NovelToon NovelToon

Out Of Selfishness

Pertengkaran Sekilas

“No. Aku masih mau lanjutin kuliah aku, Baby.” Tolak seorang gadis ketika sang kekasih mengutarakan keinginannya.

Keinginan yang begitu berat bagi gadis itu, Viola Argatama. Yang kemungkinan besar akan membuat seluruh rencana masa depannya menjadi kacau dan berantakan.

“Aku gak akan larang kamu buat lanjutin kuliah. Kamu berhak dan aku bebasin untuk meraih cita-cita kamu, Beb.” Jelas pria itu kepada kekasihnya.

“Kamu pikir menikah semudah itu, Nath?” tanya Viola yang mulai terbawa emosi, tak mengerti jalan pikiran kekasihnya itu.

Ya, Nathan Brown menginginkan untuk membawa hubungan mereka ke hubungan yang lebih serius. Nathan ingin segera menikahi kekasihnya itu. Namun tampaknya Viola belum siap untuk menjalani drama pernikahan bersamanya.

Nathan menatap intens kekasihnya itu dengan tatapan lekat. “Semuanya akan mudah kalau kita bisa saling bekerja sama, Baby.” Nathan masih berusaha untuk membujuk kekasihnya itu.

Nathan tak ingin semakin lama menjalani hubungan seperti saat ini. Takut bila nanti akan keduluan orang lain. Karena Viola begitu berharga baginya, tak akan tergantikan.

Gadis yang berbeda dengan kebanyakan gadis lainnya. Yang selalu bisa membuat dirinya nyaman, sayang, dan tak ingin sampai berpisah.

Menjadi anak ketiga dari keluarga Brown, Nathan dituntut untuk senantiasa menjaga nama baik keluarga besar. Gaya mereka dalam menjalin hubungan, tampak tak biasa bagi kedua kakak nya. Sehingga baik Noah ataupun Nicko meminta adik bungsunya itu untuk segera membawa Viola ke jenjang yang lebih serius.

Viola Argatama, seorang gadis cantik nan manis yang berhasil membuat seorang Nathan teperangkap pada seluruh pesonanya. Viola merupakan keturunan Argatama, dan merupakan anak tunggal. Viola dan Nathan sudah menjalin hubungan selama dua tahun, semenjak mereka di bangku kelas tiga SMA.

Sementara Viola yang mendengar perkataan kekasihnya, kini menatap tajam wajah tampak kekasihnya itu. Mudah sekali pria di depannya itu dalam berucap. Hubungan pernikahan tak sesederhana itu. Apalagi mereka saat ini masih sama-sama menmpuh pendidikan di tempat yang berbeda pula. Secara mental Viola merasa belum siap sama sekali.

“Terserah Nath. Aku belum siap dan akau gak mau.” Ujar Viola dengan ketus, berlalu pergi meninggalkan Nathan berada di ruang tamu sendirian. Menuju ke kamarnya.

Sesaat sampai di dalam kamarnya, Viola mendengar suara ponsel berdering. Dapat dipastikan bahwa itu ponsel miliknya. Saat dilihat rupanya Morgan. Dengan malas dan lesu, Viola pun mengangkat panggilan itu.

Sudah Viola tebak apa keperluan pria itu, pasti seputar tentang salah satu sahabatnya.

Setelah melakukan pangggilan dengan Morgan yang rupanya membuat emosinya semakin meradang. Viola kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan di nakas dekat ranjang tidurnya. Kemudian Ia melangkahkan kakinya untuk menuju balkon.

Kembali teringat pertengkaran dirinya bersama sang kekasih. Viola tampak menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Dirinya terlihat begitu frustasi atas masalah yang tengah mereka hadapi kali ini.

“Mimpi aku masih perlu aku perjuangin, Nath.” Gumamnya dengan pelan.

...***...

Sementara Nathan yang masih tetap berada di ruang tamu apartemen Viola, terduduk dengan sama frustasinya dengan Viola. Setelah kepergian Viola yang meninggalkan dirinya di tempat itu. Nathan langsung mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di sana. Otaknya berusaha Ia gunakan untuk mencari solusi terbaik atas hubungan mereka.

Dirinya ingin segera menikah dan menjalani hubungan serius, sementara Viola selaku sang kekasih tampak masih enggan untuk terikat pada suatu hubungan serius. Padahal kedua kakak kandungnya pun ingin segera dirinya dan Viola untuk menikah.

Gaya mereka dalam menjalin hubungan memang terbilang tak wajar. Seperti saat ini, Nathan menginap di apartemen kekasihnya. Sebenarnya mereka tak pernah melakukan hal yang sampai pada hubungan yang begitu intens.

Namun saat menginap, dirinya dan sang kekasih memang akan berada di ruang, ranjang, dan selimut yang sama. Jadi bisa dikatakan memang gaya berpacaran yang mereka lakukan tak begitu wajar. Dan entah darimana, kedua kakaknya mengetahui hubungan mereka yang seperti itu.

Meskipun begitu, Nathan masih bersyukur. Karena kedua orangtuanya tak mengetahui kelakuannya bersama sang kekasih. Karena jika sampai ketahuan mereka, entah apa yang akan mereka lakukan pada hubungan percintaannya.

Mungkin bisa sampai saat masa Sma nya dulu. Nathan akan diminta putus dengan kekasihnya, untuk kali ini Nathan tak akan sanggup.

Nathan masih berusaha mencari cara untuk berhasil membujuk kekasihnya. Namun sampai detik ini setelah beberapa jam berpikir, masih tampak belum menemukan jawabannya. Malam pun juga terlihat semakin larut.

Akhirnya Nathan pun bergegas menyusul kekasihnya ke kamar gadis itu. Untung saja pintunya tidak terkunci, sepengertian itu Viola. Bagaimana Nathan akan bisa berpaling atau kehilangan wanitanya itu.

Sedangkan sekalipun marah padanya, Viola tak pernah sekalipun acuh dan membiarkan dirinya berada dalam kesulitan. Setulus dan semurni itu perasaannya.

Ketika sudah membuka pintu kamar Viola. Nathan dapat melihat kekasihnya tampak berdiri di balkon. Kakinya pun perlahan mendekati di mana sang kekasihnya berada. Ia melingkarkan tangannya pada perut rata kekasihnya itu.

Viola nampak terkejut saat merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya secara tiba-tiba. Namun detik berikutnya, dirinya bernafas lega kala mencium bau parfum Nathan yang begitu dirinya hafal.

“Udah malem, Baby. Yuk tidur.” Ajak Nathan pada Viola. Dan dijawab anggukan oleh Viola.

Viola tampak pasrah kala Nathan langsung menggendong dirinya ala brridal style. Karena mereka memang biasa melakukan hal-hal semacam ini.

Nathan merebahkan tubuh kekasihnya di atas ranjang. Kemudian dirinya pun ikut merebahkan diri di samping kekasihnya itu.

Nathan membawa Viola untuk masuk dalam dekapannya. Terasa nyaman bagi keduanya, bahkan seolah mereka melupakan perdebatan yang sempat mereka lakukan.

“Aku masih belum siap, Nath.” Tutur Viola yang berada dalam pelukan Nathan.

Terdengar Nathan menghela nafasnya dengan pelan. “Kita bahas besok lagi, lebih baik kita tidur sekarang Honey.” Ujar Nathan memperingati.

Viola menatap Nathan saat mendengar jawaban pria itu. “Kenapa?” tanya Viola yang tak mengerti.

Nathan mengulas senyuman dan membalas tatapan Viola. “Karena aku gak mau sampai nyakitin kamu, karena lagi susah ngontrol emosi.” Jawan Nathan.

Cup

Setelahnya, Nathan memberikan kecupan di keing Viola dengan penuh kasih sayang. “Tidur Sayang.” Titahnya.

Viola memejamkan mata saat terasa bibir Nathan menyentuh keningnya. Lalu membuka matanya kembali untuk melihat wajah tampan yang terus mengulas senyuman itu. Setelahnya Viola semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Nathan yang terasa hangat.

Sementara Nathan tak melakukan hal yang sama. Pria itu masih terus menatap dan menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang dikirimkan untuk dirinya. Begitu candu untuk terus dipandangi oleh dirinya. Semakin membuat dirinya ingin segera menjadikan Viola miliknya seutuhnya.

“Kamu harus jadi milik aku, Sayang.” Gumamnya lirih.

...Nathan...

...Viola...

Next .......

Kebersamaan

Flasback on

“Gimana hubungan kalian?” tanya seorang pria yang merupakan kakak dari Nathan, Nicko dengan rasa penasaran.

Sementara kedua orang yang sedang ditanyai kejelasan hubungan mereka justru merasa bingung. Mereka adalah Nathan dan Viola yang terlihat tak mengerti, mengapa tiba-tiba kakak dari Nathan itu mempertanyakan terkait hubungan mereka.

Hingga akhirnya, Nathan yang menjawab apa yang yang kakaknya tanyakan itu. Meskipun tak begitu paham dengan arah pembicaraan mereka.

“Baik-baik aja, Kak. Makin romantis malah.” Canda Nathan dengan tertawa kecil.

Sementara Viola hanya mampu tersenyum mendengarkan jawaban yang Nathan berikan pada kakaknya itu.

“Bukan begitu maksud kakak, Nath. Maksud kakak kapan kalian akan ke jenjang yang lebih serius? Menikah?” tanya Nicko menjelaskan maksud pertanyaannya. Mempertanyakan kejelasan hubungan kedua sejoli itu.

Nathan dan Viola tampak mengangguk mendengar penjelasan yang Nicko katakan. Mereka kini mengerti arah tujuan pertanyaan yang Nicko lontarkan pada mereka.

“Oh, kalau itu kami belum kepikiran, Kak. Viola masih masih kuliah, terus Nathan juga masih kuliah, Kak.” Ucap Nathan menjelaskan alasan mereka.

“Iya Nah, kasihan anak orang digantung terus. Jangan khawatir, kalian masih bisa lanjutin kuliah meskipun sudah menikah. Kalau soal dana, biar Kak Nicko sama Kak Nesya yang bantu nopang. Tinggal secara mental kalian siap atau belum.” Jelas Nesya yang merupakan istri dari Nicko.

Nathan dan Viola tampak saling menatap setelah mendengar penjelasan Nicko dan Nesya. Jujur secara mental mereka belum siap. Untuk materi, orangtua mereka tentu mampu untuk mendanai kebutuhan perniakahan mereka.

Kalaupun ingin semegah apapun. Namun, Nathan sebagai seorang pria tentu saja memiliki harga diri untuk tidak bergantung pada orang lain termasuk orangtuanya.

“Kami belum siap, Kak. Nathan masih mau menyelesaikan kuliah terus membangun bisnis sendiri. Mental Nathan juga masih belum siap, Kak.” Ujar Nathan mengatakan apa yang memang dirinya rasakan.

“Dasar kamu aja, Nath. Kalau Viola, kamu sudah siap untuk menikah?” tanya Nesya mengalihkan pertanyaan pada kekasih adik iparnya itu.

Dengan tersenyum tampak tidak enak kepada Nesya, Viola pun menjawab pertanyaan dari kakak ipar kekasihnya itu. “Em ..belum Kak. Viola masih mau lanjutin kuliah terus cari pengalaman kerja.” Jelas Viola kepada Nesya.

Nesya menghembuskan nafas dengan pelan. “Kakan sudah bilang, kalian masih bisa lanjutin kuliah terus kerja atau membangun bisnis. Sekalipun kalian sudah menikah.” Kekeh sekali Nesya mengatakan pendapatnya.

“Em ..iya Kak.” Jawab Viola pada akhirnya. Terlihat wajahnya nampak terpaksa mengiyakan perkataan Nesya.

“Sayang, jangan paksa mereka. Biarkan mereka memilih jalan mereka sendiri.” Tegur Nicko kepada istrinya itu. Melihat mimik yang Viola tunjukkan, membuatnya paham bahwa Viola merasa kurang nyaman dengan pa yang istrinya katakan.

“Tapi Sayang ...” Ucapan Nesya terpotong oleh perkataan Nathan.

“Iya Kak, kita akan menikah. Tapi perlu diskusi dan kesepakatan bersama.” Jawab Nathan untuk menghentikan perdebatan yang terjadi.

“Terus kapan? Jangan kurang jelas, Nath.” Ujar Nesya yang masih kekeh saja dengan keinginan nya supaya Nathan dan Viola segera menikah.

Flasback off

...***...

Keesokan harinya, Nathan yang sudah lebih dulu terbangun dari tidurnya tersenyum seketika. Kala menatap wajah cantik Viola yang nyaman berada di dalam pelukannya.

Nathan mengulurkan tangannya dengan gerakan pelan, takut jika pergerakannya ceroboh akan membuat gadis cantik di pelukannya itu terbangun.

Nathan membawa tangannya untuk mengusap dengan lembut pipi cubby Viola yang nampak imut di matanya. Hingga detik selanjutnya Nathan berhasil mendaratkan sebuah kecupan di bagian yang tadi dirinya usap dengan lembut.

“Cantiknya” gumam Nathan.

Setelah mengucapkan pujian itu, perlahan Nathan bangkit dari posisi berbaringnya untuk bangkit dari ranjang.

Setelahnya Nathan membenarkan selimut yang menutupi tubuh kekasihnya itu dengan gerakan pelan dan lembut. Tak lupa pria itu meninggalkan sebuah kecupan hangat di kening gadis itu.

Nathan hari ini ingin memasak untuk kekasih tersayangnya itu. Setelah pertengkaran mereka semalam, rasanya Nathan merasa bersalah. Dan ingin menebusnya, dengan memanjakan gadis itu.

Ya, Nathan selain ahli dalam mencari informasi dan menjadi hacker. Rupanya juga memiliki bakat terpendam yaitu, memasak. Jarang jika ada seorang pria yang bisa dan bersedia untuk memasak.

Karena meskipun mereka bisa, belum tentu mau juga. Saat ada yang mau, belum tentu mereka bisa. Namun Nathan paket keduanya. Namun hanya bisa dan bersedia memasak untuk kekasihnya seorang.

Sementara Viola yang masih asik berbaring di ranjangnya, mulai terlihat mengerjapkan mata. Ketika berhasil membuka mata, pandangan pertama yang didapatinya adalah sebuah kesendirian yang menyambut paginya.

“Baby!?” panggilnya mencari Nathan.

Karena seingatnya Nathan tidur bersama dirinya semalaman dengan memeluk dirinya. Namun pria itu tak lagi ada di sampingnya dan memeluk tubuhnya.

Apa Nathan masih marah padanya atas kejadian semalam? Sehingga pria itu memutuskan pergi dari apartemennya tanpa menunggu dirinya terbangun?

Pikiran-pikiran negatif itu merasuk ke dalam benak Viola. Membuat Viola seketika menjadi gelisah jika benar Nathan masih marah dan meninggalkan dirinya dalam keadaan terlelap seperti ini.

Dengan gerakan tergesa, Viola angkit dari tidurnya dan segera keluar dari kamarnya. Melangkahkan kakinya untuk mencari kekasihnya itu. “Nathan?! Baby?! Honey?!” panggilnya pada kekasihnya, yang Ia harap masih berada di dalam apartment nya.

Hingga akhirnya Viola bisa bernafas dengan lega kala mendapati punggung seorang pria yang Ia yakini milik siapa. Dengan melangkah tergesa, Viola segera mendekati pria itu dan langsung melingkarkan tangannya pada perut pria itu.

“Baby? Udah bangun?” tanya Nathan sembari membalikkan tubuhnya, kembali memeluk gadis itu dari depan.

“Aku pikir kamu masih marah, dan ninggalin aku di sini.” Ujar Viola mengutarakan ketakutannya.

Mendengar kekhawatiran yang kekasihnya katakan, Nathan mengangkat tangannya untuk mengusap lembut punggung kekasihnya itu.

“Aku gak akan bisa marah sama kamu, apalagi ninggalin kamu. Aku lagi masakin kamu, Baby.” Ujar Nathan menjelaskan, supaya kekasihnya tak lagi khawatir.

Mendengar perkataan Nathan, membuat Viola menjadi merasa lega. “Kamu masakin aku apa?” tanya Viola tampak penasaran.

“Nasi goreng kesukaan kamu.” Jawab Nathan sembari menunjukkan hasil karyanya.

Mata Viola nampak berbinar melihat bagaimana menggodanya nasi goreng buatan kekasihnya itu. “Makasih Baby.” Ujar Viola segera mengambil makanan itu dan menikmatinya.

“Kamu gak makan?” tanya Viola menatap heran pada kekasihnya yang hanya diam memperhatikan dirinya yang tengah makan.

“Aku mau kamu suapin, setelah kamu makan.” Jawab Nathan yang juga ingin dimanja oleh kekasihnya itu.

“Mode manja nih” gumam Viola dengan pelan. Namun Nathan tampaknya masih bisa mendengarkan.

“Daripada aku manja ke Mami, kamu rela?” tanya Nathan dengan bergurau.

“Ya gak papa, kan orangtua kamu Baby.” Jawab Viola dengan yakin.

Bukan begitu maksud Nathan sebenarnya. Ingin rasanya mengatakan daripada bermanja-manja pada gadis lain. Namun Nathan terlalu takut Viola akan ngambek. Tak mau juga memancing pertengkaran lagi.

Next .......

Ego

Setelah selesai dengan drama sarapan. Saat ini Viola dan Nathan tengah pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan. Karena kulkas di apartmen Viola sudah banyak yang kosong.

“Kenapa harus dipenuhin kulkasnya?” tanya Nathan.

Karena biasanya tak akan dipenuhi oleh kekasihnya itu. Sebab Viola juga tidak sering menginap di sana, kekasihnya itu lebih sering tidur di rumah kedua orangtuanya.

“Lusa mau ditempatin sepupu aku dari luar kota, Beb.” Jawab Viola dengan jujur.

“Yah, kita jadi gak bisa nginep di sana?” tanya Nathan dengan lesu.

“Ya nginep di rumah aku, Baby. Don’t worry.” Jawab Viola dengan santainya.

Setelah mereka selesai berbelanja, kini mereka dalam perjalanan pulang.

“Em Beb?” panggil Viola pada Nathan yangmasih fokus mengemudi.

“Apa, Honey?” jawab Nathan menoleh pada kekasihnya itu.

“Kenapa ya, Kak Nesya pengen banget minta kita untuk menikah secepatnya?. Padahal kita juga masih muda banget.” tanya Viola dengan penasaran.

Menghela nafasnya berat, Nathan mulai menjawab rasa penasaran kekasihnya itu. “Sebenarnya Kak Nicko, Kak Noah, dan Kak Nesya gak terlalu suka dengan gaya pacaran kita.” Jelas Nathan.

“Maksudnya?” tanya Viola yang masih tak paham.

“Kebiasaan kita yang sering nginep bareng, tidur di ranjang yang sama. Mereka tahu apa yang selama ini kita lakuin. Makanya mereka mau kita segera menikah, takut kalau nanti kita khilaf dan ngelakuin hal-hal yang enggak-enggak.” Nathan berusaha menjelaskan dengan secara rinci.

“Emm..” gumam Viola mengangguk mengerti. “Kayaknya kita bisa menjaga diri, bisa gak akan khilaf untuk ngelakuin hal yang enggak-enggak.” Jelas Viola nampak yakin dengan perkataannya.

Nathan menggeleng cepat.

“Kamu yakin, tapi aku enggak Baby. Aku setuju dengan keinginan Kak Nesya dan Kak Nicko.” Ujar Nathan yang sontak membuat mata Viola membulat dengan sempurna.

“Nath, kita udah sempat berantem kemarin gara-gara ini. Jangan mulai lagi deh.” Tegur Viola yang mulai malas jika membahas pernikahan kembali.

“It’s ok.” Pasrah Nathan pada akhirnya.

Mereka terdiam hingga beberapa menit. Masih dalam ego masing-masing. Hingga akhirnya terdengar percakapan yang dimulai oleh salah satu dari mereka.

“Ini kamu mau pulang ke rumah Mama atau apartmen kamu?” tanya Nathan membuka pembicaraan diantara mereka.

“Rumah Mama, sekalian mau packing.” Jawab Viola.

Nathan tampak mengerutkan keningnya, kala mendengar perkataan kekasihnya yang mau melakukan packing.

“Packing? Kamu mau kemana? Gak ada bilang sama aku?” tanya Nathan tampak kesal.

“Maaf Sayang, lusa aku mau ke Jerman. Mau urusin study S2 aku nanti. Papa minta aku buat survey universitas yang aku mau pilih. Sekalian Papa lagi ada urusan di sana” Jelas Viola dengan pelan dan hati-hati. Karena bisa dipastikan Nathan akan marah dengan keputusan sepihaknya ini.

Nathan yang terkejut dengan penjelasan Viola, spontan mengerem mendadak. Viola yang juga terkejut karena Nathan megerem mendadak, menjadi merasa gelisah sekaligus khawatir. Sepertinya Nathan marah terhadap dirinya.

Terjadi keheningan beberapa saat di dalam mobil yang mereka kendarai. Viola tak berani mengeluarkan suaranya sedikitpun, karena Nathan juga tampak diam membuat Viola gemetar ketakutan.

Namun entah mendapat keberanian dari mana, akhirnya Viola memberanikan diri untuk menoleh pada kekasihnya itu.

“Ba ...Baby?” panggilnya dengan takut-takut.

Nathan yang merasa dipanggil oleh gadis yang ada di sampingnya, menoleh ke arah sumber suara. Disertai tatapan tajam dan wajah dinginnya. Yang membuat Viola seketika menundukkan pandangannya, takut.

“Lusa kamu berangkat ke Jerman, dan baru sekarang kamu bilang sama aku?” tanya Nathan dengan menatap tajam.

“Aku belain pulang ke sini demi kamu. Tapi kamu malah mau ninggalin aku, mau ngurus rencana S2 kamu? Kamu juga baru bilang kalau mau lanjutin kulaih di Jerman? Kamu mau kita LDR lagi?” tanya Nathan dengan pandangan dinginnya.

Viola masih menunduk, tangannya tampak Ia mainkan di pangkuannya. Sejujurnya Viola merasa bersalah, namun cita-cita dan impiannya memang ingin dirinya perjuangkan.

“Ma ..maaf, aku takut kamu gak kasih izin. Makanya aku gak bilang sama kamu jauh-jauh hari.” Jawab Viola dengan hati-hati.

Mendengar jawaban yang kekasihnya berikan, Nathan tersenyum sinis kemudian berkata. “Kamu pikir aku bakal kasih izin dan setuju kalau kamu baru bilang sekarang?” tanyanya.

“Apa maksud kamu Nath? Ini hidup aku, semua kendali aku yang pegang. Dan aku mau meraih impian-impian aku. Please ngetiin aku.” Ujar Viola dengan kesal.

“Aku gak akan izinin kamu pergi, apalagi lanjutin kuliah di Jerman. Biar nanti aku yang biayain hidup kamu, kamu gak perlu kerja. Kita akan segera menikah. Atau bisa kamu kerja di perusahaan orangtua kamu atau orangtua aku.” Ujar Nathan dengan yakin.

Viola yang awalnya menunduk takut, kini akhirnya dibuat kesal juga oleh kekasihnya itu.

“Mudah banget kamu ngomong. Ini bukan tentang uang atau sekedar pekerjaan, Nath. Aku juga ingin punya banyak pengalaman dan pengetahuan. Jangan atur-atur hidup aku.” Marahnya pada kekasihnya itu.

Nathan seketika menatap tajam Viola kembali. “Oh jadi kamu gak mau aku atur? Kamu udah bosen sama aku, mau putus dari aku?” tanya Nathan dengan sarkas.

Viola menggleng pelan. “Apaan sih Nath, aku gak bermaksud ke sana. Aku Cuma gak mau kamu ikut campur menyangkut karir aku.” Ujar Viola.

“Bilang aja kamu udah bosen sama aku. Kamu mau kita udahan kan?” Ujar Nathan dengan nada kesal.

“Sepertinya kamu yang mau kita udahan. Bilang aja Nath, kamu udah bosen sama aku kan?” Balas Viola membalikkan perkataan kekasihnya itu.

“Kenapa jadi aku sekarang? Udahlah, aku males debat sama kamu.” Ujar Nathan semakin kesal.

“Oh gitu ..fine. Turunin aku di sini.” Ucap Viola yang terlanjur terbawa emosi.

“Kamu apa-apaan sih. Aku anterin aku pulang.” Ujar Nathan yang tak ingin membiarkan Vioal turun dari mobilnya.

“Gak mau! Aku males sama kamu!” Jawab Viola dengan marah.

Akhirnya Nathan pun menghentikan laju kendaraannya, dan Viola langsung turun begitu saja. Meninggalkan Nathan yang berteriak frustasi.

“Arggghh” Teriak Nathan dengan menarik kasar rambutnya.

Sementara Viola memutuskan untuk naik taksi, demi pulang ke rumahnya. Dengan menggerutu, Viola menaiki taksi yang sedang lewat di depannya. Wajahnya tampak murung dan tak sedap untuk dipandang.

“Lagi berantem sama pacarnya ya mbak?” tanya sang sopir dengan basa basi.

Viola yang sedang merasa mood nya tidak baik. Sebenarnya malas untuk menjawab pertanyaan basa-basi dari pemngemudi taksi itu. Namun untuk menjaga etika terhadap orang lain, Viola pun bersedia memberikan jawaban.

“Iya Pak, biasa anak muda.” Jawabnya dengan memaksakan tertawa kecil.

Next .......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!