NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Boss Mantan Suami

Bab 1 Melihat Suami Bersama Wanita Lain

Elfira Zahira adalah seorang wanita berusia 27 tahun. Wajahnya yang cantik dan selalu mengenakan hijab. Di usia 21 tahun, Elfira menikah dengan Adam Said. Pria yang sangat dicintainya. Mereka berpacaran sejak kelas XII SMA, setelah 4 tahun berpacaran akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Lima tahun sudah Elfira dan Adam menjalani rumah tangga. Sekarang mereka sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Anindya Zahra. Saat ini Anindya berusia 4 tahun.

Adam Said adalah sosok suami yang sempurna menurut Elfira. Adam sangat mencintainya dan juga putri mereka. Adam bekerja disebuah perusahaan advertising sebagai copy writer.

***

Siang ini rencananya Elfira ingin memberikan kejutan untuk suaminya dengan mengantarkan makan siang ke kantornya. Namun, karena stok bahan makanan dirumah sudah habis. Elfira pun belanja terlebih dahulu ke supermarket yang ada di salah satu mall yang tak jauh dari rumahnya.

Elfira memasukkan barang belanjaannya ke dalam troli. Setelah membeli semua bahan-bahan yang diperlukan, Elfira pun mendorong trolinya dan membawanya ke kasir, lalu membayarnya.

Keluar dari supermarket, Elfira berjalan melewati sebuah toko sepatu dengan brand terkenal. Elfira melihat ada sepasang sepatu terpajang di etalase yang menarik perhatiannya. Saat Elfira ingin masuk kedalam toko, tak sengaja Elfira melihat seorang pria yang sangat mirip dengan suaminya. Pria tersebut sedang bersama seorang wanita itu terlihat cantik dan seksi menurut Elfira.

"Mas Adam" bisik Elfira. "Kenapa mas Adam bisa ada disini, bukankah seharusnya sekarang dia ada dikantor"

Dengan langkah cepat Elfira berjalan sedikit menjauh dari toko sepatu tersebut. Elfira berdiri di depan sebuah toko baju anak-anak yang ada diseberang toko sepatu tadi.

Elfira sangat yakin kalau yang dilihatnya adalah Adam, suaminya. Elfira merogoh tas tangannya dan mengambil ponsel yang tersimpan didalam tas tersebut. Elfira membuka kunci layarnya dan mencari kontak sang suami. Begitu mendapatkan kontaknya, Elfira pun langsung menekan tombol hijau untuk melakukan panggilan.

Tak butuh waktu lama, ternyata Adam langsung menjawab panggilannya.

"Halo, assalamualaikum sayang. Tumben nelepon mas jam segini, ada apa" jawab Adam diseberang sana.

Elfira tak langsung menjawab, dia masih terpaku memperhatikan sosok yang ada di seberangnya yang ternyata memang benar suaminya. Elfira sampai menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Adam bersama wanita lain yang kini sedang bergelayut mesra dengan suaminya.

Adam selingkuh, Adam telah mengkhianatinya. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja.

"Halo, sayang. Kamu baik-baik aja kan" terdengar suara Adam yang kembali memanggilnya dan membuat Elfira tersadar. Dengan cepat Elfira menghapus air matanya dan mengendalikan gejolak yang dia rasakan didalam dada.

"Ah, iya mas. Maaf, tadi mas bilang apa" jawab Elfira setelah berhasil mengatur perasaannya.

"Kenapa sayang, tumben kamu nelepon mas jam segini. Apa ada sesuatu yang terjadi di rumah"

"Ah, enggak mas. Enggak ada apa-apa, aku cuma mau nanya, mas lagi dimana sekarang"

"Mas lagi di kantor dong sayang, emangnya dimana lagi. Masa iya mas berkeliaran di jam kerja begini, yang ada mas bisa dipecat dong. Kamu ini ada-ada saja" ucap Adam berdusta. Dia tak tahu kalau Elfira sudah melihat semuanya, Elfira melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Adam sedang bersama wanita lain yang tak Elfira kenal. Bukan dikantor seperti yang dikatakan Adam barusan.

'Kamu bahkan membohongiku mas' bisik Elfira dalam hati.

"Oh, ya sudah kalo begitu. Maaf kalo Fira ganggu, tiba-tiba Fira kangen sama mas, makanya Fira telepon mas"

"Kamu kangen sama mas, tumben. Apa kamu mau mas pulang sekarang"

"Eh, gak usah mas. Nanti mas dimarahi lagi, gak apa-apa kok. Sudah dulu ya mas, Fira mau lanjut masak lagi. Sampe ketemu nanti dirumah ya mas. Assalamualaikum" tanpa menunggu jawaban dari Adam, Elfira langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Elfira sudah tak tahan lagi, dengan langkah seribu Elfira langsung pergi dari mall tersebut sebelum Adam melihatnya ada disana.

Sementara itu Adam merasa bingung dengan sikap Elfira yang sedikit aneh menurutnya.

"Siapa yang nelepon, mas" tanya wanita yang bersama Adam, yang diketahui bernama Agnes.

"Istriku yang nelepon, tapi kayaknya ada yang aneh deh" jawab Adam bingung.

"Aneh kenapa" tanya Agnes.

"Ah bukan apa-apa, tak perlu kamu pikirkan. Kamu sudah selesai belanjanya kan"

"Sudah mas. Terimakasih ya mas, sudah membelikan aku sepatu baru" ucap Agnes manja.

"Gak masalah sayang, apa sih yang enggak buat kamu" balas Adam sambil mencolek dagu Agnes dan membuat wanita itu semakin mengeratkan tubuhnya di lengan Adam.

"Aah, mas Adam. Jadi tambah sayang deh"

"Yuk, kita ke kasir dulu. Biar mas yang bayar, setelah itu kita langsung check-in ya. Mas udah gak tahan nih" ucap Adam sambil mengeringkan sebelah matanya.

"Yuk, mas" Adam dan Agnes pun pergi meninggalkan mall tersebut setelah membayar belanjaan mereka.

***

Di lain tempat, Elfira yang merasa sakit hati setelah melihat suaminya berselingkuh, kini dia sedang menangis meratapi nasib pernikahannya. Setelah dari mall tadi, Elfira tidak langsung pulang ke rumah. Dia singgah disebuah taman, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

"Hiks...hiks..." Elfira menangis sesenggukan, hatinya benar-benar sakit. Adam yang selama ini dikenalnya, yang begitu mencintainya telah berkhianat. Elfira tak ingin percaya, tapi apa yang dilihatnya adalah nyata.

"Kenapa kamu selingkuh mas, apa salahku sampe kamu mengkhianati ku seperti itu. Hiks..hiks.."

"Apa kamu tidak memikirkan perasaanku mas, apa kamu tidak memikirkan perasaan Anindya anak kita. Bagaimana jika seandainya dia tau kalau ayahnya bermesraan bersama wanita yang bukan ibunya" saat ini Elfira hanya butuh waktu untuk meluapkan perasaannya. Elfira tidak tau harus bercerita dengan siapa. Dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa, orang tuanya sudah lama meninggal. Dia yatim piatu, sanak saudara pun tak ada. Hanya Adam dan Anindya lah yang dia punya saat ini.

Elfira menangis sejadi-jadinya. Ada rasa sesak yang menjalar dalam hatinya. Pengkhianatan yang dilakukan oleh sang suami begitu menorehkan luka yang mendalam. Karena Adam yang dikenalnya selama ini adalah sosok lelaki yang sempurna. Sekalipun Adam tak pernah menyakitinya, Adam selalu mencintai dirinya. Adam selalu melakukan apapun untuk dirinya. Tapi kini semuanya telah hancur, hanya karena sebuah pengkhianatan. Kepercayaan Elfira untuk Adam kini mulai luntur.

Setelah menumpahkan semua rasa sesak melalui tangisannya, Elfira pun memutuskan untuk pulang. Karena dia sudah terlalu lama meninggalkan rumahnya. Elfira takut, Anindya akan menangis jika tak melihat dirinya. Tadi sebelum berangkat ke supermarket, Elfira menitipkan anaknya pada Bu Halimah, tetangga sebelah rumahnya.

***

"Assalamualaikum" Elfira mengucapkan salam di depan rumah Bu Halimah.

"Waalaikumsalam" jawab mbok Ratmi, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Bu Halimah "Eh, mbak Elfira. Masuk mbak, ibu lagi di taman belakang. Lagi main sama non Anindya"

"Makasih ya, mbok. Kalo gitu, Fira ke belakang dulu ya"

"Iya, non. Silahkan"

Elfira pun masuk ke dalam rumah Bu Halimah setelah dipersilahkan. "Assalamualaikum"

"Bunda" teriak Anindya sambil berlari saat mendengar suara ibunya. Elfira sampai harus berjongkok agar Anindya bisa masuk kedalam pelukannya.

"Ibu lagi apa, maaf ya Bu. Elfira kelamaan belanjanya" tanya Elfira sambil menggendong Anindya dan berjalan mendekati Bu Halimah.

"Gak apa-apa toh, Fir. Justru ibu senang kalo kamu menitipkan Anindya lama-lama disini. Dia anaknya ceria, jadi ibu gak berasa kesepian kalo ada dia disini" ucap Bu Halimah sambil menatap sayang pada Anindya.

Bu Halimah adalah tetangga yang sangat baik. Rumahnya berjarak tiga rumah dari rumah Elfira. Bu Halimah hanya tinggal berdua dengan mbok Ratmi di rumah, suaminya sudah lama meninggal. Sedangkan anaknya, kini sedang kuliah di luar kota. Para pekerja di rumah Bu Halimah hanya mbok Ratmi saja yang menginap, sedangkan yang lainnya datang di pagi hari dan pulang di sore hari. Bu Halimah memiliki sebuah toko roti peninggalan almarhum suaminya. Toko roti Bu Halimah sudah memiliki beberapa cabang, ada yang didalam kota dan ada juga yang di luar kota. Dari toko itulah, Bu Halimah bisa menghidupi dirinya dan membiayai sekolah anaknya.

Meskipun Bu Halimah memiliki usaha yang sukses, tapi beliau tidak sombong. Bahkan beliau mau dititipkan menjaga Anindya saat Elfira hendak pergi dan tak bisa membawa anaknya itu.

Setelah beberapa saat mengobrol dengan Bu Halimah, Elfira pun memutuskan untuk pulang karena dia harus masak untuk makan siangnya nanti.

"Elfira pamit pulang dulu ya, Bu. Terimakasih karena sudah mau menjaga Anindya, dan maaf kalau Elfira sering merepotkan ibu" ucap Elfira sungkan.

"Kamu ini, Fir. Selalu saja merasa tak enak hati, kayak sama siapa saja. Anggap saja saya ini ibu kamu, kehadiran kamu disini juga sebagai pengobat rindu ibu pada Keisya yang sedang jauh disana" balas Bu Halimah sambil tersenyum hangat.

Bu Halimah memang sangat baik dengan Elfira, meskipun dia sudah tak mempunyai orang tua lagi. Tapi kehadiran Bu Halimah bisa mengobati rindunya pada sang ibu yang sudah lama berpulang pada sang khalik.

"Fira pamit ya Bu. Anin, salim dulu sama eyang" pamit Elfira dan menyuruh anaknya untuk salim dengan Bu Halimah.

"Anin pulang dulu ya, eyang. Assalamualaikum eyang" ucap Anindya dengan suara khas bocah berusia 4 tahun.

"Waalaikumsalam" jawab Bu Halimah.

Setelah berpamitan, Elfira dan Anindya pun kembali pulang ke rumah mereka.

Kini Elfira harus berusaha memendam rasa sakitnya sendiri. Dia tak akan bertanya pada sang suami, siapa wanita yang bersamanya tadi. Elfira harus mencari tahu dulu siapa wanita itu, dan apa saja yang dilakukan sang suami dibelakangnya. Apakah hanya ada satu wanita saja selain dirinya, atau mungkin ada banyak wanita lain yang menjadi selingkuhan suaminya. Elfira harus mencari tahu dulu.

***

bersambung....

Bab 2 Adam tak Pulang

Biasanya Adam pulang kerja dan sampai di rumah pukul 7 malam. Lain halnya jika dia ada lembur, pasti akan memberi kabar dahulu pada Elfira melalui pesan. Tapi malam ini, hingga pukul 10 malam pun, Adam masih belum pulang juga. Tak ada kabar apapun yang masuk ke ponselnya. Elfira mencoba menghubungi ponsel suaminya, tapi yang menjawab hanya operator. Ponsel suaminya tidak aktif.

"Kemana kamu mas, kenapa jam segini masih belum pulang juga. Apa kamu masih bersama wanita itu" gumam Elfira cemas sambil mondar-mandir di depan rumahnya. Sedangkan Anindya sudah terlelap di kamarnya sejak satu jam yang lalu.

Karena suaminya tak kunjung pulang juga, akhirnya Elfira memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya dan beristirahat. Karena memang rasa kantuk yang sudah menyerang sejak tadi. "Mungkin besok pagi aku akan menanyakan mas Adam kenapa dia pulang telat" Elfira mengunci pintu rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya.

Keesokan paginya, Elfira terbangun pukul 4.30 pagi. Saat melirik kesamping, Elfira tetap tak melihat suaminya. Ranjang sebelahnya kosong, itu berarti Adam tak pulang semalaman.

Elfira mengambil ponsel yang ia letakkan diatas nakas dan mencoba untuk menghubungi Adam lagi. Namun tetap saja sama, ponsel Adam tak aktif.

"Kemana sebenarnya kamu mas" Elfira benar-benar khawatir mengetahui suaminya tak pulang dan tak bisa dihubungi. Pikirannya mulai kalut, Elfira pun segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu melaksanakan sholat subuh.

Setelah membersihkan diri dan berwudhu, Elfira mengambil mukenah dari dalam lemari dan memakainya. Kemudian dia membentang sajadah menghadap kiblat. Elfira pun melaksanakan sholat subuh dengan khusyuk.

Selesai sholat dan menyimpan mukena nya ke dalam lemari, Elfira pun bergegas keluar dari kamar dan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Untuk pekerjaan rumah yang lain, seperti mencuci pakaian, menyetrika dan membersihkan rumah, sudah ada Bi Siti yang bekerja di rumahnya. Hanya saja, beliau akan datang jam 7 pagi dan pulang jam 5 sore.

***

"Ayah kemana, Bun. kok gak ikut sarapan" tanya si kecil Anindya. Meskipun usianya baru 4 tahun, namun bicaranya sudah lancar.

"Emmm, ayah sudah berangkat kerja tadi pagi-pagi sekali. Ayah juga minta maaf tadi karena gak sempat pamit sama Anin." ucap Elfira berbohong. Elfira tak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika ayahnya tak pulang semalaman.

"Yaah, padahal Anin pengen makan disuapin sama ayah" Anin tertunduk lesu karena sang ayah sudah berangkat kerja, setidaknya itulah yang ada dalam pikiran anak itu.

"Di suapin sama bunda aja yah makannya. Nanti siang, kita ke kantor ayah sekalian bawa makan siang untuk ayah" Elfira mencoba membujuk Anin untuk mengalihkan kekecewaannya.

"Beneran, Bun. Nanti siang kita ke kantor ayah" tanya Anin antusias.

"iya sayang"

"yeee, asiiik. Kita ke kantor ayah" Anin sangat senang sampai berdiri di atas kursi dan berlompatan.

"Anin, hati-hati nak, nanti jatuh" ucap Elfira mengingatkan Anindya. Anin pun kembali duduk, dan Elfira menyuapinya hingga makanannya habis.

***

Tepat pukul 12.00 Elfira dan Anin sampai di kantor Adam. Setelah membayar ongkos taksi, Elfira menggandeng tangan Anin dan berjalan menuju gedung kantor tempat suaminya bekerja.

"Maaf Bu, ada keperluan apa ibu datang ke kantor ini" tanya seorang satpam yang berjaga di depan gedung tersebut.

"Saya mau bertemu dengan pak Adam Said, pak. Mau mengantarkan makan siang untuk nya" jawab Elfira.

"Ibu, siapanya pak Adam ya" tanya satpam itu lagi karena memang tak mengenali Elfira.

"oh, saya istrinya pak. Dan ini anak kami"

Satpam tersebut tampak memperhatikan Elfira dan Anindya dari atas sampai bawah.

"Pak adamnya hari ini gak masuk Bu, bahkan dari kemarin. Emangnya pak Adam gak ada bilang sama ibu"

Deg

Elfira terkejut mendengarkan fakta baru tentang suaminya. Jadi, selain tidak pulang ke rumah, Adam juga tidak masuk kerja. Bahkan kemarin pun dia juga tidak masuk, padahal dari rumah Adam pamitnya mau berangkat kerja.

"Oh, gitu ya pak. Kalau gitu saya permisi ya pak. Terimakasih atas informasinya"

"Iya Bu, sama-sama"

Elfira pun pulang dengan perasaan kecewa. Ternyata suaminya sudah membohonginya.

"Kok kita pulang Bun, kita gak jadi ketemu sama ayah" tanya Anindya bingung.

"Ayah gak ada dikantor sayang, lagi ada kerjaan di luar" dusta Elfira.

"Yaah, gak jadi ketemu ayah dong"

"Maaf ya sayang, kita tunggu ayah di rumah aja ya"

Anindya pun mengangguk dengan tak semangat. Akhirnya Elfira dan Anin pulang ke rumah dengan perasaan kecewa.

Sementara itu, di kantor tempat Adam bekerja. Erlangga yang merupakan CEO di perusahaan tersebut, melihat Elfira sedang berbicara dengan satpam. Setelah Elfira pergi, Erlangga mendatangi satpam tersebut dan bertanya tentang Elfira.

"Pak Anton, perempuan yang tadi itu siapa" tanya Erlangga pada satpam yang bernama Anton.

"Itu istrinya pak Adam, pak"

"Mau apa dia kemari"

"Katanya mau bertemu dengan pak Adam, padahal kan pak Adam gak masuk kerja dari kemarin"

Erlangga mengangguk paham sambil terus memandangi Elfira yang berjalan terus hingga akhirnya sosok Elfira menghilang di dalam taksi yang ditumpanginya.

***

POV Elfira

Malam hari saat aku dan Anin sedang makan malam, aku mendengar suara mobil mas Adam memasuki halaman rumah.

Hatiku marah dan kecewa, dari kemarin mas Adam tidak pulang bahkan dengan teganya dia membohongiku. Tak ada satu pun kabar darinya. Rasanya aku ingin meluapkan kemarahanku sekarang juga. Tapi itu tak mungkin ku lakukan, mengingat ada Anindya diantara kami.

"Assalamualaikum" mas Adam mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam" jawabku malas.

"Ayah" Anindya langsung berlari begitu mendengar suara ayahnya. Mas Adam berjongkok lalu menggendong Anin sambil berjalan menuju ruang makan.

Mas Adam mendudukkan Anin di kursinya dan meminta Anin untuk melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda. Lalu dia menghampiriku dan mengecup puncak kepalaku. Biasanya aku akan menyambutnya dengan senyuman, namun tidak dengan malam ini.

Tanpa menghiraukan mas Adam, aku tetap melanjutkan makanku dengan memasang wajah datar.

"Sayang, tolong ambilkan makanan untuk mas dong" pinta mas Adam tanpa rasa bersalah. Tanpa menjawab aku langsung mengambilkan mas Adam sepiring nasi beserta lauk dan sayurnya. Setelah itu ku letakkan di depannya. Dan tak lupa ku tuangkan air dari ceret ke dalam gelas lalu ku letakkan juga di hadapannya, setelah itu aku kembali melanjutkan makanku.

Sepanjang kami menghabiskan makan malam, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku. Hanya suara Anindya yang sejak tadi berceloteh menceritakan tentang apa saja yang dia lakukan hari ini, bahkan Anin juga menceritakan tentang kedatangan kami ke kantor yang ingin menemuinya.

Sambil terus mendengarkan cerita Anin, mas Adam juga sesekali melirik ke arah ku, namun tetap tak ku hiraukan.

Selesai makan malam, aku membereskan meja makan. Membawa piring dan gelas kotor ke wastafel untuk ku cuci. Mas Adam langsung masuk ke dalam kamar karena dia harus mandi dan mengganti bajunya. Aku lihat baju yang di pakainya saat ini adalah baju yang sama dengan yang dipakai mas Adam kemarin.

Setelah selesai mencuci piring, aku mengajak Anin untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia sudah tampak mengantuk, terlihat sejak tadi dia terus-terusan menguap.

Seperti biasanya Anin selalu minta untuk dibacakan buku cerita saat hendak tidur. Aku pun membacakan buku cerita yang sudah dipilih oleh Anin tadi. Baru saja setengahnya ku baca, Anin sudah tertidur lelap. Ku matikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. Ku tarik selimut hingga sebatas dadanya, setelah itu ku kecup keningnya dan ku bisikkan ucapan selamat tidur untuknya.

Aku pun keluar dari kamar Anin dan langsung menuju kamar ku dan mas Adam. Aku bertekad untuk bertanya pada mas Adam, kemana saja dia sejak kemarin tidak pulang ke rumah bahkan sampai tak masuk kerja. Aku harus menyelesaikan masalah ini malam ini juga.

POV end

***

bersambung....

Bab 3 Kemarahan Elfira

Setelah menidurkan Anindya, Elfira langsung beranjak menuju kamarnya. Saat membuka pintu kamar, Elfira melihat Adam sedang berbaring di kasur sambil bermain ponsel.

Adam tak sadar jika sejak tadi Elfira memperhatikan dirinya yang sedang tersenyum sambil menatap layar ponselnya.

"Ekhem. Aku mau bicara, mas" Adam terkejut dengan kedatangan Elfira, dan dengan cepat Adam langsung meletakkan ponselnya diatas nakas.

"Kamu mau bicara soal apa sayang" tanya Adam sambil nyengir.

"Kenapa semalam kamu gak pulang" sebenarnya perasaannya saat ini sedang berkecamuk, namun Elfira masih harus menahannya.

"ooh, masalah itu. kirain mau ngomongin soal apaan" balas Adam santai tanpa rasa bersalah.

Elfira hanya bisa bengong mendengar balasan dari Adam. " 'Oh', kamu gak pulang semalaman dan respon kamu hanya 'oh'. Mas, kamu masih anggap aku ini istri kamu gak sih" untuk pertama kalinya Elfira merasa semarah ini dengan Adam.

"Kok kamu ngomongnya gitu sih. Aku kan cuma lembur, banyak kerjaan di kantor"

"Kalo lembur, kenapa gak kasih kabar. Kamu tau gak gimana cemasnya aku, semalaman aku nungguin kamu di depan pintu, tapi kamu nya gak pulang-pulang"

Adam pun bangkit dari kasur lalu mendekati Elfira dan merangkul bahunya untuk menenangkan. Namun dengan cepat Elfira menepisnya.

"Maaf sayang, hp mas lowbat. Mas lupa bawa charger"

Elfira tersenyum sinis karena merasa dianggap bodoh oleh Adam. Tadinya Elfira berharap suaminya akan bicara jujur. Namun sayangnya, sampai detik ini, Adam masih tetap membohonginya.

"Lowbat atau sengaja dimatikan"

"Maksud kamu apa, mas gak ngerti"

"Cih, kamu tau apa yang aku maksud mas. Gak usah pura-pura bodoh." ucap Elfira dengan menekankan kata 'bodoh'. "Kamu ingat kan, waktu Anin cerita kalo tadi siang kami pergi ke tempat kerja kamu, tapi kamu nya gak ada"

"O-oh, itu, mas lagi tugas ke luar. Ada pertemuan dengan klien" jawab Adam dengan terbata.

Habis sudah kesabaran Elfira. Ternyata Adam memang tak bisa berkata jujur. Mau sampai kapan dia harus dibohongi seperti ini. Hatinya benar-benar sakit, disaat dia mengetahui fakta bahwa suaminya berselingkuh, kini dia juga masih harus dibohongi oleh sang suami.

Tanpa terasa airmatanya mengalir membasahi pipi.

"Kamu bohong, mas. KAMU BOHONG" teriak Elfira membuat Adam terkejut. Karena selama lima tahun mereka menikah, ini adalah pertama kalinya Elfira meninggikan suaranya didepan Adam.

"Sst, kamu jangan teriak. Nanti Anin bangun"

"Aku gak peduli mas, aku gak peduli. Biarin Anin bangun, biar sekalian Anin tau, orang seperti apa ayahnya"

Elfira terus berteriak meluapkan emosi didalam dadanya.

"Kamu ini kenapa, sih. Dari tadi teriak-teriak dan ngomongin yang gak jelas kayak gitu" ucap Adam yang mulai terpancing emosi.

"Gak jelas kamu bilang. Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu lakukan kemarin"

"Emangnya apa yang udah aku lakukan. Seharian aku kerja demi menafkahi kamu dan Anin, tapi kamu malah bersikap begini sama aku"

"Kalo kamu jujur, aku gak akan semarah ini mas. Tapi nyatanya, sampe detik ini pun kamu masih terus berbohong"

"Emangnya aku udah bohong soal apa sama kamu"

"Kamu ingat, waktu aku telepon kamu kemarin. Kamu bilang lagi dikantor, tapi kenyataannya kamu lagi berduaan sama cewek yang bajunya kurang bahan kayak gitu."

Adam terdiam mendengar ucapan Elfira.

"Bahkan dari kemarin kamu gak masuk kantor, mas. Kamu pamit sama aku dari rumah mau berangkat kerja, tapi kenyataannya kamu malah enak-enakan berduaan sama cewek murahan itu"

Adam terkejut, dia sungguh tak menyangka jika kebohongannya telah diketahui oleh Elfira. Namun Adam tak bisa mengakui begitu saja, Adam masih berusaha untuk berkelit dan menutupi kebohongannya.

"Kamu jangan nuduh mas sembarangan ya. Mana buktinya kalo mas berduaan sama cewek"

"Kamu mau minta bukti mas, ok, aku akan tunjukkan buktinya sama kamu" Elfira berjalan menuju tas nya yang tergantung lalu mengambil ponselnya dari dalam tas tersebut. Elfira membuka galeri dimana terdapat foto Adam dengan seorang wanita sedang bergandengan mesra. Ternyata diam-diam Elfira memfoto Adam bersama wanita tersebut.

"Nih buktinya. Sangat jelas kalo itu wajah kamu mas" ucap Elfira menunjukkan bukti fotonya.

Adam membelalakkan kedua matanya melihat foto tersebut. "Gak, ini gak mungkin mas. Ini editan, pasti ada seseorang yang meng edit foto ini dan mengirimnya sama kamu" sudah jelas bahwa foto itu memanglah dirinya, tapi Adam masih saja tetap berkelit.

"Ini bukan editan mas, ini jelas-jelas foto kamu yang aku ambil sendiri di mall kemarin. Aku ada disana, mas. Waktu aku telepon kamu, aku ada disana menyaksikan semuanya. Lalu malamnya kamu tidak pulang ke rumah, bahkan kamu gak bisa dihubungi sama sekali, apa yang sudah kamu lakukan dengan perempuan itu semalaman mas" kembali Elfira berteriak. Dia sudah muak dengan kebohongan suaminya.

"Mas gak melakukan apa-apa, Fir. Mas gak ngapa-ngapain sama perempuan itu, mas langsung balik ke kantor dan lembur" Adam ketakutan melihat Elfira yang sudah berurai air mata.

"BOHONG." sentak Elfira. "Dari tadi kamu terus berbohong mas. jelas-jelas satpam kantor bilang kalo kamu gak masuk kerja dari kemarin.

Adam sudah tak bisa berkelit lagi, karena pada kenyataannya Elfira sudah mengetahui semuanya.

"Maafin mas, sayang. Mas janji gak akan mengulanginya lagi" Adam bersimpuh di kaki Elfira.

Dengan cepat Elfira menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Adam. "Malam ini aku tidur di kamar Anin" hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Elfira. Setelah itu dia langsung keluar dari kamarnya dan tidur dikamar Anin.

"Aaarrggh"

Setelah Elfira pergi, Adam berteriak frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri.

"Brengsek. Bisa-bisanya aku ketahuan sama Elfira" Adam duduk dipinggir tempat tidurnya sambil berpikir apa yang harus dia lakukan agar Elfira mau memaafkannya. Namun karena rasa lelah yang hinggap ditubuhnya dan juga rasa kantuk yang mulai menyerang, akhirnya Adam memutuskan untuk tidur dan besok dia akan berusaha untuk meminta maaf kembali.

***

Pagi hari Elfira sudah bangun dan sedang menyiapkan sarapan untuk Anin dan Adam. Meskipun saat ini dia sedang kesal dan marah, tapi Elfira tetap tak bisa mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri.

"Pagi sayang" sapa Adam saat melihat Elfira sedang memasak nasi goreng sebagai menu sarapan mereka. Adam mendekati Elfira dan hendak mencium keningnya. Elfira yang menyadari itu pun langsung menghindar.

"Kamu masih marah sama, mas" tanya Adam tanpa merasa bersalah, seolah-olah kejadian kemarin tak berarti apa-apa untuknya.

'Haaah'

Adam menghela napas panjang karena Elfira tak menanggapinya, Adam pun berjalan menuju meja makan dimana sudah tersedia secangkir kopi yang dibuat Elfira untuknya. Adam menyeruput kopi tersebut sedikit demi sedikit karena masih panas.

"Mas beneran minta maaf sama kamu, Fir. Mas khilaf" bujuk Adam agar Elfira mau memaafkannya. Elfira meletakkan sepiring nasi goreng dihadapan Adam lalu duduk disebelahnya.

"Khilaf kamu bilang mas, khilaf apa doyan kamu. Emangnya aku kurang apa sebagai istri. Aku selalu setia sama kamu, menuruti semua kemauan kamu. Bahkan aku gak pernah menolak setiap kali kamu minta jatah" Elfira meluapkan semua unek-unek nya, sedangkan Adam hanya bisa tertunduk lesu.

"Apa semua itu masih kurang buat kamu sampe kamu jajan diluar sana. Setelah kamu menyentuh wanita lain, lalu malamnya kamu menyentuhku. Begitu mas" Elfira benar-benar merasa jijik dengan suaminya karena sudah menyentuh banyak wanita saat sudah bersama dengan dirinya.

Adam tak berani menjawab, bahkan dia juga tak berani mengangkat kepalanya. "JAWAB MAS, JANGAN DIAM AJA"

Suara Elfira menggema di seluruh ruangan membuat Anindya yang baru saja turun dari kamarnya bersama bi Asih, salah satu pekerja di rumah itu jadi terkejut. Pasalnya, mereka tak pernah mendengar Elfira marah apalagi sampai berteriak seperti tadi.

Anindya mendatangi ibunya dan memeluk kakinya. "Bunda, kenapa marahin ayah. Emangnya ayah salah apa" tanya Anindya polos. Elfira pun dengan cepat menghapus airmatanya, lalu menatap sang anak.

"Gak apa-apa sayang, bunda gak marahin ayah kok. Kamu udah mandi" Elfira mencoba mengalihkan pembicaraan agar Anindya tak bertanya lebih jauh lagi.

"Udah tadi sama bi Asih. Anin lapar Bun, mau sarapan pake roti selai cokelat sama susu. hiiiii" ucap gadis kecil itu sambil menunjukkan deretan giginya yang geripis.

Elfira tersenyum melihat ekspresi sang anak yang begitu menggemaskan. "Ya udah yuk, kita sarapan dulu" Elfira mengambil selembar roti lalu mengoleskan selai cokelat diatasnya. Segelas susu juga sudah terhidang sejak tadi. Akhirnya mereka bertiga menghabiskan sarapan dalam diam. Sedangkan bi Asih yang tadi mengantarkan Anin ke ruang makan juga sudah kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan kamar Anin.

Setelah sarapan, Adam pamit berangkat kerja. Elfira tetap mengantarkan Adam sampai depan pintu seperti biasanya meskipun dia sedang marah dengan suaminya itu. Selesai sarapan tadi, Anin langsung berlari ke ruangan yang di buat khusus untuk tempatnya bermain didalam rumah. Para pekerja sudah berdatangan dan melaksanakan tugas mereka masing-masing. Sedangkan Elfira kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

***

bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!