NovelToon NovelToon

THE LAST LOVE

BAB 1

"Tidak peduli dengan perasaanmu, kau telah menjadi milikku."

°°°

Adel terbangun dari tidurnya, sudah tiga hari belakangan ini tidurnya tidak nyenyak setelah keputusan perbincangan serius dengan orang tuanya yang membuat hatinya menjadi bingung. Hari ini tepatnya ia akan di pinang oleh lelaki yang tiba-tiba datang melamarnya tiga bulan lalu.

Adelia Monica, gadis manis yang kini baru memasuki usia 25 tahun. Di usia yang bisa dibilang sudah cukup untuk menikah namun tidak bagi Adel. Setelah asmaranya kandas 8 bulan lalu, Adel benar-benar merasa takut untuk menjalin hubungan.

Tiga bulan lalu obrolannya bersama orang tuanya membuat hatinya tak tenang, ia juga tak bisa menolaknya karena keputusan terbaik baginya memang ada pada orang tuanya.

"Adel, dia anak CEO di kantor Papah, dia menyukai kamu, kalian bisa berkenalan dulu," ucap Papah.

"Tapi Pah, Adel belum siap menikah tahun ini," jawab gadis itu.

"Lalu kamu siap nya kapan? Usia kamu sekarang sudah pantas untuk menikah, lagi pula lelaki yang datang ini usianya tak jauh beda dengan kamu," ucap Papah meyakinkan.

"Del, Mamah bukan ingin memaksa kamu, kalau ada niat baik lelaki datang dan ingin melamar kamu, kami sebagai orangtua senang. Terlebih dia juga baik dan kami kenal dia," ucap Mamah.

"Adel mau berkenalan kita berkenalan dulu," ucap Adel.

Dan sejak percakapan itu, Adel memutuskan untuk menerima pinangan Daniel, lelaki yang tiba-tiba melamarnya tanpa sepengetahuan dirinya dan selama tiga bulan lalu Adel dan Daniel menjalin hubungan meskipun hanya sebatas lewat pesan whatsapp yang sangta singkat di setiap harinya.

****

Adel sudah selesai di rias, dengan Siger di kepala yang sudah di pasang. Ia bercemin melihat dirinya yang sebentar lagi akan berubah status menjadi seorang istri.

"Mbak, akadnya akan segera di mulai," ucap lelaki yang masuk ke ruangan Adel.

"Bismillahirahmanirahim," ucap Adel dalam hati sambil berjalan keluar.

Adel melihat lelaki dengan jas putih dan peci putih yang tengah duduk dan menatap ke arahnya, Adel menundukkan pandangannya.

Ini kali ketiga ia bertemu dengannya dan setelah ini Adel akan bersamanya, dari bagun tidur sampai tidur kembali dan menjadi teman hidupnya

"Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Monica dengan mas kawin tersebut di bayar tunai," ucap Daniel dengan lantang.

Saksi mengucapkan SAH hingga mereka mengucapkan Hamdalah bersama-sama. Adel masih menunduk saat ia mencium tangan Daniel yang menatapnya.

***

Daniel Fauzi, lelaki yang kini menginjak usia 27 tahun. Di usianya yang masih terbilang muda, ia memutuskan untuk menikahi anak gadis dari karyawan Papahnya.

Daniel sendiri dikena sebagai Programmer. Pekerjaan yang bisa di bilang tidak begitu terlihat namun hasilnya benar-benar menakjubkan. Dan kini Daniel telah resmi mengubah statusnya menjadi suami untuk Adel.

***

Setelah selesai akad dan resepsi mereka memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen milik Daniel. Barang-barang Adelpun sudah di kemas ke dalam koper.

Selama perjalanan dari gedung pernikahan mereka hingga ke apartemen Daniel, tak ada satu pun percakapan yang keluar dari keduanya. Hanya keheningan yang tercipta. Keduanya sama-sama enggan membuka percakapan lebih dulu.

Daniel membuka pintu mobil, dan langsung mengambil koper, di susul Adel yang turun dari mobil dan mengikuti langkah suaminya itu.

"Barang-barang kamu bisa susun nanti di lemari," ucap Daniel saat mereka sampai di apartemen.

Adel hanya mengangguk seraya masuk ke kamar menyusul Daniel yang sudah masuk lebih dulu.

"Saya mandi dulu, kalau mau istirahat silahkan," ucap Daniel pergi ke kamar mandi.

Adel lagi-lagi hanya diam tak berbicara apapun. Sebenarnya ia masih bingung dengan hatinya, terlebih ia menikah dengan laki-laki yang belum terlalu ia kenal, Daniel memang tampan badannya tegap dan tinggi. Jujur saja Adel mengagumi paras pria Daniel saat pertama kali bertemu.

Hanya saja, wajah tampannya itu terkesan sangat dingin. Ia bahkan tak pernah merubah raut wajahnya sejak pertama kali bertemu dengan Adel.

Daniel bukan orang yang banyak bicara. Alasan gadis cantik ini menerima pernikahannya adalah karena ia merasa yakin Daniel adalah orang yang tepat.

***

Daniel keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya, Adel yang sejak tadi duduk diam di pinggir kasur menengok ke arahnya.

"Kalau kamu mau mandi, ada handuk di sana bisa kamu pakai," ucap Daniel yang baru keluar dari kamar mandi.

"Oh iya," jawab Adel canggung.

Adel berjalan membuka kopernya, ia mengambil baju tidur dan menutup kopernya kembali. Ia masih merasa lelah untuk menyusun pakaiannya malam ini.

Selesai mandi, Adel mengeringkan rambutnya. Make-up pengantinnya masih sedikit melekat di wajahnya, terutama bagian matanya yang masih menghitam. Riasan make-up yang tebal menurutnya. Adel mengambil skincare malamnya dan mulai membersihkan wajahnya.

"Kamu mau makan?" tanya Daniel yang baru kembali ke kamar.

"Mau Adel masakin?" tanya Adel yang sudah berdiri.

"Saya sudah pesan, makanannya sudah datang." kata Daniel yang kemudian menghilang di balik pintu.

***

Sejujurnya, malam ini Adel benar-benar gugup dan canggung. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana dan seperti apa dihadapan pria yang sudah resmi menjadi suaminya hari ini.

Adel menghampiri meja makan dan duduk di depan Daniel. Daniel memesan beberapa makanan yang cukup banyak, padahal hanya untuk porsi mereka berdua.

"Saya sudah selesai makan, kamu lanjutkan makan, saya akan langsung tidur," ucap Daniel meninggalkan meja makan.

"Iya, Mas."

Sebutan 'Mas' sudah ia pakainya sejak pertama berkenalan dengan Daniel, dan tampaknya lelaki itu juga tidak keberatan dengan panggilan tersebut.

Dengan cepat Adel menghabiskan makanannya. Tampaknya Daniel masih bersikap dingin padanya dan mungkin karena mereka masih merasa canggung satu sama lain.

Setelah selesai makan, Adel membersihkan meja dan mencuci piringnya. Ia melihat perlengkapan di apartemen Daniel sangat lengkap.

Padahal kata Papah mertuanya, suaminya itu hanya tinggal sendiri di apartemen.

***

Adel berjalan ke kamar mereka, Daniel sudah tidur lebih dulu. Dengan perasaan canggung dan berbedar-debar. Adel menaiki kasur empuk tersebut dan membaringkan badannya di kasur.

Malam ini tampaknya ia masih menjadi seorang gadis. Padahal ia sempat mengira dirinya dan Daniel akan melakukan hubungan suami-istri. Tapi hari ini ia juga sudah lelah dan mengantuk, tak banyak berpikir banyak, Adel sudah menutup matanya dan masuk ke alam mimpi.

°°°°

Terimakasih sudah

mampir ke cerita ini.

Jangan lupa kasih Bintang dan Komentarnya ya ..

^_^

BAB 2

Pagi ini, Adel bangun dan melihat ke samping tempat tidurnya yang kosong, tampaknya Daniel sudah bangun lebih dulu. Ia pun memilih untuk merapihkan tempat tidur dan mandi.

Sudah seminggu mereka menikah namun tidak ada yang berubah, Daniel masih bersikap dingin padanya tanpa bicara apapun kecuali seperlunya.

Memang begini rasanya menikah tanpa rasa cinta?

Selesai merapihkan tempat tidurnya, ia memilih untuk langsung mandi menyegarkan badannya.

Sebelum menikah dengan Daniel, ia bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan, selama bekerja dua tahun ia berpacaran dengan manager nya sendiri bernama Bani.

Sayang hubungan itu kandas 8 bulan lalu, dan semenjak putus Bani memutuskan kembali ke Bandung dan bekerja di sana dan semenjak itu mereka kehilangan kontak.

Adel sendiri sudah berhenti bekerja sejak menikah, meskipun Daniel tak pernah menanyakannya ataupun meminta berhenti, namun Adel paham kewajiban seorang istri dan lagi pula pendapatan Daniel sudah sangat mencukupi kebutuhan mereka berdua.

****

Selesai mandi, Adel langsung menuju dapur untuk membuatkan sarapan. Setiap pagi Daniel selalu memintanya membuatkan susu coklat dengan roti isi. Daniel memang tak banyak menuntut atau berkomentar, memang benar-benar sangat pendiam.

"Mas di minum dulu," ucap Adel menaruh susu coklat dan roti isi di meja.

Daniel hanya mengangguk dengan padangan yang masih fokus pada laptopnya. Beberapa hari lalu setelah menikah ia memang sedang melakukan riset pada aplikasi barunya yang entah apa itu, Adel pun tidak mengetahuinya.

"Adel belanja ke pasar dulu, bahan-bahan sudah hampir habis," ucap Adel.

"Tunggu! Biar saya antar," ucapnya kemudian menutup laptop.

"Tapi, Mas masih sibuk?"

Tanpa menjawab ucapan Adel, ia langsung berdiri dan pergi ke kamar mengambil kunci mobil dan jaket. Adel tak mau banyak bertanya, lagipula sudah terbiasa Daniel bersikap demikian sejak mereka menikah.

Turun dari mobil, Daniel sudah berjalan lebih dulu sedangkan Adel hanya mengikutinya dari belakang. Rencananya belanja ke pasar di alihkan ke supermaket untung saja Adel sudah mandi.

Daniel mengambil trolley dan menyuruh Adel untuk memilih bahan-bahan apa saja yang akan ia beli. Adel sudah mencatat di kertas dan berjalan mencarinya di bantu Daniel yang mendorong trolley.

"Sudah semua?" tanya Daniel.

"Sudah, Mas."

Mereka pun pergi ke kasir untuk membayar, sambil berjalan ke kasir Adel melihat es krim, ia ingin saja membelinya tapi merasa tak enak dengan Daniel, ia pun memilih untuk mengantri.

Selesai berbelanja keduanya memilih langsung pulang. Tak ada percakapan apapun selama perjalanan. Adel juga memilih diam sambil bermain game di ponselnya.

"Yah kalah!" ucap Adel.

Ia pun tersenyum dan menatap ke arah Daniel yang masih fokus menyetir tanpa menengok ke arahnya.

"Mas, ada yang jual lontong sayur," ucap Adel menunjuk ke gerobak.

Daniel hanya diam tak menghiraukan, ia masih saja tetap fokus menyetir. Adel sedikit kecewa padahal ia sangat ingin memakan lontong sayur.

"Nanti beli di depan aja, di sana lebih enak," ucap Daniel yang melihat ekspresi Adel yang kecewa.

Adel tersenyum manis pada Daniel yang kini kembali serius menyetir. Yang ia tahu meskipun Daniel dingin tapi lelaki ini tak pernah benar-benar tega padanya.

****

Sesampainya di rumah, Adel mengambil piring dan membuka bungkus lontong yang sudah mereka beli.

"Nih Mas, di makan dulu,"

"Terimakasih," ucap Daniel yang kemudian kembali membuka laptopnya.

Adel duduk di sebelah Daniel sambil memakan lontongnya, ia memperhatikan apa yang di kerjakan suaminya itu sambil memakan suapan lontong ke mulutnya.

Ada rasa ingin bertanya, hanya saja ia takut menganggu Daniel dan membuat dia tidak suka jika ia banyak bertanya. Namun melihat yang di kerjakan Daniel ia sedikit tahu sedikit karena dulu Adel menempuh pendidikan SMK jurusan RPL (Rekayasa Perangkat Lunak).

"Pake c++ ?" tanya Adel.

Daniel hanya mengangguk seraya melanjutkan membuat coding, Adel terus memperhatikannya sambil melihat kepintaran lelaki itu dalam membuat coding.

"Dulu Adel pernah belajar c++ kelas 11, tapi nggak terlalu paham. Cuma bisa bikin coding perhitungan aja," ujar Adel sambil terus memakan lontongnya.

Daniel tak menggubrisnya, ia masih sibuk dengan bahasa pemograman itu, Adel tak mau menganggunya dan memilih melanjutkan makannya.

"Kamu biasa nulis coding di mana?" tanya Daniel tiba-tiba.

"Biasanya di notepad++, ada beberapa yang gagal juga, Adel kurang bisa kalau bikin coding,"

"Terus kenapa bisa lulus?"

"Waktu ujian komputer nggak pake coding kok," ucap Adel mengerucutkan bibirnya.

Daniel menengok ke arah Adel yang menunduk sambil memakan lontongnya. Melihat wajah cemberut Adel membuatnya sedikit tersenyum tanpa disadari Adel.

"Saya lagi bikin aplikasi buat perusahaan, dia minta dua minggu," ucap Daniel.

"Dua minggu memang bisa ke kejar?"

"Bisa, kalau saya nggak kerjain yang lain," jawabnya sambil melanjutkan makannya.

"Inget cerita mantan Adel, temennya katanya programmer juga," ucap Adel kemudian mengambil gelas di meja. "Tapi Adel gak tahu namanya," lanjut Adel.

Daniel hanya diam kemudian mematikan laptopnya dan menatap ke arah Adel dengan wajah seriusnya.

"Kamu punya mantan berapa?" tanya Daniel tiba-tiba.

"Hah?" tanya Adel terkejut.

Daniel menatap Adel dengan wajah datarnya kemudian beralih menatap ke arah lain.

"Adel baru sekali pacaran dan punya mantan satu," jawab Adel.

"Udah pernah ngapain aja sama mantan kamu?" tanya Daniel serius.

"Ngapain?" tanya Adel mengerutkan keningnya.

Adel menatap wajah dingin Daniel yang kini tengah serius menunggu jawabnya. Rasanya aneh tiba-tiba saja Daniel menanyakan tentang apa yang dilakukannya selama berpacaran?

Adel terdiam, ia mengingat kembali hubungannya dengan Bani. Setelah putus memang mereka tidak berkomunikasi sama sekali. Bani tampaknya marah dengan Adel yang memutuskannya, namun jika saja Bani berlaku sopan padanya dan tidak mengecewakannya mungkin saja hubungan mereka masih berlanjut.

"Lain kali kamu nggak perlu menyebutkan mantan kamu," ucap Daniel yang kemudian berdiri mengambil laptopnya dan berjalan ke kamar.

Adel termenung sambil menaruh piringnya, lontongnya belum habis namun nafsu makannya sudah hilang saat Daniel menanyakan hal demikian.

Bukan ia tak mau membahas tentang Bani, ia saja tak sengaja menyebutkannya saat bercerita dengan Daniel, hanya saja lelaki itu tampaknya tidak suka.

Adel mengambil piring bekas Daniel dan langsung mencucinya. Ia masih bingung dengan sikap Daniel yang tampak penasaran dengan apa yang ia lakukan saat pacaran dengan Bani.

***

Adel masih duduk di ruang televisi sambil memaikan game di ponselnya, ia sibuk dengan ponselnya dan Daniel sibuk dengan laptopnya. Tak ada perbincangan diantara keduanya, mereka sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Hari sudah hampir malam, Daniel juga masih sibuk di kamar. Ia memang di rumah hampir setiap hari, namun hampir setiap hari juga ia sibuk dengan laptopnya.

Sejenak terlintas di pikiran Adel, mengapa lelaki itu ingin menikah dan ingin menikahinya? Padahal mereka belum pernah berkenalan atau bertemu. Tetapi mengapa ia mau melamar Adel? Apakah Papah Adel sengaja menjodohkannya dengan Daniel? Tapi yang benar saja?

Adel memasuki kamar setelah mengunci semua pintu rumah, Daniel masih sibuk ia memilih untuk mencuci mukanya dan duduk di pinggir ranjang.

"Mas, masih belum selesai?" tanya Adel.

Daniel hanya menggelengkan kepala sebagai jawabannya, tampaknya ia memang masih belum selesai dengan program yang ia kerjakan.

Adel yang hendak tidur melihat Daniel yang mulai menggerakkan kepalanya merasa kasihan, tampaknya lelaki itu pegal seharian bekerja dengan laptopnya dan hanya berhenti untuk beristirahat sebentar saja.

"Mas, sudah malam. Lebih baik di lanjutkan besok saja, lagian nggak baik buat mata," ucap Adel lembut.

Daniel memandang Adel yang kini sedang duduk di pinggir ranjang. Sebenarnya ada rasa tak enak bersikap dingin dan cuek pada istrinya itu, hanya saja Daniel pun tak tahu bagaimana cara memperlakukan istrinya itu.

Daniel mematikan laptopnya dan memilih berjalan ke arah kasur, ia juga merasa mengantuk dan sedikit pusing karena seharian menatap laptopnya.

Daniel duduk sambil memijit kening dan alisnya, ia juga merasa punggungnya sangat berat. Baru saja Daniel ingin merebahkan badannya, Adel langsung duduk menahan punggungnya dengan kedua tangannya.

"Biar Adel pijat ya Mas, dari tadi seharian lihat laptop pasti pegal dan pusing," ucap Adel langsung memijat punggung Daniel tanpa menunggu persetujuannya.

"Nggak perlu, saya sudah biasa," tolaknya.

"Makanya karena sudah biasa itu nggak baik, lagian sekarang kan sudah menikah jadi nggak apa-apa Adel urut."

Daniel hanya diam tak menjawab atau pun menolaknya, pijatan dari Adel memang sangat terasa tampaknya tenaga gadis itu cukup besar. Daniel merasa makin mengantuk namun ia mencoba menahannya.

"Kalau mau sambil tidur nggak apa-apa," ucap Adel menggeser duduknya.

"Nggak perlu, sudah cukup," tolak Daniel.

"Ya sudah, Mas rebahin dulu aja badannya."

Daniel merebahkan badannya dan langsung memejamkan matanya tanpa menunggu Adel yang masih duduk.

Adel langsung menggambil tangan Daniel ke pangkuannya dan ia pun memijitnya dengan lembut. Daniel sempat terkejut dan kembali membuka matanya, namun Adel tak melihatnya, ia menatap tangan kekar Daniel sambil memijatnya dengan hati-hati.

Entah mengapa Daniel merasa tenang, badannya juga terasa ringan dari sebelumnya. Baru kali ini ia merasa badannya lebih baik dan kepalanya juga ringan, apakah begini rasanya memiliki istri yang pengertian?

Baru saja hampir terlelap, Daniel tiba-tiba saja berpikir, apakah Adel sering memijat seperti ini juga pada mantannya? Tapi tak mungkin jika ia melakukannya, kan?

Entah mengapa Daniel merasa sangat tak suka jika Adel mengingat atau menyebutkan dan membawa nama mantannya. Daniel tahu segala hal tentang Adel sebelum menikahinya, dan yang paling membuatnya tak suka adalah tentang Adel dan mantannya itu.

Baru saja berpikiran tentang Adel, tiba-tiba pijitan Adel tidak berasa. Ia membuka matanya dan menatap ke arah istrinya. Rupanya Adel sudah membaringkan badannya sambil memeluk tangan Daniel yang membuat Daniel terkejut tapi merasa senang.

°°°

Terima kasih yang sudah membaca kelanjutannya..

Jangan lupa kasih bintang dan komentarnya yaa

^_^

BAB 3

#HAPPYREADING#

***

"setiap orang memiliki cara berbeda dalam menyatakan cinta"

***

Silau cahaya mengintip di balik kaca kamar Adel. Ia duduk di ranjang sambil menatap ke samping ranjangnya yang sudah kosong. Sudah terbiasa ia bangun tidur tanpa Daniel disisinya karena lelaki itu selalu bangun lebih awal.

Adel merapihkan ranjangnya dan langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya.

Selesai mandi, ia berjalan keluar kamar namun tidak menemukan Daniel, di ruang televisi pun pria itu tidak ada. Kemana kah lelaki itu? Adel ingin memanggilnya tapi ia takut Daniel akan marah.

Adel mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar, dan benar saja firasatnya, Daniel sudah mengirimnya pesan whatsapp. Ternyata ia sudah pergi ke perusahaan untuk menyerahkan program yang baru saja ia buat.

Adel menghebuskan nafasnya, ini pertama kalinya lelaki itu pergi bekerja, karena selama mereka menikah beberapa minggu ini ia hanya bekerja di rumah saja. Dan pagi ini ia pergi tanpa pamit, mungkin besok Adel harus bangun lebih awal.

***

Adel sudah selesai menata masakannya di meja makan. Hari ini ia membuatkan soto ayam makanan favoritnya yang sering ia masak bersama Mamahnya. Ah, Adel rindu dengan Mamahnya yang sering memberikan resep masakan dan memasak bersama dengannya.

Adel mengambil nasi di rice cooker, baru saja membukanya tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Rupanya Daniel sudah pulang, ia menenteng tas laptopnya dan memakai kemeja abu-abu dengan lengan kemeja yang ia lipat hingga ke siku. Wajahnya tampak sedikit lelah.

"Mas mandi dulu, Adel sudah masak nanti kita makan," ucap Adel menatap ke arah Daniel.

Daniel hanya menatap sekilas pada Adel kemudian pergi ke kamar tanpa mengucapkan kata apapun.

Tak berapa lama Daniel keluar dari kamar dan berjalan ke meja makan. Rambutnya terlihay masih sedikit basah. Ia langsung duduk di kursi dan menyimpan ponselnya.

"Ini Mas, mau di buatkan teh?" tanya Adel setelah meletakkan piring.

"Nggak usah," jawab Daniel.

"Kalau gitu minum air hangat?" tanya Adel kembali.

Daniel hanya diam tanpa menjawab atau menggeleng, Adel memilih untuk menuangkan air hangat ke gelas Daniel.

Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersautan di meja makan memecahkan keheningan.

"Mas, mau nambah?" tanya Adel.

"Nggak, saya mau langsung istirahat," ucapnya berdiri meninggalkan meja makan.

Adel hanya mengangguk menatap punggung Daniel yang sudah meninggalkan meja makan. Adel hanya tersenyum kecil meski di hatinya ada sedikit kecewa dengan sikap dingin suaminya itu.

Adel memilih melanjutkan makannya sendirian. Memang Daniel selalu begitu makan tanpa bicara, ia juga tidak mengomentari atau memuji masakannya.

****

Adel melipat pakaian yang sudah ia cuci tadi pagi, ia memilih melipatnya dia ruang televisi sambil menonton berita.

Memang sejak menikah dan berhenti bekerja tak ada kegiatan yang ia lakukan, ada rasa bosan yang melandanya karena seharian berada di rumah, apalagi semenjak menikah Daniel tak pernah mengajaknya pergi keluar berjalan-jalan.

Daniel tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Adel. Lelaki itu hanya diam menonton tanpa menyapa Adel namun dari gerak-geriknya ia telihat seperti sedang bingung.

"Saya mau bicara," ucap Daniel.

"Ada apa?" tanya Adel menatap Daniel.

Daniel menatap mata Adel sejenak sebelum akhirnya beralih pada televisi.

"Kita akan pindah ke Bandung," ucapnya.

"Ke--, kenapa?" tanya Adel terkejut.

"Saya ada pekerjaan di sana."

"Pekerjaan?" tanya Adel bingung.

"Saya di kontrak perusahaan di Bandung, dan kebetulan di sana juga perusahaanya sangat bagus."

Adel terdiam, di Bandung adalah tempat kelahirannya dan ia tinggal di sana sampai SMA, sejak lulus sekolah keluarganya pindah ke Jakarta karena Papahnya bekerja di Jakarta dan ia pun kuliah dan menetap di Jakarta sampai sekarang.

"Kita akan pindah lusa. Nggak usah banyak bawa barang, kita kemas pakaian saja," ucapnya sambil tetap fokus pada televisi.

"Kita berapa lama di sana?" tanya Adel sedikit berat.

"Belum tahu, yang pasti kamu kemaskan saja barang-barang kamu semuanya," ucap Daniel kemudian berjalan ke kamarnya.

Adel masih terdiam, entah mengapa keputusan Daniel untuk pindah ke Bandung rasanya sangat berat. Namun apa yang bisa dia buat? Daniel adalah suaminya dan dia adalah tanggung jawab Daniel, ke manapun Daniel pergi Adel akan ikut dengannya.

Adel cepat-cepat mengambil baju dan mematikan televisi, ia memilih ke kamar karena hari sudah malam.

"Besok Mamah ngundang kita makan malam," ucap Daniel.

"Oh iya? tapi kenapa tiba-tiba?" tanya Adel menutup pintu lemari.

"Kirana datang sama suaminya jadi besok kita kumpul," ucap Daniel.

Adel hanya mengangguk kemudian berjalan ke kamar mandi mencuci mukanya. Kirana sendiri adalah kakak Daniel, usianya selisih 3 tahun dan dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak.

Adel sendiri belum telalu kenal dan akrab dengan keluarga Daniel, saat di penikahannya pun mertuanya hanya senyum tanpa bertanya atau mengajaknya berbincang, sedangkan Kirana? ia hanya menyapa Adel saja.

Adel melepas ikat rambutnya ia berjalan ke kasur, sedangkan Daniel masih duduk di ranjang dengan kaki yang sudah di selimuti sambil fokus pada ponselnya namun sesekali ia melirik gerak-gerik Adel yang kini sudah membaringkan badannya.

"Mas, nggak tidur?" tanya Adel.

"Sebentar lagi," ucap Daniel datar.

"Ya sudah, jangan tidur kemalaman," ucap Adel kemudian memiringkan badannya memunggungi Daniel.

Daniel menatap Adel sejenak, sejujurnya gadis itu memang cantik dengan kulit putihnya. Setiap malam Daniel berusaha menahan dirinya untuk tidak menyerang Adel padahal ia sudah resmi menjadi suaminya. Hanya masih ada banyak hak yang ingin Daniel cari tahu sendiri dari istrinya yang sampai saat ini belum terungkap.

***

Adel sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah mertuanya. Ia menggunakan gaun yang dibelikan Daniel siang tadi.

Setelah selesai mengemas, Daniel mengajaknya pergi ke butik dan membelikannya gaun yang ia suka karena warna dan modelnya yang cukup bagus untuk dirinya.

Mereka sudah sampai di rumah orangtua Daniel, namun keduanya masih terdiam di mobil.

"Saya tahu hubungan kita belum berjalan baik, tapi saya ingin kita bekerja sama," ucap Daniel.

"Maksudnya?"

"Kamu bantu saya untuk bersikap baik layaknya suami-istri pada umumnya?" ucap Daniel.

Adel menangkap maksud ucapan Daniel padanya, ia tahu Daniel sedang meminta bantuannya agar bisa bersikap harmonis di depan orang tua Daniel. Adel tidak keberatan lagipula ini bisa menjadi kesempatannya memulai hubungan baik dengan Daniel.

"Baik kalau begitu," ucap Adel kemudian hendak membuka pintu namun di tahan Daniel.

"Mamah orangnya pendiam, dia tidak mudah akrab dengan orang lain jadi kamu jangan tersinggung jika dia tidak menyapa atau berbicara," ucap Daniel.

"Oke," ucap Adel tersenyum kecil.

Baru saja ia mulai semangat, tapi saat Daniel berbicara tentang Mamahnya dan sikapnya membuat ia menjadi takut apakah kehadirannya akan di sambut oleh mertuanya itu?

Tak mau berpikir lama, Daniel sudah membukakan pintu mobil dan mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah megah itu.

"Selamat malam Mbak dan Mas," ucap pelayan keluarga.

"Malam, mereka di mana?" tanya Daniel.

"Mereka sudah berkumpul menunggu kalian," jawabnya.

Daniel mengangguk, kemudian berjalan ke dalam. Dengan sedikit takut Adel menggandeng legan Daniel sesuai permintaannya agar terlihat harmonis di depan keluarga Daniel.

"Kalian sudah datang," ucap Papah yang tersenyum.

Daniel tersenyum menyalami Papah dan Mamahnya, disusul Adel yang ikut tersenyum menyalami mertuanya itu.

"Adel bagaimana kabar kamu?" tanya Papah Daniel.

"Baik, Pah," jawab Adel kemudian duduk setelah Daniel menarik kursi untuknya.

"Adel makin cantik aja udah nikah," ucap Kirana tersenyum pada Adel.

Adel hanya tersenyum canggung pada Kirana, sedangkan Mamah Daniel terlihat diam tanpa bersuara namun dari wajahnya tampak tenang. Adel sedikit melirik mertuanya itu dan beliau hanya tersenyum kecil kemudian beralih mengambil nasi.

"Ya sudah karena semuanya sudah berkumpul kita makan dulu," ucap Papah.

Adel mengambilkan nasi untuk Daniel dan juga pada Papah mertua, sudah menjadi kebiasaannya pula dirinya sering menggambilkan nasi untuk Papahnya dan kini Adel menjadi rindu makan bersama kedua orang tuanya itu.

"Kalian malam ini tidur di sini saja," ujar Papah setelah selesai makan.

"Kita lusa akan langsung pindah ke Bandung," ucap Daniel.

"Karena itu, lebih baik kamu ajak istri kamu menginap sehari di sini lagipula nanti kalau sudah di Bandung kamu akan jarang ke Jakarta," ucap Papah.

Daniel tampak berpikir, kemudian beralih menatap Adel yang kini juga bingung. Daniel sebenarnya mau saja untuk menginap di rumahnya hanya saja ia takut Adel tidak menyetujuinya.

"Gimana?" tanya Daniel pada Adel.

"Menginap sehari nggak apa-apa, besok kita langsung pulang."

"Ya sudah," ucap Daniel mengangguk.

Adel membantu membersihkan meja makan, Kirana sudah kembali ke kamar karena anaknya sudah tertidur sedangkan Mamah Daniel ikut membersihkan meja makan. Meskipun keluarga kaya raya dengan pembantu yang bekerja di rumahnya, namun Mamah Daniel ternyata lebih suka melakukan pekerjaannya sendiri.

"Kamu lebih baik istirahat aja," ucap Mamah.

"Nanti aja Mah, biar Adel yang cuci piring Mamah istirahat aja," ucap Adel tersenyum.

"Tidak apa-apa sudah terbiasa."

"Adel nggak enak kalau di rumah Mamah nggak bantuin, biasanya Adel sering cuci piring kok," ucap Adel yang sudah mulai mencuci piring.

Mamah hanya tersenyum sambil memasukan beberapa makanan yang masih tersisa ke kulkas.

"Bagaimana dengan Daniel?" tanya Mamah.

"Mas Daniel sangat baik, dia memang sedikit pendiam tapi dia juga peduli."

"Syukurlah, Mamah kira dia akan menjadi dingin," ucap Mamah.

"Dingin sih, dia nggak romantis," ucap Adel tertawa kecil.

"Kamu suka lelaki romantis?" tanya Mamah.

"Adel suka dengan laki-laki yang kasih kejutan tiba-tiba tanpa sering ucapkan kata-kata dan rayuan maut. Mungkin karena banyak nonton drama Korea jadinya gini." kata Adel yang mulai merasa nyaman dengan Mamah mertuanya.

"Daniel sebelumnya sangat tertutup, dia belum pernah berpacaran, membawa wanita ke rumah saja belum pernah, sikapnya sangat dingin jarang bicara. Dan dulu Mamah berpikir bagaimana dia akan menikah dengan sikapnya itu," ucap Mamah.

Adel menatap mertuanya itu, ternyata Mamahnya tidak seperti yang dikatakan Daniel. Mamahnya bahkan banyak bicara dengan Adel dan bahkan tidak merasa canggung diantara keduanya.

"Daniel itu anaknya sangat pendiam sejak kecil, dia sulit bergaul dengan perempuan, dengan Kirana saja dia jarang menyapa. Tapi waktu dia minta Mamah sama Papah buat ngelamar kamu, kita berdua terkejut ternyata kamu bisa meluluhkan hati pria dingin itu," ucap Mamah tertawa kecil.

Adel terkejut dengan ucapan Mamah mertuanya itu, apakah benar apa yang dikatakan Mamahnya tentang Daniel? Benarkah Daniel melamarnya dan menikahinya karena mencintainya? Tapi ia merasa ragu, karena Adel tidak pernah kenal dengan Daniel sebelumnya tapi memang ia butuh jawaban mengapa Daniel mau menikahinya dan memilihnya.

°°°°

Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya jangan lupa vote dan komentarnya ya!!

^_^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!