Hati Sarah berdegup tak beraturan ketika mengetahui bahwa laki-laki yang telah mengikat janji suci dengannya lima tahun yang lalu, berani mempersunting wanita lain tanpa sepengetahuan dirinya.
Berulang kali Sarah mengecek handphone yang selalu dia pegang, berharap waktu berhenti sejenak.
"astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullahhaladziiim. Pak, bisa dipercepat??"
"maaf Bu, jalannya macet, kan ibu bisa lihat sendiri" jawab sang supir yang terlihat bingung.
Ya, karna Sarah tak berhenti menangis, dia lihat lagi layar gawainya, dan tak hentinya dia berdzikir dan berdoa dalam hati.
ya Alloh mas, Setega itu kah kamu???
*setengah jam yang lalu
"MBA SAAAAARRRR, INI BUKANNYA SUAMI LOOO? QOOOOOOO?"
tak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut teman sekantor Sarah. Dea, si tukang ceplas-ceplos ceplos. Gadis bertubuh gemoy itu langsung menitikan air matanya saat melihat aku menangis. Melihat apa yang ada dilayar gawai miliknya.
Buru-buru ia tampik apa yang di lihatnya barusan.
"Ga, gaaaa, ga mungkin mas Ardi."
Air mata sudah membasahi pipi sarah. Bahkan semua orang yang sedang berkumpul sudah menenangkannya.
"Sabar sar, Qt blm tau kebenarannya. Sabar ya, jangan termakan berita dulu, coba telpon dulu suamimu." Ujar seorang teman yang berusaha positif thinking.
Sarah langsung menyambar handphone dan mencoba menghubungi Ardi suaminya.
tuuuutt
tuuut
tuuut
Hanya nada sambung dan ini sudah ketiga kalinya Sarah menekan tombol hijau di layar.
Astaghfirullah ya Alloh, apa ini ujian darimu??
Batin sarah sudah tak karuan, di ambilnya tas dan langsung pergi meninggalkan kantor. Berbekal undangan digital yang di pinta dari Dea, Sarah meluncur berharap bisa membatalkan pernikahan yang tak diharapkan ini.
Sarah berlari memasuki pelataran sebuah gedung yang di hias indah. Tampak belum banyak tamu yang hadir karna memang masih dalam waktu ijab kabul.
Matanya terkunci saat melihat Ardi sedang berfoto ria dengan istri barunya.
Ardi memberikannya seorang MADU. Madu yang rasanya sangat pahit, entah kenapa orang - orang menyebutnya madu.
Ingin rasanya Sarah melempar mereka dengan kursi tamu atau sup panas yang sedang di tata oleh pihak ketring. Tapi tidak, otaknya masih berjalan jernih. Sarah bisa saja dipidanakan dan mereka menikmati hartanya. Ooooooowwwhh, tidak bisa semudah itu.
Wajah Ardi sekeluarga langsung berubah pucat saat Sarah semakin mendekat, bahkan Ardi tidak bisa berkata apa-apa saat Sarah benar-benar berdiri di hadapannya.
"apa semua ini?? apa ini mas??"
Ardi tetap diam tak menjawab sepatah katapun.
"Rapih sekali kalian menyimpan semua dariku. Apa kurangku mas?." Tak sadar Sarah meremas kerah jas suaminya.
"Apa salahku pada kalian? Apa salahkuuuu?." tangisnya makin jadi, dan membuat semua orang menuntut jawaban.
"Sudah Sarah, kamu malu-maluin aja nangis sambil teriak begitu, malu Sarah diliat banyak orang." Ujar kakak iparnya yang berusaha menenangkan sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Sarah dari jas Ardi.
"Malu? Aku malu? Kalian yang harusnya malu, kalian menutupi rencana yang begitu besar." Kini Sarah meracau pada Nita kak iparnya.
"Sarah, harusnya kamu tau diri, kamu ga bisa kasih keturunan buat ardi, kalian udah nikah 5 tahun, 5 tahun Sarah. kamu mandul". Ujar Nita yang tak punya hati.
"Mba tau dari mana aku mandul? mba pernah periksa aku? mba dokter? gimana kalo Ade mba tercinta ini yang mandul?."
"SARAH, CUKUP!!" kata-kata itupun keluar dari bibir Ardi.
Laki-laki yang biasanya berkemah lembut padanya tega membentak di hadapan orang banyak.
"Pulang Sarah, kita selesaikan dirumah besok."
whaaaaatt?
Sarah bahkan tak mengenal laki-laki yang ada dihadapanku saat ini, sikapnya, sifatnya, berubah seketika.
"mas...."
"Aku akan berlaku adil padamu dan Risma."
gillaa!
Sarah tak habis pikir dengan jalan suaminya kini.
"Adil??????"
hahhahaahahhahah
"Di agamaku, poligami memang diperbolehkan, tapi apa kamu bisa adil? apa kamu mengerti apa makna kata adil?"
ujar Sarah dengan tawa miris. Ya, seolah takdir mempermainkannya. Dan suaminya berkata adil dengan entengnya.
"Sudah Sarah, kamu masih istrinya Ardi, kamu harus taat sama suami." kompor Nita yang membuat Sarah makin panas.
"Diam mba, mba ga tau apa yang aku rasain, mba ga tau apa konflik rumah tangga kami. tolong mba jangan ikut campur." Sarah sudah tak memandang lagi gelar kakak ipar yang selama ini melekat pada wanita berkata pedas itu. ya, Nita adalah kakak ipar yang ucapannya selalu menyakitkan baginya, apa lagi kalau menyangkut momongan, sampai ujung dunia pun Sarah akan di banding- bandingkan olehnya.
"Okeh, aku masih istrimu kan mas? aku minta bangku khusus. Biarkan aku melihat resepsi suami tercintaku."
Entah dapat ide gila apa Sarah berucap demikian. Sudah hancur hatinya, biarlah jadi lebur sekalian.
Nasi sudah menjadi bubur, tapi jika ditambah suiran ayam, kerupuk, kacang, sate serta kuah dan sambal maka akan menjadi sajian yang enak bukan?.
Ga akan ada senyum difoto pernikahan kalian mas! aku pastikan cuma ada ketegangan!.
Sarah benar-benar menyaksikan pernikahan kedua suaminya, dia pastikan semua berjalan lancar, selancar rencananya menghancurkan pesta indah itu.
Selama sesi pemotretan, tak ada senyum dari Ardi dan istri barunya. karna Sarah-lah si pengarah gaya, di arahkannya dengan ketus, sedikit melotot dan bentakan.
Mungkin rasanya seperti sedang d ospek mereka.
"Tatapan kamu kesana, candid, candid. Ngerti ga sih?? eeeggrrrhhh susah banget dibilanginnya." Ujar Sarah ketus.
"Kamu ga usah ikutan jd pengarah foto deh sar, salah Mulu kita tuh." Protes Ardi.
"Kan aku udah bilang, aku mau ambil bagian dari pernikahan kalian. Kalo ga boleh, aku bawa semua makanan ketring pulang, sama air-airnya" ancam sarah.
"Udah maas, iya aja. istri kamu serem." Bisik risma pada Ardi.
Dia pikir gue ga denger kali. sorry Shay, ga budeg akutuh.
"Sarah sayang, kamu ga laper?? O iya, kan ada dimsum kesukaan kamu." Bujuk Ardi agar Sarah turun dari pelaminan.
"Dimsum? Aku sukanya batagor ya mas, siapa itu yg suka dimsum? Kamu suka?" Tanya sarah pada Risma.
Risma hanya balas dengan menggelengkan kepalanya.
"Dih, siapa itu yang suka dimsum? Jangan- jangan calon istri ketiga yang doyannya dimsum." Ucap sarah sambil menyipitkan mata mencoba mempropokatori risma. Daaaaaann tadaaaaaa berhasil.
Risma mengerucutkan bibirnya sejak itu sampai kini, sarah yang sudah puas pun turun dengan kemenangan,
kemenangan harus di rayakan dengan makan-makan bukan?
Sarah mengambil semua menu di meja makanan, orang-orang pasti keheranan, dia sendiri saja tak yakin akan menghabiskannya.
Sarah menikmati pandangan Risma yang masih merajuk di atas pelaminan, bahkan sesi pemotretan harus di hentikan karna Risma tak mood katanya.
Puas sekali hati dan batin sarah, setidaknya sedikit ada hiburan untuknya.
Sabar sayang, ini hanya permulaan.
akan kubuat berkesan hari bahagia kalian. hari bahagia yang sangat menyakitkan aku. tak akan kubiarkan kalian tersenyum sedikitpun.
tunggu, setelah ini ada KADO TERINDAH untuk kalian.
"SARAAAAAHH"
"HHEEEEII! Akhirnya Dateng juga. Ayook ayok, makan dulu, makan dulu. Laper dooong pasti." Sarah menyambut teman-teman alumni sekolahnya dulu. Ya, mereka masih sering bertukar kabar, bahkan hangout bareng. Sarah dan Ardi memang teman satu sekolah juga satu kampus. Ardi adalah kakak senior Sarah.
Sarah memang mengenal Ardi lama, jika di pikir mungkin Ardi bosan dengannya karna hubungan mereka yang terlalu lama.
"Sar, ini beneran nikahan si, Ardi? lu? tanya Bimo teman Ardi kebingungan.
"heeeeempph, Ardi nikah lagi." Sarah menjawab santai sambil melahap sepotong buah semangka.
"Sarah, are you okey??? tanya Sintia khawatir.
Sintia bagai kakak baginya, dia bisa membaca hampir semua pikiran sarah. Tak munafik, saat ini ingin rasanya Sarah memeluk Sintia dan menangis sejadi-jadinya. Tapi tidak,
pernikahan menegangkan ini harus berjalan sesuai rencananya.
"Makan aja dulu lah, gue laper."
M
ereka menatap sarah iba, tak mungkin dia baik-baik saja karna mereka tau bagaimana kisah Sarah dan Ardi dimulai, berawal dari 2tahun menjalin kasih disekolah, lalu sempat LDR saat kuliah, sarah yang sabar menunggu Ardi mengumpulkan uang untuk menikah. Aaaakkhhh, belum lagi sekarang mereka belum juga diberikan momongan. Senjata yang selalu digunakan keluarga Ardi untuk memojokkan Sarah.
"Kalian mau langsung nyalamin pengantin? nanti kita foto ya, jangan lupa bikin status di wa, up date di IG, FB, TWITTER, semua lah sosmed yang kalian punya."
"eeemmmpph, gua tau nih alur ceritanya" ujar Rian.
"Lu mau jadi istri viral sar?? kaya yg di berita-berita itu?" tanya Bimo.
"Diiiiihh, apaan si!"
"Ya kali aja, kan banyak tuh yang lagi viral karna ngelabrak suaminya nikah lagi lah, selingkuh lah."
"Ngaco aaakh, ngga. Gua ga mau viral, cuma mau bikin pernikahan kedua suami gua lebih berkesan dan tak akan terlupakan. hahhahaahahhahah" jawab sarah dengan ucapan sekenanya,
"Ya udah ayook, pengen liat gua mukanya si Ardi gimana ya, tau kita Dateng?" timpal Rian yang memang otaknya sedikit lebih gesrek dari yang lain.
.
.
.
.
.
.
tidak bisa di menggambarkan bagaimana tingkah Ardi sekarang, wajahnya pucat, bingung, panik, keringat dingin sudah membasahi dahinya, bahkan beberapa kali ia membetulkan pecinya.
"kenapa broooo?? lu mah suka gitu, ga ngundang kita-kita.. kan ini hari bahagia, banyak makanan pasti kan, takut gua abisin kentang Mustofa lu??" ujar Rian tanpa basa basi lagi pada Ardi.
"ngg- ngggaaaaaakkk, itu, eemmmmm gue luppaa." jawab mas Ardi gugup, beberapa kali ia melirik ke arah Sarah.
yaaaa, memang sarah-lah dalang dari semua ini. dia mengundang teman-teman sekolah kami, bagus bukan teman kantornya Ardi yang dia undang.
Setelah teman-teman mereka turun dari pelaminan, Ardi menarik tangan sarah sedikit mundur kebelakang.
"Apa-apaan ini Sarah? mau bikin malu aku kamu hah?"
cengkraman tangan ardi semakin kencang saat Sarah tak menggubris pertanyaannya.
"Bagus bukan teman kantormu yang ku undang mas, masih punya hati aku" Balas sarah tak kalah sinis dari mas Ardi.
Sudah cukup Sarah berbaik hati padanya.
Sarah memang berasal dari keluarga yang cukup berada, ayahnya merupakan pensiunan PNS, dan ibunya dulu adalah pengusaha kue kecil-kecilan. merek mempunyai sebuah toko kue yang kini di kelola oleh Sarah. Sebagai pewaris tunggal setelah ayah dan ibunya tiada.
Sarah bekerja di perusahaan jasa desain interior rumah. Dia belum pernah terpikir untuk berhenti bekerja dan terjun ke dunia bisnis kuliner sepenuhnya. Karna memang berat untuknya meninggalkan tempat bekerja yang sekarang. Dia berkarir dari awal lulus kuliah hingga kini. Ini merupakan impian sarah, membantu orang lain mempunyai hunian yang indah sesuai keinginan sang pemilik.
Bercerai dari Ardi bukanlah hal yang sulit baginya, toh selama ini juga Sarah hidup di atas kakinya sendiri. Ardi lebih berat kepada keluarganya. Apa lagi jika Nita memanas manasi bahwa sarah adalah istri yang tak wajib di nafkahi karna bekerja. Bodoh memang Sarah yang terlalu berlindung dari kata terlanjur nyaman padahal jika di pikir, dari awal menikah hingga sekarang, Ardi hanya hitungan jari memberinya uang, itu pun kadang dia meminta Sarah lagi untuk keperluan keluarganya.
Ardi merupakan anak k-2 dari 3 bersaudara. Dia merupakan tulang punggung selepas ayahnya meninggal 5tahun lalu. Tepat setelah mereka menikah, ayah Ardi di panggil yang kuasa. Sejak itu pula semua keuangan rumah ditanggung Ardi.
Pesta telah usai, dengan berbagai macam cara Sarah mencoba membuat pesta pernikahan Ardi dan Risma kacau.
Walau tak berjalan selancar rencananya. tapi lumayan lah, dia bisa membuat Risma merajuk, Ardi kesal, hingga Nita dan ibu mertuanya naik darah.
.
.
.
.
.
.
20.35
Hati sarah hancur jika membayangkan apa yang akan terjadi malam ini di balik kamar pengantin itu.
Dia masih tak rela, mungkin tak akan rela.
Suaminya menjalankan malam pertamanya, sedangkan Sarah. Dia terluka, menangis seperti orang gila sejak pulang tadi.
Dia bahkan belum membersihkan tubuh sepulangnya dari gedung pesta.
"aaaahhhhaaaa"
ide gila tiba-tiba saja muncul di otak setengah tak waras Sarah.
Dia bergegas masuk ke kamar mandi, sarah mandi secepat yang dia bisa, berdandan rapi dan mengenakan pakaian tidur tersexy yang dia punya.
Tadinya sarah ingin mengenakan lingerie pemberian Ardi, tapi tidak. terlalu rawan,ini saja dia yakin Ardi akan belingsatan.
tuuut
tuuut
tuuuutt..
"kenapa, SAAAAARRRR?????"
Ardi kaget bukan kepalang melihat apa yang Sarah suguhkan di balik layar gawainya.
Sarah memancing Ardi dengan video call yang menggiurkan. Betapa tidak, Sarah mode wanita penggoda sedang menantang adrenalin Ardi dari jauh.
"Maaas,," Sarah memanggil Ardi dengan nada manja.
"Sar, astaghfirullah kamu ngapain pake baju sexy begitu, aku ga di rumah lho sar, ganti, ganti." titah Ardi tak suka.
"Lho qo ganti sih, aku kan mau telpon suami aku. Jadi ya harus cantik, harus sexxssooy. gimana si iikkhh" protes sarah tak kalah sengit.
"Terus ngapain pake baju gitu?"
"Gapapa. cuma mau cerita tipis-tipis aja. boleh kan, boleh d.ong yaaaa" pinta Sarah memelas
"Cerita sih boleh sar, tapi ga pake baju itu juga. Ya ampun, gimana kalo ada yang liat??"
"Ngga ada yang liat lah, wong aku dikamar. Baju tidur aku cuma sisa ini di lemari, sisanya lingerie. mau aku pake lingerie aja?" elak sarah.
"Jangan jangan. Yudah, tapi janji ya nanti kamu selimutan yang rapet" tiah Ardi.
Segitunya takut aku ada yang liat, tapi dia ga bisa jaga hati dan pandangan. dasar laki!! ujar sarah dalam hati.
"heeeemmpphhh" Sarah menganggukkan kepalanya manja.
"Mau cerita apa sih sar? besok aja ya, janji besok aku pulang, ga enak sama Risma" pinta Ardi sambil memelankan suaranya.
Memang Sarah tak melihat bahkan tak mendengar keberadaan Risma sejak tadi, hanya Ardi yang dia lihat. Mungkin Risma sedang membersihkan diri.
"Sebentaaar aja yaaaa sayaaaaaang." Bujuk Sarah tak ingin kalah
"Oke, sebentar ya, lima menit" tegas ardi.
Di anggukkan kepala tanda sarah setuju. "eeeemmpphh mas, inget ga dulu pas kita pergi berlibur ke pantai, aku sampe ga bisa nikmatin liburan aku karna kamu nahan aku terus di kamar. iikkhh ga seruu!"
"Ya kan namanya juga pengantin baru sayang, mana bisa ditahan"
Sarah memainkan nafsu ardi dari jauh, dari gerak, suara, hingga sentuhan-sentuhan pada diri dirinya sendiri.
Terlihat Ardi mulai tak tenang.
Biasanya jika Ardi dinas luar kota, Sarah dilarang untuk video call, karna takut tak kuat katanya.
"Maaaaaas, aku kangeeeeeeenn. peluukk Maas"
"Mas juga kangen sayaang. Aduuh sar, mas ga tahan ini."
Yyyyeeeeesssss! Berhasil, Risma, akan kupastikan mas Ardi menyebut namaku malam ini. dan kamu akan merasakan apa itu diduakan.
"kamu telponan sama siapa mas"
Sarah mendengar suara risma yang sepertinya baru selesai melakukan ritual mandinya.
"Aaahhh, ngggaaaaaakkk, ini, iiiiituuu." jawab Ardi gugup.
"Hhhaaaaaalllooo Rismaaaaaaaa" Sapa sarah sengaja mengeraskan suara.
Sarah tak tau apa yang sedang Risma bicarakan karna terlihat hanya wajah Ardi yang menenangkannya. dan itu cukup membuatnya puas karna melihat kepanikan wajah Ardi.
"Ya udah deh mas, aku mau bobo dulu, bay sayaaaaaang muuuaaacccchhh, aaaakkhhh kan, jadi makin kangen mas, pengen ppeeeeluukkk. aku peluk guling aja deh" ucap Sarah manja.
"Jangan macem-macem ya sar, aku ga suka kamu peluk-peluk selain aku" protes Ardi.
"Lah kamunya jauh."
"maaaasssss, iiikkkkhhh"
Teriak Risma.
"Udah ya sar, baaayyy, inget jangan peluk-peluk!" teriak Ardi panik lalu mematikan gawainya.
Sakiiit.
Ya sakiit, bagaimana pun tetap sakit.
Sepintar pintarnya Sarah menyembunyikan sakit hatinya, semua terasa makin sakit.
Di peluknya guling dan menangis sekencang-kencangnya, dia meluapkan semuanya..
Sarah menghapus semua make up yang tadi dia poles dengan indah.
Dia menangisi dirinya yang kini berada di depan cermin.
"Ibuuuu. Ardi jahat bu. ayyaaahhh, dia nyakitin aku yah! ayah janji sama aku kan yah, ayah bakal bikin rontok gigi Ardi kalo Ardi nyakitin akuuuu. yaaaaaaahhhh. sakiit yah, sakiittt hati akuuuuuuuu" Sarah menangisi laki-laki itu dihadapan pigura kedua orang tuanya.
Ingin dia lampiaskan semua sakit yang dia rasa. tapi semua di rasa percuma, nasi sudah menjadi bubur, tapi ternyata bubur ini terlalu banyak sambal, sampai-sampai pedasnya tak bisa dia tahan.
.
.
.
.
🍂🍂🍂
.
.
.
.
*sementara di kamar pengantin
"Ngapain sih istri kamu tu telpon-telpon??? mas, dia udah ngancurin pesta aku ya. Terus sekarang maunya apa? Ngancurin malam pertama kita??" Cecar Risma pada Ardi yang sedari tadi hanya diam.
"Aku juga ga tau, udah lah gausah dibahas"
"Ga dibahas gimana?? Ini malam pertama kita ya mas, aku ga mau istri pertama kamu tu ngancurin malem pertama kita kaya dia ngancurin pesta pernikahan kita tadi siang". Risma kesal sampai tersungut-sungut. Sampai dia tak perduli siapa orang yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak, rekaman saat Sarah datang dan menjari trouble maker di acara pernikahannya tadi siang selalu teringat dan membuat kesal.
"Ris, cukup jangan bikin aku kesal. bisa kutinggalkan kamu sendiri sekarang juga kalau kamu bicara lagi" Ujar Ardi mulai kesal melihat tingkah istri barunya.
"Apa? Mas ngancem aku? Mau aku aduin sama ibu mas? terus biarin aku pergi, biar aku bawa anak ini" Risma kesal sambil menunjuk perutnya yang masih rata.
Memang Ardi menikahi Risma bukan karna kehendaknya, Ardi terpaksa menikahi Risma karna anak yang ada di dalam kandungan Risma. Ardi juga bingung, kenapa dia bisa melakukan hal bodoh dengan mendatangi Risma malam itu, padahal, yang ada di dalam ingatan Ardi Sarah - lah yang dia datangi. Tapi takdir berkata lain. Saat pagi dan tersadar, Ardi mendapati Risma di kamarnya, kamar rumah ibunya tepatnya. Ardi dalam keadaan mabuk berat setelah pesta dengan teman kantornya, lalu dia memesan taksi dan meminta pulang kerumah ibunya. Bisa perang dunia jika Sarah tau dia mabuk.
Tapi saat Ardi hendak memasuki rumah, dia melihat Risma di depan pintu dan langsung membawanya masuk kedalam kamar. Risma yang kebetulan merupakan anak dari kerabat jauh suami Nita. kedatangannya kerumah orang tua Ardi memang mempunyai maksud tertentu. Gayung bersambut, rencananya justru berjalan maju melebihi apa yang diharapkan.
Memang pesona Ardi tak di pungkiri, badan tegap berisi, kulit putih serta senyum yang menawan pasti memikat siapa pun wanita yang melihatnya.
Setelah kejadian itu, Risma makin sering berkunjung kerumah orang tua Ardi. Sebulan berselang, Risma mengaku tengah hamil anak hasil dari perbuatan Ardi.
Bingung mungkin karena baru sekali Ardi melakukannya tapi sudah mengandung. Sedangkan dengan Sarah, 5 tahun sudah tapi tak kunjung Sarah mengandung jua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!