NovelToon NovelToon

Traitorous Friend

Bab 1 : PERSAHABATAN

"Melani Putri Cantika..." teriak suara perempuan dari balik pintu kamar yang terkunci. Melani terkejut dan seraya kebingungan, bertanya-tanya dalam hati suara dari mana itu? "apa gue hanya mimpi?" tambahnya.

Saat ia kembali merebahkan kepalanya yang setengah menengok ke pintu, suara itu terdengar lagi, kencang sekali memanggil nama Melani. "Aaargh... bising," keluh Melani sambil memegang kepalanya yang masih rada ngantuk. "tunggu..." sahut Melani teriak, sambil berjalan kearah pintu.

Makin mendekat ke pintu, makin kencang suara itu terdengar, " Dinda...," sahut Melani. "ngapain pagi-pagi ke sini?" lanjutnya sambil membuka pintu kamar.

"Apa sih...? Berisik tau," tegur Melani. "ada apa sih Din? Eehh... Tunggu, loe dari tadi teriak sekencang itu apa gak malu sama nyokap dan bokap gue?" lanjut Melani.

"Nyokap, bokap loe gak ada, kata Mbok Iyam," balas Dinda sambil masuk ke kamar Melani dan menyuruhnya siap-siap untuk jogging.

"Ngak ada? Kemana mereka?" tanya Melani penasaran. "Trus kak Indra, mana?" lanjutnya.

"Mana gue tau, emang gue satpam rumah loe," jawab Dinda sambil tertawa lebar dan kembali mengajak Melani untuk siap-siap.

"Ahh.. nggak, nggak mau," tolak Melani. "gue masih ngantuk, mau istirahat full hari ini" lanjutnya sambil merebahkan badannya di atas tempat tidur.

"Ayo dong Mel, gak menghargai banget sih pengorbanan gue ke sini," bujuk Dinda, sambil menarik tangan Melani dari tempat tidur.

"Pengorbanan..?? Ya... elah... Loe tiap hari ke sini juga gak pernah bilang pengorbanan, baru kali ini ngomong gitu," ejek Melani sambil tersenyum lebar dan malah berbalik menarik Dinda untuk berbaring di tempat tidurnya. "bobo aja Din, lebih enak kan?" ajak Melani.

Dinda yang menolak tarikan Melani sambil berkata. "Ya... iyalah, pengorbanan. Loe gak peka apa? Gue bela-belain pagi-pagi ke sini hanya untuk ngajak loe jogging. Tau kenapa??? Karna gue prihatin sama badan loe yang mulai melar melebar... Iiihhh.. Gue sih gak mau sahabatan sama orang gendut" jelas Dinda, sambil tertawa terbahak-bahak.

Melani yang masih menggunakan piyama langsung berdiri tegak di depan kaca riasnya dan berkata "gendut? Emang iya, gue gendut? Mata loe aja kali yang mulai melebar ke mana-mana karna keseringan liat cowok ganteng di sekolah... Hahaha..." canda Melani, sambil berlalu di depan Dinda untuk masuk ke kamar mandi.

"Melani..." teriak Dinda kesal karna ejekannya.

***

Setelah berpakain rapih celana leging hitam dan baju kaos ketat berwarna merah, Melani lalu kembali berdiri di depan kaca riasnya dan mengatakan "Din, coba liat. Gendut dari mananya loe bilang," sambil berputar-putar melihat tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Dan Dinda hanya tertawa sambil menutup mulut dengan tangan kanannya.

"Ini mah bukan gendut Din. Ini namanya berisi, semok-semok manja, hahaha..." lanjut Melani. "dari pada loe, kurus tinggi menjulang, kek tiang listrik aja" tambahnya sambil menyisir rambut yang potongan sebahu.

"Hahaha... lucu yah," balas Dinda dengan gaya tawanya yang mengejek. "Body kayak gini nih, yang dicari-cari. Body body model tau nggak...?!!" tambahnya sambil berputar-putra di depan kaca.

"Body model gak laku," kata Melani datar sambil tersenyum kecil, lalu mengajak Dinda bergegas keluar dari kamar.

"Kak Indra...," teriak Melani dari depan pintu kamarnya saat melihat kakaknya yang baru saja keluar dari kamarnya mengarah tangga turun, mengenakan baju kaos kera berwarna hijau daun dan celana pendek di atas lutut berwarna putih, "Ayah, ibu, ke mana?" tanya Melani yang masih berjalan ke arah Indra.

"Mana gue tau, gue juga baru keluar kamar, baru mau turun ke bawah dan.... baru mau liat sikon di bawah, jadi... jangan tanya gue" jawab Indra sambil mencubit manja pipi adiknya. Lalu memeluknya sambil turun bersama, melangkahi tangga satu demi satu dengan pelan.

"Hemmm... Gue gak dianggap nih..." ketus Dinda yang berada di belakang Melani dan Indra.

Balik Indra ke arah Dinda, dan berkata "oh iya.. Sorry.. Sorry... kalian mau jogging?" lanjut Indra bertanya kepada Dinda sambil melempar pandangannya ke arah Melani.

Melani lalu menarik nafas panjang dan menjawab "ini nih,,, kerjaanya Dinda, pagi-pagi datang cuman mau ngajak jogging. Pake bilang prihatin lah, karna gue gendut. Gendut dari mana coba, body bohaiii kek gini dibilang gendut. Matanya aja yang kelalapan" ketus Melani sembari mengadu pada kakaknya dengan bibir yang naik sebelah.

"Hahaha... kasian amat sih sayaanggg... curhat yah, sama kakaknya..??" balas Dinda mengejek sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"Nah, tuh kan... sudah bilang gue gendut, mengejek dan tertawa pula. Sahabat macam apa nih" kata Melani, sambil menunjuk Dinda dan berjalan menuju meja makan.

"Etzzz, mau ke mana?" tanya Dinda sambil menarik tangan Melani, "kita mau jogging, bukan mau makan" tambahnya.

"Belum sarapan Din, loe gitu amat sih... ini macam pembunuhan berencana deh" gumam Melani yang tetap melangkah kan kakinya.

"Hahaha... dasar anak baru gede" spontan Indra sambil menarik kursi meja makan yang hendak ia duduki.

Selang beberapa menit bunyi klakson mobil terdengar dari luar pagar, "Ayah, ibu datang," kata Melani pelan lalu teriak memanggil Mbok Iyam yang sedang berada di dapur, meminta tolong membuka pagar untuk ayah, ibu nya.

"Iya, neng. Sebentar," jawab Mbok Iyam, sambil melangkahkan kakinya keluar dari dapur menuju ke depan.

"Makasih Mbok" tegur ibu Melani lembut.

"Ehh, ada Dinda," kata ibu Melani dari pintu masuk sambil jalan menuju meja makan bersama suaminya.

"Iya, tan, tamu pagi-pagi" jawab Dinda tersipu. Lalu mengulurkan tangannya untuk sungkem pada ibu dan ayah Melani.

"Anak gadis Ibu makan apa nih?" tanya Ibu Melani. "Ehh, ini kok sudah rapih aja. Mau ke mana? Kok pakeannya kayak mau jogging, benar...??" lanjutnya meyakinkan diri karna tau anak gadisnya paling susah diajak olah raga. Lari keliling komplek aja gak mau, sambil menuang air putih ke dalam gelas putih bening untuk suaminya.

"Ehemm... kayaknya ada yang ngadu part 2 nih" sambung Dinda, melirik Melani.

"Berisik" tandas Melani singkat sambil menggigit roti yang ada di tangannya.

"Ehh, Dinda gak ikut sarapan?" tanya Ibu Melani.

"Nggak, tan, udah tadi di rumah" balas Dinda.

"Oh Iya Din, ayah mu gimana kabarnya? Udah baikan?" tanya ayah Melani.

"Alhamdulillah om, sudah mendingan dari sebelumnya" jawab Dinda tersenyum.

"Alhamdulillah, semoga ayah mu lekas pulih dan sehat kembali seperti sedia kala" lanjut ibu Melani menghampiri Dinda, sembari memberi semangat.

"Aamiin... makasih om, tante" balas Dinda lagi.

Setelah selesai menyantap 1 buah roti dan segelas susu putih, Melani dan Dinda pamit. Tak lupa Melani mencium ayah dan ibunya, sambil mengucap salam, ia pun pamit kepada Kak Indra.

Baru saja keluar dari rumah, celetuk Melani mengucap manja membujuk Dinda untuk tidak jogging melainkan makan bakso depan gerbang komplek rumahnya "Din, gak usah jogging deh. Makan bakso aja lebih enak. Gimana? Gak tau deh, gak semangat aja" lanjutnya tersenyum menutup mata.

"Apaan sih Mel, gue sudah bela-belain bangunin loe pagi-pagi buta, nungguin loe sarapan, ujung-ujungnya cuman makan bakso. Yang benar aja..." kata Dinda kesal.

Sembari membujuk Dinda, Melani melajukan mobilnya pelan. Sentak terkaget saat dihentikan oleh Dinda. "ada apa Din?" tanya Melani melotot.

"Tuh liat, cowok yang di seberang jalan itu" jawab Dinda sambil menunjuk ke arah cowok yang berdiri di depan mobil sedan Honda City warna merah. Memakai baju kaos pas badan berwarna hitam dan celana training warna merah. Serta kaca mata yang ia gantung di leher bajunya.

Bersambung...

Bab 2 : Bertemu Riyan Yang Ganteng

"Kak Riyan" ucap Melani pelan.

"Iya Kak Riyan, uhhh ganteng banget Mel. Ehh, tapi kok dia ada di sini? Emang dia tinggal di mana yah?" ungkap Dinda tersipu.

Melani yang cuek, gak ada cowok di kamusnya. Hanya belajar, belajar dan belajar. Melajukan mobilnya kembali.

"Tunggu dulu dong Mel," tahan Dinda yang masih tetap menatap ke arah Riyan. "gak doyan liat yang kayak gitu Mel?" lanjut Dinda.

"Apaan sih, gue doyannya makan bakso. Cowok mah, hanya buat kita sters aja" ungkap Melani judes.

"Ya... ampun... cowok disamakan sama bakso. OMG" keluh Dinda sambil menepuk jidatnya pelan.

Karna kegaduhan Dinda melihat Riyan, membuat Melani tidak konsen mengendarai mobilnya hingga tidak melihat orang yang sedang menyebrang. Sentak dia terkaget dan menginjak rem dengan tiba-tiba. Bunyi suara kikisan ban, membuat semua orang berbalik ke arahnya, begitu pun Riyan. Penasaran, akhirnya dia melangkahkan kaki nya menuju arah mobil Melani.

"Tuh,,, kan... Ini semua gara-gara loe melototi cowok yang gak guna itu. Apaan coba diliatin terus, toh dia juga gak liat loe kan..??!!" ketus Melani. Yang tak sadar kalau Riyan sudah ada di samping mobilnya.

"Mel.." ucap Dinda sambil menunjul kaca mobil yang pas di samping Melani.

"Apaan? untung gue gak nabrak orang," masih kesel suara Melani. Sambil berbalik ke arah kaca mobil yang ditunjuk oleh Dinda.

Riyan mengetuk kaca mobil Melani, seraya memintanya turun dari mobil. Namun, Melani yang terkejut melihat Riyan pas di sampingnya. Tetiba dia terlihat gugup.

"Kak Riyan, Mel" kata Dinda degdegan sambil memegang tangan Melani.

"Santai Din, santai. Turun gih sana, dari tadi loe kan yang kebelet sama Kak Riyan. Yah, udah turun sana" seru Melani.

"Lho juga turun dong Mel, kan loe yang mengendarai mobilnya" ajak Dinda.

"Tapi kan, gue gak nabrak. Ngapain turun..!! Gue juga gak kenal sama dia, loe aja yang ngefans" tegas Melani, "nggak ahh.." lanjut Melani.

Dinda akhirnya turun dari mobil sendirian tanpa Melani dan menghampiri Riyan.

"Maaf Kak, a..da apa yah..?" tanya Dinda pelan dan gugup.

"lhoo, bukan loe kan yang mengendarai mobil?" tanya Riyan heran karna melihat Dinda melaju ke arahnya dari pintu sebelah.

"I..ya Kak, bu..kan gue" jawab Dinda masih gugup.

"lhoo, terus siapa? Mana yang mengendarai mobil?" tanya Riyan lagi.

"Sahabat gue Kak, tiba-tiba mules abis kaget tadi" ucap Dinda sambil menunjuk ke dalam mobil.

"Ohh.. Gitu, tapi nggak apa-apa kan temannya. Gak pingsan karna kaget kan?" tanya Riyan serius.

"Iya, nggak kok Kak, aman. Cuman mules aja," jawab Dinda. "Kalau gitu gue pamit yah Kak Riyan" lanjutnya.

"Lhoo, kok tau nama gue? Tau dari mana? Emang di muka gue ada tertulis nama gue gitu?" tanya Riyan heran sambil tersenyum kecil.

"Hemm,, nggak Kak. Gue adik kelasnya Kak Riyan di SMA 1" ucap Dinda tersipu.

"Ooohhh, ternyata kita satu sekolahan. Kenapa nggak bilang dari tadi," tutur Riyan. "Beneran nih, teman loe gak apa-apa?" lanjut Riyan.

"Iya Kak, gak apa-apa. Mari Kak..." pamit Dinda lembut dan tersenyum.

"Lama amat sih loe, bahas apaan sih? Hem.. habis tukaran nomor WA yah?" canda Melani.

"Sembarangan aja, emang kamu nggak liat dibalik kaca mobil?" ketus Dinda.

"Iihh, ngapain juga gue liatin loe ngobrol sama Kak Riyan. Gak ada untungnya buat gue. Nih, gue lagi serius liatin info lomba cerdas cermat antar sekolah" tegas Melani.

Dinda yang sedari tadi cengar cengir sendirian, membayangkan wajah Riyan yang begitu dekat dengannya. Membuat Melani tertawa lucu. Tawa Melani membuat Dinda tersadar dari lamunannya. Spontan dia menepuk bahu Melani dengan tingkah malu.

***

Kriiingggg.... kriiingggg... Kriiinggg... Suara bel tanda masuk jam sekolah. Dan sebentar lagi disusul dengan bel tanda jam pelajaran dimulai.

Dinda dan Melani berlari ke arah kelas. Tak sengaja berpapasan dengan Riyan. "Kak Riyan" sapa Dinda.

"Ehh, loe yang kemarin kan? Nama loe siapa? Tanya Riyan.

"Iya Kak, gue Dinda. Dan ini sahabat gue Melani" ucap Dinda menunjuk Melani dengan nafas yang tidak beraturan karna berlari dari parkiran mobil.

"Apa ini sahabat loe, yang kemarin mengendarai mobil itu?" tanya Riyan lagi, sambil menunjuk ke arah Melani.

Sontak Melani terkejut karna Riyan masih membahas soal kemarin. Dia mulai gugup, menatap ke arah Riyan. Untung saja dia dilindungi oleh bunyi bel tanda masuk jam pelajaran, yang mengakhiri pembicaraan mereka di lapangan sekolah.

Saat jam istirahat lagi-lagi mereka bertemu di kantin, "emang sekolah yang sebesar ini hanya dia manusianya?" ucap Melani kepada Dinda. "kok dia lagi, dia lagi" lanjutnya. Dan Dinda hanya tersenyum mendengar ocehan Melani.

Riyan lagi-lagi sengaja menghampiri meja Melani dan Dinda. Membuat dua kakak kelas wanitanya yang berdampingan dengan mejanya sontak melirik sinis. Sepertinya mereka tidak suka kalau Riyan menyapa Melani dan Dinda.

Dari ujung mata Melani melihat lirikan sinis kakak kelasnya itu yang membuatnya jadi tidak tenang, "aduhhh... sepertinya akan ada persoalan baru deh" gumamanya dalam hati sambil menunduk.

"Nggak keberatan kan, kalau gue gabung di sini?" tanya Riyan yang sudah duduk di kursi meja tempat Melani dan Dinda makan.

"Oohh iya, nggak Kak, nggak apa-apa kok" jawab Dinda senang. Membuat Melani makin gak tenang dengan lirikan kakak kelasnya itu.

"Dinda tinggal di mana?" tanya Riyan, namun matanya melirik ke arah Melani. Yang bahkan Melani sama sekali tidak menghiraukannya, hanya serius dengan makanannya sendiri. Suap demi suap masuk ke mulut Melani menggunakan sendok makan.

Belum juga Dinda menjawab pertanyaan Riyan. Riyan malah melempar teguran ke Melani.

"Serius amat sih teman loe Din?" ucap Riyan lagi-lagi melirik Melani.

"E...ehhh... i...ya kak, dia emang gitu anaknya" terang Dinda dengan terbata-bata karna sedari tadi melihat lirikan Riyan ke arah Melani. "kayaknya kak Riyan suka sama Melani..." lanjut Dinda bergumam tanya dalam hati.

Melani antara grogi ditegur Riyan atau gugup dilirik sinis oleh kakak kelas wanitanya itu.

"Maaf Kak, gue izin ke toilet dulu. Din, gue ke toilet yah" pamit Melani yang tak mau melihat ke arah kakak kelas wanitanya.

"Huft..." Melani menarik nafas panjang "rasanya sesak nafas gue di sana. Kakak kelas itu, seperti mencekek leherku tanpa menyentuh" keluh Melani sendiri sambil berjalan masuk ke kelas.

"Melani ke mana Din? Kok gak balik-balik?" tanya Riyan sambil melihat ke arah pintu kantin, seraya menanti kedatangan Melani.

"Mungkin antri di toilet kak" jawab Dinda pelan, sambil meneguk es teh manis di depannya, "Kak Riyan gak makan?" tanya Dinda balik.

"Udah tadi..." jawabnya datar, dengan pandangan yang masih mengarah ke pintu kantin.

Bersambung...

Bab 3 : Pedekate Riyan Ke Melani

"Din, gue langsung ke kelas yah" WA Melani ke Dinda.

"Ya Allah, anak ini" keluh Dinda dalam hati. Tanpa membalas chat WA dari Melani.

"Kenapa Din?" tanya Riyan melihat raut wajah Dinda yang berubah.

Tanpa bilang ke Riyan, tentang WA Melani. Dinda langsung pamit kepadanya untuk masuk kelas.

Riyan menganggukan kepalanya tampak heran melihat Dinda yang tanpa kata, tiba-tiba pamit.

"Hai, Riyan" sapa teman kelasnya yang sedari tadi memperhatikan Riyan, yang duduknya di samping meja Melani dan Dinda.

Riyan dengan cool membalas seyuman dan berlalu pergi.

Riyan cowok ganteng, pintar dan juga tajir. Siapa sih yang gak mau jadi pacarnya.. Hampir semua teman cewek seangkatannya mengagumi sosoknya. Namun, dia bukanlah tipe cowok yang memanfaatkan keadaan dengan mendekati semua cewek yang berusaha mencuri perhatiannya.

Salah satu cewek yang sering pedekate kepada Riyan adalah teman cewek yang tadi duduk di samping meja Melani dan Dinda, dia bernama Lala. Namun, Riyan tidak pernah memberi ruang kepadanya untuk lebih dekat dari sebatas teman kelas saja. Makanya tadi Lala sedikit terlihat judes ketika melihat Riyan mendatangi Meja Melani dan Dinda di kantin.

***

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Melani dan Dinda menuju parkiran mobil. Sambil berjalan Melani berkata pada Dinda, "Din, sebelum gue antar loe pulang. Kita mampir ke toko buku dulu yah" pinta Melani.

"Siap Mel.. Aku mah nurut aja sama bu sopir" canda Dinda tertawa.

"Iihh.. Enak aja" ucap Melani sambil membalas tawa Dinda.

Saat di perjalanan, Dinda menyampaikan ke Melani tentang kecurigaannya ke pada Riyan yang suka sama Melani. Namun, Melani hanya tersenyum kecil.

Dinda terus meyakinkan Melani atas kecurigaannya itu, namun lagi-lagi Melani tidak memperdulikan ucapan Dinda. Sampai Dinda geram akan tingkah Melani dan berkata "loe masih normal kan Mel?" tanya Dinda menatap wajah Melani dengan raut yang lucu.

"Apa-apaan sih... Ya ialah... Emang loe pikir gue mati rasa ama cowok" bantah Melani menggelengkan kepalanya. "ada-ada aja kamu Din" lanjutnya.

"Abisnya dari sejak SD kita sahabatan, loe gak pernah mau pacaran sama teman satu sekolah. Waktu SMP Irfan nembak loe, loe tolak juga. Padahal dari tampangnya juga ok ok aja. Tp kenapa loe tolak? Sekarang, kak Riyan naksir loe, tapi loe gak respon" jelas Dinda lantang.

"Intinya gue gak mau pacaran sama satu sekolah. Titik..." balas Melani tegas diiringi gaya tangannya.

"Ooohhh.. Gitu,, nah, iya, gue baru ingat. Loe pernah dekat dengan satu cowok yang sebelahan sekolah kita waktu SMP. Iya, iya.. Ingat, Kak Yuda. Anak SMA yang sering nongkrong depan sekolah kita" ungkap Dinda dengan senyuman mengejek.

"Apaan sih, gak usah dibahas. Gak penting. Gue juga udah lupa" tegas Melani dengan mengerutkan alisnya.

"Hemmm... Jangan jangan loe sakit hati diputisin sama Kak Yuda. Sampai sekarang loe gak mau pacaran lagi. Benar gak?" kata Dinda penasaran.

Dari pada terus dicerca pertanyaan sama Dinda. Melani akhirnya menjelaskan, kalau berakhirnya hubungannya sama Yuda, bukan karna Yuda mutusin Melani, melainkan Melani yang meminta hubungan itu diakhiri. Melani merasa gak nyaman sama Yuda yang selalu mengajak Melani untuk bolos sekolah, terakhir pas waktu ujian akhir sekolah. Yuda datang pagi-pagi menjemput Melani di rumahnya, berharap diantar ke sekolah, ternyata tidak..!!! Yang membuat Melani meminta Yuda menurunkannya di tepi jalan, lalu Melani melanjutkan niatnya ke sekolah menggunakan taxi online.

Sejak dari situ Melani meminta Yuda untuk tidak menghubunginya lagi. Melani takut kalau sekolahnya terganggu, karna ayah dan ibu nya selalu berpesan kepadanya untuk sekolah yang benar. Walaupun anak perempuan yang ujung-ujungnya akan jatuh di dapur juga setelah menikah, tapi sebelum itu harus berprestasi, harus bisa membuat orang tua bangga. Itulah pesan yang selalu ternyiang ditelinga Melani.

"Duh,,, syahdu banget sih,, gue jadi terharu dengar cerita loe Mel. Loe baik banget sih jadi anak, sudah cantik, pintar, baik hati, penurut lagi. Masya Allah, bangga deh gue jadi sahabat loe" ungkap Dinda terkesima, menghentikan curahan Melani.

"Apa sih, gue serius tau..." ucap Melani menyondongkan bibirnya keluar.

Tiba di toko buku, Dinda melihat Riyan berdiri di depan rak buku sambil membaca satu buah buku yang ada di tangannya.

"Mel, gue bilang juga apa. Kak Riyan itu suka sama loe, sampai bela-belain ikutin loe ke sini" ungkap Dinda berbisik ke Melani sambil melihat ke arah Riyan.

"Maksud loe apa sih" bantah Melani melepaskan tangan Dinda yang ada di bahunya.

"Liat saja di sana ada Kak Riyan" tunjuk Dinda.

"Helloo... di mana- mana itu, kalau dibuntutin datangnya belakangan. Ini mah, Kak Riyan yang duluan, kita belakangan. Aneh..." jelas Melani berjalan meninggalkan Dinda.

"Iya juga sih..." gumam Dinda menaikkan bahunya sambil melangkah kan kaki ke arah Melani.

Riyan sepintas melihat Melani melintas, seraya tak percaya, ia kembali membaca bukunya. Saat menengok kembali, dia pun melihat Dinda berlalu di depan matanya. Riyan jadi yakin kalau yang dia liat tadi itu benar Melani.

Riyan lalu menyimpan buku yang ia baca ke rak nomor 2 dari atas dan begegas menghampiri Melani dan Dinda. Menyisir lorong demi lorong tapi Riyan sama sekali tak menemukan mereka. Saat Riyan hendak keluar, ia melihat Melani dan Dinda sedang antri di kasir, "ooh, ternyata sudah di kasir" ucapnya pelan sambil melihat ke arah mereka berdua.

Melani sepintas berbalik dan melihat tatapan Riyan. Teringat akan kata-kata Dinda, Membuatnya jadi salah tingkah dan ia pun refleks memberi isyarat ke Dinda dengan siku kanannya.

"Haii, Kak Riyan" sapa Dinda tersenyum.

"Haii, Din" balas Riyan sambil melangkahkan kaki nya ke arah Dinda.

"Haduh,,, ganteng banget sih Kak Riyan" puji Dinda dalam hati.

Sedang Melani yang sibuk di kasir tak juga berbalik ke arah Riyan.

"Beli buku apa Din?" tanya Riyan yang sudah berada pas di depan Dinda.

"Ini kak, nemenin Melani" jawab Dinda menunjuk Melani.

"Oohh..." balas Riyan singkat.

Setelah selesai di kasir, Melani lalu berbalik dan melempar senyuman manisnya sambil menyapa Riyan, "haii, kak" sambil melangkahkan kaki berlalu di sampingnya, "Din, ayo" ajak Melani yang milihat Dinda masih berdiri tegak di hadapan Riyan.

"Melani, tunggu" tahan Riyan, "bisa bicara sebentar?" pinta Riyan.

"A...da apa yah kak?" tanya Melani sedikit canggung.

"Din, gue pinjam sahabat loe sebentar. Boleh?" ucap Riyan ke Dinda sambil membalikkan badannya ke arah Melani. Dan Dinda hanya menganggukkan kepala dengan tatapan penasaran. Penasaran tentang hal apa yang ingin dibicarakan Riyan kepada Melani.

Ternyata Riyan hanya makesure aja ke Melani, karna kebetulan Riyan ketua OSIS di sekolahnya. Dia mendengar desas desus kalau si Melani ini anaknya cerdas. Jadi Riyan mengajak Melani, mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah yang diadakan sabtu depan.

Melani yang sudah seminggu yang lalu mengikuti perkembangan lomba cerdas cermat itu, dengan senang hati menerima ajakan Riyan. Seyum dan ucapan terima kasih terlontar dari bibir merahnya.

Dinda yang sedari tadi menunggu di atas mobil sudah mulai gelisah, makin penasaran dan penuh tanya dipikirannya.

Saat melihat Melani sudah bergerak, melangkah kearahnya, Dinda baru mulai tenang. Sesampainya di atas mobil tanpa basa-basi dia lalu bertanya kepada Melani, "Kak Riyan nembak loe, Mel?" Melani yang terkejut atas pertanyaan Dinda, malah tertawa lebar dan berkata "nembak pala loe" canda Melani.

"Serius Mel" tambah Dinda seraya memaksa.

"Mau tau aja, atau.. mau tau banget..??" canda Melani lagi sambil melajukan mobilnya.

"Oohh,, jadi sudah mulai main rahasia-rahasiaan nih??" kata Dinda sedikit nyindir, yang membuat Melani kembali tertawa.

Melihat raut wajah Dinda yang begitu penasaran, akhirnya Melani pun menceritakan yang sebenarnya, dan berkata "ternyata Kak Riyan baik yah.." puji Melani, "sopan pula" tambahnya.

"Hemm... kayaknya ada yang sudah mulai membuka hati nih.." ejek Dinda.

"Besok-besok gue gak mau cerita deh.." ucap Melani becanda.

"Iiidiiihhh... segitunya... iya, iya,,, gak lagi" kata Dinda berjanji.

***

"Haii,, Melani" pesan WA Riyan.

Melani yang terkejut melihat foto profil Riyan, langsung menuduh Dinda yang memberikan nomor Wa_nya, "awas loe yah Din" gumam Melani sendiri.

"Melani gak keberatan kan, gue ambil nomor WA-nya dari data sekolah?" tanya Riyan lewat pesan WA karna Melani belum membalas pesannya.

Melani yang membaca pesan WA Riyan dari layar depan hpnya, langsung istigfar dan meminta maaf pada Dinda dalam hati.

"Are you oke, Melani?" tanya Riyan lagi yang masih belum menerima balasan dari Melani.

"Iya kak. Nggak apa-apa kok" balas Melani membuat Riyan legah.

"Mel, besok sepulang sekolah bisa minta waktunya sebentar?" tanya Riyan penuh harap ke Melani.

"Untuk apa kak?" tanya Melani.

"Untuk bahas rencana lomba cerdas cermat sabtu depan. Kita harus mempersiapkan semuanya. Tadi gue sudah bahas di WAG OSIS bahwa loe yang mewakili sekolah kita. Jadi besok tuh, teman-teman mau kasi Melani soal-soal yang biasa diangkat dalam perlombaan cerdas cermat" jelas Riyan panjang.

"Baik, kak" jawab Melani singkat, "Kak, maaf. Gue ganti baju dulu. Lalu istirahat. Gak apa-apa kan kak?" lanjut Melani.

"It's ok, Melani. Selamat beristirahat" balas Riyan dengan menambahkan emot senyum.

Hari sudah berganti malam, 10 panggilan tak terjawab dari Dinda, membuat Melani penasaran. Tapi sebelum menghubungi Dinda kembali, Melani bergegas makan malam bersama keluarganya.

Sedikit perbincangan di meja makan membuat keluarga Melani terlihat begitu hangat dan bahagia.

Indra yang sebentar lagi menyelesaikan S1 nya, mulai ditawari ayahnya untuk bergabung di perusahaanya. Karna harapan ayah Melani begitu bertumpu pada Indra, yang suatu saat akan melanjutkan perusahaannya itu. Dan Indra pun tanpa penolakan, menerima saja tawaran dari ayahnya.

"Mbok Iyam, boleh minta tolong dibuatkan susu?" pinta Melani.

"Iya, neng.. Boleh.. Tunggu sebentar Mbok Iyam buatkan" jawab Mbok Iyam.

Segelas susu putih di letakkan Mbok Iyam di atas meja pas di depan Melani, "Makasih Mbok Iyam yang baik hati" ucap Melani.

"Ahh, neng Melani ada-ada aja" kata Mbok Iyam tersipu malu sambil berjalan ke arah dapur. Membuat ayah, ibu dan Indra pun ikut tertawa.

Teringat Melani yang ingin menghubungi Dinda, ia pun langsung pamit ke kamarnya sambil membawa gelas susu yang belum sempat ia cicipi.

"Dindaaa... Maaf, baru sempat menghubungimu. Ini baru selesai makan malam" ucap Melani dari balik telepon genggamnya.

"Argh.. Udah basi... Gak penting lagi" balas Dinda ngambek.

"Serius..?" tanya Melani.

"Iya.. serius. Gue juga udah lupa mau ngomong apa tadi. Udah gih istirahat sana. Gue mau ke kamar nyokap dulu. Mau bantuin packing" ungkap Dinda.

"Packing? Emang nyokap loe mau ke mana?" tanya Melani.

"Besok bokap ada cek up, tapi di suruh rawat inap sehari" balas Dinda, "Udah dulu yang Mel. Bye,, sampai jumpa besok" lanjut Dinda lalu mematikan telepon dan bergegas ke kamar ibu, ayahnya.

***

"Mel.. sudah bangun belum?" tanya Ibu Melani dari balik pintu kamar, " sholat subuh dulu sayang" lanjut ibu sambil mengetuk pintu.

"Iya, bu..." jawab Melani dari tempat tidurnya.

"Mau sholat berjamaah atau sholat sendiri?" tanya ibu Melani lagi yang masih berada di depan kamar.

"Sholat sendiri aja, bu. Di kamar" ucap Melani sambil berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Direntangkan sejadahnya dan ia pun melaksanakan sholat subuh sendiri.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Melani membuka jendela kamar dan menghirup udara segar yang begitu sejuk. Suara burung yang terbang dari pohon satu ke pohon lainnya, begitu indah terdengar. Namun, bunyi pesan WA membuat Melani berhenti memperhatikan burung-burung yang menghiasi paginya.

"Assalamualaimum, Mel. Maaf ganggu pagi-pagi. Mengingatkan saja janjian kita sepulang sekolah. Makasih Mel" ungkap Riyan yang begitu semangat.

"Waalaikumsalam, iya kak. Baik" jawab Melani datar.

Seperti biasa, rutinitas tiap pagi sarapan bersama di meja makan. Sambil bercerita tentang rencana untuk hari ini dan Melani yang sudah ada schedule dengan Riyan, membahasnya di meja makan pagi ini. Dengan begitu senangnya pun, Melani memberitau ayah, ibu dan Kak Indra, kalau dirinya ditawari untuk ikut lomba cerdas cermat. Ucapan selamat dan support diberikan oleh keluarganya.

Selesai sarapan, Melani bergegas pergi. Salim dan salam tak pernah ketinggalan di keluarganya. Memang dari kecil Indra dan Melani diajarkan sopan santun dan menghargai yang lebih tua. Dan itu sudah tertanam hingga sekarang.

Sesuai rencana, Malani, Riyan dan anggota OSIS lainnya berkumpul di ruangan OSIS. Dan walaupun Dinda tidak termasuk dari pertemuan itu, namun Dinda tetap diizinkan untuk ikut berkumpul karna pinta Melani kepada Riyan.

Saat asyik membahas materi, Riyan yang sengaja duduk di samping Melani mempunyai kesempatan untuk terus melihat wajah cantik dan senyum manis Melani dan sesekali mengajukan pertanyaan kepadanya. Terlihat jelas bahwa Riyan sudah mulai pedekate kepada Melani.

Sebelum pertemuan ditutup Riyan sekali lagi bertanya pada Melani, "Ada yang mau ditanyakan Mel?" ucapanya lembut menatap mata Melani.

"Nggak kok, kak. Sudah jelas semuanya" jawab Melani sambil membereskan kertas-kertas yang dirangkum tadi.

Tersentak Melani merasakan sentuhan jari Riyan yang tak sengaja, saat membantunya merapikan kertas-kertas itu.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!