NovelToon NovelToon

Gadis Perantau Mungil

BAB 1- Suasana Baru Ibu Kota

Aisha Aileen Nathania adalah seorang gadis berprestasi yang kerap di panggil Shasha. Selain kepintarannya, yang menjadi ciri khas Shasha adalah wajahnya yang cantik dan imut juga perawakan yang mungil membuat Shasha memiliki pesonanya tersendiri.

Hari ini Shasha bersiap pergi menaiki kereta tujuan Ibu Kota Jakarta dengan di temani bi Imas juga paman nya, Wanto.

Beberapa hari lalu, Shasha menerima notifikasi bahwa dirinya lulus dan secara resmi di terima sebagai Mahasiswa jalur beasiswa di salah satu Universitas bergengsi Ibu Kota Jakarta.

"Sha, jaga diri kamu baik baik ya di sana jangan lupa nanti kalau udah nyampe kabarin kami," ujar pamannya, Wanto.

"Iya Paman, Paman dan Bibi juga kaga kesehatan. Makasih selama ini udah banyak bantu Shasha, do'ain Shasha sukses ya," jawab Shasha kemudian melirik merek dengan mimik muka yang sedih.

"Alah ... kamu sih Sha sok sok nya mau kuliah, udah kekurangan duit juga nanti pasti ngerepotin kita lagi. Pokoknya sebelum kamu sukses kamu gak boleh pulang, inget kamu juga harus tetep kerja kirim uang ke bibi itung itung kamu bales jasa lah ke kita!" celetuk bi Imas dengan nada judesnya yang khas.

Shasha hanya mengangguk seolah menyetujui perkataan bibinya, ia dari dulu sudah terbiasa dengan perkataan bi Imas yang nyeletuk dan perbuatannya yang terkadang semena-mena.

"Udah Mah jangan gitu terus, kasian Shasha harusnya kamu tuh dukung dan kasih semangat dia," seru wanto yang menasihati istrinya.

Bi Imas hanya membalas ucapan suaminya dengan bibir yang cemberut menunjukan kekesalan.

"Sha ... Kamu itu udah kami anggap seperti anak sendiri, kamu dapet beasiswa juga berkat kerja keras dan perjuangan kamu. Justru, seharusnya kami yang minta maaf karena selama ini kamu gak pernah di beri kehidupan yang layak, kamu juga kan sering bantu bantu kita kerja," ujar pamannya, Wanto.

Sejak usia satu tahun Shasha memang sudah bergantung hidup kepada bibi dan pamannya di Surabaya, orang tua Shasha meninggal 17 tahun yang lalu karena kecelakaan.

Walaupun hidup tanpa kasih sayang orang tua kandungnya dan mengalami masa masa sulit selama hidup Imas dan Wanto tak membuat Shasha putus asa, justru karena keadaan nya itu membentuk karakter Shasha kuat, mandiri dan juga penyabar.

Akhirnya kereta pun siap untuk berangkat, Shasha meninggalkan bibi dan pamannya dengan berat hati. Wanto tak kuasa atas kepergian Shasha, Wanto yang sangat menyayangi Shasha terus menatap Shasha sampai ekor kereta tak terlihat dan suaranya tak terdengar lagi.

"Udah lah pak ayo kita pulang aja!" ajak bi Imas lalu menarik tangan suaminya.

...****************...

...Jakarta...

Setelah beberapa jam, kereta yang Shasha tumpangi tiba di Jakarta.

"Akhirnya aku sampai juga, aku akan memulai hidup baru dengan penuh semangat," ungkapnya pelan sambil melihat langit cerah Ibu Kota dan juga sambil menikmati suasana baru yang jauh lebih ramai, berbeda dengan suasana di desa yang hening dan sejuk.

Kedatangannya ke Jakarta kali ini bukan yang pertama bagi Shasha, ia beberapa kali datang untuk mengikuti tes beasiswa.

Shasha pun beranjak pergi dari Stasiun menuju kosan yang sebelumnya ia sewa ketika dirinya mengikuti tahap akhir penerimaan beasiswa, ia sengaja menyewa kosan tersebut agar lebih dekat dengan kampusnya.

Setelah beberapa hari di Jakarta, Shasha pergi ke Kampus Impiannya untuk mengikuti ospek pertama, pagi pagi sekali dia bersiap dengan penuh semangat.

...***************...

...Universitas Negeri Jakarta...

Tiba lah Shasha di kampus impiannya, kini dia sudah secara resmi menyandang status sebagai Mahasiswa. Shasha pun dengan semangat bertemu teman baru yang beberapa telah ia kenal sebelumnya dan ia juga ingin segera menimba ilmu yang tentunya di jurusan yang sangat i minati tak lain di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi karena cita-citanya ingin menjadi Staf Keuangan di Perusahaan besar.

Saat berada di kampus Shasha tak sendirian, Shasha sudah memiliki sahabat dekat yang secara tak sengaja bertemu sebelum mereka akan melaksanakan ospek hari ini, dia adalah Elvira Askana Havika Poernomo, putri satu satunya dari keluarga poernomo yang di kenal sebagai keluarga pebisnis kelas atas.

Meskipun latar belakang mereka sangat berbeda tapi itu bukan penghalang bagi mereka untuk menjadi sahabat, persahabatan yang baru seumur jagung itu seperti sudah terjalin sangat lama.

Ketika berjalan di dekat tempat parkir Shasha yang sedang bersama Vira melihat seorang wanita keluar dari mobil sambil menangis dan berlari ke arah toilet sampai tak sengaja laki wanita itu terkilir.

Shasha dengan spontan menghampiri wanita itu dan berniat menolongnya, ia pun tak sadar meninggalkan Vira seorang diri.

"Permisi, kamu kenapa? kaki kamu terkilir?" tanya Shasha ramah dan penuh simpati.

Wanita tersebut belum sempat menjawab pertanyaan Shasha, tiba tiba Vira yang di tinggalkannya pun berlari sampai terengah engah menyusul Shasha yang pergi ke arah toilet.

"Sha ... kamu kok ninggalin aku sih! terus kenapa kamu lari kesini?" tanya vira menggerutu, lalu vira pun baru menyadari ada wanita di depannya dengan mata yang sembab.

"Dia siapa sha? dia nangis? Kenapa, Sha?" tanya vira tanpa henti.

"Kakinya terkilir Vir," jawab Shasha singkat.

Wanita itu hanya melihat Shasha dan Vira tanpa berkata sedikit pun, dia hanya memperlihatkan ekspresi kesakitan.

"Sini aku bantu ya, tahan cuma sakit sedikit nanti juga baikan kok," Ucap Shasha

Dengan lihai nya shasha membantu menyembuhkan kaki wanita itu yang terkilir.

Wanita itu meringis kesakitan

Vira bengong tak menyangka sahabatnya yang mungil itu bisa menyembuhkan kaki wanita yang terkilir itu hanya dengan sekali sentuh.

"Gimana? agak baikan?" tanya Shasha.

"I ... I ... Iya makasih," ucap wanita itu dengan senyum tipisnya.

"Sama sama, kamu mahasiswa baru juga kan?" tanya Shasha penasaran.

"Iya, aku mahasiswa baru," jawab wanita itu singkat.

"Kita juga sama, yah kan Vir?" celoteh Shasha sambil merangkul pinggang Vira.

"Maaf kalau aku gak sopan, sebenarnya kamu kenapa? hari pertama ke kampus kok kamu malah sedih, cerita aja siapa tau kita bisa bantu," kata shasha dengan tulus sambil memberi Vira kode.

Vira menoleh lama ke arah Shasha, ia pun mengangguk membenarkan ucapan Shasha.

"Tadi aku sama ibu aku berantem di mobil," jawab wanita itu yang mulai terbuka.

"Loh Kenapa? ibu kamu maksa kamu sarapan ya, terus kamu gak mau? terus akhirnya berantem?" tanya vira dengan pemikiran polosnya.

"Gak mungkin Vir," saut Shasha sambil tersenyum geli mendengar pertanyaan konyolnya Vira.

"Mama aku dulu pas aku kecil suka gitu, Sha. Maksa aku terus ujungnya berantem deh," jawab Vira membela diri.

Shasha hanya tersenyum

"Sebenarnya kamu kenapa? siapa tau kita bisa bantu kamu kalau kamu ada masalah," tanya Shasha bersimpati.

Melihat Shasha yang seperti tulus padanya, membuat ia berani bercerita lebih terbuka pada mereka berdua.

"Aku cuma kesel sama ibu, aku kuliah disini bukan kemauan ku sendiri tapi ya karena di paksa, aku tuh berharap bisa seperti teman teman SMA yang dulu sering buli aku, kuliah di Universitas favorit Luar Negeri, aku mau buktiin kalau aku mampu kuliah di sana," ungkap wanita yang sedang membendung kekesalan dan kesedihan itu.

Shasha dan Vira spontan saling menatap.

"Jadi itu alasan kamu nangis? sebelumnya maaf ya aku cuma mau kasih kamu saran, kamu seharusnya bersyukur orang tua kamu masih sanggup membiayai kuliah kamu walaupun bukan di kampus impian kamu, justru di luar sana banyak orang yang ingin duduk di bangku kuliah tapi terkendala biaya. Contohnya aku yang harus berjuang sendiri untuk menginjakan kaki di Jakarta dan kuliah di kampus ini," ungkap Shasha memberi pemahaman berharap gadis itu sedikit lebih tenang dan bisa berpikir jernih.

Gadis itu terdiam sejenak dan mencerna ucapan shasha.

"Kamu benar, tapi berat bagi aku ngejalani ini semua," jawabnya seolah putus asa.

"Sesuatu yang tak sesuai harapan kita memang berat untuk di jalani, tapi seiring berjalannya waktu kamu akan mengerti apa itu namanya bersyukur. Masa depan kamu bukan hanya untuk kamu sendiri tapi juga untuk orang tua kamu, seandainya sekarang kamu belum bisa menjalani kuliah di sini demi kamu sendiri tapi coba kamu jalaninya untuk orang tua kamu, mereka pastinya menaruh harapan yang besar untuk masa depan kamu," jelas Shasha.

"Kamu liat sahabat aku itu Vira, dia seorang anak pebisnis besar sudah tidak di ragukan lagi kehidupannya yang mewah, tapi dia memutuskan kuliah disini dia sama sekali tak mempedulikan ucapan orang. Kamu juga gak harus mempedulikan ucapan teman teman kamu nantinya, cukup buktikan bahwa kamu juga bisa sukses," lanjut Shasha menyemangati wanita itu.

Wanita itu seolah terhipnotis dan termotivasi oleh kata kata Shasha, dia terdiam cukup lama.

"Makasih ya, mungkin ucapan kamu emang ada bener nya," ucap gadis itu sambil tersenyum.

"Kamu tenang aja ada aku juga Vira, gak usah sedih lagi ya!mau kan jadi temen kita? kita akan selalu nemenin kamu kok, yah kan vir," ucap Shasha sambil mengulurkan tangannya juga memberikan kode kepada Vira supaya ia melakukan hal yang sama.

"Iya iya, kebetulan kita kurang personil kok, Kita kan mau buat trio girls yah kan, Sha?" canda Vira.

"Kamu tenang aja walaupun Shasha kaya anak kecil tapi dia agak agak baik, walaupun aku cantik tapi aku gak sombong kok yah kan, Sha?" ungkap Vira dengan percaya dirinya.

Shasha pun tersenyum dan mengangguk pasrah karena memang muka nya yang imut dan badannya yang mungil membuatnya terlihat seperti anak SMP yang punya pesona sendiri.

Wanita itu pun tersenyum dan suasana hati nya kembali membaik.

"Makasih Shasha, Vira. Aku mau jadi temen kalian kok, aku juga belum kenal siapa siapa lagi disini selain kalian, aku Inara Kalea Lathifah panggil aja aku Nara," gadis itu memperkenalkan diri dengan wajahnya yang sedikit malu.

Nara merupakan gadis yang pintar, dia berasal dari golongan keluarga menengah yang cukup berada hanya saja dia adalah gadis yang pendiam dan pemalu.

"Nara, nama yang bagus. Aku Aisha Aileen Nathania biasa di panggil Shasha dan ini Vira," jawab shasha dengan ramah.

Setelah itu akhirnya mereka menjalin persahabatan yang sangat erat, meskipun jurusan juga minat mereka berbeda, Shasha di Jurusan Akuntansi, Vira dengan Jurusan Fashion nya serta Nara dengan Jurusan Kedokterannya, selain itu latar belakang mereka berbeda jauh tapi mereka tetap saling mendukung dan saling menghargai satu sama lain.

...****************...

...Tiga bulan kemudian...

Tiga bulan berlalu, Shasha menjalani status nya sebagai mahasiswi dengan baik dan dia juga menjalani hari hari yang menyenangkan dengan sahabat nya, Vira dan Nara.

Beberapa bulan kuliah dan hidup di Ibu Kota Jakarta dengan biaya hidup yang cukup tinggi, uang saku beasiswa nya yang hanya cukup untuk dirinya makan dan bayar sewa kos juga karena tuntutan bibinya membuatnya terpaksa bekerja paruh waktu menjadi seorang Writer di salah satu Restoran Mie yang cukup terkenal di sana dengan jarak yang tak jauh dari kos maupun kampusnya, Shasha berusaha mengatur waktunya sebaik mungkin.

Setelah kelas berakhir Nara dan Vira yang lebih dulu keluar menunggu Shasha di gerbang, lalu setelah beberapa menit kemudian Ahasha pun keluar kelas dan menyusul mereka.

"Sha, gimana kerja pertama kamu kemarin? kmu emang gak cape pulang kuliah langsung kerja dan itu kamu bakal lakuin hampir tiap hari loh," tanya Vira khawatir.

"iya gimana sha? lancar kan?" tanya nara.

"Cukup lancar kok bos nya juga baik, tapi aku masih proses training dan nggak masalah jug yang penting aku bisa bagi waktu dengan baik uang hasil kerja itu untuk kebutuhan aku juga sebagian lagi aku tabung terus kirim ke bibi dan paman di Surabaya," jawab shasha.

"Kamu sih gak mau tinggal di rumah aku atau Nara, kalau kamu tinggal di rumah kita kan gak perlu bayar kos sama beli makan," Vira menggerutu.

"Iya Vir, Ra, makasih atas niat baik kalian, walaupun kalian sahabat aku tapi aku juga gak mau ngerepotin dan harus numpang hidup sama keluarga kalian," sangkal Shasha.

Shasha memang gadis yang mandiri dan kuat, ia tak ingin merepotkan orang lain termasuk sahabat baiknya Vira dan juga Nara.

"Iya deh iya," jawab Vira pasrah.

"Ya udah aku pulang ya, aku mau siap siap kerja dulu," Shasha pami kepada sahabatnya karena harus pergi kerja.

"Iya aku juga mau pulang, supir aku juga udah nungguin tuh di sebrang ... dah," ujar Vira sambil berjalan menuju mobilnya dan melambaikan tangan ke Nara juga Shasha.

"Papa aku udah jemput Sha, aku juga pulang ya," Nara berpamitan.

"Dah, hati-hati Vir, Ra!" teriak Shasha kemudian melambaikan tangan ke arah sahabatnya.

...****************...

...Restoran Mie...

Hari kedua Shasha bekerja di Restoran dan masih dalam tahap training, karena dirinya yang tekun mudah bagi dia memahami dan mengerjakan segala arahan dari atasannya.

"Shasha, kamu di suruh pak Alex ke ruangan nya sekarang!" ujar Seniornya.

"Oh iya kak, aku kesana sekarang," Shasha yang sedang membersihkan meja pun akhirnya bergegas ke ruangan pak Alex.

"Permisi pak, bapak manggil saya?" tanya Shasha.

"Iya Sha, silahkan duduk," jawab pak Alex sambil menunjuk kursi di depannya.

"Gini sha, karena kerja kamu lumayan bagus, terus Restoran juga butuh banget Writer, mulai sekarang kamu jadi karyawan tetap di sini besok kamu bisa pakai seragam kerja ya", ucap pak Alex, Manajer Restoran tersebut.

"Baik pak, terima kasih banyak. Kalau begitu saya permisi dulu", ucap Shasha dengan senang, lalu pergi meninggalkan pak Alex.

Shasha akhirnya dapat bernafas lega karena ia sudah jadi karyawan tetap di sana, setelah waktu menunjukan pukul 09.00 malam ia pun bersiap siap untuk pulang.

Saat perjalanan pulang, jalan yang biasa di lewati Shasha sedang dalam perbaikan terpaksa ia pun harus berputar arah dan melewati jalan raya yang sepi.

Ketika sedang tenang berjalan, tiba-tiba dua pemuda menghampiri Shasha dan berniat menodongnya. Shasha pun panik dan terus berteriak minta tolong.

"Tolong ... tolong!,"

Lalu mobil mewah yang sedang melaju tiba-tiba berhenti lalu turun lah seorang pria berbadan tinggi dengan mengenakan jas dan sepatu ceko hitamnya. Laki-laki itu yang geram melihat tindakan pemuda tersebut langsung menghajar mereka, akhirnya setelah beberapa menit kemudian dua pemuda itu kocar macir ketakutan.

"Kamu baik-baik aja kan?" tanya seorang pria berbadan tinggi tersebut.

"A ... a ... Aku gak papa kok, a ... ma ... makasih," jawab Shasha terbata-bata.

"Jalan ini sepi, kalau bisa jangan lewat sini saya anterin kamu ya, rumah kamu dimana?," tanya laki laki tersebut.

"Gak usah kak aku jalan sendiri aja, tinggal jalan sedikit ke depan belok kiri udah sampai kok," Jawab Shasha menjelaskan.

"Ya udah kalau gitu hati-hati ya," ucap laki laki itu.

"Iya makasih kak,"

Shasha pun berjalan pulang ke rumahnya, dan sesekali menoleh ke belakang, kearah laki laki yang menolongnya barusan.

Bersambung...

BAB 2- Isyarat Sebuah Mimpi

Setelah berjalan beberapa menit Shasha tiba di kosa namun pikirannya terus terbayang sosok laki laki yang menolongnya itu, dia seperti bertemu dengan seorang kesatria yang berpenampilan CEO impian.

"Ya ampun, siapa ya laki laki tadi? semoga kita bisa ketemu lagi," ucap Shasha penuh harap.

...****************...

...Beberapa bulan kemudian...

Shasha, Nara dan vira seperti biasa setelah jam istirahat langsung bergegas dan berkumpul di kantin, tak heran mereka saling menunggu satu sama lain karena memang Jurusan mereka yang berbeda sehingga mereka sangat sering keluar tak berbarengan.

"Sha, Ra, nanti malem kalian dateng ke rumah aku ya. Kamu gak kerja kan Sha?" tanya Vira sambil menyeruput Mie baksonya yang super pedas.

"Nggak kok hari ini kebetulan aku libur, emangnya mau apa Vir? kok tumben ngajak kita ke rumah kamu," tanya Shasha heran.

"Malem nanti papa aku mau ngadain makan malam atas keberhasilan kerja sama nya sama perusahaan Pram, aku ajak kalian untuk ngenalin kamu dan Nara ke papa sama Pram," jelas Vira.

"Pram pacar kamu?" tanya Shasha penasaran.

"Ia lah pram mana lagi pacar kesayangan vira, sang pengusaha mudaku," jawab Vira tersenyum dengan nada yang sombong.

"Kebetulan kan kalian belum ketemu papa sama pacar ku yang tampan dan keren itu," lanjut Vira yang tak henti hentinya memuji kekasihnya itu.

Beberapa bulan ini Vira memang baru berpacaran dengan dengan rekan bisnis ayahnya yang merupakan CEO PT Sinar Bangun Permana, salah satu perusahaan Konstruksi terbesar yang sudah berdiri sekitar sepuluh tahun lalu.

"Pokoknya kalian harus dateng nanti aku share alamat aku ke kalian ya, kamu juga harus ikut Ra gak usah malu, yah kan Sha!" lanjut vira dengan tegas sambil memberikan kode pada Shasha dengan menaikan turunkan alis hitam nya itu.

"Iya iya, Ra kamu harus ikut ya!" Shasha seolah memohon.

"Iya, Sha kalau kamu datang aku pasti ikut kok," jawab nara dengan singkat.

"Kamu mah kebiasaan, nempel melulu sama Shasha udah kaya perangko aja," canda Vira.

"Hmm ... mana mau dia nempel sama kamu Vir, orang kamu aneh gitu," celoteh Shasha lalu tertawa.

"Ihss ... apaan sih Sha kamu tuh yang aneh," sangkal Vira sambil menyentil hidung Shasha yang kemudian memerah.

Spontan mereka bertiga pun tertawa terbahak bahak

Walaupun mereka sudah menjalin persahabatan beberapa bulan yang lalu tapi Shasha dan Nara belum sempat ke rumah Vira, karena kesibukan Shasha bekerja yang hampir setiap hari juga Nara yang pemalu selalu bergantung kepada Shasha.

"Ah ... aku tau sekarang Vir, mungkin dulu dia jadiin kamu pacar supaya papa kamu mau kerja sama, jangan-jangan kamu cuma di manfaatin dia aja Vir," canda Shasha yang tiada henti hentinya.

"Enak aja kamu, jomblo kaya kamu mana tau cinta. Apalagi Nara tuh misterius banget soal laki laki pujaannya," ucap Vira yang kemudian tertawa.

Shasha hanya tertawa pelan, Nara pun hanya tersenyum malu jika di ungkit soal laki laki pujaannya yang misterius.

Berbeda dengan Vira, justru Shasha tak terlalu memikirkan soal asmaranya bahkan ia pun belum pernah pacaran, sedangkan Nara selalu tertutup tentang kekasih impiannya.

"Lagian bukan dia yang minta kerja sama tapi papa aku, kamu mah sok tau sih Sha ih, pokoknya gitu lah aku gak ngerti lah urusan bisnis mereka lagian pram juga gak pernah ceritain urusan bisnisnya ke aku," gerutu Vira.

"iya deh iya, aku kan cuma becanda kali Vir", ucap Shasha dengan senyuman imutnya.

...****************...

...Rumah Vira...

Malam tiba, Shasha dan Nara yang pergi berbarengan dengan taksi kemudian sampai di rumah Vira, Mereka takjub akan kemewahan rumah Vira dan ornamen mahal yang menghias setiap ruangan di rumah tersebut.

Mereka pun berkumpul di ruang makan yang telah di sediakan oleh Pak Poernomo yang tak lain adalah papanya Vir, mereka spontan berbincang santai.

"Kalian sahabatnya vira kan?" tanya Poernomo dengan ramah.

"Iya om, saya Aisha Aileen Nathania biasa di panggil Shasha ini Inara Kalea lathifah panggil aja Nara om," jawab Shasha ramah sambil menunjuk Nara.

"Oh iya iya saya inget, kalian yang sering di ceritain Vira itu, saya papa nya Vira, Poernomo. Dan itu Pram rekan bisnis sekaligus calon menantu saya, pacarnya Vira" jawab Poernomo sambil menunjuk ke arah Pram.

Shasha dan Nara spontan melihat ke arah Pram yang kebetulan sedang berjalan menuju mereka.

"Hai Shasha dan Nara ya? Saya Pram pacarnya Vira sekaligus rekan bisnis om poernomo," sapa Pram dengan hangat.

Shasha dan Nara pun hanya tersenyum dengan ramah pada Pram.

Shasha merasa tak asing dengan sosok Pram akhirnya dia ingat bahwa Pram adalah laki laki yang menolongnya beberapa bulan lalu, berbeda dengan Pram yang justru sama sekali tak ingat Shasha adalah orang yang pernah di tolong nya ketika itu.

"Oh aku ingat sekarang ternyata orang yang nolong aku waktu itu pacarnya vira," gumam Shasha dalam hati.

"Ya Ampun, aku berdosa banget sempet kagum karena kejadian waktu itu dia nolongin aku," lanjutnya dalam hati

"Sha ... Sha ... gak boleh gitu, walaupun cuma kagum tetep gak boleh dia pacar sahabat baik kamu," Shasha bergumam tak ada hentinya dalam hati wajar saja iya syok ternyata ada sebuah kebetulan yang nyata di dunia ini.

Walaupun Shasha tau perasaan nya terhadap Pram tak lebih dari cinta hanya sebatas kagum saja, tapi ia takut jika di biarkan akan berubah jadi cinta, ia pun memutuskan berhenti mengagumi Pram yang ia bayangkan seperti sosok kesatria itu.

"Sha kamu kenapa kok bengong?," tanya Nara heran.

Shasha hanya menggelengkan kepala nya sambil tersenyum.

"Gak heran ya Vira jatuh cinta banget sama dia tampan juga kan, Sha?" bisik nara pelan tepat di dekat telinga Shasha.

Nara yang pendiam, jarang bicara kepada orang lain justru satu-satunya yang selalu dia ajak bicara adalah Shasha karena sikap Shasha yang baik dan terbuka membuat Nara nyaman.

"Hehe ... kamu ini Ra sama cowok ganteng aja tau, jangan bilang kamu suka ya Ra" canda Shasha sambil tersenyum

"Nggak lah Sha, aku dari dulu setia mencintai seorang laki laki," jawab Nara penuh keyakinan sambil tersenyum malu.

Shasha pun tersenyum dan menggelengkan kepala karena ucapan Nara itu yang sudah sering ia dengar tapi herannya Nara tak pernah memberi tahu siapa laki laki yang dia kagumi itu.

"Vira nya kemana om kok belum keliatan dari tadi?" tanya Shasha.

"Biasa anak cewe dandan nya setengah mati, mentang mentang mau ketemu pacarnya," jawab poernomo lalu membuang nafas panjang.

Seketika yang ada di ruangan itu tersenyum karena ucapan Poernomo.

Tak lama kemudian Vira datang ke ruang makan dengan penampilan dress hitam dan riasan ringannya.

"Hai pah, hai sayang," sapa vira sambil menghampiri Pram.

"Hai sayang, kamu dari mana aja kita nungguin kamu dari tadi, kasian tuh temen temen kamu juga udah sampai dari tadi," ucap Pram dengan nada bicara lembutnya.

"Iya maaf kamu kaya gak tau aku aja," Jawab vira sambil tersenyum menatap manja Pram.

"Karena kalian udah dateng aku kenalin, ini dia Pram pacar aku yang pernah aku ceritain," ucap vira kepada Shasha dan Nara.

"Kamu telat kita udah kenalan dari tadi, yah kan Shasha, Nara?,"

Shasha dan Nara hanya mengangguk seolah mengiyakan ucapan ∆ram.

"Oh gitu, gimana Sha, Ra bener kan apa yang aku bilang tampan kn pacar aku ini," ungkap Vira sambil mencubit pipi Pram.

Mereka semua hanya tertawa melihat tingkah vira yang konyol.

"Maaf ya Shasha, Nara, Pram juga Vira emang kaya gitu anaknya," kata Poernomo.

"Gapapa om,justru ini yang saya suka dari Vira dia cantik juga menarik selalu bisa membuat saya tersenyum bahagia," potong Pram dengan suara khas nya.

"Udah udah kalian gak usah so sweet so sweetan gitu, panas om liatnya," kata Poernomo becanda untuk lebih mencairkan suasana.

"Papa sih ngejomblo mulu dari dulu," celetuk Vira mengejek papanya itu.

Poernomo memang belum menikah lagi setelah Istrinya meninggal saat itu Vira sudah menginjak usia sepuluh tahun

"Itu juga kan demi kamu, kamu kan dulu yang gak mau ibu tiri," keluh Poernomo.

"Sekarang aku izinin deh kalau papa mau nikah lagi, aku juga udah punya mereka semua kok,"

"Udah tua bangka gini baru di izinin, percuma juga gak akan ada yang mau Vir ... Vir, jawab Poernomo masih dengan candaannya.

Semua orang pun tertawa melihat obrolan Vira dan Papanya itu, Poernomo pun mempersilahkan semuanya untuk menyantap makanan yang telah di sediakan.

"Ya udah ya udah, sekarang kita makan aja gak enak juga kan kalau udah dingin kasian si bibi dari tadi cape nyiapin ini semua, silahkan Pram Sha Ra, Vira kamu juga cepat makan!"

Mereka makan menikmati makanan nya dengan tenang.

Setelah selesai makan Poernomo mengajak Pram ngobrol di ruang kerjanya, sedangkan ketiga sahabat itu asik ngobrol di kamar mewah dan luas Vira.

...****************...

...Ruang kerja Poernomo...

"Pram, om mau ngucapin terima kasih kamu udah bersedia kerja sama perusahaan om. Berkat kamu perusahaan om lebih bisa tetep stabil, kamu liat saham dan juga pendapatan perusahaan om semakin meningkat," lata poernomo sambil menunjukan data grafik kenaikan saham dan pendapatan perusahaan di laptopnya.

"Iya om, gak usah sungkan gitu kita sama sama di untungkan kok, setelah perusahaan saya bekerja sama dengan om perusahaan saya juga akan semakin berkembang dan lebih unggul, om tau sendiri lah perusaan kontruksi di negri kita cukup banyak kalau saya gak pinter menyingkirkan satu persatu saingan saya mungkin perusaan saya sekarang bisa di bawah om," jawab pram.

Begitu lah Pram dan Poernomo, apalagi Pram yang tak mau kalah dan tak mau seorang pun maju melangkahinya. Tapi dengan kepribadian ganda nya, membuat Vira maupun orang di sekelilingnya merasa pram orang yang sangat baik padahal di dunia bisnis dia terkenal sangat kejam.

"Ya ... begitu lah dunia bisnis Pram, kalau kita gak pintar nyusun starategi mungkin kita akan mudah terjatuh," jawab Poernomo seolah setuju terhadap pernyataan Pram.

"Sekarang yang jadi halangan bagi aku mungkin cuma PT Unggul Jaya Prasetya itu."

"Kamu gak usah khawatir soal perusahaan itu Pram, walaupun perusahaan itu cukup besar tapi masih di bawah kamu kok. Prasetya dulunya juga temen saya lagian dia sekarang udah sakit sakitan katanya. Udah gak ada performa buat ngembangin usahanya lagi mungkin sebentar lagi perusahaannya akan benar-benar tenggelam," jawab Poernomo dengan pikiran negatifnya.

"Iya om, ya aku berharap perusahaan Prasetya itu cepat collapse lah," saut Pram dengan tatapan liciknya.

"Iya om harap juga begitu, satu hal lagi Pram," ucap Poernomo membuat Pram penasaran.

"Apa om?"

"Makasih udah tulus dan membuat anak kesayangan saya bahagia," ucap Poernomo yang kemudian menepuk bahu Pram.

"Ya ampun om aku kira apa, tentu om lagian aku juga sayang kok sama Vira om tenang aja aku gak akan pernah nyakitin Vira apalagi buat dia kecewa," jawab Pram meyakinkan Poernomo.

"Iya Pram, boleh aja kita kejam di dunia bisnis tapi saya tetep harus jadi ayah yang baik buat Vira kamu juga tetep harus jadi pasangan yang baik buat dia," jelas nya panjang.

"Iya om aku paham itu kok," jawab Pram singkat

Poernomo mengangguk kemudian menepuk bahu Pram lagi.

"Ya udah om, udah malem juga aku pulang dulu ya, tolong sampaikan ke Vira aku pulang gak enak pamit ke atasnya ada sahabatnya juga kan," ucap Pram pamit.

"Iya Pram nanti om kasih tau Vira, kamu hati-hati di jalan om anterin kamu ke depan ya," jawab Poernomo lalu mengantar Pram sampai ke depan pintunya rumahnya

...****************...

...Kamar Vira...

"Sha, Ra, kalian nginep aja lah udah malem juga kan kalau pulang, takutnya ada yang mau nyulik kalian justru nanti penculiknya kasian pasti nyesel kan," canda Vira sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kalau ada yang nyulik kamu mereka pasti beruntung deh vir, coba tebak kenapa?," tanya shasha membuat Vira dan Nara penasaran.

"Ya jelas karena aku cantik," jawab vira dengan percaya diri sambil mengibaskan rambut panjangnya itu

"Karena kamu spesies yang langka, unik dan juga aneh," candanya.

"Enak aja gak lucu tau," sangkal Vira.

"Udah udah Sha Vir kita tidur aja, aku ngantuk," potong Nara yang berbicara sambil menguap.

"iya iya hayu, aku matiin dulu ya lampunya," ucap Vira sambil berjala! mematikan lampu kamarnya

Shasha, Nara dan Vira pun tertidur dengan pulas setelah lama ngobrol dan becanda.

Saat tengah malam tiba tiba Shasha teriak, sehingga Vira dan Nara yang sedang tidur nyenyak pun terbangun.

"Ya ampun Sha kamu kenapa sih malem malem gini bangun teriak lagi," tanya Vira dengan suara yang lirih.

Shasha terdiam karena merasa suasana dalam mimpi buruknya terbawa bangun.

"Emm ... gapapa kok, maafin aku cuma mimpi buruk aja," jawab Shasha dengan nafas terengah engah.

"Emang kamu mimpi apa sha?" tanya Nara.

"Aku mimpi kalian ninggalin aku dan kalian benci sama aku," jawab Shasha yang sedikit ketakutan.

"Itu cuma mimpi Sha, lagian itu gak akan pernah terjadi seandainya terjadi alasan apa yang nantinya akan membuat kita benci sama kamu. Gak akan kok, kamu itu sahabat terbaik kita yah kan Ra," ucap Vira menenangkan.

Shasha pun mengangguk dan Nara langsung memeluk Shasha kemudian di susul Vira, akhirnya Shasha pun tenang dan tidur kembali.

"Aku merasa mimpi itu benar-benar nyata aku takut mereka bener-bener ninggalin juga benci aku, apa mungkin karena pernah mengagumi Pram terus vira tau dan marah Nara juga akhirnya kecewa sama aku ... ah tapi itu gak mungkin," gumam Shasha dalam hati.

Bersambung...

BAB 3- Jalan Menuju Pertemuan

...****************...

...Dua tahun kemudian...

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Shasha kini sudah genap dua tahun merantau Ibu Kota Jakarta menjalani masa kuliah yang menyenangkan bersama dengan dua sahabat baiknya Vira dan Nara juga pekerjaan yang tetap ia jalani dengan penuh semangat.

Kriring ... kriring ... suara handphone berdering.

Ternyata Paman Shasha dari Surabaya yang menelpon nya.

"Halo Sha, kamu apa kabar?" tanya pamannya dalam panggilan telpon tersebut.

"Halo paman, kabar shasha baik. gimana kabar bibi dan paman di sana?"

"Syukur kalau kamu baik-baik aja, paman dan bibi juga baik Sha,"

"Oh iya Sha ... kamu udah hampir dua tahun gak pulang, kenapa sha? kamu cuma ngirim uang doang kalau kamu mau pulang, pulang aja Sha jangan hiraukan bibi kamu," ucap Pamannya seperti mengharapkan kepulangan Shasha.

Saat berangkat ke ibu kota dua tahun lalu, Shasha memang tak pernah pulang lagi karena kemauan bibinya yang tak henti hentinya meminta uang sehingga ia harus terus bekerja keras mencari uang sambil menjalani kesibukan kuliahnya.

"Maafin aku paman, bukannya aku gak mau pulang aku harus kerja walaupun kemarin sempet libur kuliah, tapi kerjaan aku gak bisa di tinggal. Bukan karena bibi juga kok aku gak pulang, paman tenang aja," jawab Shasha meyakinkan pamannya.

"Ya udah Sha, kalau kamu mau pulang pulang aja ya nak!" tegas pamannya yang sangat mengharapkan Shasha pulang.

"iya paman, paman jaga kesehatan kabarin aku kalau ada apa apa ya."

"Iya Sha, kamu juga ya. Ya udah paman tutup ya telponnya, paman harus ke pasar dulu,"

"iya paman".

Shasha pun terdiam, dalam hati sebenarnya ia mau pulang mengunjungi paman juga bibinya, tapi ia takut kepulangan dirinya akan membuat bi imas tak senang.

...****************...

...Kantor Pram...

"Pak, mohon maaf saya mau kasih tau kalau beberapa hari lalu proyek kita yang di luar kota di batalkan oleh klain, dengan alasan katanya performa perusahaan kita beberapa tahun ini menurun sehingga klain yang awalnya berniat kerja sama perusahaan kita itu membatalkannya pak," ungkap sekretaris Pram memberi tahu kabar buruk tersebut.

Gebrakk.. Sontak sekretaris pram kaget, Pram emosi dan memukul meja kerja nya wajar saja klain besarnya membatalkan mega proyek yang akan mereka kerjakan, keuntungan besar pun harus melayang begitu saja.

"Ya udah kamu keluar dulu saja," perintah Pram dengan nada kesalnya.

Pram yang sedang marah karena proyek besarnya di batalkan, akhirnya ia pun menemui Poernomo untuk meminta solusi.

...****************...

...Kantor Poernomo...

Setelah tiba di kantor Poernomo tanpa basa basi Pram pun langsung menceritakan semua nya kepada Poernomo.

"Om, ini yang kesekian kalinya klain membatalkan bekerja sama dengan perusahaan saya apalagi ini klain penting dan proyek nya juga bukan main cukup besar, saya gak habis pikir kenapa dia membatalkan kerja sama dan memilih jasa perusahaan lain."

"Setelah saya selidiki klain penting saya dan juga mantan klain yang membatalkan kerja samanya dengan perusahaan saya kebanyakan beralih memakai jasa kontruksi perusahaan Prasetya itu, dan katanya dua tahun lalu beralih kepemilikan," lanjut Pram dengan wajah yang membendung kemarahan.

"Apa mungkin dia kaya nya sengaja cari masalah sama saya om," saut Pram dengan dugaan buruk nya yang semakin parah.

"Kamu tenang dulu Pram ... naik dan turunnya perusahaan itu emang biasa, mang setelah perusahaan Prasetya berganti kepemilikan oleh anak tunggalnya itu perusahaannya semakin berkembang dalam dua tahun ini," ungkap Poernomo dan menatap ke arah Pram.

"Wajar aja kan, om dengar perusahaanya mengganti semua pegawai dengan staf ahli dan juga dia mengganti peralatan juga bahan bangunan dengan kualitas terbaik sehingga proyek pembangunannya pun semakin cepat juga berkualitas, mungkin itu alasan klain kamu banyak yang beralih ke perusahaan itu Pram," ungkap Loernomo yang mencoba berfikir dengan realistis.

Dua tahun terakhir ini kian hari perusahaan Pram semakin menurun, hal tersebut karena perusahaan saingannya melejit pesat setelah berganti kepemilikan oleh anak tunggal Prasetya, yaitu Evano Syahreza Prasetya.

Perusahaan Vano melejit pesat dan juga membuat terobosan terobosan baru dalam dua tahun terakhir ini, tak heran Vano pernah menjadi lulusan unggul terbaik di Jurusan Manajemen Bissnis di salah satu Universitas terbaik Australia.

"Saya gak bisa tenang om, bagaimana pun caranya perusahaan saya harus tetap stabil dan gak boleh ada satu orang pun yang melangkah lebih maju dari saya," ucap Pram dengan emosi yang masih belum reda.

Dengan karakternya yang egois dan tak mau kalah Pram dengan mudah menjadi kejam, tak heran dia di juluki Bos Preman di dunia bisnis.

"Apapun dan bagaimana pun caranya saya akan menjatuhkan lawan saya tanpa belas kasian om!" ucap Pram tegas.

"Coba om pikir, kalau perusahaan saya benar-benar tergeser atau bahkan sampai collapse bagaimana kerja sama perusahaan kita, apa perusahaan om bisa berdiri sendiri tanpa perusahaan saya? engga kan, terus kalau saya bener-bener bangkrut dan saya jatuh miskin bagaimana Vira? apa dia mau punya suami miskin? apa dia akan bahagia? nggak kan om?" tanya pram tak henti hentinya kepada calon ayah mertuanya itu.

"Bagaimana pun cara nya om harus bantu saya!" tegas Pram yang seolah memaksa.

Poernomo pun sedikit khawatir dan juga merasa ucapan pram tersebut ada benarnya, bagaimana pun juga dia tak mau perusahaannya yang bergantung pada Pram ikut terdampak selain itu ia tak ingin laki laki yang sangat di cintai anak nya itu benar benar bangkrut.

Dengan pikirannya yang kalut, akhirnya terbesit di pikiran Pram sebuah ide buruk untuk menjatuhkan rival terberatnya itu, Vano.

"Om saya sepertinya ada ide yang mungkin terkesan gila," ucap Pram sambil membisikan sesuatu ke telinga nya Poernomo.

"Kamu gila ya Pram saya gak mau!" tolak Poernomo tegas dengan nada yang tinggi dan dengan wajah yang tampak sedikit emosi.

"Ya udah om pikir pikir aja, ini juga demi kebaikan kita," ucap Pram lalu pergi meninggalkan Poernomo.

Setelah beberapa hari Poernomo pun menelpon Pram

"Halo Pram, setelah di pikir pikir ide kamu yang sedikit gila itu sepertinya boleh dicoba juga tapi om gak tanggung jawab ya kalau sampai terjadi sesuatu di luar kendali," ucap Poernomo yang sebenarnya masih sedikit ragu.

"Oke om walaupun ini terkesan gila ini demi kebaikan kita juga kok, om harus pastikan anak Prasetya itu gak curiga sedikit pun!" ucap Pram dengan tegas.

...****************...

...Kosan Shasha...

Shasha yang baru pulang kerja sontak kaget melihat seperti sosok aki-laki memakai pakaian serba hitam tak ketinggalan dengan topi juga sepatu yang berwarna hitam dan laki-laki itu terlihat di kejauhan sedang berdiri mondar mandir di depan kosan Shasha.

"Laki laki itu siapa ya? malam malam gini datang ke rumah jangan-jangan dia mau jahatin aku, gerak-geriknya mencurigakan lagi," gumam Shasha pelan yang sedikit ketakutan tapi juga penasaran.

Tanpa pikir panjang Shasha langsung menghampirinya dengan berani dan memastikan siapa dan apa tujuan orang itu.

"Maaf cari siapa ya," tanya Shasha hati hati.

Setelah menyadari Shasha sudah pulang orang tersebut langsung memeluk Shasha dan menariknya ke dalam kosan.

"Ya ampun ... Vira, aku kira kamu siapa kenapa penampilan kamu kaya laki-laki gini, aku takut tau terus kamu kenapa nangis gini?" tanya Shasha yang khawatir pada sahabatnya itu.

"Hiks ... hiks ... hiks ... hiks ... aku sedih Sha, aku juga kabur dari rumah," kata Vira sambil menangis tak karuan.

"Kamu tenang dulu Vir, emang nya kamu kenapa vir? Coba cerita pelan-pelan," tanya Shasha sambil mengelus pundak Vira.

"Aku gak tau kenapa Pram tiba-tiba mutusin aku anehnya lagi papa mau jodohin aku ke cowok yang gak aku suka sama sekali, nyuruh aku temuin cowok itu weekend nanti coba Sha," keluh Vira yang terus menangis.

Vira tak tau Pram yang tiba tiba memutuskannya dan juga papanya yang ingin menjodohkan Vira tersebut hanya bagian dari rencana Pram dan Poernomo.

Pram dan Poernomo sengaja tidak memberi tau vira rencana besarnya, karena dengan karakter Vira yang sedikit polos mereka khawatir itu akan mengacaukan rencana mereka.

"Loh kenapa? sebelumnya emang ada masalah apa," tanya Shasha bingung.

"Gak ada sama sekali sha, aku bingung ku gak mau kehilangan Pram juga gak mau di jodohin sha,"

"Kamu tenang dulu Vir ... jangan nangis terus," ucap Shasha yang terus menenangkan Vira.

"Sha aku gak mau ketemu cowok itu, kamu tau aku mau di jodohin sama CEO sekaligus pemilik PT Unggul Jaya Prasetya, dia itu di kenal dingin sama wanita aku gak mau aku pasti gak bahagia kalau punya pasangan kaya dia," Vira terus mengeluh tak karuan.

"Vir ... kamu tenangin dulu diri kamu, kamu ke sini gak bilang kan ke papa kamu? gimana kalau dia khawatir nyariin kamu, lebih baik kamu pulang dulu aku temenin ya nanti kita cari solusinya sama-sama, kata shasha membujuk Vira.

Akhirnya Vira pun menuruti kata kata Shasha, dia pulang dan di temani shasha. Tak heran jika sedang dalam masalah Shasha lah satu satunya pelarian Vira, Shasha selalu bisa membuat Vira tenang.

...****************...

...Rumah pram...

Terdengar suara bel berbunyi, Pram pun langsung bergegas melihat siapa tamu yang datang malam malam begini, ternyata Poernomo lah orang yang datang tersebut.

"Om tumben malem malem gini datang ke rumah saya," tanya Pram.

"oh iya saya lupa, silahkan masuk om," Pram mempersilahkan Poernomo masuk.

Poernomo masuk dan duduk di ruang tengah.

"Om kesini mau cerita secara langsung soal rencana kita, om sengaja kesini malem malem supaya Vira gak tau, lagian tadi dia udah tidur," ucap Poernomo yang tak tau justru vira kabur ke kosan Shasha.

"Oh iya om, jadi gimana hasilnya?" tanya Pram penasaran dan penuh harap.

Om poernomo pun menceritakan rencana nya beberapa hari yang lalu saat menemui putra tunggal Prasetyo.

Beberapa hari yang lalu di kantor PT Unggul Jaya Prasetya

Tok ... tok ... tok ... trek ... suara pintu kaca terbuka.

Sontak seorang laki laki tampan berdasi tak lain ia adalah Vano yang sedang berdiri membaca dokumen dengan tatapan tajam dan dinginnya menoleh ke arah pintu.

"Permisi, Pak ada yang mau bertemu dengan Bapak, katanya pemilik PT Bumi Persada," kata sekretaris sekaligus asisten Vano, Gio.

"Siapa?" tanya nya singkat.

"Pak Poernomo, dia pemilik perusahaan besar yang bergerak di bidang bahan baku pembangunan Pak," jelas sekretarisnya

"Mau apa dia?" tanya nya ketus.

"Saya kurang tau, tapi katanya ada hal penting yang mau dia bicarakan."

"Suruh dia tunggu 1 jam lagi, saya lagi periksa dokumen," jawab Vano sambil mengambil file baru di mejanya.

"Baik pak," Gio pun pergi menemui juga memberi tahu Poernomo.

Poernomo pun menunggu dengan sabar di lobi perusahaan Vano.

"Perusahaan ini memang jadi lebih besar, karyawannya pun sepertinya memang staf yang ahli selain itu banyak orang penting datang ke perusahaan ini, tapi ini gak akan lama lagi," gumam poernomo dalam hati sambil duduk melihat lihat keadaan perusahaan Vano.

Satu jam berlalu dan gio pun mempersilahkan Poernomo menemui Vano di di ruang kerjanya.

"Perke_" ucap poernomo yang kemudiam langsung di potong Vano.

"Bapak tidak usah memperkenalkan diri saya sudah tau dari Asisten saya, langsung saja ada perlu apa menemui saya?" tanya vano dengan nada datarnya.

"Saya mau menjalin kerja sama dengan perusahaan anda, perusahaan saya bergerak di bidang bahan baku bangunan, saya yakin kalau kita bekerja sama kita akan saling menguntungkan," jawab poernomo untuk meyakinkan Vano.

"Aelain itu?" tanya vano dengan dingin.

Poernomo pun keheranan dan berpikir apa mungkin dia tau tujuan nyata nya ke perusahaan Vano.

"Saya sangat berbaik hati pada anda, dalam etika berbisnis seharusnya ketika anda ingin bertemu klain ataupun itu rekan bisnis anda harus mempunyai janji terlebih dahulu, tidak bisa seenaknya datang," Vano menjelaskannya pada Poernomo.

"Jadi sebenarnya mau apa anda kesini?" lanjut Vano bertanya.

"Sombong amat, tunggu aja nanti kehancuran kamu", Gerutu Poernomo dalam hati.

"Sejujurnya ada satu hal yang mungkin harus kamu ketahui, saya sama papa kamu dulu temen dekat kita pernah punya perjanjian untuk menjodohkan anak kita kalau anak saya perempuan, saat itu usia kamu baru 3 tahun dan istri saya sedang mengandung. Saya datang kesini karena anak saya itu, Vira. Dia sekarang masih kuliah semester lima perbedaan umur kalian juga mungkin gak terlalu jauh, mungkin kita bisa kembali mempertimbangkan perjanjian dulu itu," ungkap Poernomo seolah olah sangat mengharapkan Vano.

Vano pun menggelengkan kepalanya, dan tersenyum sinis juga sedikit geli mendengar permintaan Poernomo.

"Untuk kerja sama saya bisa pikirkan, tapi untuk niat baik anda yang kedua itu saya sama sekali belum tertarik!" ucap Vano tegas.

"Putri saya ini sudah lama mengagumi anda setelah saya ceritakan tentang kamu Van. Kedua, saya hanya ingin membuatnya bahagia, saya mohon ...." lirih poernomo dengan muka nya yang melas.

Poernomo pun terus membujuk Vano untuk bersedia dekat dengan anaknya, Vira. Dengan berbagai alasan dan muka melasnya.

"Saya tanyakan dulu ke papa saya, apa benar dia mengenal anda," ucap Vano yang kemudian melirik tajam Poernomo.

Singkat cerita melalui sambungan telpon Prasetya mengakui bahwa dulu memang berteman baik dengan Poernomo dan dia memang pernah mengatakan itu, walaupun hanya sebatas candaan.

"Bagaimana? papa anda mengenali saya kan?" tanya Poernomo.

Candaanya nya dulu dengan Prasetya ia jadikan senjata untuk mendukung rencana jahatnya itu.

"Iya, memang benar," jawab Vano.

"Prasetya teman yang sangat baik, hanya saja karena kita berbeda jalan kita sudah lama tidak bertemu," ungkap Poernomo yang seolah olah mengenang masa lalu.

"Jadi bagaimana? apa kamu bersedia mengenal putri saya?" tanya Poernomo penuh harap.

"Ini saya tunjukan fotonya," ucap Poernomo yang hendak memperlihatkan ponselnya.

"Tidak perlu," jawab Bano singkat.

"Ini bukan tentang putri anda atau bukan, prinsip saya dari dulu tetap sama seandainya ada yang tulus mencintai saya dan dia bisa membuat saya jatuh cinta, bukan hanya sekedar menjalin hubungan saya akan menikahinya terlepas bagaimana pun latar belakangnya!" ucap Vano dengan tegas.

"Satu hal lagi ... saya tidak ingin putri anda berharap terlalu jauh, saya bersedia mengenal dia karena saya menghargai pertemanan Anda dan papa saya dulu, hanya itu," lanjut Vano

Vano memang tipe orang yang sulit jatuh cinta, bahkan di usianya yang kini berusia 23 tahun belum ada satu wanita pun yang bisa meluluhkan hatinya. selain itu sebenarnya poernomo adalah orang yang kesekian kalinya memohon perjodohan.

"Baik kalau begitu sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, weekend nanti saya harap kalian bisa bertemu, anak saya pasti sangat senang,"ucap poernomo.

Poernomo pun pamit dengan perasaan yang sedikit senang karena dia sudah selangkah berhasil untuk melancarkan rencana jahat nya.

"Jadi gitu Pram ceritanya," ucap Poernomo yang baru selesai menceritakan pertemuannya beberapa hari lalu dengan Vano.

"Bagus lah om lagian dia juga gak akan tau hubungan kita, walaupun kita sering dengar nama nya kita juga belum pernah ketemu juga kan, jadi sementara ini kita aman om."

"Hanya saja kita harus atur Vira supaya mau dan gak curiga dengan rencana kita, meskipun jujur saya gak tega harus menjadikan dia umpan."

"Nanti waktu yang tepat kita kasih tau Vira sesuai dengan rencana awal," lanjut Pram.

Poernomo pun mengiyahkan dan bergegas pulang ke rumahnya.

...****************...

...Rumah Vira...

Saat Poernomo di perjalanan pulang, Shasha dan Vira baru saja sampai di rumahnya.

Meraka pun ngobrol di teras rumah Vira.

"Sha aku harus gimana, aku bener-bener gak mau. Gak mau kehilangan Pram, gak mau juga di jodohin," ucap Vira yang tak henti hentinya mengeluh dan kebingungan.

Shasha sebagai sahabatnya hanya bisa menenangkan tanpa bisa memberi solusi, ia pun bingung dengan masalah yang di hadapi sahabatnya itu.

"Sha gimana kalau kamu gantiin aku sementara aja buat menemui cowok itu," ucap Vira spontan dengan pikirannya yang dangkal.

"Apa? Nggak lah Vir kamu tau konsekuensinya akan gimana nanti, lagian pertemuan ini pasti di awasi papa kamu," tolak Shasha.

"Aku akan atur itu Sha, aku mohon please Sha! nanti kamu bertingkah aneh aja di depan dia, supaya dia gak suka sama kamu, ilfil terus dia yang nantinya akan membatalkan perjodohan ini juga kan," ungkap Vira membujuk Shasha dan berharap sahabatnya itu setuju.

"Ini gak sesederhana yang kamu bayangkan Vir, itu bukan solusi yang tepat."

"Aku mohon sama kamu Sha, harapan aku cuma kamu, aku gak mau ketemu cowok itu, kamu tau kan aku cantik walaupun nanti aku bersikap aneh gimana kalau dia tetep suka sama aku," di situasi yang rumit, Vira masih bisa saja membuat Shasha tertawa dengan celotehannya.

"Jadi maksud kamu aku gak cantik gitu?", cap Shasha sambil tertawa ringan.

"Ih kamu mah Sha bukan itu maksud aku, kamu itu lebih pendek dari aku kan terus kamu tuh kaya anak kecil kan, aku yakin nanti dia pasti ilfil lah apalagi nanti kalau tingkah kamu kaya anak kecil banget, secara dia itu pasti selektif banget cari pasangan terbukti kan katanya cewek mana pun belum ada yang bisa menaklukan hati dia."

"Bisa jadi itu bener sih Vir, tapi gimana kalau papa kamu tau aku bener-bener gak yakin."

"Kamu tenang aja urusan papa aku, aku yang atur. Aku mohon Sha terakhir kali ini aja kamu bantuin aku," ucap Vira memohon kepada Shasha.

"Aku bingung Vir, tapi yaudah lah aku ngelakuin ini demi kamu," Shasha menyetujui permintaan Vira walaupun dengan ragu dan takut.

"Makasih Shasha ku yang tersayang," Vira senang kegirangan dan spontan mencium pipi Shasha.

"Ih apaan sih kamu vir, yaudah aku pulang ya nanti kalau ketahun papa kamu kamu kabur kan bisa repot," Shasha geli dengan tingkah vira itu dan ia pun akhirnya pulang.

Walaupun perasaannya ragu dan ia tak tau dampak apa yang akan terjadi kedepannya dengan terpaksa juga tak lain ini semua ia lakukan hanya demi sahabatnya baiknya, Vira.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!