Hai kenalin namaku Aleesha Quenara Handi panggil aja Ecca. Sekarang aku sudah masuk kelas 1 SMA disalah satu sekolah unggulan, SMA Baruna Star.
Aku hidup berdua dengan kakak lelaki ku bernama Dioniel Anggara Handi semenjak kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan pesawat saat ada kunjungan bisnis di negara tetangga.
Awalnya aku adalah seorang gadis biasa yang tak mempunyai keistimewaan, namun setelah kejadian orang tuaku meninggal, Aku terbangun dari tidur dengan memiliki keistimewaan setelah 3 hari lamanya pingsan karena kesedihanku berduka atas meninggalnya mama papaku.
Sebelum aku terbangun, aku melihat mamaku dalam mimpiku. Disitu aku seolah dialiri kilatan cahaya oleh mamaku, Mungkin itulah yang menyebabkan aku sekarang menjadi seorang indigo.
Saat itu aku masih kelas 6 SD, Semenjak bangun dari tidurku kehidupanku seolah berubah. Aku harus terbiasa hidup bersama Kak Dion yang saat itu masih kelas 1 SMA. Kak Dion juga indigo namun dia masih bisa mengontrol emosi, sedangkan aku awalnya tak bisa namun dengan sedikit usaha akhirnya aku mampu mengontrolnya seperti kak Dion.
~•~
Saat kuliah kak Dion mempunyai seorang teman bernama kak Rendi yang juga seorang indigo. Tentunya kak Dion dan kak Rendi terkait bahkan saling membutuhkan.
Menurut kak Rendi, bakatku sangat istimewa karena jika diasah aku akan menjadi sosok yang kuat namun paling dicari oleh mahkluk tak kasat mata.
Jatuhnya dimanfaatkan mahkluk astral sih, tapi seiring berjalan waktu aku bisa mengatasinya.
Saat masuk SMP aku bertemu dengan orang-orang yang bertaut padaku, mereka bertiga yang hingga kini masih solid berteman denganku. Mereka Anindya Ficka, Keysa Nabilla, Raisa Intan.
Disaat kak Dion tengah sibuk atau bahkan ada meeting diluar kota maka mereka andalan ku untuk menjadi teman setia dikamar.
Meskipun dirumah sudah ada mbok Jha, asisten rumah tangga sejak mama papaku menikah, aku tetap membawa ketiga sahabat ku untuk menginap dirumah.
Setelah bertemu dengan Nindy, Keke dan Rara bakatku semakin terasah karena mereka juga sefrekuensi dengan ku.
Aku dengan kunci portal gaib, dan mampu membaca pikiran dan masa lalu hanya dengan memejamkan mata dan konsentrasi penuh, dan aku juga mampu melihat mereka yang tak kasat mata hanya jika aku mau membuka mata bathinku.
Aku mampu mengontrol mata bathinku semenjak SMP dengan terus berlatih dari kakak ku.
"Dek buruan sarapan, jangan sampai telat." kata kak Dion.
"Siapp boss."
"Hemm, kalau MOS kamu telat nanti kenak hukuman lho." balas Kak Dion sambil mengacak rambutku.
"Dihh jadi kusut kan rambut incess."
"Dahh buruan berangkat sana."
Aku berpamitan pada kak Dion lalu menunggu kedatangan Nindy yang menjemputku.
Hari ini Masa Orientasi Siswa di sekolah ku, Nindy memang berniat menjemputku agar bisa sama-sama sampai disekolah. Sedangkan Keke dan Rara mereka pun juga berangkat bersama.
Kami berempat berusia 16 tahun hanya selisih beberapa bulan, tentu aku yang paling muda karena aku terlahir di bulan Oktober.
Anindya memiliki kemampuan yang sama istimewanya sepertiku. Dia bisa merasakan energi dan melihat aura yang dimiliki orang lain.
Keysa dengan kemampuan melihat masa lalu dan membaca pikiran seseorang dengan memegang tangannya.
Sedangkan Raisa memiliki sinestesia yang bisa mendengar suara dan melihat warna.
Kondisi ini sudah pasti aneh dan menjadi sebuah fenomena.
Sama halnya seperti membaca aura seseorang.
Warna Hitam memiliki makna kesedihan, Orange kehangatan, hitam pekat kebohongan, merah semangat, putih ketulusan, kuning keceriaan dan lainnya.
Semakin kesini Aku sudah mampu berteleportasi dengan orang diluar jangkauan jika akan terjadi sesuatu. Tentunya mereka yang masuk dalam kategori aku sayangi, namun hanya beberapa orang saja yang mampu mengetahuinya seperti Nindy dan Rara yang sudah ku anggap keluarga sendiri.
Hari pertama MOS kami berempat berkumpul didepan pintu gerbang, seolah tak ingin terpisahkan kami selalu bersama-sama.
"Ca, ini aman-aman aja kan." tanya Keke, dia memang yang paling penakut diantara kami.
"Hemmmb, hawa-hawanya sih masih aman udah jangan berisik jalan aja." jawabku.
Bagaimana tidak sekolah ini memang bonafit, namun bukan berarti bebas dari yang namanya mahkluk astral.
"Lagian elo Ke, dimana-mana sekolahan pasti ada pake tanya." sahut Nindy.
"Ya kali Nin, pengen gitu bebas dari dunia mistis."
"Tuhh tanya si Rara, kenapa diem bae."
"Banyak warna tapi berubah-ubah." jawab Raisa.
"Emang loe gak bisa lihat Nin, Auranya gimana.?" tanya Keke pada Nindy.
"Gelap so pasti."
"Tandanyaaa.."ucap Keke terpotong oleh Ecca. "Tandanya loe diem, jalan gak usah bacot." sahut Ecca lalu menggerakkan badan Keke agar berjalan lurus kedepan.
Setelah menuju papan pengumuman guna melihat dimana kelas kita berada.
"Yess kita sekelas dong."teriak Keke.
"Buset dahh loe sarapan apa sih Ke, Nyemil speaker loe."ucap Anindya.
"Lo kira Emak gue Penjual elektronik apa." jawab Keke.
"Dahh lah ribut mulu kalian noh ada pangeran tampan mendekat." Celetuk Rara.
Ecca pun yang sedari tadi memperhatikan ocehan ketiga sahabatnya pun sekejap terdiam dengan kedatangan 5 pemuda Tampan dan 2 Gadis bersamanya.
"Nah tuhh anggota yang viral karena kegantenganya gak tanggung- tanggung." ceplos Keke.
"Loe mah urusan Cowok cepet banget deh Ke." sahut Nindy.
~•~
"Mohon perhatiannya sebentar kalau adik-adik semua sudah mengetahui kelasnya masing-masing sekarang merapat ke lapangan outdoor yahh." Ucap salah satu anggota OSIS.
"Yang mana yang Ketos Ke." Tanya Nindy.
"Gak tau,. sabar napa entar pasti tahu juga."sahut Keke, Nindy yang mendengarkan mendengkus sebal dengan sahabat gilanya itu.
"Hai selamat datang di SMA Baruna Star, kenalkan nama saya Askala Samudera Biru, Saya ketua OSIS salam Kenal." ucap Kala dengan gaya cool.
Auranya Biru menguar kuat, menandakan jika dia seorang idealis, dan dia mampu menemukan jalan mana yang benar dan mana yang salah.
"Hai saya Daffandra Naufal Wakil ketua OSIS, selamat datang di sekolah kita tercinta." ucap Daffa dengan ramah.
Auranya Merah mencerminkan sebuah semangat yang tinggi, biasanya cenderung bersikap dinamis, giat serta kompetitif.
"Hai nama kakak Alvaro Andika kakak pengurus OSIS sekaligus Ketua panitia MOS salam kenal." ujar Alva hangat sambil melambaikan tangan kanannya.
Auranya Jingga menandakan jika dia sosok hangat dan memiliki kepercayaan diri tinggi, luwes dan mudah bergaul.
"Hai semuanya masih semangat kan, kenalin nama kakak Fierly Karisa panggil kak Fierly. Kakak Sekertaris OSIS salam kenal." ucap Fierly antusias.
Auranya Kuning cerah menandakan dia Humoris, ramah dan ceria. Orang dengan Aura kuning biasanya membuat orang-orang disekitar menjadi bahagia.
"Hallo semuanya nama kakak Davina Finata, jabatan kakak Bendahara OSIS. Terima kasih salam kenal." sapa Davina lembut.
Auranya Merah Jambu menandakan jika dia penuh kasih sayang, baik hati dan senang membantu orang lain.
"Hai nama Kakak Revano Viliando dan ini Revino Valianda kita sepaket yah, pengurus Osis dan PJ keamanan.
Auranya Emas dan Hijau cerah.
Emas menunjukan kewibawaan dan kebijaksanaan, memiliki rasa tanggung jawab besar sehingga dapat menangani masalah apapun.
Hijau cerah menandakan akan cinta yang tak bersyarat, sikap untuk saling menghormati. Memiliki bakat alami penyembuh.
Setelah sesi perkenalan mereka masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti bimbingan teknis dan acara selanjutnya kegiatan MOS.
"Auranya kuat yah Nin, Ecca nggak ngerasa ada aura negative disini, dan aku gak bisa baca pikiran mereka." ucap Ecca.
"Iyaa Ca, element energinya positif banget."
"Kak Askala sinerginya putih Ca." sahut Rara, Ecca pun menoleh.
Baiklah ternyata kakak kelas mereka ini membawa energi baik untuk Ecca dan kawannya.
Bahkan tak ada Aura atau energi jahat disekitar saat kakak kelasnya itu berada didekat Ecca.
"Pembuka Portal tolong aku."
Sayup-sayup terdengar, Ecca tak mau gegabah untuk membuka mata bathinnya.
"Rara dengar nggak."
"Dengar Ca,."
"warnanya Apa suaranya."
"Hitam Ca, sedikit pudar bersemu putih."
"Ketulusan dan kesedihan, Jadi bagaimana ini Nin."
"Coba dilihat dulu aja Ca, siapa tau cuma iseng." sahut Nindy, Ecca mengangguk mencoba membuka mata Bathin.
Saat membuka mata bathin Ecca tak lupa melakukan pagar gaib agar mereka tak mudah untuk masuk ke area Ecca saat dia sedang membuka visualnya.
"Ketemu Ca,." tanya Keke yang sudah memegang tangan Ecca.
"Belum Key, itu dia ada di depan kelas."
"Seorang siswi, yang tak sengaja terdorong lalu jatuh dari rooftoop."
Belum selesai mereka bermediasi, tiba-tiba arwah siswi itu menghilang disusul kedatangan kak Daffa dan Askala.
"Beneran mereka para arwah seketika menghilang saat kakak kelas kita ada." Celetuk Ecca sambil melihat satu persatu sahabatnya itu.
"Hahh gimana Ca." Tanya Nindy memastikan ucapan Ecca benar, Ecca mengangguk.
"Selamat Siang adik-adik, Gimana masih semangat kan." Sapa Daffa.
"Masihh kak." jawab mereka kompak.
"Okay, Besok akan ada malam bakat. Jadi masing-masing grup harus menampilkan bakatnya." jelas Askala dengan gaya santainya.
"Kalau tampil gimana kak." tanya salah satu siswa.
"1 Grup akan di denda dan dihukum sesuai hasil undiannya."lanjut Askala tegas.
"Emmmb kak Aska, bakatnya kira-kira apa saja." kali ini giliran Ecca yang buka suara, Askala menoleh bahkan ke enam sahabatnya pun terkejut.
Kenapa.. karena hanya Ecca lah yang memanggil Askala dengan Aska karena belum pernah ada orang memanggil dengan kata depan Askala selain orang dimasa lalu Askala.
Para sahabatnya Askala menahan nafas menunggu respon dari sang punya nafas.
"Bebas, bisa puisi, drama, nyanyi dan lainnya." Jawab Askala, para sahabatnya menghela nafas lega, setidaknya Askala mau merespon pertanyaan dari gadis cantik didepannya.
"Jadi silahkan kalian diskusikan dengan kelompoknya masing-masing, nanti setelah istirahat tolong ketuanya sudah mendaftarkan keruang OSIS, nanti akan ada hafiah menarik untuk pemenangnya." sahut Daffa memecah suasana yang penuh ketegangan lalu para OSIS keluar dari ruangan adik kelas.
"Gilaa Ca pas loe tanya, gue lihat warna para kakak kelas jadi Merah menyala."Celetuk Rara.
"Hahh masak sih Ra." sahut Nindy, Ecca menoleh tak bergeming namun dia memejamkan mata sejenak.
"Ada ketegangan apa maksutnya yah Ca." sahut Keke.
"Aku gak bisa lihat semua kelihatan gelap, tak terbaca." jawab Ecca.
"Dahhh lahh sabodohh amat yuk kita mau tampilin apa." potong Nindy
"Hemmb tanya ketuanya tuh." jawab Rara menunjuk ke arah Alvian sang ketua kelas.
"Apa main tunjuk-tunjuk." Jawab Alvian.
"Yahh habis lho diem-diem bae dari tadi." celetuk Keke.
Dalam pendengaran Ecca, Alvian sebenarnya sedari tadi juga sedang berfikir keras bingung mau menunjukan apa.
"Ada yang bisa nyanyi nggak, gue bisa iringin musicnya." sahut Alvian.
"Eccaaaa." jawab kompak Nindy, Keke dan Rara.
"Dihhh kompak banget." sahut Dea teman sekelompok mereka.
"Hemmmb okay aku nyanyi, Alvian iringin musik, kalian berenam cosplay apaan gitu. Jadi kita bikin Drama musikal.."
"Okay..." jawab kompak teman sekelompok Ecca yang berjumlah delapan orang, tiga cowok dan lima cewek.
Jadilah mereka saling berembuk untuk bagiannya masing-masing, dengan satu kali latihan mereka mampu bekerja sama satu sama lainnya.
Menyiapkan segala properti yang singkat dan sesimple mungkin karena memang waktunya terlalu mepet.
"Tolong sayaaa ..." Latihan mereka sontak berhenti karena ke empat gadis istimewa itu dapat mendengar dengan jelas ucapan lirih dari sosok mahluk halus.
Ecca refleks membuka mata bathinnya berharap yang ditemui ada gadis berseragam Sekolah yang tadi pagi ia jumpai.
"Hati-hati Ca ada yang nyusup ini." sahut Rara, Nindy pun bersiap melindungi sahabatnya Ecca.
Tak lupa Ecca menggerakkan tangannya mengudara memberi pagar gaib untuk para sahabat dan teman-teman.
Sedangkan Alvian, Radit dan Dea mereka tetap melanjutkan aktivitasnya. Tak mereka sadari jika keempat gadis itu sedang beraktivitas diluar logika.
"Ada dua sosok, satu gadis berseragam SMA yang tadi, satunya dia seperti ingin meminta tolong namun tak berani." jawab Ecca.
"Trus gimana Ca, mana masih ada yang lainnya disini."
"Mending selesaikan dulu latihannya, baru kita bantu mereka." sahut Nindy dan diangguki ketiga gadis didepannya.
Setelah latihan dan menyelesaikan properti yang mereka buat kini mereka membubarkan diri, masih ada waktu 30 menit sampai bel pulang.
Ecca dan ketiga sahabatnya sudah memulai aksinya. Tak lupa menutup akses untuk makhluk astral yang tidak berkepentingan.
"Baiklah sekarang apa yang ingin aku bantu." ucap Ecca saat membuka komunikasi dengan sosok berbaju sekolah.
"Aku ingin keluar, aku ingin tenang."
"Hemmb baiklah mendekatlah." ucap Ecca sambil mengulurkan tangannya.
"Tunggu lalu siapa sosok yang tadi mendekatimu." potong Nindy.
"Dia menginginkan bantuanmu juga, tapi dia tidak mau pergi dari sini."
Ucap hantu itu, sambil menunjuk ke arah Ecca. Beruntung portal nya sudah ditutup untuk makhluk yang tidak berkepentingan.
"Apa maksud mu dia ingin mencelakakan teman ku." tanya Rara, dia tak bisa melihat hantu itu namun dia bisa mendengar dan melihat warna dari suaranya.
"Jika dia temanmu tak mau membantu maka dia bisa mencelakakannya."
"Aku tak punya kepentingan dengan makhluk tak tau diri seperti itu." Ucap Ecca tegas. " Ayo aku bantu kamu." lanjut Ecca segera menggenggam tangan hantu gadis berbaju sekolah itu, merapalkan doa mengantarkan kepergian arwahnya ke alam yang semestinya.
"Dapet visual kematiannya Ca." tanya Keke, Ecca mengangguk lalu memberikan tangannya untuk digenggam Keke.
"Hemm, cantik dan dia korban bully yang menyebabkan kematian, namanya Nia."
"Apa dia murid sekolah kita." tanya Rara
"Hemmb sepertinya bukan." potong Ecca.
Saat ke empat gadis ini sedang berinteraksi mereka dikejutkan dengan kehadiran para kakak kelas mereka.
"Apa yang kalian lakukan disini." ucap Alvero yang penasaran disaat murid lainnya sedang dikantin hanya empat gadis itu yang sibuk dikelas.
Ecca membuka pagar gaib, lalu menetralkan mata bathinnya.
"Tak ada kak, hanya mengobrol tentang acara bakat besok." sahut Nindy, sambil melihat kearah Ecca yang masih menutup portal gaib.
Ketujuh kakak kelasnya mungkin sedikit curiga namun Rara memberi kode warna pancaran mereka putih menandakan tidak ada kecurigaan disana.
"Aleesha sakit yahh." tanya Davina yang sedari tadi melihat Ecca masih memejamkan matanya.
Ecca mendengar pertanyaan dari kakak kelasnya itu, Dirasa Ecca Netral dia membuka matanya namun pertama kali dia membuka mata netranya langsung bertemu pandang pada Askala.
"Ahhh Ecca baik-baik saja kok kak."Ucap Ecca setelah memutus kontak mata dengan Askala.
"Yasudah ini sudah waktunya pulang, kalian pulang lah." potong Daffa.
Keempat gadis istimewa itu pun bergegas berdiri lalu meninggalkan kelas mereka.
"Hati-hati dijalan yahh adik Macan kak Revin." ceplos Revin menggoda adik-adik kelas itu.
"Dasar playboy cap kampak, gak bisa liat yang bening dikit." ucap Daffa sambil menoyor teman absurbnya itu.
"Yeee situ mahh udah laku, punya temen lagi usaha kagak didukung malah di toyor-toyor." jawab Revin, bahkan kembarannya Revan hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan adik kembarnya itu.
"Suruh sapa jadi buaya, makanya nggak ada yang mau kan." sahut Alvero, sedangkan Askala diam seribu bahasa dengan tampilan wajah datarnya sambil diam-diam menyaksikan adik kelasnya tadi dari belakang.
Askala melihat adik kelas didepannya itu tengah bercanda tawa.
~
~
Beautiful Destiny
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!