu akan mengerti apa yang aku maksud."setelah mengatakan hal itu, Tiara segera memutus sambungan telepon itu secara sepihak.
Membuat Mira yang melihat itu, seketika berdecak sebal." kenapa lagi ini anak? dasar tidak jelas."mengatakan hal itu, Mira segera melemparkan benda pipihnya itu di atas tempat tidur. kemudian, wanita itu segera memejamkan mata.
Namun sepertinya, semesta tidak merestui hal itu. karena Mira, sama sekali tidak bisa untuk memejamkan mata. "kenapa aku jadi tidak bisa tidur seperti ini?"tanyanya seorang diri.
Karena terus-menerus tidak bisa memejamkan mata, karena selalu terpikir akan ucapan yang dikatakan oleh Tiara, pada akhirnya Mira memutuskan untuk menuruti rasa penasarannya. lagi pula, keinginan hati wanita itu sangatlah kuat. semenjak mendengar pengakuan dari Tiara itu, entah mengapa membuat Asmirandah semakin merasa sangat gelisah.
"sial kenapa aku jadi tidak bisa tidur seperti ini?!"tanya wanita itu Seraya bangkit dari posisinya berbaring. dengan segera turun dari tempat tidurnya itu.
"apakah yang dikatakan Tiara itu memang benar? tapi mana mungkin, Yudha melakukan hal itu?"Asmirandah masih bergulat dengan pikirannya sendiri.
Hingga tak berselang lama, wanita itu segera menyambar ponselnya yang sejak tadi ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur. pikirannya mulai kacau, saat dirinya menghubungi sang calon suami namun tidak ada jawaban dari seberang sana. tentu saja, hal itu membuat Asmirandah semakin ketakutan dengan pemikirannya sendiri.
Pada akhirnya wanita itu memutuskan untuk keluar dari kamar pribadinya untuk menuju ke tempat garasi di mana mobil-mobilnya berjajar di sana. di saat Asmirandah memelankan langkahnya, suara seseorang dari belakang membuatnya seketika berhenti.
"kamu mau ke mana?"tanya Chelsea -ibunda dari Asmirandah. saat wanita itu, hendak menarik handle pintu rumahnya.
Membuat Asmirandah yang mendengarnya, seketika membalikkan tubuh dengan masih memasang wajah seceria mungkin. walaupun saat ini, hati wanita itu sudah tidak menentu Karena rasa takut dan juga khawatir yang mulai memenuhi rongga dadanya.
"aku mau pergi sebentar Bun,"ucapnya Seraya menghampiri wanita paruh baya itu dan mengecup punggung tangannya.
"malam-malam begini?"tanya Chelsea menatap khawatir ke arah putri bungsunya itu.
"hanya sebentar Bun,"ucap Asmirandah Seraya tersenyum mencoba untuk menenangkan dan memberitahu wanita paruh baya itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"tapi,..."Chelsea tidak bisa melanjutkan ucapannya saat mendengar pernyataan dari Putri bungsunya itu.
"Bunda tidak usah khawatir aku bisa jaga diri. lagi pula, lokasinya tidak terlalu jauh dari sini."ucap Asmirandah mencoba untuk menenangkan wanita paruh baya itu.
Membuat Chelsea yang mendengar itu, seketika menghela nafas panjang."hufftt baiklah kalau begitu kamu hati-hati. kalau ada apa-apa, tolong segera hubungi Bunda dan juga Papa."ucap wanita paruh baya itu mencoba untuk menasehati putrinya.
"Bunda tenang saja. semua akan baik-baik saja kok. kalau begitu aku permisi dulu assalamualaikum selamat malam."ucap wanita itu dengan ceria dan juga berjalan keluar dari dalam rumah dengan langkah ringan.
Sementara Chelsea yang melihat hal itu, hanya memandangi kepergian dari putrinya dengan tatapan mata yang sulit diartikan. namun sesaat kemudian, kedua mata dari wanita paruh baya itu, seketika berair.
"maafkan Bunda sayang. semoga saja kamu tidak mengetahui akan hal ini."setelah mengatakan hal itu, Chelsea memutuskan untuk kembali ke dalam kamar.
Baru saja wanita paruh baya itu membuka pintu, dirinya sudah dikejutkan dengan kehadiran sang suami yang telah berdiri di hadapannya saat ini.
"astaga! Papa ini mengejutkanku saja."ucap wanita paruh baya itu Seraya mengusap dadanya dengan perlahan.
Laki-laki paruh baya itu segera menuntun sang istri untuk duduk di sofa yang memang ada di dalam kamar pribadi mereka.
"memangnya Bunda sedang memikirkan apa? sampai tidak menyadari langkah kakiku?"tanya Aaron Seraya mengusap punggung sang istri.
"tidak apa-apa. aku hanya khawatir sebagai seorang ibu. kalau begitu, mari kita istirahat. karena besok pagi, kita akan menyambut hari bahagia. karena Putri kita, akan menikah dengan laki-laki yang sangat ia cintai."ucap Chelsea yang mulai membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Sementara Aaron, laki-laki paruh baya itu juga ikut berbaring di samping sang istri Seraya memeluk pinggang rampingnya.
****
Sementara itu di tempat lain, terlihat sepasang manusia berbeda gender tengah menikmati malam panjang mereka di atas tempat tidur.
"kau memang memberikan semua yang aku inginkan sayang."ucap laki-laki itu Seraya tersenyum simpul dengan sesekali menghentak-hentakkan tubuh bagian bawahnya.
"aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan. kita bisa melakukan ini setiap saat. bahkan jika besok kamu menikah dengan Asmirandah, maka kita akan tetap melakukan hal ini. apa kamu sanggup?"tanya wanita itu yang tak lain adalah Naomi. kakak kandung dari Asmirandah.
Yudha yang mendengar penuturan dari wanita yang selalu memuaskannya itu, seketika tersenyum simpul. Kemudian, melayangkan beberapa kali kecupan di wajah cantik wanita itu.
"tentu saja, Tentu saja itu akan aku lakukan. karena kamu, satu-satunya wanita yang membuat aku tergila-gila seperti ini."ucap Yudha Seraya menyesap bibir mungil milik Naomi itu.
Sementara wanita itu, saat ini memejamkan mata Seraya menyunggingkan senyum tipisnya. Seraya menyembunyikan wajahnya itu, di dada bidang laki-laki yang sebenarnya akan menjadi adik iparnya itu.
"istirahatlah. karena sebentar lagi, kita akan mengulanginya lagi."ucap Yudha Seraya menatap Naomi dengan tatapan liarnya.
Bukannya marah karena hanya dijadikan pelampiasan, Naomi justru malah sangat kegirangan saat mendengar penuturan dari laki-laki itu.
"kamu tenang saja aku akan memberikan apa yang kamu inginkan selama ini."ucapnya bergelayutan di lengan laki-laki itu. dan kembali terpejam menikmati rasa bahagianya itu.
Yudha yang mendengar itu seketika tersenyum dengan raut wajah yang sulit diartikan. namun demikian, tatapan mata laki-laki itu menatap tajam ke arah wanita yang ada di dekatnya saat ini. entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu saat ini. namun senyuman dari Yuda, menunjukkan bahwa laki-laki itu sangatlah puas.
****
Sementara itu di tempat lain, terlihat Asmirandah tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedikit naik dari biasanya. Karena Wanita itu, merasa sedikit terusik dengan ucapan sang sahabat beberapa waktu lalu.
"apa mungkin mereka berselingkuh? tapi, bukankah Mas Yudha dan juga Kak Naomi sudah memiliki pasangan masing-masing? huh rasanya tidak mungkin. mungkin saja, Tiara hanya salah lihat."ucap wanita itu saat menepikan mobilnya di pinggir trotoar jalan raya.
Karena saat ini, Asmirandah merasa sangat kebingungan harus mempercayai ucapan siapa. karena jujur saja, Wanita itu sangat mempercayai kedua orang yang berarti dalam hidupnya itu.
"ah daripada aku menerka-nerka seperti ini, lebih baik aku membuktikannya saja."telah mengatakan hal itu, wanita cantik itu segera menarik pedal gas mobilnya untuk melaju kembali.
Namun belum sempat wanita itu melajukan kendaraannya lebih jauh, tiba-tiba pasang netranya menatap seseorang yang tidak asing dari pandangan matanya.
"siapa dia?"tanya Asmirandah Seraya menyipitkan matanya. hingga Tak lama kemudian, kedua matanya membulat sempurna. saat melihat seorang laki-laki yang sangat familiar dalam hidupnya.
"Bang Zidane? untuk apa dia ada di sini?"tanya Asmirandah dengan raut wajah bingung. karena merasa penasaran, wanita cantik itu segera menghampiri laki-laki yang tak lain adalah kekasih dari kakak kandungnya itu.
"Bang Zidane untuk apa ada di sini?!"tanya Asmirandah Seraya melongokkan kepala di balik pintu kaca mobil yang terbuka setengahnya.
Mendengar namanya disebut, laki-laki itu segera berjalan menghampiri Asmirandah yang masih berada di dalam mobil.
"dek, kamu ngapain ada di sini?"tanya laki-laki yang tak lain adalah Zidane itu.
Bukannya menjawab, Asmirandah justru membuka pintu mobilnya dan keluar dari dalam kendaraan itu dan menghampiri kekasih sang kakak.
"kenapa kamu malam-malam ada di sini? tidak baik seorang wanita keluar malam-malam begini. apalagi, besok kamu akan menjadi pengantin." ucap Zidane saraya menatap adik dari kekasihnya itu.
Asmirandah yang mendengar pertanyaan beruntun dari pria yang menjabat sebagai kekasih kakaknya itu, terlihat sangat ragu. membuat Zidane sendiri, seketika mulai paham dengan situasi yang terjadi saat ini.
"ada apa?"tanya laki-laki itu Seraya menarik tangan Asmirandah untuk duduk di sebuah bahu jalan yang terlihat begitu ramai. karena kebetulan, malam ini adalah malam minggu. banyak para pemuda pemudi yang ikut menghabiskan waktu luang mereka bersama dengan pasangan masing-masing. baik itu pasangan suami istri atau masih segar teman tapi mesra.
"apa Abang baik-baik saja dengan Kak Naomi?"bukannya menjawab, Lagi Dan Lagi Asmirandah melontarkan pertanyaan pada laki-laki itu.
Membuat Zidane yang mendengarnya, sejenak terdiam. namun tak berselang lama, laki-laki itu menganggukkan kepala."kami baik. walaupun akhir-akhir ini, Kakak kamu sering susah untuk dihubungi, tapi kami baik-baik saja. memangnya kenapa?"tanya Zidane dengan rasa penasaran.
Sontak saja hal itu membuat Asmirandah yang mendengarnya, menggelengkan kepalanya dengan cepat."Mungkin memang benar jika Tiara hanya salah lihat. buktinya saja, mereka masih baik-baik saja sampai saat ini."ucap Asmirandah dalam hati walaupun apa yang ada di dalam hatinya saat ini, menolak keras ucapan itu.
"tapi kenapa hatiku merasa tidak terima saat aku mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja? apa memang benar aku harus membuktikannya sendiri?"tanya Asmirandah pada dirinya sendiri. hingga tanpa sadar, ucapan itu didengar oleh Zidane.
"kamu bicara apa, dek?"tanya laki-laki itu Seraya menepuk bahu Asmirandah. membuat wanita itu, seketika tersadar dari lamunannya.
"ah tidak apa-apa kalau begitu aku pergi dulu. Abang jaga diri ya,"ucap wanita itu Seraya beranjak dari tempat duduknya dan langsung masuk ke dalam mobil.
Sementara Zidane, laki-laki itu hanya terdiam Seraya memandang mobil dari calon adik iparnya yang mulai menjauh dari pandangan. tak lama berselang, entah apa yang dipikirkan oleh laki-laki itu. karena secepat kilat, Zidane segera membuntuti laju kendaraan yang semakin lama semakin menjauh itu, dengan menggunakan motor miliknya.
***
Tak membutuhkan waktu lama, mobil yang ditumpangi oleh Asmirandah telah sampai di depan sebuah hotel ternama di kota itu. tentu saja, hal itu membuat wanita itu, merasa sangat kebingungan. untuk apa sahabatnya itu mengirimkan alamat sebuah hotel kepadanya? ah mungkin saja, sahabatnya itu salah mengirimkan sebuah alamat.
Karena awalnya Asmirandah berpikir, bahwa alamat yang dikirimkan oleh Tiara itu adalah sebuah Cafe atau tempat yang tidak terlalu privasi seperti ini. Namun ternyata, dugaannya salah.
"Asmirandah, kamu ngapain ada di sini?"tanya suara dari arah belakang tubuh wanita itu. membuatnya seketika menoleh dan mendapati kekasih kakaknya itu berada tepat di belakangnya saat ini.
"Bang Zidane, Abang ngapain ada di sini?"tanya Asmirandah menatap ke arah laki-laki itu.
"aku merasa tidak tenang membiarkanmu pergi sendirian malam-malam seperti ini. jadi aku memutuskan untuk mengikuti mobilmu saja."jelas Zidane Seraya tersenyum tipis.
"eh kamu sudah datang?"kedua orang itu seketika menoleh ke arah sumber suara. saat seseorang, menepuk pundak Asmirandah.
"Tiara? kamu ngapain ada di sini?"tanya Asmirandah menatap sahabatnya itu.
"aku akan membuktikannya pada kamu."ucap wanita itu Seraya menarik tangan Asmirandah untuk masuk ke dalam bangunan hotel bintang 5 itu.
"eh kalian ngapain masuk di sini? memangnya Asmirandah mau bertemu dengan Yudha di sini? bukankah kamu sudah bertemu dengan laki-laki itu?"tanya Zidane menatap dua wanita itu secara bergantian. dan hal itu, sukses membuat Tiara seketika menghentikan langkahnya.
"eh, nggak nyadar kalau ada Bang Zidane di sini."ucap Tiara Seraya cengengesan.
Membuat Zidane yang mendengar itu, seketika mendengus kesal."aku tahu aku memang hitam. tapi tidak usah diperjelas seperti itu."ucapnya mencebik. dan hal itu sukses membuat kedua wanita itu seketika tertawa dengan lepas.
"mumpung ada Bang Zidane, lebih baik kita segera masuk. dan aku berharap, jika apa yang aku lihat itu memang benar, semoga kalian bisa tabah menghadapinya. tapi aku berharap, apa yang aku lihat itu memang hanya kesalahan mataku saja."ucap Tiara menghentikan tawa dari Asmirandah.
"tunggu! memangnya ada apa?"tanya Zidane yang memang tidak mengerti dengan maksud pembicaraan dua wanita yang ada di hadapannya saat ini.
Membuat Tiara yang mendengar itu, seketika terdiam Seraya melirik ke arah Zidane dan juga Asmirandah secara bergantian.
"aku tidak bisa menjelaskan di sini. karena aku takut, apa yang aku lihat itu memang salah. lebih baik, kalian mengeceknya sendiri Saja."ucap Tiara dengan raut wajah yang sangat serius.
Setelah mengatakan hal itu, Tiara memimpin jalan. wanita itu berada di depan. dengan Asmirandah dan juga Zidane yang berada di belakang.
"Mbak, Di sini ada tamu yang baru saja masuk?"tanya Tiara kepada sang resepsionis.
"ada mbak, kalian bertiga mau pesan kamar di sebelah mereka?"tanya resepsionis itu menatap ke arah Asmirandah dan yang lain.
Membuat kedua wanita itu seketika saling tatap satu sama lain. sementara Zidane, masih tetap sama. yaitu menatap mereka penuh dengan ekspresi wajah kebingungan.
"emm. kam---"ucapan Asmirandah seketika terhenti, saat mendengar sahutan dari sahabatnya itu.
"Benar Mbak. kami mau pesan kamar di sebelah kamar mereka. apa masih ada?"tanya Tiara dengan cepat.
Sang resepsionis yang mendengar itu, hanya menganggukkan kepala Seraya tersenyum tipis. kemudian dengan segera, memberikan sebuah kunci kepada Tiara.
"Terima kasih Mbak."ucap Tiara Seraya menarik tangan Asmirandah dan juga Zidane agar mengikuti langkahnya.
"kita untuk apa ada di sini? dan untuk apa pula, kita memesan kamar?"tanya Asmirandah saat mereka sudah berada di depan pintu kamar yang telah dipesan itu.
"sudah nanti kamu juga akan tahu."setelah mengatakan hal itu, mereka bertiga masuk ke dalam kamar. kemudian dengan segera, Tiara mengeluarkan sebuah alat yang ada di dalam tasnya.
"jika nanti kalian tahu, aku mohon kalian harus tetap tenang dan juga bersikap sebiasa mungkin."ucap Tiara dengan raut wajah sedihnya.
sementara Asmirandah dan juga Zidane yang memang tidak mengerti tentang semua itu, hanya terdiam Seraya mata mereka, saling memandang satu sama lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!