NovelToon NovelToon

Janda Tapi Perawan Tulen

Part 1 - Sah

\*\*\*

"Saya terima nikah dan kawinnya Raisa Cendana putri dari Bapak Roni dengan maskawin tersebut di bayar tunai!."

"Sah??."

"Sah...."

Terdengar suara tepukan dan ucapan selamat pada dua insan yang kini sudah sah menjadi suami istri.

Kini terlihat dalam ruangan itu penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan saat Raisa Cendana dan Rio Gunawan mengikat janji suci pernikahan mereka. Suasana pernikahan yang haru dan penuh kebahagiaan menyelimuti dua keluarga yang kini sudah menjadi besan.

"Roni, akhirnya sekarang kita sudah menjadi besan," seru Gunawan yang tak lain ayah dari pengantin pria.

"Benar Pak Gunawan, dan aku berharap... Aku akan segera menimbang cucu sebelum aku mati," Jawab Roni.

"Ayo lah Roni... Kamu ini masih muda, jangan berkecil hati seperti itu... Lagipula anak-anak kita baru saja menikah, apa kamu tega meninggalkan mereka? Ha ha ha...."

Roni dan Gunawan memang sudah lama kenal bahkan sudah akrab. Selain tinggal di satu desa, mereka juga dulunya teman satu sekolah saat SMP dan kedekatan mereka kini terjalin lebih dekat karena pernikahan putra dan putri mereka.

Raisa, seorang gadis berparas cantik dan berhati lembut, telah lama menjadi primadona di desa. Hidupnya yang sederhana bersama ayahnya seolah-olah berubah menjadi dongeng saat ia bertemu dengan Rio, seorang pria tampan dengan sifat baik dan penuh kasih.

Pernikahan mereka menjadi sorotan dan momen yang dinanti-nantikan oleh keluarga dan teman-teman mereka. Ketika sesi ijab kobul berlangsung dengan lancar, riuhnya suara ucapan selamat dari orang-orang yang hadir menggema di ruangan itu.

Suara-suara riuh ini menciptakan atmosfer yang mempesona, memancarkan kehangatan dan kegembiraan yang memenuhi hati setiap orang yang menyaksikan momen bersejarah ini.

"Selamat ya Ica... Kamu terlihat sangat cantik, Rio beruntung mendapatkan kamu he he...," seru Nina yang sudah menjadi sahabat Raisa sejak kecil. "Makasih ya Nina... Pokoknya aku gak mau tau, kamu juga harus cepet nyusul, ok!," jawab Raisa yang lebih akrab di panggil Ica oleh sahabatnya itu.

Setelah sesi ijab kobul selesai. Suasana penuh kegembiraan dan haru masih terasa saat para tamu undangan hadir dan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan dengan sempurna.

Di samping Raisa, terlihat ibu mertuanya yang memancarkan kebahagiaan dan kebanggaan. Ia melihat Raisa sebagai menantu yang sangat diidamkan, seseorang yang memiliki segala kualitas yang diharapkan dalam seorang menantu.

Raisa adalah seorang wanita yang cantik, lembut, dan berhati baik. Dia memiliki sikap yang ramah dan rendah hati, serta mampu menjaga hubungan baik dengan semua orang di sekitarnya. Ibu mertua Raisa melihat kelembutan dan kebaikan hati tersebut sebagai karunia yang langka, dan merasa sangat beruntung memiliki Raisa sebagai menantunya.

"Rio, kamu harus jaga baik-baik istrimu kalau gak mau di lirik orang mengerti!," ucap ibu Rio pada anak bungsunya dari dua bersaudara itu.

"Siap 86 Mah... Tapi Mah, kalau di saat Rio gak ada, Mamah harus menjaga istri Rio yang cantik ini, ya?," jawab Rio sambil merangkul Raisa tanpa malu-malu meskipun di atas pelaminan yang di saksikan banyak orang.

"Anak ini... Memangnya kamu mau kemana? Hah...?." Ibu dan anak itu tertawa bahagia begitu juga dengan Raisa yang turut senang.

Malam pun tiba dengan suasana yang penuh kegembiraan. Setelah perjalanan yang tidak terlalu panjang, Rio dan Raisa akhirnya tiba di rumah keluarga Rio. Rumah itu terletak di pinggiran kota, dikelilingi oleh pepohonan yang indah dan pemandangan yang menakjubkan.

Keluarga Rio menyambut mereka dengan hangat dan penuh sukacita. Ayah Rio, Pak Gunawan, telah memberikan izin kepada Rio untuk membawa Raisa ke rumah mereka setelah pernikahan.

Ayah Raisa, Pak Roni, juga telah menyetujui rencana ini dengan senang hati, karena dia yakin bahwa keluarga Rio akan merawat Raisa dengan baik.

Setelah memasuki rumah, Raisa terpesona dengan kehangatan dan keindahan rumah keluarga Rio. Ia segera merasa seperti di rumah sendiri. Keluarga Rio memperkenalkan Raisa pada semua anggota keluarga yang hadir dan saudara-saudara Rio yang ceria.

"Hallo... Selamat datang di rumah kami adik iparku... Maaf ya tadi kami gak ikut menyaksikan pernikahan kalian, karena Bram kami baru pulang dari luar kota urusan bisnis," kata Dina, yakni kakak ipar Rio istri dari kakak satu-satunya Rio, yaitu Dion.

"Gak papa Kak... Kami ngerti kok," jawab Raisa sambil membalas pelukan kakak iparnya tersebut.

"Rio, lepasin bentar kenapa sih?," ucap Dina lagi saat melihat Rio terus memegangi tangan Raisa dengan erat. Rio pun terkekeh dan tidak berniat melepaskannya tapi malah merangkul Raisa di hadapan semua orang.

"Dina... Maklum lah namanya juga pengantin baru... Dulu kamu sama Dion juga begitu kan? He he he...," seru ibu Rio.

"Ayo! Lebih baik kita makan dulu... Kalian tidak cape bercanda terus ha ha ha ha....," seru Gunawan yang sudah duduk dan siap di meja makan. Akhirnya keluarga itu mulai makan bersama dan menikmati hidangan.

Saat sedang asyik menyuapkan makanan, nampak Raisa merasa tidak nyaman saat sesuatu di bawah meja telah menggerayangi kakinya. Lalu Raisa mencoba mendekatkan wajahnya pada Rio dan berbisik,

"Mas, kamu jangan seperti ini... Nanti ada yang lihat, kan malu...." Merasa tertantang Rio malah semakin mendekat dan mengikis jarak antara mereka. "Kenapa? Memangnya apa yang aku lakukan?," jawab Rio sambil tersenyum.

"Mas!," Raisa mencubit tangan Rio saat melakukan hal yang lebih nakal lagi. "Aw!," pekik Rio. Suara Rio nyatanya membuat semua orang tertarik dan kini melihat ke arah mereka. Raisa pun hanya menunduk karena malu, tapi Rio malah cengengesan karena merasa senang sudah berhasil menggoda istrinya itu.

"Ayolah Dek... Kalau mau mesra-mesraan bawa ke kamar aja, ini bukan tempatnya, mencemari mataku saja," ucap Dion meledek, dan gelak tawa pun riuh terdengar menghiasi rumah yang sedang di penuhi kebahagiaan itu.

~

Di dalam kamar yang sudah di penuhi hiasan dan taburan bunga mawar merah, terlihat Rio sedang mondar-mandir menunggu kedatangan Raisa yang masih di bawah menerima wejangan dari ibu mertuanya.

"Raisa mana sih...? Kenapa dia lama sekali," kata Rio sambil sesekali melihat jam yang melingkar di tangannya. Kemudian dia keluar kamar dan mencoba mengintip keberadaan Raisa di bawah.

Sesaat kemudian Rio langsung berlari tergesa-gesa masuk ke kamar lagi karena kini Raisa sedang berjalan menaiki tangga menuju kamar pengantin. "Kenapa jantungku jadi berdebar-debar begini ya? Wuh...! Relax... Rio... Kamu harus Relax... Ok... Kamu harus jantan! Ok!."

Ceklek!

Suara pintu kamar pun terbuka, namun lampu di kamar tersebut terlihat gelap. "Mas...? Mas Rio?." Raisa mulai melangkahkan kakinya dan hendak menyalakan lampu, tapi kep... Tanpa aba-aba Rio langsung memeluknya hingga membuat Raisa terkejut.

"Mas!."

"Stttt... Aku sudah lama menunggu momen ini, dan aku tidak akan melepasakanmu begitu saja...," kata Rio dengan suaranya yang mulai serak.

Rio membalikkan badan Raisa dan memeluknya erat. "Aku sangat mencintaimu... Aku bahagia karena bisa menikahimu."

"Aku juga sangat mencintaimu, Mas... Tapi apa sebaiknya kita nyalakan lampunya dulu? Gelap tau, aku gak bisa melihat wajah kamu, Mas...."

"Bukankah dengan lampu remang-remang seperti ini akan lebih romantis?."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Tidid! Tidid!....

Bersambung...

Nanti kita lanjut ya... Tapi sebelum itu kasih dukungannya ya... Agar author tambah semangat 😍🙏

Part 2 - Suami idaman

\*\*\*

Suasana menjadi lebih menantang saat Raisa dan Rio, sebagai sepasang pengantin baru, berdekatan dalam kegelapan malam dan matinya lampu. Meskipun semuanya terasa romantis, kegelapan itu memunculkan perasaan misteri dan kegembiraan dalam hati mereka.

Saat pintu kamar ditutup, Raisa dan Rio saling memandang dengan penuh kasih sayang. Mereka dapat merasakan getaran cinta yang tak terungkap di antara mereka. Keduanya merasakan kombinasi kegembiraan dan kecemasan yang alami pada malam pertama pernikahan mereka.

Perasaan canggung dan gugup memenuhi udara saat mereka saling mendekat. Raisa merasakan detak jantungnya berdegup kencang, sedangkan Rio berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Keduanya menyadari bahwa malam itu adalah awal dari babak baru dalam kehidupan mereka, di mana mereka akan menjelajahi kedekatan fisik dan emosional.

Perlahan, kegelapan malam mengambil alih ruangan dan memunculkan nuansa sensual. Raisa dan Rio saling merangkul dalam dekapan hangat, mengeksplorasi kedekatan mereka dengan penuh kelembutan dan perasaan yang mendalam.

"Aw! Mas... Sakit." Raisa sedikit memekik saat Rio menggigit bibirnya saking bersemangat. "Maaf sayang... Aku terlalu bersemangat." Raisa pun mengangguk. "Mas... Kita nyalakan saja lampunya ya...." Rio pun setuju.

Setelah ruangan itu terang kembali, Rio memangku Raisa dengan penuh kelembutan menuju kasur, bersiap untuk menghabiskan malam pertama mereka dengan romansa dan keintiman. Mereka berdua saling memandang dengan penuh cinta dan gairah saat mereka saling mendekat.

Namun, tiba-tiba Raisa merasa ada sesuatu yang keluar dari dirinya dan merembes ke celananya. Dia merasakan rasa basah yang tidak biasa dan langsung menyadari bahwa dia saat ini mengalami menstruasi.

"Mas... Akh... Sebentar, Mas... Aku rasa aku datang bulan," ucap Raisa saat menghentikan erangannya. Roi merasa terkejut dan kecewa karena kejadian tersebut.

Raisa dengan cepat menghentikan aktifitas yang sedang mereka lakukan dan mencoba mengatasi situasi yang tidak terduga ini. Dia meminta maaf kepada Rio dan menjelaskan apa yang terjadi.

Rio, meskipun sedikit terkejut, dengan lembut menghibur Raisa dan meyakinkannya bahwa itu adalah hal yang alami dan bukanlah sesuatu yang buruk atau memalukan.

"Padahal, ini bukan waktunya aku datang bulan, Mas...."

"Gak apa-apa sayang... Mungkin malam ini akan jadi PR, hanya... Aku merasa kasihan sama si 'Joni' yang udah tanggung bangkit," jawab Roi sambil menyeringai namun Raisa malah merasa malu saat mendengar perkataan suaminya itu.

"Aku ke toilet dulu ya."

"Silahkan...."

Meskipun Rio dan Raisa kecewa bahwa malam pertama mereka tidak berjalan sesuai rencana, mereka saling menguatkan dan memutuskan untuk tetap menghargai momen ini dengan cara mereka sendiri.

Mereka memilih untuk menghabiskan malam itu dengan kebersamaan dan mengobrol dengan intim, saling berbagi impian, harapan, dan kekhawatiran mereka untuk masa depan mereka sebagai pasangan.

Malam berlalu dengan keakraban dan saling pengertian di antara mereka. Meskipun malam pertama tidak berjalan seperti yang mereka harapkan, Rio dan Raisa tahu bahwa ada banyak kesempatan lain untuk mengalami momen-momen intim di masa depan.

"Maafin aku ya Mas...," ucap Raisa merasa kecewa pada dirinya sendiri.

"Sayang... Aku kan sudah bilang... Aku gak papa kok... Tapi... Setelah datang bulanmu selesai, kamu harus siap-siap karena aku tidak akan melepaskanmu sedetik pun," ucap Rio menyeringai, lalu menciumi wajah Raisa tanpa terlewat.

Setelah menghadapi kejadian tak terduga malam itu, Raisa dan Rio memutuskan untuk tidur dengan saling berpelukan dan berkasih sayang.

Raisa merasa dihargai dan dicintai oleh Rio, yang menghiburnya dan memastikan bahwa kejadian tersebut tidak mengubah perasaan mereka satu sama lain. Mereka saling memeluk dengan erat, merasakan kehangatan tubuh dan kelembutan sentuhan satu sama lain.

"Mas... Mas, bangun Mas...."

Raisa membangunkan Rio secara perlahan namun pasti, berharap untuk memulai hari bersama. Dia menyentuh lembut bahu Rio dan merangkulkan tangannya di sekitar tubuhnya. Namun, alih-alih bangun, Rio malah merangkul Raisa dengan erat dan mengajaknya kembali tidur.

Rio, yang masih dalam keadaan setengah sadar, tersenyum lembut dan berkata, "Sayang, masih terlalu pagi. Mari kita tidur lagi sebentar."

Raisa awalnya sedikit terkejut dengan respons Rio, tetapi kemudian tersenyum dan menuruti permintaannya. Dia menyadari bahwa momen seperti ini, ketika mereka dapat berdua bersama-sama dan menikmati kehangatan satu sama lain, adalah berharga.

Raisa membaringkan kembali tubuhnya di samping Rio, merasakan dekapan hangat yang membuatnya merasa aman dan dicintai. Mereka berdua tidur dengan tenang, terjaga oleh sentuhan lembut dan napas yang selaras.

"Mah ... Apa mereka belum bangun? Ini sudah hampir siang lho...."

"Dina... Kamu ini, kaya yang belum pernah melewati malam pertama aja, bahkan kamu sama Dion tidak pernah keluar kamar selama seminggu." Dina pun terkekeh dan merasa malu saat ibu mertuanya itu menggodanya.

"Gak usah ganggu mereka, biar mereka rajin bikin cucu buat mamah xi xi xi...," lanjut ibunya Rio.

Dina dan ibu mertuanya berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk para suami. Sedangkan pasangan pengantin baru itu masih berada di bawah gulungan selimut meskipun tidak terjadi apa-apa hi hi hi...

Beberapa jam kemudian, Rio dan Raisa terbangun lagi dan kali ini benar-benar siap untuk memulai hari. Mereka saling tersenyum dan berbagi ciuman lembut sebelum meninggalkan tempat tidur mereka.

"Selamat pagi Mah...," sapa Rio pada ibunya yang sedang duduk di ruang keluarga. Rio menuruni tangga bersama Raisa yang mengekor di belakangnya.

"Pagi?? Apa kamu gak lihat, matahari yang sudah tinggi seperti itu kamu bilang pagi?," jawab ibunya sambil terkekeh. "Selamat siang Mah...," sapa Raisa. "Nah... Ini baru bener he he he... kalian bangun siang sekali, capek ya?," tanya ibunya Rio.

"Ya... Gitu deh, Mah...," Jawab Rio sambil tersenyum sumringah. "Sayang... Kalian sarapan dulu gih, biar banyak tenaga," ucap ibunya Rio sambil mengelus punggung Raisa.

"Iya, Mah... Mamah udah sarapan? Yuk bareng, Mah...," ajak Raisa, sementara Rio sudah duduk di meja makan terlebih dahulu dan menyantap roti sandwich.

Setelah ibu mertuanya mempersilahkan Raisa karena dirinya sudah sarapan, Raisa pun pergi menuju meja makan menemani Rio.

Rio bersikap hangat dan romantis seperti pengantin baru, bahkan di meja makan. Dia ingin menjaga percikan asmara yang masih menyala di antara mereka seiring berjalannya waktu. Setiap momen bersama Raisa adalah kesempatan baginya untuk menunjukkan betapa ia mencintainya.

Saat mereka duduk bersama di meja, Rio tidak hanya memberikan makanan dengan penuh perhatian, tetapi juga mengisi suasana dengan canda dan tawa. Dia membuat Raisa merasa istimewa dan dicintai, mengobrol dengan penuh perhatian.

Rio kadang-kadang mencuri kesempatan untuk meraih tangan Raisa di meja makan, memberikan sentuhan lembut yang penuh kasih sayang. Dia merayu Raisa dengan senyuman dan tatapan penuh cinta, membuatnya merasa seperti satu-satunya wanita di dunia yang penting baginya.

\*\*\*

💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝💝

Next episode...

Part 3 - Bagai di sambar petir

\*\*\*

Beberapa hari kemudian...

Cahaya matahari pagi perlahan menembus jendela dan menyinari Rio yang sedang berdiri di depan cermin, sambil menyisir rambutnya. Sinar matahari memancarkan kilau yang lembut, memberikan sentuhan kehangatan pada wajahnya.

"Mas... Apa gak sebaiknya kamu tidak pergi ke kantor dulu? Kita kan baru menikah seminggu yang lalu...," tutur Raisa sambil merapikan pakaian Rio.

"Sayang... Tenang saja, aku hanya pergi sebentar kok, hanya mau mengecek data yang belum aku simpan... Para karyawan tidak tau dimana aku menyimpan file nya, jadi aku harus pergi kesana... Kenapa... kamu gak mau di tinggalin, ya?."

"Ya iya, Mas... Orang lain baru menikah libur kerja minimal dua minggu, kamu udah kerja aja...," jawab Raisa sambil memajukan bibirnya. Melihat hal itu, Rio merasa gemas pada gadis yang sangat ia cintai dan kini sudah menjadi istrinya.

Rio merangkul pinggang Raisa lalu memberi ciuman hangat dan mesra di bibir ranumnya. "Aku ingin menjadikan setiap momen kebersamaan kita sangat berarti... Aku berharap bisa terus bersamamu dan melindungimu sampai akhir hayatku."

Raisa berpikir sejenak, mencerna perkataan yang Rio katakan barusan. "Malah melamun," Rio mencubit manja hidung Raisa sehingga menyadarkannya. "Mas...." Rengekan manja Raisa membuat Rio semakin ingin memeluk Raisa dengan erat.

"Aku harus pergi... Nanti matahari bisa cemburu lho, jika kamu terus memelukku seperti ini." Goda Rio. "Idih... Siapa juga yang meluk, orang Mas yang meluk aku," jawab Raisa sambil menjulurkan lidahnya.

"Sayang... Bukankah hari ini adalah hari terakhir kamu datang bulan ya?," tanya Rio dengan senyum sumringahnya. "Heem, kenapa memangnya?," Raisa bertanya balik dan berpura-pura tidak mengerti. "Aku sangat menantikan malam nanti," ucap Rio sambil mengecup bibir Raisa dengan durasi yng cukup lama.

Beberapa saat kemudian, Rio dan Raisa turun ke lantai bawah dan langsung menuju pintu. "Mah... Rio berangkat dulu ya."

"Rio... Kamu gak sarapan dulu, Nak? Raisa...?."

"Gak Mah... Tadi Rio udah makan roti di kamar, Papah mana, Mah?."

"Tumben nanyain Papah...," seru Gunawan yang baru turun dari tangga, lalu menghampiri anak bungsunya itu.

Kemudian Gunawan mempertanyakan kepergian Rio untuk pekerjaannya hari ini, pasalnya cuti pernikahannya itu masih satu minggu lagi. Rio pun menjelaskan alasannya lalu berpesan kepada semua orang untuk menjaga Raisa.

"Mah... Setelah menikah, anak kita makin ganteng ya?," seru Gunawan. "Pasti dong... Siapa dulu mamanya... He he he..." Semua orang yang berada disana pun tertawa bersama. Setelah itu Rio melanjutkan lengkahnya menuju pintu rumah di temani Raisa. Sedangkan kedua orang tuanya menuju meja makan.

"Hati-hati ya, Mas...." Raisa melambaikan tangannya mengiringi kepergian Rio. Entah mengapa Raisa pun merasa jika suaminya itu terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Cepat pulang Mas...," batin Raisa.

Rio melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, merasa senang dan bersemangat saat melintasi jalan yang tampak sepi. Senyuman terus menghiasi wajahnya karena dia memiliki rencana untuk hari itu bersama Raisa. Dia merasakan kebebasan dan kegembiraan dalam perjalanan ini.

Namun, tiba-tiba dari arah belakang, muncul mobil lain yang melaju dengan kecepatan tinggi. Rio, yang sedang fokus pada perjalanan dan tak menyadari bahaya yang mendekat, tidak memiliki cukup waktu untuk bereaksi.

Cekittttt!

Mobil di belakangnya mengalami masalah dengan sistem pengereman, dan pengemudi kehilangan kendali. Tanpa dapat menghentikan laju mobilnya, mobil itu menabrak mobil Rio dari belakang dengan kekuatan yang besar, mengakibatkan Rio terjepit dalam kecelakaan yang mengerikan.

"Aarggh!!!," pekik Rio yang merasakan sakit saat dirinya terjepit diantara dua kendaraan.

Malangnya hari itu, Rio mengalami kecelakaan yang serius, dan mobilnya rusak parah.

Saat mobil-mobil di sekitar berhenti dan para saksi datang membantu, mereka memanggil ambulans dan memastikan bahwa Rio mendapatkan perawatan medis yang tepat.

"Raisa... Raisa...."

Dalam kelemahan dan kesadaran yang hanya tinggal beberapa lagi, Rio tetap memanggil-manggil nama istri tercintanya itu.

Saat ambulans tiba di tempat kecelakaan, para medis segera meluncur ke arah Rio untuk memberikan pertolongan pertama. Mereka bergerak cepat dan terampil, mengutamakan keadaan kesehatan Rio.

"Raisa...."

"Pak, tenanglah... Anda jangan terlalu banyak bicara, kami akan memberi pertolongan pada Anda," ucap salah satu petugas medis.

Para medis dengan penuh perhatian mengevaluasi kondisi Rio. Mereka memeriksa denyut nadi, tekanan darah, dan tanda-tanda vital lainnya.

~

Prangngng...!!

" Hah!. "

Raisa merasa terkejut saat gelas yang sedang ia pegang tiba-tiba terjatuh dan pecah. Suara pecahan kaca membuat suasana sejenak menjadi hening di sekitarnya. Raisa merasa hatinya berdesir karena gelas itu menjadi pengingat tiba-tiba tentang Rio yang baru saja pergi bekerja.

"Mas Rio...?."

Pikirannya dengan cepat tertuju pada Rio dan kekhawatiran pun muncul. Dia berharap Rio dalam perjalanan berangkat menuju kantor tetap aman dan tidak terjadi hal yang buruk.

Raisa membungkus tangannya dengan lembut karena sedikit luka yang disebabkan oleh pecahan gelas. Dia menyapu pecahan kaca dengan hati-hati, berusaha menghilangkan risiko cedera lebih lanjut. Namun, fokus dan kekhawatirannya masih tertuju pada Rio.

"Raisa... Ada apa Nak...?," tanya ibunya Rio.

"Mah... Gak ada apa-apa, maaf, barusan Ica gak sengaja mecahin gelas."

"Oh... Kamu gak papa, Nak? Tanganmu?." Ibunya Rio segera menghampiri Raisa saat melihat tangan menantunya itu berdarah dan merasa cemas.

"Kamu biarin bibi aja yang membereskan pecahan gelas itu, kenapa harus repot-repot mengerjakan sendiri... Lihat tanganmu jadi terluka, kan...." Ibunya Rio memperhatikan luka Raisa dan hendak mengobatinya.

"Mah... Ica pergi ke kamar dulu ya... Biar Ica obatin sendiri." Raisa pamit dan ibu mertuanya pun menyetujuinya.

Sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, Raisa mengambil telepon genggamnya dan dengan cepat mengirim pesan singkat kepada Rio. Beberapa saat kemudian, Raisa merasa gelisah saat menunggu balasan pesan dari Rio dan berharap Rio baik-baik saja.

"Kenapa Mas Rio tidak menjawab pesanku ya?... Mungkin dia sedang menyetir, Ica... Ayo deh, kamu jangan parno gini...." Raisa bicara pada dirinya sendiri dan hendak memasuki kamarnya.

Namun, tiba-tiba bel di rumah besar itu berbunyi. Raisa yang masih bisa mendengar suara bel itu pun mengurungkan langkahnya memasuki kamar dan menuruni tangga kembali, berharap yang datang itu suaminya.

"Apa!!!! Aarggh!! Tidaaak!!! Tidak mungkiiin... Anda pasti berbohong pak polisi hiks hiks hiks...."

Raisa merasa terkejut saat ibu mertuanya menjerit dan menangis histeris bahkan hampir menjatuhkan dirinya ke lantai. Beruntung dia segera tiba dan menopang tubuh mertuanya itu.

"Ada apa, Mah? Pak polisi, ada apa ini?." Raisa di penuhi berbagai pertanyaan di benaknya. Kekhawatiran dalam dirinya semakin menjadi saat melihat situasi yang ia lihat sekarang.

"Ada apa ini?," tanya Dina yang baru tiba karena mendengar keributan di depan pintu. Ia langsung merangkul mertuanya yang sedang menangis histeris di pelukan Raisa.

"Kami dari pihak kepolisian mangabarkan jika saudara Rio Gunawan mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia saat di bawa menuju ke rumah sakit."

"Apa!," pekik Raisa.

Dina dan ibu mertuanya langsung menangis histeris, sementara Raisa hanya diam dengan ekspresi keterkejutannya. "Tidak mungkin." Kata itu yang keluar dari Raisa saat ini.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!