NovelToon NovelToon

Maafkan Aku Istriku

Bayar hutang

Anyelir yang tengah hidup dengan damai di tempat usaha catering nya, menatap waspada pada dua manusia tamak yang ada di depan nya, dia tahu kedatangan untuk menemui nya bukan karena masalah sepele.

Dan benar saja, tanpa basa basi wanita paruh baya yang datang bersama anak kesayangan nya itu, meminta nya untuk menikah dengan seseorang yang bahkan tidak pernah diketahui, dia dijadikan tumbal untuk menebus hutang almarhum ayah nya yang meninggal beberapa bulan yang lalu.

"Anya tidak mau Bu" tolak nya yang merasa tidak ada sangkut paut nya dengan hutang tersebut.

"Lalu siapa yang akan membayar hutang peninggalan ayahmu itu" bentak Melisa ibu tiri nya.

"Kenapa tidak Kalisa saja, kenapa harus aku" ucap Anyiler.

"Aku?" Tanya Kalisa dengan menunjuk diri nya sendiri.

"Aku tidak sudi menikah dengan tu…"

Kalisa meringis saat melihat tatapan mama nya yang melotot tajam ke arah nya, dia tidak melanjutkan ucapan nya.

"Aku tidak mau tahu, kamu anak dari ayahmu, jadi kamu yang harus menikah dengan nya"

"Kalau begini saja kalian mencari, aku bahkan tidak pernah merasakan yang itu, kalian yang dinafkahi oleh nya harus nya kalian lah yang menikah dengan nya"

"Aku tidak peduli, besok kamu akan dijemput oleh orang suruhan Tuan Damon, jadi siapkan dirimu untuk itu"

"Baik, aku akan menikah dengan orang yang aku sendiri tidak tahu siapa dia, dan ingat ini aku lakukan untuk bakti ku pada ayah kandung ku"

Air mata Anyiler jatuh membasahi pipi nya, saat dua manusia tamak dan serakah itu pergi dari hadapan nya setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tubuh nya luruh di lantai, dia seorang anak yang dulunya selalu dimanja oleh oleh kedua orang tuanya nya kini harus hidup dengan segala penderitaan sejak setahun kepergian sang mama menghadap sang kuasa akibat penyakit yang diderita nya.

Dia hanya punya ayah yang selalu menyayangi dan mencurahkan kasih sayang nya, sampai suatu hari ayah nya pulang dengan seorang wanita yang dikenalkan kepada nya sebagai calon ibu baru nya, Anyelir kecil yang tidak tahu apapun dengan senang senang hati menerima nya.

Bahkan saat wanita itu juga membawa seorang anak yang lebih tua setahun dari nya pun, disambut dengan gembira oleh nya, dia tidak akan merasa kesepian lagi saat ayah nya sibuk dengan pekerjaan nya di kantor.

Tanpa Anyiler sadari, bahwa itu adalah awal dari segala penderitaan nya, yang mana Anyiler harus mengalah dengan semua barang-barang nya jika Kalisa kakak tiri nya itu menginginkan nya.

Dia juga dilarang untuk makan sebelum kedua manusia tak tahu diri itu menyelesaikan makan, yang arti nya Anyiler harus makan makanan bekas mereka di rumahnya sendiri, semua itu mereka lakukan tanpa sepengetahuan ayah Anyiler, kedua nya sangat pintar menyembunyikan kedok nya hingga ayah Anyiler tidak menaruh curiga sedikitpun.

Puncak nya adalah saat kekasih Anyiler juga direbut oleh kalisa, kedua nya kepergok tengah berhubungan intim di saat ulang tahun salah satu teman dari pria yang menjadi kekasih Anyiler.

Anyiler bagaikan jatuh masih harus terseret arus air yang diciptakan oleh saudari tiri nya yang memutar balikan fakta dengan mengatakan kalau Anyiler lah yang tengah bercumbu di pria tersebut, membuat ayah nya mengusir Anyiler saat itu juga dari rumah tanpa mendengarkan penjelasan dari putri kandung nya.

Air mata yang menetes membasahi pipi, Anyiler bangkit dari tempat duduk nya, dia pergi menuju ke tempat yang selalu didatangi nya saat dia merasa dunia tidak adil pada nya.

Disini lah dia sekarang, di depan gundukan tanah yang tidak pernah mengering, dia berjongkok di depan makam wanita yang telah melahirkan nya.

"Bu…Anya rindu!"

"Anya ingin ikut ibu saja" tangis nya sambil mengelus nisan ibu nya.

Banyak kata yang dia curahkan di sana, dengan air mata yang terus keluar dari sudut mata nya, dia masih saja berharap bahwa semua yang dilaluinya hanya sebatas mimpi yang akan sirna saat dia membuka mata nya.

Dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini, ingin dia lari dari semua ini, namun dia juga bingung harus pergi kemana, dia tidak punya siapapun yang bisa melindungi nya dari kekejaman ibu tiri nya.

Isak tangis nya memecahkan keheningan senja di ufuk barat, disertai dengan gemuruh petir yang menggelegar di langit yang tiba-tiba dipenuhi dengan awan hitam.

Rintik hujan menerpa kulit putih nya, membasahi rambut hitam legam nya yang terurai sampai punggung nya, hujan sudah turun dengan derasnya, tidak ada niat sedikitpun di hati Anyiler untuk bangkit dari duduk nya di depan makam sang Ibu.

Lama dia di sana, sampai dia merasa dingin menusuk tulang nya, dia bangkit dari sana, hidup nya terus berjalan kedepan, dia memantapkan hati nya untuk melanjutkan hidupnya, langkah kaki menyeret nya meninggalkan pemakaman dengan air mata yang membasahi pipi nya.

Sejak dulu, sejak ayah nya tak lagi berpihak pada nya, Anyiler sering menangis dibawah derasnya air hujan, dia tidak ingin ada satu orangpun yang mengetahui kesedihan nya, biarlah luka ini menjadi bagian dalam hidupnya yang entah kapan akan berakhir semua penderitaan nya.

Sementara, kedua manusia tamak itu kini sedang berbelanja dengan menghabiskan uang dari menjual perhiasan milik ibu Anyiler yang baru mereka temukan di dalam brankas kecil milik ibu Anyiler yang tersimpan di kamar yang ditempati Anyiler dulu.

"Kenapa baru sekarang brankas itu kita temukan ma, kalau saja aku tahu disana ada banyak perhiasan sudah sejak dulu aku menjual nya"

"Kau benar, wanita sialan itu ternyata berguna juga hahaha…"

Mereka pun tidak langsung pulang setelah berbelanja, kedua nya pergi berkencan dengan pasangan mereka masing-masing.

Ibu dan anak ini sungguh tidak ada beda nya, mereka hanya menganggap bahwa laki-laki adalah sumber uang mereka, tentunya mereka harus membayar semua itu dengan mendesah di atas ranjang setiap malam nya.

Anyiler yang baru saja membersihkan diri nya, kembali termenung di depan kaca jendela kamar nya, dia menatap kerlip bintang yang bertabur di pekatnya malam, di tengah hujan yang masih belum mereda.

"Aku hanya ingin bahagia" ucapnya kembali menghapus air mata yang kembali menetes, dia hanya ingin hidup damai dan bahagia, sama seperti saat sebelum berpulang nya sang ibu, di mana kedua orang tuanya begitu menyayanginya, bahkan rela melakukan apapun untuk kebahagiaan nya, seakan dia adalah permata berharga yang tidak bisa terganti oleh apapun.

To be continued 🍃🍃🍃🍃

Jangan lupa like komen dan sebrek yaaaaaa 😘😘😘😘

Love yuuuuuu

Pertemuan pertama

Disini lah Anyiler saat ini berada, duduk di salah satu restoran yang kemarin diberikan oleh ibu tiri nya menjual nya sebagai penebus hutang mendiang ayah nya, lama dia menunggu, namun tidak ada satupun orang yang menghampirinya, sampai dia merasa jenuh karena terus menunggu.

"Nona Anyiler"

Anyiler pun menoleh ke sumber suara yang memanggil nama nya, wanita itu mengajaknya ke suatu tempat yang dia sendiri tidak tahu seperti apa.

Sepanjang jalan menuju tempat yang di maksud oleh wanita itu, pandangan Anyiler tidak lepas dari ballroom yang dihias dengan sangat cantik, sepertinya tempat ini tengah dipersiapkan untuk pesta resepsi pernikahan.

Indah sekali.

Batin Anyiler sambil terus menatap ke arah pelaminan, dia menggelengkan kepala nya saat membayangkan kalau dirinya lah yang menjadi pengantin wanitanya.

"Silahkan masuk Nona"

"Terima kasih"

Pandangan Anyiler menyapu ruangan serba luas di depan nya, beberapa orang wanita dengan seragam yang sama membungkukkan tubuh nya, Anyiler menatap heran saat dengan semua itu, dia yang ingin memprotes tindakan mereka pun terhenti saat orang yang membawa nya itu meminta nya untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana.

Tanpa banyak bertanya, Anyiler duduk disana sambil memperhatikan meja yang penuh dengan alat make up di atas nya, dia pun mulai dirias dengan sangat telaten oleh beberapa orang.

Kini wajah cantik nya telah disulap menjadi lebih elegan, dia menatap tidak percaya dengan wajah nya sendiri yang tampak begitu cantik saat di make up seperti itu, maklum saja dia tidak pernah melakukan itu semua, yang ada di pikiran nya hanya kerja, kerja dan kerja.

"Mari Nona, kenakan gaun pengantin nya"

"Ha!" Beo Anyiler yang seakan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh staf kecantikan itu, lagi-lagi Anyiler tidak bisa membantah atau menolak semua itu.

Dengan langkah gontai, Anyiler  menyeret tubuhnya mendekati sebuah gaun yang terpasang pada patung maneki yang kini ada di depan nya, gaun putih tulang dengan taburan mutiara dan berlian yang disusun dengan sangat cantik ditambah dengan kalung berlian yang melingkar di leher jenjang nya.

Jangan lupakan mahkota mutiara yang juga mempercantik rambut hitam yang tergerai di punggung nya.

Anyiler tidak dapat menjelaskan dengan kata-kata tentang gaun cantik yang ada kini dia kenakan, sangat pas di tubuh ramping nya.

"Nyonya anda cantik sekali" puji salah satu staf yang membantu nya mengenakan gaun tersebut.

Mendengar pujian itu, hanya senyum simpul yang terpatri di bibir nya, namun senyum itu hilang begitu saja saat seseorang masuk kedalam ruangan itu dengan wajah congkak, hawa panas menyelimuti ruangan besar itu, seakan dia berada di tengah gurun dengan panas matahari yang begitu menyengat.

Kibasan tangan kanan laki-laki itu membuat semua orang yang ada di sana keluar dengan tergesa, seakan mereka berebut udara bebas yang ada di luar sana.

"Mulai saat ini aku adalah calon suamimu, patuhi semua apa yang aku katakan kalau kau tidak ingin merasakan apa yang tidak pernah kau bayangkan sebelum nya, mengerti"

"Iiiyyaaa, Tuan"

"Bagus, sekarang tampilkan senyum bahagia mu, tunjukan pada semua orang bahwa kau adalah wanita paling bahagia karena telah menikah dengan ku"

Mereka pun turun dengan tangan Anyiler yang merangkul suami nya, mereka berjalan menuju altar dengan pemuka agama yang telah hadir di sana.

Janji suci telah terucap, dua anak manusia itu kini telah resmi menjadi sepasang suami istri menurut hukum agama dan negara.

Pesta resepsi digelar malam hari, dimana Anyiler yang tiba-tiba menghentikan langkah nya saat sampai di depan ballroom yang menjadi tempat resepsi pernikahan nya, baru tadi bagi dia membayangkan, bagaimana kalau dia yang jadi pengantin dan duduk di singgasana itu.

Ternyata Tuhan mengabul kan dengan cepat doanya, saat ini dia benar-benar menjadi pengantin wanita nya, Anyiler menatap ke arah suami nya yang sama sekali tidak menganggap kehadiran nya, tatapan suami nya itu lurus kedepan seakan dia tidak ada di sana, bahkan saat tahu undangan memberikan ucapan selamat, laki-laki yang sejak tadi pagi resmi menjadi suami nya itu hanya menampilkan wajah datar, tanpa ekspresi sama sekali.

Bukan hanya selama pesta berlangsung, saat ini saja ekspresi suami nya itu tetap sama, meski kedua nya sudah berada di dalam kamar pengantin yang dihias dengan indah, taburan kelopak mawar merah memenuhi lantai, juga sepasang angsa yang membentuk hati di atas ranjang pengantin membuat Anyiler meneguk ludah nya.

Apa ini saatnya, saat dimana dia akan menyerahkan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya itu kepada suami nya, Anyiler yang larut dalam pikiran nya tersentak saat mendengar suara menggelegar dari suami nya.

"Apa kau tuli haa, aku memanggil ku sejak tadi dan kau masih tetap di sini"

"Aaahh…sakit Tuan" ringkis Anyiler saat tangan nya ditarik dengan kasar oleh Darren menuju kamar mandi.

"Cepat siapkan air mandi nya, aku mau mandi!" Perintah Darren menghempaskan tangan Anyiler yang memerah akibat cengkraman tangan nya.

Anyiler pun melakukan apa yang diperintahkan suami nya itu, bahkan gaun pengantin nya juga ikut basah karena terkena air.

"Tuan air nya sudah siap"

"Lamban"

"Cepat bantu aku mandi"

"Tapi…!" 

"Jangan terus membantahku sialan, lakukan saja apa yang aku katakan, apa kau paham haah!"

Dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuh nya, Anyiler memandikan Darren yang kini tengah menikmati pijatan tangan mungil Anyiler.

Bukan hanya membantu mandi, Anyiler juga harus membantu pria itu mengenakan pakaian nya.

"Ambilkan aku minuman aku haus!" Perintah nya sambil duduk di sofa dengan sebelah kaki bertumpu di sebelah kaki satu nya.

Plak…

"Apa yang kau lakukan sialan, dimana mata itu haah, selain dengan kaki kau juga harus jalan menggunakan mata mu!" Hardik Darren saat Anyiler tidak sengaja menumpahkan air di gelas yang di bawah nya.

Salah satu kaki nya tersandung kaki meja yang membuatnya kehilangan keseimbangan hingga membuat gelas yang ada di tangan nya terjatuh mengenai wajah Darren.

"Aaahh…" 

"Kau benar-benar membuat ku muak!" 

"Bersihkan dirimu dan cepat tidur, aku mengijinkanmu tidur di ranjang bersama ku tapi jangan harap aku mau menyentuhmu"

Marah Darren dengan tangan nya itu mencengkram kedua pipi wanita itu yang kemudian dia hempaskan begitu saja, membuat tubuh mungil Anyiler terhuyung ke lantai, Darren merebahkan dirinya di ranjang, tanpa mempedulikan Anyiler yang sedang terduduk di lantai dengan deraian air mata nya.

Anyiler tidak lagi bisa menahan suara tangis nya yang memecahkan keheningan malam, malam yang seharusnya menjadi malam penuh gairah bersama suami nya, seperti pasangan pengantin baru pada umum nya.

Hari baru

Terhitung sudah dua Minggu Anyiler menjadi istri dari seorang Darren Ancelotti Damon, selama itu juga apa yang dia lakukan tidak pernah benar dimata suami nya itu.

Makanan yang sedang susah payah dia masak berhamburan di lantai karena ulah suami nya yang membalikan meja makan di hadapan nya, hanya karena Anyiler salah menaruh sendok dan garpu.

"Wanita seperti itu bisa apa haa, membedakan letak sendok dan garpu saja tidak becus, dan lagi makanan apa yang kau sajikan di meja makan ku, bahkan makanan pinggir jalan lebih enak rasa nya di banding dengan masakan mu"

"Bersihkan ini semua, jangan sampai aku melihat noda sedikitpun di sini!" Perintah Darren yang pergi begitu saja dari sana menuju ruang kerja nya.

Blaamm…

Anyiler terjingkat kaget mendengar suara pintu yang dibanting dengan sangat keras, dia memunguti pecahan kaca dan makanan yang berserakan di lantai, air mata nya luruh begitu saja tanpa sedikitpun suara yang keluar dari mulut nya.

"Nyonya, biar saya saja" ucap bi ana yang merasa kasihan dengan Nyonya muda nya yang selalu diperlakukan buruk oleh Tuan nya itu.

"Tidak usah bi, nanti dia akan semakin marah dengan ku juga bibi" lirih nya sambil terus mengumpulkan pecahan kaca.

"Tapi Nyonya…"

"Pergi lah bi, aku tak apa, aku tidak mau bibi di hukum karena membantu ku"

Dengan berat hati bi ana beranjak dari sana sambil terus memperhatikan Anyiler yang sedang membersihkan kekacauan itu dengan sesekali mengusap air mata nya.

Bi ana yang merupakan baby sitter Darren pun semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan tuan muda, ingatan wanita paruh baya itu kembali ke beberapa tahun yang lalu, sebelum tuan muda nya itu dikhianati oleh kekasih nya, yang mana kekasih Tuan nya itu membawa seorang pria dan bermalam di apartemen pemberian Darren saat dia sedang keluar negeri dengan urusan bisnis nya.

Tanpa sepengetahuan kekasih nya itu Darren pulang sehari sebelum waktunya, dia sengaja pulang cepat karena ingin memberikan kejutan pada kekasihnya itu, justru dialah yang mendapatkan kejutan melihat kekasih yang sangat dia cintai itu bercumbu dengan sangat panas nya di balik pintu apartemen nya.

Tanpa mengatakan apapun Darren langsung menyeret keduanya keluar dari apartemen miliknya dengan keadaan tanpa busana, dia membuang semua barang-barang milik wanita itu langsung dari jendela apartemen nya tanpa mempedulikan gedoran pintu kedua orang yang berdiri tanpa busana itu.

Sejak saat itu Tuan mudanya menjadi pribadi yang sangat sulit didekati, bahkan kepada dia juga bersikap dingin dan sering meluapkan emosi nya.

Lamunan Bi Ana buyar saat mendengar jeritan dari Anyiler saat tangan nya tergores cukup dalam oleh pecahan kaca yang dipungut nya, dengan cepat Bi Ana mengobati luka di tangan nyonya muda nya yang hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Darren yang keluar dari ruang kerja nya pun kembali merasakan emosi saat ruang tengah itu masih berserakan pecahan kaca, apalagi saat melihat Anyiler yang tengah duduk di sofa sambil memperhatikan Bi ana yang sedang membersihkan lantai.

Dengan langkah tegapnya, Darren menghampiri Anyiler, ditarik nya dengan kasar lalu menghempaskan tubuh Anyiler di lantai yang penuh dengan serpihan kaca, membuat lengan nya mengeluarkan banyak darah.

"Tuann…!" Panik Bi ana saat melihat darah kembali keluar dari lengan nyonya muda nya.

"Diam bi, jangan ikut campur urusan rumah tangga ku, lebih baik bibi kembali ke kamar sebelum aku melakukan sesuatu yang buruk pada bibi"

"Tapi Tuaann…"

Bi ana yang ingin melawan Darren pun terpaksa pergi dari sana saat melihat Anyiler menggelengkan kepala nya, dia hanya bisa menatap iba pada nyonya muda yang menjadi pelampiasan kemarahan Tuan nya.

"Bersihkan sampai bersih atau aku akan menambah hukumanmu" perintah Darren yang kini duduk di tempat yang tadi digunakan bi ana untuk mengobati luka Anyiler.

Rasa perih di lengan dan telapak tangan nya tidak Anyiler rasakan, dia memaksakan diri untuk membersihkan lantai itu sampai benar-benar bersih seperti semula.

"Siapkan air mandiku" tukas Darren yang kini berjalan menuju lantai dua di mana kamar mereka berada.

Anyiler menyiapkan air mandi seperti yang diminta oleh Darren sambil menahan rasa perih di tangan nya, apalagi saat tangan nya terluka itu terkena air bercampur sabun yang baru saja dia tuang di dalam bathup, Anyiler memanggil suami nya yang menatap tajam ke arah nya.

"Silahkan Tuan"

"Pantas kau tidak menjadi wanita rendahan, menyiapkan air mandi saja kau seperti siput!" Umpat Darren berjalan melewati Anyiler yang masih berdiri di tempat nya, dia kembali menguatkan hati nya yang terus saja mendapatkan makian dari suami nya.

"Bantu aku mandi sialan!" Teriak Darren dari arah kamar mandi yang membuat Anyiler dengan cepat menghampiri Darren yang sudah tanpa busana, hanya meninggalkan segitiga besar nya saja.

Darren yang baru saja mendudukkan tubuhnya di dalam bathup pun berdiri dan langsung menghampiri Anyiler yang baru sampai di pintu kamar mandi.

Cekikan tangan nya di leher Anyiler membuat wanita itu tidak bisa bernafas, dia berusaha melepas tangan suami nya, namun usaha nya sia-sia karena tenaga Darren yang lebih besar dari Anyiler.

"Sabun apa yang kau taruh di air mandi ku, sudah aku katakan aku tidak suka aroma green tea!" Bentak nya sambil mengangkat tubuh Anyiler, bahkan keduanya sudah tidak lagi menyentuh lantai

"Tuuuuaannn….leeeeppaasskkaaannn"

Bukan nya lepas Darren semakin menguatkan cekikan nya, Anyiler yang sudah kehabisan tenaga nya hanya diam tanpa melawan sedikit pun, pasokan udara dalam paru-paru nya menipis dia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan suami nya itu.

Darren menghempaskan tubuh lemas Anyiler begitu saja, dia masuk ke dalam ruang bilas tanpa mengatakan apapun, sementara Anyiler dia meraup udara sebanyak mungkin untuk mengisi pasokan udara dalam paru-paru nya sambil tetap terduduk di lantai basah kamar mandi.

Hanya tangis yang bisa dia lakukan, saat ini bukan hanya hati nya saja yang sakit tapi juga raganya yang kini penuh dengan luka goresan, di tambah bekas cekikan di lehernya, bekas tamparan yang dilakukan oleh Darren juga belum sepenuh nya hilang, justru bertambah jumlah luka yang ada di tubuh nya.

Anyiler berdiri dari duduk nya, mengusap air mata yang tidak pernah kering, sementara Darren yang baru saja menyelesaikan mandi nya keluar begitu saja dari ruang bilas tanpa mempedulikan Anyiler, dia mengenakan pakaian yang telah disiapkan oleh Anyiler lalu keluar dari sana kamar, entah kemana pergi nya manusia kejam yang tega menyiksa wanita yang tidak pernah melakukan kesalahan pada nya.

Sementara Anyiler kembali menangis dibawah guyuran shower yang membasahi tubuh nya, dia tidak ingin Darren kembali memaki nya hanya karena suara tangisan yang keluar dari mulut nya.

"Kapan ini akan berakhir Tuhan…"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!