NovelToon NovelToon

HATI ANAK RANTAU

1.LULUS

Tumpukan berkas berisi data salah satu Mahasiswa nomor satu di Samarinda sudah terkirim melalui server Magang di perusahan terbesar Ibu Kota yang bergerak di bidang Distributor Barang. Detak jantung tidak perna normal selama 7 hari karena menunggu keputusan dari perusahaan yang tidak kunjung didapatkan. Putus Asa hingga berencana menerima tawaran dari sang paman untuk Magang disalah satu perusahan di daerahnya yang bergerak di bidang pertambangan. Notifikasi Email menghentikan putaran otak yang menyusun strategi Baru.

“Alhamdulillah”ucapnya sembari sujud syukur setelah melihat pemberitahuan yang berisi Lulus Magang di perusahan impiannya.

“Sayang, kamu kenapa?” tanya sang Mama yang baru tiba dan melihat tingkah absolut anak semata wayangnya.

“Umma. Riri lulus”ucapnya riang sembari memeluk erat orang yang paling dia sayangi.

“Lulus. Lulus apa sayang?” ucapnya kembali mengajukan pertanyaan membuat Riri otomatis melepas peluk hingga memperlihatkan alasan kebahagiannya.

“Riri keterima magang di ILA, berarti sayang akan tinggal sendiri di Jakarta Selama Enam Bulan”ucapnya membuat Riri otomatis menganggukkan kepala serayah berkata ia membuat raut wajah umma nya semakin sedih.

“Sayang, Kenapa harus jauh-jauh, Di sini juga banyak perusahan yang menerima Anak magang. Kenapa tidak terima tawaran Pamanmu saja!. Jakarta terlalu berbahaya, sayang di sini saja kalau perlu Umma yang carikan lokasi Magang”ucapnya dengan susah payah membujuk buah hatinya tetapi tidak membuahkan hasil maksimal.

“Umma, ILA adalah perusahan impian Riri. Riri ingin menjadi bagian dari ILA agar bisa mendapatkan pengalaman sekaligus pengetahuan yang luar bisa. Bukankah Umma mengajarkan ke Riri jika ingin menjadi orang hebat maka perbanyak bergaul dengan orang hebat pula”jawabnya untuk yang kesekian kalinya tapi Umma nya belum memberikan Ridho.

“Sayang, Perusahan yang ditawarkan Pamanmu juga perusahaan ternama meski tidak sebesar dan sesukses ILA. Coba sayang pertimbangkan lagi!”ucapnya membuat sang buah hati duduk di sampingnya sembari menggenggam erat kedua tangannya.

“Umma kalau soal perusahan yang ditawarkan oleh Paman, Riri tidak perna meragukannya hanya saja keputusan Riri untuk Magang di ILA sudah bulat. Bukankah Umma memberi Riri izin untuk mencoba, kalau Lulus maka Umma meridhoi ku pergi ke Ibu kota”ucap Riri membuat Umma memutar memori tujuh hari yang lalu dimana Perkataan Riri benar adanya. Membuat Umma nya menghela Nafas berulang kali kemudian mengucap Basmalah.

“Bismillahi Rahmani Rahim. Umma mengizinkan Sayang pergi, asalkan berjanji menjaga diri dan selalu mengabari Umma”ucapnya membuat sang Anak memeluknya lagi sembari mencium kedua pipinya secara bergantian.

“Siap Umma ku Sayang. Riri Akan memberitahu Appa dan Paman” ucapnya sembari menghubungi kedua laki-laki yang berbeda generasi tetapi terlihat serupa.

“Assalamu’alaikum Appa, Paman”ucapnya ketika Video Coll telah terhubung.

“Wa’alaikum Salam, Anak Appa kenapa, bahagia banget?” tanyanya membuat laki-laki di sampingnya tertawa sembari meledek keponakannya.

“Kak, Anakmu mungkin di lamar hidayah”ucapnya membuat Riri memasang wajah cemberut.

“Paman, Riri sudah biasa dilamar. Dan ingat namanya Deni Rahmat Hidayat. Hidayat bukan hidayah” ucapnya penuh penekanan membuat dua laki-laki di balik layar menggelengkan kepala sembari tersenyum.

“Sudah. Berhentilah berdebat. Kalian sudah dewasa bukan lagi anak kecil”ucap Appa membuat Riri mengajukan protes.

“Appa. Paman selalu menggodaku padahal Riri bahagia karena keterima Magang di LA”ucapnya membuat Appa dan Pamannya langsung memandang wanita yang sedari tadi hanya diam dengan raut wajah sedih, dan hal itu ditangkap oleh indra penglihatan Riri.

“Appa, Paman. Umma sudah meridhoi Riri ke Ibu Kota”lanjutnya berucap membuat Umma menganggukkan kepala sebagai pertanda ia.

“Jika Umma sudah meridhoi mu maka Appa tidak bisa melarang mu”

“Riri kapan kamu berangkat berangkat ke Jakarta biar aku yang mengantarmu?”

“Lusa. Karena hari Senin Riri mulai Magang”jawabnya membuat Appa angkat bicara.

“Candi, Pesan 4 tiket” ucapnya membuat Riri lagi-lagi Protes.

“Appa, Riri mau diantar Paman saja, Lagian Umma dan Appa harus tetap kerja.

Paman akan menjagaku, ia kan Paman?”ucapnya.

“Iya Riri Sayang aku akan mengantarmu hingga ketempat tujuan dengan selamat. Tapi jangan terus memanggilku Paman, Aku masih muda, usia kita hanya terpaut Lima Tahun saja”ucapnya membuat raut wajah Umma berganti bahagia.

“Iya Paman, Riri tidak akan memanggilmu Paman jika di depan orang lain, itukan kesepakatan kita Bee”jawabnya membuat semua orang geleng-geleng kepala.

“Appa, Biarkan Candi yang mengantar Riri ke Jakarta karena Lusa kita ada Meeting”ucap Amma membuat Appa memandang lekat wanita pujaan hatinya yang berusaha tegar akan keputusan anak semata wayangnya..

“Terima kasih Umma, InsyaAllah Riri setiap hari akan memberi kabar”ucapnya seperti anak kecil.

“Iya Sayang. Tapi ingat setelah selesai Magang harus memberikan kepastian kepada Nak Hidayat, tidak baik PHP. Sayang sudah Dewasa dan sudah sepatutnya punya pendamping” ucapnya memberikan nasehat seraya merayu membuat Riri ngambek. Tawa renyah terdengar membuat Riri makin Ngambek.

“Sudah..sudah.. Umma berhenti merayu anak Appa. Appa dan Candi mau lanjut kerja. Anak Appa tenang saja nanti Umma diberi hukuman setimpal kalau perlu sampai tidak bisa berjalan”ucapnya kembali menggoda sang istri membuat Riri bahagia sekaligus bersyukur memiliki keluarga harmonis.

“Appa.Paman. Selamat bekerja”ucapnya diakhiri salam dan jawaban salam.

Waktu yang ditunggu akhirnya tiba juga dimana sudah terdapat dua koper serta satu buah Laptop sebagai alat penunjang keberangkatan membuat Umma memeluk erat sang buah hati semata wayan seakan tidak mau lepas.

“Umma, menangis. Riri hanya pergi sementara, InsyaAllah Riri akan jaga diri”ucapnya sembari melonggarkan pelukan pada bidadari tanpa sayapnya yang tidak lain adalah Umma nya kemudian kembali membenamkan tubuhnya pada cinta pertamanya yaitu Appa nya..

“Appa percayalah Anak Appa bisa jaga diri. Ingat pada saat Magang nanti, harus rajin, ulet dan bertanya ketika tidak tahu dan merendah ketika mengetahui”jawabnya memberi nasehat sembari mengucap kepala yang tertutup kerudung.

“Umma, Appa, Semuanya. Riri pamit”ucapnya diakhir perpisahan sembari melambaikan tangan pada ketua orang tuanya serta tiga orang yang sangat ia sayangi setelah Orang Tua dan Pamannya.

Mobil… Terus melaju dibarengi lambaian tangan hingga hilang dari pandangan wanita paru baya yang sudah tak mampu membendung butiran kristal dari matanya sampai membenamkan tubuhnya dalam dekapan sang suami.

“Umma, Anak kita sama seperti Umma nya yang pandai menjaga diri serta muda bergaul”ucapnya sembari mengusap punggung sang istri yang tertutup hijab.

“Appa. Ini baru pertama kalinya sayang pergi tanpa kita. Baru sedetik rasanya seperti satu tahun. Umma Rindu senyum dan pelukannya”jawabnya sembari terisak pilu.

“Umma, Ikhlas lah. Doakan sayang agar selalu dalam lindungan-Nya. Jika sayang tahu Umma nya menangis pasti sayang ikut bersedih, Umma tidak mau kan sayang kita sedih?”tanyanya membuat sang istri otomatis melepas pelukan dan mengangguk.

“ Senyum dong Umma agar sayang juga bahagia selalu, Senyum Umma semanis madu TJ” lanjutnya ucapnya lagi membuat sang istri tersenyum kemudian mendaratkan cubitan singkat di pinggang sang suami.

“Appa. Ingat umur. Rambut uda mulai putih masih merayu macam anak muda”

“Umma.Umur boleh tua tapi jiwa harus tetap muda” jawabnya sambil tersenyum jahil membuat sang istri senyum sembari beristigfar.

2.IBU KOTA

Maskapai Garuda merentangkan sayapnya di udara membuat gadis berbaju kuning dan kerudung Buttonscarves dengan motif bunga-bunga meratapi keputusan yang telah diambil, se percik penyesalan terlintas dibenak bukan karena keputusan magang di perusaan impiannya melainkan keputusannya membuatnya tak mampu di sisi orang tuanya. Butiran kristal di balik jendela Maskapai berjatuhan di pipi membuat pemuda di seberang menggeleng sembari menyodorkan tissue.

“Kalau Ragu mending pesan tiket balik ke Kalimantan, Sok jadi anak rantau tapi nyatanya tak tahan rindu. Muka Bee kalau nangis macam orang hutan”ucapnya seraya meniru gaya orang hutan menambah kekesalan di hati gadis sebab menjadi pusat perhatian para penumpang.

“Paman, Malu diliat orang. Di anugerahi wajah rupawan mala dijelek jelekkin. Riri tak ragu hanya rindu Umma dan Appa” jawabnya sembari menutupi wajah sang paman dengan tissue yang baru diraih.

“Bee, terima kasih untuk pujiannya. Tapi Ingat kesepakatan kita, ini tempat umum”jawabnya membuat sang gadis tersenyum paksa.

“Iya. Bee paling tampan kalau senyum tapi lebih tampan lagi kalau diam. Riri mau menikmati pemandangan dari ketinggian”ucapnya membuat sang pemuda hanya tersenyum kemudian beralih menikmati lagu Lyodra Sang Dewi di balik.. tanpa mempedulikan lagi gadis yang nampak menikmati perjalanan tapi nyatanya sedang dilanda rindu berat.

“Umma, Appa. Riri Rindu”gumamnya sembari memejamkan mata.

Pilot terus melintasi jalur selama 1:10 Jam membuat para penumpang hanyut dalam aktivitas masing-masing hingga Roda Mendarat di Bandar Internasional Soekarno Hatta dan dijemput oleh Driver Pribadi setelah mengambil koper dari tempat penyimpangan.

“Bee…”ucap sang Paman membuat Riri berpaling dari pemandangan gedung pencakar langit.

“Iya. Tenang saja. Keputusan Riri sudah Final. InsyaAllah”jawabnya sembari memandang lekat laki-laki di sampingnya.

“Beneran?. Tapi kenapa Bee seperti memikirkan sesuatu, Mau telephone Umma dan Appa sekarang?”tanyanya membuat Riri menggeleng.

“Tidak perlu nanti Riri hubungi setelah sampai di tempat. Bee hanya memikirkan Bang Hidayat. Apakah Riri harus menerimanya atau bagaimana?”Ucapnya mengutarakan tanya dihatinya.

“Sayang. Hati kita memang punya kita tapi Allah tetap pemiliknya. Umma dan Appa sudah memberi restu tinggal Bee Berserah kepada pemilik hati. Bee percaya. Riri mampu mengambil keputusan yang tepat. Namun untuk enam bulan ke depan fokus pada magang mu dulu”Jawabnya dengan bijak membuat Riri mengangguk sembari tersenyum membuat sang Driver tersenyum menyaksikan di balik Kaca spion depan.

Driver Pribadi telah menempu12 km perjalanan dari Bandar membuat Riri Tersenyum bahagia melihat tempat pilihan Sang Paman. Rumah Bertingkat Dua dengan gaya minimalis yang terletak di pinggir jalan utama. Penerimaan kunci dari pihak pemilik ke pihak penyewa menandakan Riri Sudah Sah menjadi penghuni baru di kost Ara.

“Supraise. Bee, suka banget sama tempat sederhana yang nyaman jadi Kost ini jadi Pilihan utama. Pak. Bee Mari masuk!”ucapnya mempersilahkan membuat dua orang mengekor di belakang Riri sembari membawah koper.

Menyusuri Ruang demi Ruang hingga berada di tingkat dua kamar tiga. Kunci terpasang hingga pintu terbuka menampilkan Ruang Sederhana yang dilengkapi Fasilitas lengkap, Tempat tidur, AC, Kamar mandi dalam dan masih banyak Fasilitas lainnya.

“Makasih Bee”Ucap Riri Saat memeluk Tubuh tegak yang meletakkan koper di sudut ruangan.

“It's my duty”Jawabnya sembari membalas pelukan kemudian melepas sembari memencet gemes hidung Riri.

“Sayang…Udah. Riri mau menata barang-barang dulu. Mending Bee Pesan Makanan. Pasti lapar kan”ucapnya membuat Pak Driver Car senyum senyum sendiri.

“Tak. Aku uda Pesan tiketnya Pulang Balik jadi mau keliling Ibu Kota Dulu Beliin Oleh-oleh untuk para Karyawan. Bee baik-baik Di sini. Kalau ada perlu langsung menghubungiku 24 jam non stop dan jangan lupa makan,tidur serta sholatnya dijaga. Dan satu lagi bergaul dengan wanita baik baik aja jangan sampai gadis kelelawar”jawabnya kemudian melontarkan berbagai nasehat membuat Riri hanya tersenyum sembari dan menganggukkan kepala.

“Ia Bee..Pergi Sana kasihan bapak jadi obat nyamuk”ucapnya membuat Pak Driver Car menjadi pusat perhatian dan hanya mampu tersenyum kaku.

“Bee mengusirku. Pak mari berangkat. By . Assalamu’alaikum”jawabnya berlalu sembari berlalu dan berbalik melambaikan tangan di balik pintu.

“Waalaikumussalam. Bee hati-hati”jawabnya ketika telah berada di ambang pintu kost.

Sepasang Mata Riri masih memandang lekat dua laki-laki yang menyusuri koridor hingga berencana menutup pintu tapi terhalang sebab melihat pintu kost dua terbuka menampilkan seorang wanita berbaju tidur polos pink lengkap dengan kerudung pink.

“Assalamu’alaikum,Aku tinggal di sebelah. Penghuni baru ia?Sekolah, Magang atau kerja?”ucapnya memperkenalkan diri kemudian mengajukan beberapa pertanyaan membuat Riri yang pada sadarnya tak muda akrab dengan orang asing hanya terheran dan mematung ditempat.

“Upss. Aku terlalu Bawel ia. Aku emang orangnya seperti ini tapi tenang saja aku wanita baik-baik meski jahat pada orang jahat. Tapi sepertinya Kamu wanita baik-baik. Jadi Perkenalkan,Aku Cika penghuni kost dua”lanjutnya berucap kemudian mengulurkan tangan sebagai perkenalan membuat Riri tersenyum canggung kemudian meraih uluran tangan.

“Riri. Tujuan Aku ke sini untuk magang”jawabnya Formal membuat Cika tertawa terbahak-bahak.

“Sorry. Kamu lucu banget, Ngak usa seformal itu. Santai aja. Owh ia kamu magang di mana?”ucapnya mengajukan pertanyaan.

“ILA”jawabnya singkat membuat Cika bertamba heboh.

“What.Maksudmu PT Idofoot Lana Amanah. Jangan bilang. Kamu.. Mutiara Ririani Fatimah Ayubi Mahasiswa Mulawarman dari Samarenda”jawabnya sekali nafas membuat Riri melotot.

“Darimana Cika Mengetahuinya?”tanyanya Kembali Formal.

“Subhanallah..Riri tahu dari kemarin kamu viral di kantor dan bahkan di Group Kantor gagara kamu orang pertama keterima magang. Aku uda Lebih 2 Tahun kerja di ILA sampai ngak percaya tapi saat Direktur Utama menyampaikan satu persatu prestasimu. Aku dan rekanku sampai melongo dan penasaran dan ternyata orangnya uda ada di depan mataku dan bahkan jadi tetanggaku. Owh my good.. Apa aku mimpi”ucapnya panjang lebar tanpa lupa menebuk pipinya sendiri sembiri meringi sakit membuatnya tersadar bahwa semuanya nyata.

“Cika terlalu berlebihan. Cika beneran kerja di ILA?”tanya memastikan.

“Tunggu entar ia..”ucapnya kemudian berlari ke kamarnya dan kembali lagi dengan membawa teb kartu kerja.

Cika menunjukkan Tab Kartu kerjanya membuat sepasang mata Riri menangkap tulisan berisi identitas. Cika Rinjani Devisi Marketing PT Idofoot Lana Amanah. Senyum Riri terbit pertanda bahagia akan kenyataan yang baru saja di terima.

“Cika Masuk dulu. Tak bagik ngobrol di depan pintu”ucapnya mempersilahkan dengan bahasa non formal.

Dua Wanita Muslimah memasuki kediaman Riri yang belum terjamah. Mata Cika masih lebih berbinar daripada mata Riri seakan bertemu sang idola di tambah lagi senyum manis yang terpancar di wajah wanita di hadapannya.

“Ya. Allah. Kulit Putih, Alis tebal, Bula mata lentik, Hidung Mancung, , ditamba lagi senyuman manis. Bidadari”ucapnya membuat Riri hanya mampu tersenyum sembari menggeleng.

“Owh ia Ri, Ke kantor Naik apa?”lanjutnya mengajukaan pertanyaan.

“Naik Grab”

“Grab? Mending naik Motor bareng aku aja,Suntuk aku jalan sendiri”

“Beneran.Tak merepotin?”tanya

“Ngak. Aku mala bersyukur ada yang bantuin isi bensin. Canda. Besok pagi-pagi ia jangan sampai terlambat bertemu perusahan impian. Aku ke kamar dulu ngantuk soalnya mumpung dapat tamu bulanan”jawabnya berlalu sembari melambaikan tangan tanpa menunggu jawaban dari Riri.

Riri mengampil Ponsel lalu menghubungi orang tuanya memberi kabar akan dirinya yang telah sampai di tempat tujuan dengan selamat kemudian dilanjutkan dengan menata dan mengisi kamar dengan berbagai pernak pernik yang berada di satu koper berwarna Biru Toska.

3.PERUSAHAAN IMPIAN

Cahaya mentari menembus cakrawala kamar dimana sang pemilik berdiri di depan cermin memastikan apakah seragam hitam putihnya sudah terpasang dengan rapi pada tubuh rampingnya. Senyum mengembang memperlihatkan deretan gigi putih pertanda puas akan karyanya.

Pintu diketuk oleh seseorang wanita siapa lagi kalau bukan Cika membuat Riri membuka pintu serta mempersilahkan masuk membuat Cika dengan senang hati menerima tawaran. Mata Cika Menangkap jejeran Buku Pendidikan tentang Manajemen di meja belajar.

“Kamar Anak gadis Berprestasi emang beda, Bukan Koleksi Make Up melainkan Buku Pendidikan. Good Job My Riri”Ucapnya sembari mengacungi jempol namun detik kemudian beralih melihat asal dering Call di dalam tas ransel bermerek Gucci.

“Maaf Cika Aku terima panggilan dulu”ucapnya tanpa meninggalkan tempat.

“Enggak ada yang larang yang penting enggak lama ia entar kita telat.” jawabnya membuat Riri tersenyum kemudian menerima panggilan yang ternyata Video Call dari orang yang sangat mencintainya.

“Assalamu’alaikum Ri”ucapnya dengan senyum..

“Waalaikumussalam Bang Hidayat”jawabnya sembari memencet tombol speaker membuat percakapan mampu ditangkap jelas oleh kuping wanita yang baru saja duduk di kursi belajar.

“Ri, Sudah mau berangkat magang iya?”tanyanya sebab melihat penampilan wanita impiannya.

“Iya bang. Harus berangkat pagi-pagi supaya bisa On Time”

“Planning yang bagus. Kalau begitu lain waktu kita lanjut, Jaga diri baik baik di sana, Tetap utamakan kesehatan jangan sampai telat makan”ucapnya membuat Cika menerkanerka apakah teman barunya komunikasi dengan Kakak atau kekasihnya.

“Ia Bang insyaAllah. Titip salam pada Ibu dan Ayah”Jawabnya.

“Iya InsyaAllah. Ingat pesan Abang”Ucapnya kemudian dilanjutkan salam dan jawab salam sebagai pertanda panggilan telah berakhir.

“Ri. Kakakmu iya?”tanyanya yang hanya dijawab senyum.

“Ri Lest Go. Uda jam 7:06 WIT”ucapnya pada sembari melihat jam tangan yang terletak di sisi kanan.

“Yuk Cika,Sorry ia”jawabnya sembari meninggalkan kediamannya.

“Ri, Bisa kan mengendarai motor?”tanya pada saat sudah di garasi tepatnya di samping motor berwarna..

“InsyaAllah Bisa, Emangnya kenapa Cika?”ucapnya kembali mengajukan pertanyaan yang di balas oleh pertanyaan pula.

“Punya SIM (Surat Izin Mengemudi)”tanya membuat Riri mengangguk.

“Ok. Kalau gitu Kamu aja yang bonceng aku ia, tenang aja entar aku pandu”ucapnya sembari memberikan Kunci dan Helm senada dengan motornya.

Senin adalah hari terpadat di Ibu kota membuat sang pekerja dilanda kemacetan termasuk Riri dan wanita dibelakangnya yang sedari tadi berbicara tanpa henti entah memperkenalkan bangunan yang dilewati, menunjukkan jalan atau mengumpat karena kemacetan yang penuh dengan polusi sementara Riri hanya mengangguk, mengikuti arahan dan sekali beristigfar sembari berdoa agar ia sampai sebelum waktu kerja.

“Akhirnya sampai juga, ingin rasanya punya mobil agar kerudungku tetap aman”Ucap sembari memperbaiki penampilan terutama kain yang menutupi kepalanya.

“Cika, Nanti kalau naik mobil Pribadi menambah skor kemacetan, lagian Cika tetap Cantik” jawabnya setelah membuka helm.

“Riri bisa aja ternyata enggak sekalem pertama bertemu. Yuk masuk. Keliling dulu mumpung masih ada 20 menit waktu senggang”jawabnya sembari berlalu dari parkiran.

Bangunan pencakar langit benar terpampang nyata di depan mata Riri membuat sang pemilik tersenyum tiada henti. Meski hari terlalu dini, sudah terdapat karyawan yang berlalu lalang entah itu sekedar bersantai, menjalankan atau menyelesaikan tugas.

Mobil Sport berwarna Silver terparkir dengan rapi di parkiran khusus membuat sang empunya membuka pintu menampilkan sepatu bermerek ternama berserta penampilan rapi Dasi Hatam, Baju Putih Tertutup Jas Biru Tua yang senada dengan celana, membuat para penghuni menunduk penuh hormat yang di balas dengan senyuman rama hingga Mata menangkap kehadiran wanita yang tak asing baginya. “Mutiara Ririani Fatimah Ayubi”ucapnya setelah berada di belakang dua wanita yang sedang memandang lekat puncak gedung di hadapannya.

“Ia”jawabnya sembari berbalik arah ke asal suara membuat dahi Riri berkerut penuh heran sedangkan Cika menunduk penuh hormat membuat Riri dibalut pertanyaan akan siapa sosok di hadapannya.

“Mutiara Ririani Fatimah Ayubi Mahasiswa Magang dari kampus Mulawarman Samarinda?”ucapnya memastikan.

“Iya dengan saya sendiri. Maaf anda siapa, mengapa mengetahui identitas saya?”tanya tanpa mempedulikan kode dari Cika lewat cubitan singkat di pinggangnya .

“Ternyata Lebih cantikan Asli ketimbang fotonya”Jawabnya membuat Riri mengumpat dalam hati

“Buaya darat”gumam nya tanpa lepas memandang lekat laki-laki yang sedang tersenyum.

“Aku tahu Aku tampan tapi daripada terus memandangku lebih baik kamu ikut denganku keruangan CEO”ucapnya melewati dua wanita yang beda ekspresi.

“Ruang CEO?. Maaf anda siapa?”tanyanya lagi membuat Cika membisikan sesuatu di telinga Riri yang langsung membuat Riri membulatkan mata.

“Sekertaris CEO,Bukankah sekertaris CEO ILA seorang wanita”tanya membuat laki-laki yang dipandang kembali menghampiri dua wanita dengan senyum penuh pesona.

“Ali Bian. Sekertaris Ceo yang baru bekerja 5 hari yang lalu”jawabnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan membuat Riri otomatis menunduk sembari meletakkan tangan kanan tepat di dadanya.

“Maaf Pak Ali Bian atas kurangnya pengetahuan saya”jawabnya dengan Formal membuat Bian tertawa terbahak-bahak.

“Pak. Aku tidak setua itu. Tidak usa terlalu Formal jika bukan di jam kerja” Jawabnya tanpa menyadari langkah seseorang yang sedari tadi Duduk di kursi kebesarannya memantau lewat CCTV.

“Mutiara Ririani Fatimah Ayubi. Selamat menjadi bagian ILA”ucapnya membuat tiga orang tersadar dan langsung menundukkan kepala penuh hormat.

“Terima Kasih Pak Direktur”ucapnya setia pada tempatnya.

“Sampai kapan kamu berdiri di sana?Masuk atau di pecat sebelum bekerja”ucapnya berbalik setelah mendahului semua orang.

“Maaf Pak”jawab Riri mengikuti langkah Direktur utama dan Sekertaris Ceo.

Memasuki Pintu utama menampilkan Ruangan luar biasa tak kalah dengan sampulnya membuat Riri benar benar takjub tanpa mempedulikan tatapan beberapa orang yang bertanya tanya siapa gerangan wanita yang datang bersama Cika,dan ada pula mengatainya kampungan.

Telinga Direktur utama setajam otaknya sehingga mampu mendengar Rumpian para bawahannya. Aura Pemimpin tak termakan usia membuat siapa saja melihatnya terpaku penuh kagum dan hormat meski mata elangnya mampu membekukan tapi tetap saja perusahannya mampu bersahabat dengan banyak pihak.

Kaki berhenti melangka membuat semua bawahan yang sedari tadi berjejeran menyambut pemimpin penuh suka kini berganti dengan debaran jantung yang tak menentu akibat mengira atasannya menemukan cela pada bawahan. Tapi tidak dengan Bian yang santai dan bahkan bertanya tanya dalam hati apa rencana terselubung oleh Atasan utamanya.

“Kamu. Let”s Me Go!”ucapnya sembari menunjung seorang wanita yang berada diantara Bian dan Cika membuat semua memandang kearah yang di tunjuk.

“Maaf. Saya Pak”ucapnya sembari menunduk diri sendiri.

“Kemari atau kembali dengan tangan kosong”ucapnya membuat yang di tujuh mengumpulkan keberaniaan.

“Bismillah Riri. Kamu pastinya”ucapnya pada diri sendiri.

Berbagai pasang mata memandang setiap langkah Riri yang menghampiri Atasan utamanya. Ketegangan jelas terasa meski pada dasarnya sang Atasan Utama membungkus senyum dengan wajah tegasnya.

“Angkat kepalamu, Jangan menunduk”ucapnya membuat para bawahan terutama Riri mengikuti arahan yang lebih tepatnya perintah.

“Perusahan ILA hanya menerima orang-orang pilihan yang memiliki kompetensi, Prestasi dan terpenting Budi Pekerti yang baik. Jadi barang siapa yang me rumpi di jam kerja silahkan angkat kaki. ILA tidak membutuhkan orang yang hanya tahu mengoreksi orang lain tapi tidak tahu intropeksi diri”ucapnya membuat semua menundukkan kepala kecuali Bian dan Riri.

“Perkenalkan dirimu!”ucapnya membuat Riri yang di tujuh langsung melaksanakan perintah dengan sebaik mungkin.

“Bismillah…Selamat Pagi semuanya, Perkenalkan saya Mutiara Ririani Fatimah Ayubi bisa dipanggil Riri. Mahasiswa Magang dari kampus Mulawarman Samarinda Fakultas Manajemen. Mohon bimbingan dan kerjasamanya”ucapnya memperkenalkan diri membuat semua yang awalnya memandang rendah beralih memandang penuh takjub.

Ruangan yang awalnya sunyi penuh ketegangan berubah menjadi bising akibat suara para karyawan yang saling membisik yang mengatakan Dia wanita magang yang viral kemarin dan Para laki-laki mengatakan Berprestasi, Sholehah, Anggun cantik alami. Istri idaman.

“Cukup Perkenalannya. Kembali bekerja. Sekarang!”ucapnya membuat para karyawan bertaburan ke tempat kerja masing masing kecuali Bian dan Riri.

“Bian antar Riri keruangan ku, Sekarang!”ucapnya lagi membuat Riri terbangun dari pikiran akan pekerjaannya yang belum ia ketahui.

“Riri..ikut saya keruang Direktur Utama!”ucapnya kemudian menyusul atasan utama yang suda berada di Lift pribadi.

“Masuk!”ucap sang Direktur utama saat melihat Riri berhenti melangkah tepat di depan pintu Lift.

Riri masuk sembari menunduk penuh hormat kemudian berdiri di sisi kanan Bian tepatnya di belakang Direktur Utama. Bian menekan tombol 12 membuat Lift membawah tiga orang ke lantai paling atas yang tidak semua orang mampu menginjakkan kaki di sana sebab hanya orang penting yang memiliki hak istimewa untuk berada satu gedung dengan Sang atasan utama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!