NovelToon NovelToon

Perangkap Cinta CEO Licik

Part 1. Marvin Cargius Adam's

Seorang pria dengan balutan tuxedo putih dipadukan dasi berwarna senada keluar dari sebuah gedung dimana sedang berlangsung pesta peresmian meriah perusahaan yang baru saja pria itu dirikan sebagai salah satu anak perusahaan nya.

Satu ruangan bersama orang-orang bermuka dua membuat napas nya pengap, sejujurnya ia benci akan hal seperti ini namun mau bagaimana pun pesta seperti ini harus di adakan bagi kalangan atas setelah meresmikan perusahaan baru nya.

"Sir" Panggil seorang pria dengan style formal nya yang terus mengikuti langkah pria di depan nya.

Pria itu menyahut hanya dengan berdehem, menghentikan langkah nya di taman yang berada tepat depan gedung tersebut.

"Tuan dan Nyonya berpesan setelah pesta ini selesai anda di minta untuk kembali ke rumah utama"

"Mereka sudah pulang?" Tanya pria itu menatap sang asisten yang kerap di panggil Rio.

"Sudah sir, seperti nya ada masalah dengan tuan muda Marvel"

"Ada apa lagi dengan nya?"

"Yang saya dengar sekilas, tuan muda Marvel tertangkap di arena balap liar"

Pria itu memijat pelipis nya kala mendengar sang adik lagi-lagi berulah. "Suruh orang untuk mencari tahu keadaan nya" Titah nya.

"Baik sir"

"Mr.Marvin!"

Dua pria itu seketika menoleh kala mendengar nama nya dan nama sang bos di panggil.

"Ck, si botak itu tidak ada bosan nya menganggu ku!" Decak kesal pria yang di sapa 'Mr.Marvin' itu.

Marvin Cargius Adam's, anak pertama dari pasangan Barra Cargius Adam's dan Queen Agatha Adam's.

Seorang pria matang berusia dua puluh delapan tahun yang berhasil mengembangkan perusahaan sang Daddy sekaligus berhasil membangun perusahaan yang mengelola jaringan toserba.

Marmart Inc,. Perusahaan retail terbesar di dunia dengan mengoperasikan toko diskon, supercenter, hingga merambah ke platform online. Keuntungan hariannya pun mencapai Rp1,3 triliun!

Kini pria bernama Marvin itu tersenyum tipis saat pria yang sebelum nya memanggil nama nya itu sudah berdiri di depan nya.

"Mr.Dom, ada masalah apa?"

"Haha tidak ada, hanya saja para rekan yang lain mencari anda" Jawab nya mencoba bergurau dengan kekehan nya.

"Ah baiklah, mari kita masuk" Sahut Marvin.

"Anda duluan, Mr."

Pria botak bertubuh sedikit gempal itu memberi akses untuk Marvin jalan terlebih dahulu. Tanpa banyak basa-basi lagi Marvin pun langsung melangkah di iringi sang asisten dan rekan bisnis nya itu.

...----------------...

"Sedang memikirkan apa?"

Mendengar suara bariton tepat di samping telinga nya membuat seorang wanita setengah baya yang terlihat begitu cantik itu terlonjak kaget.

"Marvin!!" Tegur gemas Queen seraya menjewer telinga sang putra.

"Aaaww sakit Mom" Ringis nya.

"Kalau datang itu setidaknya mengeluarkan suara, jangan bikin Mommy kaget terus"

Marvin pun terkekeh pelan lalu melepaskan tangan sang Mommy yang masih menjewer telinga nya lalu mengecup punggung tangan nya. "Iya-iya maafkan aku, ibunda ratu"

"Huhh!" Queen kembali duduk di sofa di iringi sang putra yang malah berjongkok di bawah nya. "Ngapain di situ, ayo sini duduk"

Marvin menggeleng dan menggenggam kedua tangan Queen. "Mommy sedang memikirkan apa sampai tidak mendengar suara langkah kaki ku?"

"Tidak ada, Mommy sedang fokus menonton film itu" Jawab Queen menunjuk televisi besar di depan nya yang tengah menayangkan sebuah adegan dengan dagu nya.

Marvin melirik sekilas televisi itu lalu kembali menatap sang Mommy. "Bohong" Ujar nya singkat dengan nada kecewa.

Setelah nya pria itu pun kembali berdiri dan duduk jauh dari sang Mommy, memasang wajah kecewa nya. Hal itu pun mampu membuat Queen menghela napas.

"Marvel balapan dan tertangkap oleh polisi"

Seketika Marvin langsung menatap Queen dan menggeser posisi duduk nya bersiap mendengar ucapan sang Mommy.

"Ketika di geledah, di bawah jok mobil Marvel ada narkotika dan alat suntik nya" Lanjut Queen kembali menghela napas.

Marvin terkesiap, adik nya yang berusia dua puluh empat tahun itu memang nakal, tetapi ia sangat tidak yakin bahwa adik nya mengkonsumsi obat terlarang itu.

"Tidak, Marvel tidak mungkin mengkonsumsi itu" Elak Marvin yakin.

"Tapi nyata nya ketika melakukan tes urine, adik mu di nyatakan mengkonsumsi obat-obat terlarang itu"

Tes..

Air mata Queen kembali menetes, tidak menyangka anak yang selama ini ia didik dengan baik ternyata malah terjerumus ke dalam dunia seperti itu.

"Don't cry, Mom.." Ujar lirih Marvin menyeka air mata yang mengalir di pipi wanita tercinta nya. "Marvin yakin Marvel tidak seperti itu" Lanjut nya.

Queen menggeleng. "Apa lagi yang harus membuat Mommy yakin? Mommy gagal mendidik Marvel hikss,, Mommy gagal mendidik anak-anak Mommy"

Marvin membawa tubuh kecil sang Mommy ke dalam pelukan hangat nya. "No Mom, Mommy tidak gagal bukti nya aku bisa menjadi seperti ini karena Mommy dan Daddy"

Queen tak lagi menyahut, hati nya sangat sakit mengetahui kabar seperti itu. Memang benar anak kedua nya itu nakal bahkan susah di atur tetapi Queen tidak menyangka jika Marvel mengkonsumsi obat terlarang itu.

"Sekarang dimana Marvel biar aku yang bicara pada nya" Tanya Marvin seraya mengurai pelukan nya saat merasakan Queen yang mulai tenang.

"Di ruang kerja Daddy, entah apa yang Daddy mu lakukan.."

Marvin memegang kedua bahu Queen lalu tersenyum guna meyakinkan wanita setengah baya itu.

"Mommy harus tenang oke, aku ke ruang kerja Daddy dulu"

Queen mengangguk, setelah nya Marvin pun langsung berjalan cepat menuju ruang kerja sang Daddy yang berada di lantai tiga rumah besar itu.

Tokk.. Tokk.. Tokk..

"Dad, ini aku Marvin" Ujar Marvin serata mengetuk pintu ruangan sang Daddy.

"Masuk!" Suara bariton itu menginstruksi Marvin untuk masuk.

Menarik napas sejenak kini Marvin pun membuka pintu besar itu dan nampak lah sosok tegas sang Daddy yang tengah berdiri di hadapan pria yang terduduk di lantai dengan kepala menunduk.

"Dad.."

Pria berjambang tipis dengan sedikit kerutan di pipi dan kening itu menoleh menatap putra pertama nya dengan napas yang memburu.

"Urus adik mu, Daddy sudah sangat jengah dengan tingkah nya!" Ujar Barra dengan nada datar penuh emosi. Mengisyaratkan kekecewaan yang mendalam namun ekspresi wajah pria itu tetap terlihat datar.

Setelah nya Barra pun langsung pergi meninggalkan ruangan itu dan menutup begitu kuat pintu nya.

"Huuh.." Marvin menghela napas lalu berjongkok di hadapan sang adik, membuat pria bernama Marvel Cargius Adam's itu mengangkat pandangan nya.

"Senang melihat ku seperti ini?"

Marvin mengangkat sebelah alis nya, tidak mengerti apa yang adik nya ucapkan.

"Ini semua ulah kamu 'kan?!"

"Vel--"

Bugh!

Satu pukulan mendarat di rahang Marvin membuat pria itu tersungkur ke lantai dari posisi nya.

"Demi mendapatkan kasih sayang dari Daddy dan Mommy kamu memfitnah ku seperti ini! Melakukan hal kotor seperti ini!" Teriak Marvel murka.

"Bukan aku" Sahut Marvin dengan wajah tanpa ekspresi. Nada bicara nya terdengar dingin.

"Ingat kamu hanya anak pung--"

"Setidaknya aku meninggikan nama keluarga ini, bukan seperti mu yang hanya membuat ulah!"

...****************...

Part 2. Marvel Cargius Adam's

Marvel Cargius Adam's, anak kedua dari pasangan Barra Cargius Adam'sn dan Queen Agatha Adam's yang sangat berbeda dengan Marvin.

Pria itu nakal dan hanya sibuk bersenang-senang di usia nya yang seharusnya sedang fokus mengurus perusahaan milik Barra. Sejak mengetahui fakta bahwa Marvin bukan lah kakak kandung nya membuat sikap pria itu berubah pada Marvin.

Fakta itu pun ia ketahui dari salah satu teman nya yang meneruskan perusahaan media milik Ayah nya, dimana di dalam arsip berita itu ada berita saat Barra dan Queen mengangkat Marvin sebagai anak dua puluh delapan tahun silam.

...----------------...

Ruang kerja yang cukup berantakan itu terasa hening tanpa ada sepatah kata pun yang keluar lagi dari mulut kedua pria itu.

Sejak ucapan terakhir kali yang Marvin ucapkan, Marvel pun hanya terdiam dan kembali menunduk dengan air mata yang menetes.

"Rio dan bawahan ku yang lain sedang menyelidiki kasus mu" Ujar Marvin yang pada akhirnya kembali menetralkan emosi nya. "Yang perlu kamu tau, tidak ada sedikit pun rasa dalam hidup ku untuk menghancurkan hidup mu"

"You're my little brother. Sedikit saja kamu terluka maka aku akan kembali melukai orang yang membuat mu seperti itu, termasuk saat ini"

Marvel berdecih, ia terlihat muak mendengar perkataan Marvin. "Mau cari muka lagi?"

"Stop it, Marvel. Daddy dan Mommy lebih menyayangi mu dari pada ku!"

"Omong kosong!" Sentak Marvel menyeka kasar air mata nya dan bangkit menyamakan tinggi nya dengan sang kakak.

"Kamu bukan anak kecil lagi, Vel. Ingat sekarang usia mu berapa? Dan tidak ada yang perlu kamu iri kan pada ku!"

"Kamu tau, Marvin?" Tanya Marvel dengan nada bicara yang semakin rendah dan tatapan penuh kesedihan itu. "Aku muak saat mendengar semua orang menyanjung nama mu padahal kamu bukan lah keturunan keluarga Adam's!"

Plak!

Wajah Marvel tertoleh begitu sebuah tamparan cukup keras mendarat di pipi nya.

"Mommy.." Gumam kaget Marvin.

"Sejak awal Mommy sudah bilang, kalian saudara sampai mati pun kalian saudara. Marvel!" Teriak murka Queen.

"Mom.." Marvin menarik sang Mommy ke dalam dekapan nya saat melihat air mata wanita tercinta nya itu kembali menangis.

"Seharusnya kamu berkaca, apakah kamu pantas memperlakukan kakak mu seperti ini? Dia terlalu sibuk mengurus perusahaan Daddy yang seharusnya kamu kendalikan"

"Tapi kamu?.. Kamu malah asik bermain dan menghina kakak mu terus menerus. Apa kamu masih menghargai Mommy hah?!"

Marvel kembali bersimpuh, lebih tepat di bawah kaki sang Mommy. "Ma-maafkan aku Mom, aku hanya ingin menjadi apa yang aku mau" Ujar nya terputus karena tangis.

"Memang nya sejak kapan Mommy dan Daddy menuntut kamu untuk menjadi apa yang kita mau? Sejak kapan?"

Marvel terdiam, kedua orang tua nya memang tidak menuntut diri nya untuk menjadi apa yang mereka mau.

Pernah sekali Barra menyuruhnya untuk mengurus perusahaan dan mengambil alih semua pekerjaan nya, tetapi Marvel menolak dan sejak saat itu tidak ada lagi tuntutan untuk diri nya.

"Mommy sakit melihat kamu memperlakukan kakak mu seperti ini terus selama lima tahun belakang ini hikss.."

"Shh,, sudah Mom" Ujar lembut Marvin mengusap-usap bahu Queen.

"Buka mata mu lebar-lebar Vel, bahkan pria yang sering kamu hina ini dengan senang hati mendonorkan ginjal nya untuk mu dan dia harus hidup dengan satu ginjal!"

Tubuh Marvel membeku mendengar penuturan sendu penuh kekecewaan dan rasa sakit hati yang keluar dari mulut sang Mommy.

Mata nya kini beralih menatap wajah sang kakak yang selama lima tahun belakangan ini ia benci, Marvel termakan hasutan teman nya hingga membuatnya membenci Marvin.

"Mom.." Nada kecewa itu terdengar oleh Queen yang menahan rasa sesak di dada nya.

Memang sebelum nya masalah ini Marvin meminta agar mereka semua menyembunyikan nya dari Marvel yang beberapa tahun lalu mengalami kecelakaan parah saat pertama kali ikut balap liar.

"Ja-jadi kak--"

"Iya! Orang baik yang mendonorkan ginjal nya untuk mu adalah kakak mu sendiri! Jika tidak ada dia mungkin saat ini Mommy dan Daddy tidak bisa melihat mu lagi!"

Rasa sakit, kecewa, hancur, dan sedih mengisi ruang kerja milik kepala keluarga yang saat ini hanya diam berdiri di samping pintu mendengar semua nya.

Mata Barra terpejam, setetes air mata mengalir membasahi pipi nya kala mengingat saat pertama kali ia mengetahui Queen hamil.

Barra mengabaikan Marvin, Barra sering mengomeli Marvin hanya karena hal kecil yang membuat Queen kelelahan padahal hanya memasak, dan ternyata kini anak yang ia tunggu-tunggu kehadiran nya lah yang selalu mengecewakan nya.

...----------------...

Kekacauan semalam telah berlalu dengan sadarnya seorang Marvel Cargius Adam's, meminta maaf atas semua nya yang tentu membuat Marvin senang karena adik kecil nya telah kembali seperti sebelum nya.

Tetapi dia benci melihat tatapan sang adik yang melihat nya dengan sorot mata sedih setelah mengetahui fakta bahwa diri nya hanya hidup dengan satu ginjal.

"Jadwal anda untuk minum, sir" Ucap Rio mengingatkan sang bos.

Mendengar itu Marvin langsung menatap nya tajam membuat Rio sedikit kebingungan. Bukan kah biasa nya saja Rio yang selalu mengingatkan agar pria itu tetap meminum air sebanyak dua liter dalam sehari? Lalu kenapa sekarang seperti nya sangat marah?

"Lain kali jangan mengingatkan ku!" Sentak nya mengambil air botol yang tersedia di depan nya.

"Maafkan saya, sir" Jawab Rio.

Meneguk kasar air di dalam botol berukuran sedang tersebut hingga habis, Marvin pun kembali menetralkan ekspresi nya.

"Apa saja jadwal ku hari ini?"

"Hari ini anda akan turun ke lapangan untuk melakukan riset di setiap cabang Marmart Inc., yang ada di kota ini"

"Apa akan ada penambahan produk baru?"

Rio mengangguk dan memberikan ipad di tangan nya pada Marvin. "Electronic Hitachi mengembangkan produk baru yang nanti nya hanya akan di pasarkan di dalam Marmart Inc.,"

Marvin mengamati produk elektronik terbaru milik salah satu perusahaan elektronik terbesar yang bekerja sama dengan perusahaan nya itu sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah, hubungi cabang lain nya karena target kita akan memasarkan produk ini ke seluruh cabang Marmart"

"Baik sir"

...****************...

*

Terima kasih banyak untuk kalian yang masih setia di karya-karya gabut aku❤️‍🩹

Walaupun cerita aku ga sebagus author-author lain nya, tetapi cerita ini murni hasil rancangan otak aku sendiri.

Jika memang ada di sama alur, nama tokoh, ataupun judul cerita. Itu semua mohon di maklumi dan segera komentar jika memang ada alur yang sama di karya siapapun agar author bisa memperbaiki nya🌷🥰

Part 3. Pertemuan

Mata elang milik Marvin terus mengamati garis tak beraturan di layar ipad-nya, sudah ada tujuh cabang yang pria itu kunjungi untuk melakukan riset pemasaran.

Jam pun sudah menunjukkan pukul tujuh malam tetapi masih ada satu cabang yang harus ia kunjungi.

"Apa kau sudah memberitahu manajer di cabang Japantown bahwa aku akan berkunjung?"

"Semua manager Marmart di kota ini sudah mengetahui nya melalui email yang di kirimkan pagi tadi, sir"

Mendengar itu Marvin menghela napas. "Hubungi manager Japantown apa dia sudah memberitahu para karyawan nya atau belum. Jika belum jangan sampai mereka tau"

Rio melirik bingung sang bos melalui kaca. "Memang nya kenapa sir?"

"Aku muak melihat para karyawan itu berlomba mencari muka dan aku tidak bisa menilai pelayanan mereka jika mereka mengetahui siapa aku"

Rio mengangguk, memang benar di tujuh Marmart sebelum nya ketika Marvin memasuki tokoh itu pasti para karyawan akan langsung menyambut nya. Entah bagaimana jika bukan diri nya yang datang, apa akan di sambut juga atau tidak.

"Saya akan menghubungi nya, sir"

Rio pun mulai mengutak-atik handphone nya, menghubungi seseorang yang di minta oleh Marvin.

Sedangkan Marvin sendiri kini mulai menyandarkan punggung nya dan menaruh ipad di tangan nya, mengistirahatkan tubuh nya sejenak.

"Manager di dalam Japantown sudah memberi pengumuman sejak pagi tadi bahwa anda akan berkunjung, sir"

Mendengar ity Marvin berdecak kesal, sebelum akhirnya napas nya kembali teratur kala mendengar Rio kembali bersuara.

"Tetapi dia bilang akan mengeluarkan pengumuman baru tentang anda yang tidak jadi berkunjung karena sudah terlalu malam"

Marvin mengangguk tanda setuju. "Oh iya, kurangi penyaluran produk oatmeal di cabang Haight-Ashbury dan Nob Hill. Seperti nya penduduk di sana tidak terlalu menyukai produk itu hingga banyak stok yang berujung expired"

"Baik sir"

*

Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, kini Marvin dan Rio telah sampai di cabang terakhir kota San Francisco.

Rio masih dengan style formal nya sedangkan Marvin sudah melepas jas nya dengan lengan kemeja yang di gulung sebatas siku.

Kedua pria itu memasuki Marmart tersebut dan benar saja tidak ada sambutan seperti tujuh Marmart sebelum nya.

Memang wajar saja, karena di setiap gedung Marmart sangat luas di tambah banyak orang yang tentu nya sedang berbelanja di toserba itu.

Marvin mengedarkan pandangan nya mengamati setiap cela Marmart ini seperti sebelum nya. Para karyawan sangat sibuk melayani customer, menjelaskan sesuatu di bagian barang elektronik sisi kanan Marvin.

"Hm, bagus" Gumam Marvin mulai melangkah.

"Selamat datang di Marmart, ada yang bisa saya bantu tuan?" Sapa salah satu seorang karyawan yang seperti nya sedang luang.

"Saya akan melihat-lihat terlebih dahulu" Jawab Marvin.

"Baik tuan, selamat berbelanja" Karyawan perempuan itu mengulas senyum nya sebelum akhirnya berlalu menyapa seseorang di belakang Marvin yang baru saja memasuki Marmart ini.

Senyum tipis menghias wajah Marvin, yang seperti ini yang ia suka. Dimana para karyawan tidak sibuk mencari muka dan bekerja sesuai ketentuan yang ia terapkan di setiap Marmart-Nya.

Kaki nya kembali melangkah, melakukan riset barang-barang di dalam nya berbekal mata dan ingatan nya serta mengamati para karyawan yang tengah menjelaskan produk-produk rumah tangga pada customer di hadapan nya.

Hingga akhirnya langkah Marvin terhenti saat melihat seorang perempuan yang memakai seragam karyawan Marmart itu tengah berjongkok di sebuah rak makanan dengan tangan yang mencoba meraih sesuatu di bawah sana.

Entah karena dorongan apa, Marvin pun ikut berjongkok dan mengintip ke bawah sana. "Mencari sesuatu nona?"

Mendengar suara bariton nan serak itu berada tepat di samping telinga nya membuat perempuan itu terjengkat kaget hingga kepala nya membentur kening Marvin.

"Shh.." Ringis pelan Marvin yang terduduk di lantai seraya mengusap kening nya.

"Astaga, maafkan saya tuan..!!" Panik nya seraya membungkuk berkali-kali.

Melihat itu Marvin pun bangkit dan berdiri menjulang di hadapan perempuan mungil yang saat ini tengah menundukkan kepala nya.

"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja" Ujar nya lagi.

"Olivia Shannon, cashier" Gumam Marvin membaca name tag perempuan itu yang berhasil mengundang tatapan dari sang pemilik nama.

"Maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak sengaja. Jangan laporkan pada atasan saya" Ujar Olivia dengan wajah memelas nya.

Marvin tertegun menatap wajah, ralat. Marvin terfokus pada mata teduh itu hingga membuat bibir nya bungkam.

Dan hal itu pun mampu membuat Olivia ketar-ketir karena tatapan pria di depan nya begitu tajam.

"Olivia!" Panggil seseorang yang berada di belakang Marvin.

Sontak Olivia pun memiringkan kepala nya guna melihat seseorang yang memanggil nya.

"Cepat kembali ke kasir jika sudah selesai merapihkan barang nya" Lanjut wanita yang memanggil nama Olivia.

"Baik" Jawab perempuan itu.

Setelah nya mata Olivia pun kembali tertuju pada pria dengan wajah tanpa ekspresi nya.

"Sekali lagi maafkan saya tuan, saya harus berjaga di kasir dan jika nanti ada yang tuan perlukan bisa memanggil saya" Ujar sopan Olivia dengan tubuh yang kembali membungkuk hormat.

Setelah nya perempuan itu pun langsung berjalan menuju kasir tak lupa sebelum melangkah ia mengulas senyum nya. Meninggalkan Marvin dengan mata nya yang mengikuti setiap langkah mungil Olivia.

"Mine.."

*

Menaruh minuman yang ia pilih ke meja kasir, mata Marvin pun terfokus pada wajah serius perempuan di sebrang meja kasir itu yang tengah menatap komputer.

"Ini saja, apa ada yang lain?" Tanya perempuan itu sebelum mengangkat pandangan nya.

"Hm itu saja" Sahut datar Marvin.

Cepat-cepat Olivia pun menscan kode pada produk tersebut hingga muncul lah jumlah uang yang harus di bayarkan oleh pria di depan nya.

Belum sempat Olivia menyebutkan jumlah yang harus di bayar, tiba-tiba saja Marvin sudah menyodorkan uang nya ke hadapan Olivia.

"Ambil kembali nya" Ujar Marvin hendak berlalu.

"Tunggu tuan, kami tidak bisa menerima uang tips"

Marvin menoleh sekilas, lalu menarik ujung bibir nya membentuk senyum. "Donasikan" Ujar nya sebelum pada akhirnya keluar dari Marmart itu.

"Astaga.." Gumam Olivia mengusap dada nya di iringi helaan napas lega nya.

"Ada apa?" Tanya Melly yang baru saja menyelesaikan proses transaksi customer nya.

"Tadi saat mencari kartu-- Astaga kartu pengenal ku!"

Tanpa melanjutkan cerita nya Olivia pun keluar dari lingkungan meja kasir itu lalu berjalan terburu-buru ke arah rak makanan ringan dimana tadi diri nya berjongkok dan berakhir membentur kening pria bermata elang itu.

"Astaga dimana kartu pengenal ku..!!" Panik Olivia saat tidak mendapati kartu tanda pengenal nya yang terjatuh ke bawah rak itu.

"Bagaimana ini? Bagaimana jika ada yang menemukan dan meminjam uang atas nama ku!!"

Olivia panik, benar-benar panik atas kecerobohan nya dan kesialan nya hari ini. Seharusnya kartu tanda pengenal itu ada di dompet nya.

Namun berhubung dompet nya bolong alhasil kartu tanda pengenal itu Olivia kantongi dan tidak sengaja terjatuh saat ia mengambil pulpen di saku.

Sedangkan di sisi lain, lebih tepat nya di dalam mobil yang masih terparkir di depan nya Marmart itu.

"Olivia Shannon, nama yang indah seindah mata nya" Gumam Marvin dengan tangan yang memegang kartu tanda pengenal perempuan bernama Olivia Shannon itu.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!