NovelToon NovelToon

SUAMI YANG TERGADAI

Episode 1

"Bagaimana Sat, Om sangat berharap kau bisa membantu, Om mencemaskan masa depan Yasmin. Dia terlalu manja dan terbiasa hidup berkecukupan, Lalu bagaimana kalau Om meninggalkannya kelak.?"

Pak Anwar memindai ekspresi wajah pemuda di depannya.

Ia memang sangat mengagumi Satria.

Di matanya, Satria seorang yang jujur dan pekerja keras. Karna itu pula dia mempercayakan putri satu-satunya itu untuk di bimbing oleh Satria.

.

Sebenarnya Satria sendiri tidak berkepentingan dengan tawaran itu, tapi entah kenapa ia menerima tawaran aneh dari pak Anwar salah seorang pelanggannya itu.

"Okey, Om. saya bersedia. tapi saya tidak jamin kalau putri Om mau menerimanya." ucap Satria datar. Dalam bayangan Satria, Yasmin yang akan di nikahinya itu pasti seperti gadis-gadis lain yang selama ini dekat dengannya, walaupun sudah pernah melihat gadis itu namun mereka tidak saling kenal.

"Merubah gadis itu? itu hal gampang bagiku.." pikirnya jumawa.

"Ok, kita deal!"

Mereka saling berjabat tangan pertanda kesepakatan telah terjadi.

"Apa? menikah? Papa bercanda, ya?"

Yasmine tidak menganggap serius ucapan papanya.

"Aku masih muda, pa. masih mau menikmati hidup.". ucapnya seolah menggurui papanya.

"Lalu sampai kapan? papa sudah semakin tua, siapa yang akan membimbing mu kelak?" keluh papanya putus asa.

Yasmin tidak perduli, Ia melangkah pergi meninggalkan papanya sendiri.

"Pa, dimana kunci mobilku?"

Yasmin panik karena tidak menemukan kunci mobil kesayangannya di tempat biasa. Firasat buruk langsung menyergapnya.

"Hari ini kau di antar sopir! "

Yasmin hendak protes, namun pak Anwar cepat menyela.

"Kalau kau tidak menuruti kemauan papa, papa terpaksa akan mengeluarkan mu dari daftar ahli waris papa, selain itu, papa juga akan mencabut semua fasilitas yang kau nikmati selama ini."

"Papa serius?" bola matanya membulat hampir melompat keluar.

Pak Anwar mengangguk pasti.

Sebenarnya ia tidak tega, tapi demi kebaikan putrinya sendiri. dia harus tega.

Yasmin melangkah gontai menuju mobilnya.

Namun bedanya kali ini bersama sopir.

Pokoknya Mau tidak mau, nanti siang dia akan menjemputmu di kampus!"

Teriak pak Anwar , Lalu ia mendesah sedih.

"Andai Mama mu masih ada!"

"Mimpi apa aku semalam, tiba-tiba saja papa mau menjodohkan aku dengan pria yang tidak aku kenal." ucapnya kesal.

Sampai di kampus, Yasmin masih terlihat lesu.

Pikirannya masih tertuju pada perintah papanya.

"Hey, tumben lesu banget, kita sarapan dulu, yuk!" Rasti sahabat dekatnya menggamit tangan Yasmin.

"Astaga kau demam? tanganmu panas dan dingin agak bergetar.' ucap temannya.

"Tidak, aku sehat." Yasmin meraba dahinya sendiri. Memang terasa agak panas.

"Sudahlah aku tidak apa-apa. aku tunggu di kelas, ya!"

Tanpa memberi kesempatan pada Rasti untuk bertanya, Yasmin sudah melangkah menjauh.

Hari itu Yasmin benar-benar tidak fokus dengan materi yang di jelaskan Mario si dosen muda incarannya.

"Lu kenapa, sih? ada masalah?" tanya Rasti penuh selidik.

Yasmin hanya menggeleng.

"lu terlihat nggak fokus, Bahakan beberapa kali pak Mario melirik Lo." terang Rasti.

"Masa, sih?" jawabnya asal.

"Ini sudah siang, pasti pria yang di jodohkan denganku itu sedang menuju kesini." Yasmin meneguk salipanya.

Ia benar-benar tegang sampai mengeluarkan keringat dingin.

"Lalu bagaimana aku bisa mengenalinya, kami belum pernah bertemu."

Yasmin sengaja berlama-lama di kantin.

Ia berharap calon suami dadakannya tidak menemukannya.

Rasti sudah lebih dulu pulang karna merasa jengkel saat Yasmin tidak mau bercerita tentang masalahnya.

"Bisa geser sedikit!?" Seorang pria jangkung berkaca mata hitam menghampirinya.

Yasmin tidak menjawab namun dia beringsut agak menjauh.

"Haus sekali..,!" ucap pria itu dan meneguk minuman yang di pesan Yasmin.

Pria itu tak menghiraukan plototan gadis berkulit putih itu.

"Kenapa minum punya gue?" tanyanya jutek.

"Aku haus!" jawab si pria dengan asal.

"Pesan, dong! gak modal amat.." Yasmin masih menggerutu kesal.

"Kalau pesan, masih lama nunggu,. Mending yang sudah tersaji."

"Ish.. gak jelas!"

Yasmin bertambah gelisah, sesekali ia melirik jam tangannya.

"Lagi nunggu seseorang, ya?" tanya pria itu usil.

Yasmin tidak menghiraukan pertanyanya.

Ia malah memeriksa ponselnya yang berbunyi.

Ia segera mengangkat telpon yang ternyata dari papanya.

"Sudah ketemu orangnya?" suara pak Anwar dari ujung sambungan.

"Boro -boro ketemu.. gak ada, pa. lagi pula kami belum pernah ketemu. Gimana, bisa tau yang mana dia, kayak apa sih tampangnya?" suara Yasmin merajuk.

Hidung bangirnya kembang kempis.

"Di jamin kamu suka, dosen kamu si Mario, dan teman cowok mu si Revan, lewaaat." canda pak Anwar dari sebrang.

"Dia pake baju apa? mobilnya warna apa?"

Yasmin menggeram kesal, segagah apa, sih pilihan papanya itu, kalau tidak ingat akan kehilangan semua fasilitasnya, dia tidak akan Sudi bertemu pria asing itu.

"Yang jelas dia memakai kaca mata hitam, tubuhnya tinggi dengan rambut agak gondrong." ucap pak Anwar lagi.

"Kaca mata hitam...?" Yasmin berbalik menatap pria di dekatnya yang sedang asyik mengupil.

"Hiii.. jorok" ucapnya bergidik.

"Masa dia orangnya? ilfeel gue ngeliatnya." Yasmin memalingkan wajahnya.

"Tapi tunggu, rambutnya tidak gondrong seperti kata papa, berarti bukan dia." gumamnya pelan.

"Yasmin, kan?" pria itu menyapanya.

" Lu kenal nama gue?" pria itu tersenyum.

"Itu, ada di jaket, kamu."

Yasmin baru sadar kalau ia memakai jaket hadiah ulang tahun dari Revan yang ada namanya.

"Papa kebangetan! masa aku di jodohkan dengan orang kayak gini? udah jorok, kampungan, sok akrab lagi. Lengkap sudah penderitaan ku hari ini."

"Kenalin, nama ku..." pria itu mengulurkan tangannya.

"Tidak perlu. kau orang yang di maksud papa, kan?" potong Yasmin cepat.

Ia menarik tangan pria itu keluar dari kantin.

Ia tidak mau berbasa basi lagi.

"Mobilmu parkir di mana?" ucapnya serius.

"Mobil?" si pria menggeleng.

"Tidak ada mobil, aku terbiasa jalan kaki." ucapnya polos.

Mata Yasmin terbelalak.

"Jalan kaki?"

Yasmin berjongkok sambil menepuk jidatnya.

"Mimpi apa gue semalam?" ratapnya sedih.

"Roda kehidupan terus berputar, nona,. dan skan ada saatnya roda itu ada di bawah.."

Sebuah suara terdengar di belakangnya.

Yasmin menoleh. seorang pemuda gagah berkaca mata dan berambut gondrong sedang duduk santai di sepedanya.

Yang ini? trus yang. tadi?"

Yasmin heran kemana menghilangnya pria yang satunya.

Ia masih termangu saat suara itu kembali terdengar.

"Cepat naik! aku tidak punya banyak waktu mengurusi gadis manja sepertimu!" ucapnya ketus.

"Elo, yang di suruh papa jemput gue?ana mobilnya?"

"Tidak ada mobil!".

"Cepat naik, atau aku tinggal!" ancam satria.

"Gue ogah di bonceng sepeda tua kayak gini!"

Satria tak memaksa lagi. Ia meninggalkan Yasmin yang berdiri dengan bingung.

"Ok, gue ikut!" ucapnya terpaksa.

Yasmin memandang sekelilingnya, ia takut ada teman-temanya yang sedang memperhatikannya.

"Tidak usah merasa malu untuk hal sepele.

Justru ku harus merasa malu saat menghambur-hamburkan uang orang tua mu!" sindir Satria. pedas.

Dengan terpaksa, Yasmin pulang dengan di bonceng sepeda.

Sepanjang perjalanan, tak hentinya ia mengeluh karna kepanasan.

"Pegangan! jangan sampai kau terjatuh dan kulitmu yang mulus akan lecet!"

kata Satria sambil terus mengayuh.

"Kita berhenti dulu, gue haus nih." teriak Yasmin sambil memegangi tenggorokannya yang terasa kering.

Satria masih terus mengayuh. Namun akhirnya ia merasa iba juga pada gadis itu.

"Kita berhenti di situ sebentar!"

Mereka berhenti di kedai es kelapa muda di pinggir jalan.

"Seumur-umur baru kali ini gue jajan di pinggir jalan kayak gini. mana panas lagi!" ia terus mengeluh, namun Satria tetap cuek menghadapinya.

Episode 2

Sampai di gerbang rumahnya yang mewah.

Yasmin langsung lompat turun.

"Karna sudah sampai, Lo boleh pulang!" ucapnya jutek. Wajah putih mulusnya terlihat kemerahan karena terbakar sinar matahari.

"Aku bukan ajudan mu ataupun kacung suruhanmu. Aku adalah calon suami mu!

Jadi, ucapkan terimakasih!" kata Satria dingin tanpa melihat kearah Yasmin sedikitpun.

Yasmin benar-benar marah oleh sikap Satria.

"Memangnya siapa dia? belum apa-apa sudah sok ngatur!" Yasmin mendengus kesal.

" Hello.. belum suami, tapi ca- lon, lagi pula belum tentu juga itu terjadi, jadi jangan mimpi bung!"" ucapnya mengingatkan.

"Bagiku, sama saja! dan aku pastikan itu akan terjadi." ucap Satria tepat di telinga Yasmin.

"Eeh, kok ngobrolnya di depan pintu, ayo masuk Sat..!" pak Anwar datang dan menghentikan perdebatan mereka.

"Dia tamu papa, jadi papa saja yang mengajaknya masuk!" ucap Yasmin cuek sambil melangkah masuk.

"Maaf Sat, begitulah tingkahnya, sebenarnya dia anak baik. Tapi semenjak mamanya meninggal dia jadi seperti itu." jelas pak Anwar sedih.

Satria hanya mengangguk. Tanpa sadar dia mengikuti langkah Yasmin dengan ekor matanya.

"Menarik, penuh tantangan..!" ucapnya tanpa sadar.

"Apa, Sat? kau bilang sesuatu?"

Pak Anwar penasaran karna ucapan Satria yang begitu lirih.

"Eeum.. maksud saya, saya akan berusaha membimbingnya." jawabnya tergagap.

"Terima kasih banyak ya, Satria." Pria paro baya itu menepuk- bahunya.

"Oh,ya Om. Kenapa Om mempercayakan Yasmin pada saya? padahal Om, Bisa saja menjodohkannya dengan anak teman Om Yang sederajat dengan kalian."

Satria merasa penasaran.

"Sudah, jangan bahas yang itu, yang penting kau mau menerima Yasmin sebagai istrimu dan membimbingnya itu saja sudah cukup."

Walaupun masih penasaran dengan alasan pak Anwar, Satria terdiam.

Ia juga tak habis pikir, kenapa bisa menerima permintaan Pak Anwar begitu saja. Apa karena Pak Anwar pernah menolongnya saat di keroyok preman? ah Satria yakin bukan itu alasannya.

Ia tertarik untuk menaklukkan gadis sombong seperti Yasmin. Satria merasa tertantang karna selama ini semua wanita yang dekat dengannya rata-rata mereka lah yang mendekatinya duluan.

"Baiklah, kalau kau sudah siap, kita akan tentukan tanggal pernikahannya."

Setelah merasa cukup berbasa basi, Satria mohon diri untuk pulang.

"Oh,ya Sat. Kau bawa saja salah satu mobil yang ada di garasi, Om yakin kau akan membutuhkannya."

Satria menolaknya dengan halus.

"Misi kita adalah membuat Yasmin berubah, jadi aku rasa belum membutuhkannya. Biarkan aku menjalankan misi ini dengan caraku sendiri!"

Pak Anwar tersenyum, inilah yang dia kagumi dari seorang Satria, Walaupun hanya seorang montir di bengkel miliknya, dia tidak pernah memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan pribadinya.

Sepeninggal Satria.

"Papa bener-bener tega pada anak sendiri, lihat ini hasil perbuatan calon mantu papa!"

Yasmin memperlihatkan wajah dan tangannya yang memerah dan gatal-gatal.

"Memangnya apa yang telah dia lakukan?"

"Di mengantarku pulang pakai sepeda, di bawah terik matahari lagi!" bibir Yasmin mengerucut.

Pak Anwar malah tersenyum.

Ia membayangkan hal yang luar biasa hari ini telah terjadi pada putrinya.

"Pa, bukannya masih banyak anak teman papa yang lebih pantas jadi suami Yasmin? kenap harus dia, sudah kere, berandal , kasar lagi."

ratap Yasmin lagi.

"Kau boleh menganggap keputusan papa ini kejam, Tapi suatu saat kau akan menyadari pilihan papa ini lah yang terbaik untuk mu."

Yasmin,terduduk lemas.

Aaargh..!

Ia berteriak kesal.

"Lihat saja, dalam satu minggu ini aku akan membuat pria berandal itu sendiri yang mundur dan menolak pernikahan ini."

ucapnya geram.

***

Di rumah kontrakannya yang sederhana, Satria tinggal bersama seorang pria paro baya yang sudah di anggapnya seperti orang tuanya sendiri.

Satria lebih banyak menghabiskan waktu di bengkelnya.

"Pak, aku mau menikah!" ucapnya membuat pak Karim mengernyitkan keningnya.

"Memang itu yang bapak harapkan, neng Jani juga sabar menunggu mu selama ini." jawab Pak Karim.

"Bukan dengan Anjani, Pak."

"Lah terus? kau punya pacar selain neng Anjani?"

Satria menggeleng.

Pak Karim merasa bingung. apa maksud anak angkatnya ini.

"Dengan anak seorang pelanggan di bengkel." jawabnya enteng.

"Kok bisa?"

"Ya, bisa lah, pak."

"Tapi bapak jangan terkejut, anaknya itu manja, keras kepala dan arogan." kata Satria.

"Kalau tau begitu, kok masih mau menerimanya?"

"Kalau bisa membawanya kejalan yang benar, pahala juga, kan pak?" Satria tertawa melihat kebingungan di wajah pak Karim.

"Terserah kamu saja Le, bapak cuma bisa mendoakan yang terbaik buat kamu."

"Terima kasih, pak."

Tok

tok

tok

"Siapa pagi-pagi begini sudah mengetuk pintu?"

Pak karim bangkit membukakan pintu.

"Pagi, pak.."

" pagi juga neng Jani, panjang umur, baru di bicarakan sudah nongol."

Anjani tersenyum dan. langsung masuk tanpa permisi.

Gadis tinggi semampai dan berpakaian minim itu mendekati Satria.

"Selamat ulang tahun Sat. walaupun telat sehari nggak papa , kan?" Anjani mencium pipi Satria.

"Terimakasih, oh, ya. kebetulan kau datang. Aku mau bicara penting!"

Anjani penasaran, dia ikut duduk di samping Satria.

"Dalam waktu dekat aku mau menikah."

Mata dan mulut Anjani melebar.

"Serius?" Anjani merangkul lengan Satria.

"Tapi dengan Yasmin."

Senyum Anjani berubah masam.

"Yasmin? siapa dia?"

"Kau tidak perlu tau. Uang perlu kau tau hanyalah mulai saat ini kita tidak bisa lagi berhubungan."

"Ini tidak adil, Sat? dua tahun aku setia menunggumu, sekarang tiba-tiba bilang mau menikah dengan gadis lain. di mana hati nurani mu?"

"Aku rasa sudah sering membahas ini, bukankah kita sepakat. bahwa kau maupun aku sendiri tidak akan keberatan kalau salah satu dari kita menemukan orang yang membuat kita nyaman dan menjalin hubungan dengannya."

"Iya, tapi setelah sekian lama perjanjian itu, aku pikir kau sudah bisa menerimaku seutuhnya."

"Itu karna aku belum menemukan orang yang tepat, dan sekarang lah saatnya."

jawab Satria datar.

Pak Karim hanya terbengong menyaksikan perdebatan itu.

Akhirnya Anjani pergi dengan kesal.

"Pak, aku juga mau berangkat mengantar calon istriku ke kampusnya.

Pak Karim semakin bingung di buatnya.

Di rumahnya, Yasmin mulai menjalankan rencananya. Ia sengaja bersikap baik pada penghuni rumah termasuk papanya.

Makan yang biasanya harus di antar ke kamar, ia turun kemeja makan. baju yang biasanya ia tinggal teriak kini ia gosok sendiri.

Semua orang bingung oleh tingkah nya.

Dia pun sudah mengirim pesan pada Rasti untuk menjemputnya.

((Jam 6 ? apa tidak kepagian tuh? kelas kita jam 10 lho)

(Bodo, mau nggak gue traktir? kalau mau cepetan datang tidak pake tanya lagi)

Benar saja, Rasti datang sesuai janji.

"Pa, aku berangkat!" ucapnya sambil berlari keluar.

"Ayo cepat, si brandal itu keburu datang." ucap Yasmin sambil membuka pintu mobil Rasti.

Yasmin tertegun saat merasa ada yang menepuk pundaknya.

Ia bertambah shock saat menoleh dan melihat Satria tengah berdiri sambil bersedekap di dada.

Yasmin hanya bisa nyengir.

"Ngapain disini sepagi ini?"

Satria menepuk jok sepedanya.

"Lo..? gue tidak mau!" ucapnya keras.

"Ooh mau pergi dengan temanmu itu, silahkan saja!"

Satria menempelkan ponselnya di telinganya.

Yasmin berusaha merebut ponsel itu, tapi tidak bisa oleh tubuh jangkung Satria.

"Okey.. gue ikut, tapi jangan telpon bokap!."

ucap Yasmin dengan suara bergetar menahan geram. Kalau sampai Satria menelpon papanya, sudah di pastikan ia akan angkat kaki dari rumahnya.

Satria tersenyum penuh kemenangan.

Yasmin menyuruh Rasti berangkat sendiri. walau dengan perasaan bingung, gadis berambut keriting itu akhirnya pergi.

💞mohon dukungan dan klik favorit, ya!

Episode 3

Satria tersenyum puas saat melihat Yasmin kesal. Ia teringat Pak Anwar menelponnya pagi sekali, ia mengatakan bahwa ia mendengar Yasmin menyuruh temannya untuk menjemputnya. Karna itulah, ia sengaja pagi sekali sudah berada di depan rumah pak Anwar.

"Kenapa harus mengantar gue pakai sepeda? jangan jemput gue pakai mobil deh, pakai motor nggak papa asal jangan pakai sepeda butut begini.!"

"Jangan mengeluh terus.. dengan pakai sepeda kita membantu mengurangi polusi. Selain itu dengan bersepeda kita lebih sehat." jawab Satria datar.

"Tapi dimana martabat gue sebagai seorang ratu di kampus ini? apa kata mereka?" keluhnya dengan risau.

"Papa mu sudah nelpon, tanggal pernikahan kita sudah di tetapkan!" Satria mengalihkan pembicaraan.

"Terserah! tapi aku yakin, kau sendiri yang akan membatalkan perjodohan ini." sahut Yasmin dengan yakin.

"Gue turun disini!" Yasmin minta di turunkan cukup jauh dari gerbang kampusnya.

Di sat yang sama, mobil Revan melintas.

Mobil itu mundur perlahan saat melihat Yasmin jalan kaki.

"Kenapa jalan kaki baby..? nanti kulitmu gosong, ayo masuk!"

Revan turun untuk membukakan pintu mobil untuk Yasmin.

"Revan, tunjukan bagaimana cara memperlakukan seorang putri pada seseorang...!"

Revan tersenyum dan menuntun Yasmin masuk.

Satria tersenyum tipis melihat adegan itu.

Ia tau, Yasmin hanya berusaha memanas manasinya saja.

Sore hari saat Satria menjemputnya kembali, Yasmin sudah tidak ada di kampus.

Dari beberapa orang yang di tanyai nya, ia tau Yasmin sudah pulang bersama Revan.

Bukan hal yang sulit buat Satria untuk mengetahui keberadaan gadis itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 :00 saat Satria masuk ke sebuah club.

Beberapa orang menyambutnya dengan ramah. Dunia malam memang tidak asing baginya, semua sudah di jalaninya selama 6 tahun, kerasnya kehidupan malam sudah di kecapnya. Hingga akhirnya ia bertemu pak Karim dan membimbingnya ke jalan yang lurus.

Satria langsung masuk ke salah satu kamar di lantai atas klub itu.

Tanpa basa basi lagi ia mendobrak pintunya.

Di sana terlihat Yasmin sedang menangis sambil memohon kepada Revan. Baju atasnya sudah robek disana sini.

Melihat pintu terbuka tiba-tiba membuat Revan kaget dan marah. Namu itu tak berlangsung lama. Beberapa orang langsung meringkus pemuda itu.

Yasmin meringkuk di sudut sambil mendekap bajunya yang berantakan, ia terisak sendirian.

Satria membuka jaket dan melemparnya kepada Yasmin.

"Pakai ini!"

Yasmin mendongak, ia sempat terkejut melihat keberadaan Satria di tempat itu.

Tanpa bicara sepatah katapun ia memakai jaket dari Satria.

Yasmin sungguh tidak menduga akan perbuatan nekat Revan. Pemuda yang selama ini di puja nya tega hendak merenggut mahkota kesuciannya.

Dan Satria yang di anggapnya pemuda berandalan, justru ia yang datang sebagai penyelamatnya.

Satria menyeret tangan gadis itu untuk duduk bergabung dengan teman-teman lamanya.

4 orang pria termasuk Satria duduk mengelilingi meja. Masing-masing dari mereka di temani seorang wanita.

"Lama menghilang, kemana saja lo?"

"Gue sedang jenuh saja, dan mencoba menyepi sementara waktu." jawab Satria.

"Lalu, Dia?"

Mereka melirik Yasmin yang terkesan takut berada di tengah mereka.

"Dia? dia hanya anak manja yang perlu di kasihani." ucap Satria singkat sambil melirik wajah Yasmin.

Merasa mereka memperhatikan dirinya, Yasmin beringsut ke dekat Satria.

"Liat, dia ketakutan brow..!"

Mereka kembali menertawakan Yasmin.

"Gue cabut duluan, ya! nantilah kita ketemu sambil minum-minum. Sekarang hue harus memasukkan kucing liar ini ke kandangnya!"

ucap Satria bergurau.

Satria membawa Yasmin mendekati motor yang terparkir.

"Mana sepedanya?" tanya Yasmin hati-hati.

"Ini, bukannya kau ingin di bonceng dengan dengan motor?"

Yasmin kembali merasa malu karna sudah merendahkan Satria.

"Ayo naik! apa kau masih suka disini biar di goda lagi oleh pria-pria hidung belang seperti kekasihmu itu?" sindir Satria saat Yasmin terlihat ragu duduk di belakangnya.

"Kau tidak usah khawatir, ini bukan motor curian!"

Yasmin tak menjawab lagi. Ia ngeri membayangkan hal buruk itu akan terjadi lagi kalau lama-lama berdiri di tempat laknat tersebut.

Sepanjang perjalanan Yasmin hanya terdiam.

Sampai di rumahnya, Yasmin langsung masuk menuju kamarnya.

"Tunggu, Yasmin!"

suara pak Anwar yang terdengar tegas menghentikan langkah Yasmin.

"Satria sudah menceritakan semua yang terjadi, karna itu papa putuskan, pernikahan kalian di laksanakan minggu depan!"

Yasmin terperanjat kaget.

"Tolong, pa. jangan lakukan ini pada Yasmin.

Papa mau aku berubah, kan? aku janji, aku akan melakukan apa pun yang papa mau, asal jangan nikahkan Yasmin."

Gadis itu bersimpuh dan mengiba.

Ia tidak bisa bayangkan di usianya kini harus terikat dengan yang namanya pernikahan.

"Keputusan papa sudah tidak bisa di tawar lagi, kau harus setuju.

Dan dalam seminggu ini, kau tidak akan pergi kemana-mana, termasuk kampus."

Yasmin mendongak lagi dengan mata basah.

"Papa..!" baru sekarang ia melihat papanya berkata tegas padanya.

Yasmin masuk dan mengunci kamarnya dari dalam, Ia menumpahkan segala kekesalannya.

Hari yang di tunggu oleh pak Anwar tiba juga.

Pernikahan yang hanya dihadiri kerabat dekat itu berlangsung tertutup.

Dari pihak Satria, ia hanya mengajak pak Karim.

Sampai acara ritual selesai, Yasmin terus menangisi keadaanya.

***

'Ini kamarmu! dan simpan air matamu untuk besok, karna kau tidak tau apa yang akan kau alami."

Yasmin meraba tempat tidur nya yang terasa keras.

"Aku harus tidur disini?" keluhnya lagi.

Rumah yang di tempati Satra memang tergolong kecil.

Hanya terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang tengah merangkap ruang makan, satu dapur dan satu kamar mandi.

Yasmin mendesah panjang saat membayangkan harus berbagi ruang dan kamar mandi di rumah sekecil itu.

"Yasmin, bangun!"

Satria menggedor pintu kamarnya dengan keras.

Yasmin hanya menggeliat dengan malas sambil menutupi telinganya dengan bantal.

"Mau bangun tidak? atau mau aku guyur?" Satria masih menggedor pintu sambil berteriak.

Yasmin merasa kesal. Ia terpaksa membuka pintu.

"Berisik! baru jam berapa ini, kelas ku di mulai jam sembilan!" ucapnya sambil kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Eeh... siapa bilang kau mau kuliah pagi? kau harus terbiasa bangun pagi, lalu memasak untuk kami "

Yasmin terbelalak.

"Memasak? bahkan aku tidak pernah melihat bagaimana rupa dapur di rumahku, dan disini aku harus memasak?"

Satria tidak perduli, dia menyeret tangan Yasmin ke dapur.

Sekarang kau harus hafal dengan tempat ini, dapur ini!"

Yasmin meringis kesal.

"Apa kita tidak terlalu keras mendidiknya?"

bisik pak Karim.

Satria tersenyum.

"Tidak, pak. dia harus terbiasa." jawab Satria tersenyum.

Di dapur Yasmin hanya memandangi sayuran dan bahan makanan lainnya.

"Apa yang harus aku lakukan, bahkan nama bahan-bahan ini saja aku tidak tau.

Sejurus kemudian dia tersenyum sambil berlari ke kamarnya. Satria dan pak Karim merasa heran. baru beberapa menit lalu ia menangis, sekarang sudah tersenyum.

"Makanan siap!" ucapnya sambil menyajikan di meja makan.

"Kalian heran, kan? aku gadis pintar. jadi kalian tidak usah heran."

"Ayo, ayo di coba!"

Satria dan pak Karim penasaran dengan hasil masakan Yasmin.

""Ayo, pak silahkan! bapak yang paling tua disini." ujar Satria.

Pak Karim memasukkan sendok ke mulutnya. Seketika matanya melotot dan ber air.

"Enak, kan pak? tuh, pak Karim saja suka sampai merem melek gitu." kata Yasmin bangga.

Pak Karim terpaksa mengangguk.

Satria yang tidak sabar langsung ikut mencobanya.

"Bruss!!" semua yang masuk ke mulutnya menyembur keluar.

"Kau mau meracuni kami?" bentak Satria kalap.

🙏🙏Mohon dukungannya say..!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!