[My first novel. Sorry kalau masih berantakan dan maaf banget; sedang dalam tahap revisi, there are several parts that have changed]
Warning;
- Age difference love
- Family issue
- Lots of flashbacks
The main Character;
- Jung Jaehyun as Bayu Aji Bagaskara
- Jeon somi as Grizelle Jovanka
🌼
Bayu Aji Bagaskara, tidak ada yang tidak mengenalinya jika namanya disebutkan; seorang pengusaha baru muda bertalenta dengan segudang prestasi didalamnya. Putra tunggal dari pasangan Raisha & Theo Bagaskara itu berhasil menjadi pengusaha termuda pada umurnya yang baru menginjak 25 tahun.
Banyak penghargaan yang didapatkannya. Diantaranya adalah; menjadi pengusaha satu-satunya yang menyabet gelar CEO of the year setiap tahunnya. Dan benar, bukan hanya menjabat sebagai pengusaha saja, namun juga CEO sekaligus pemilik perusahaan nya sendiri.
Mendapat didikan keras dari orangtuanya sejak kecil, Bayu sudah terbiasa menjalankan apapun sendiri tanpa bantuan siapapun.
Dia juga tidak suka pekerjaan nya di ikut campuri oleh siapapun termasuk pekerjaan nya sebagai seorang guru di sekolah elit Jakarta, milik keluarganya sendiri.
Tidak ada alasan khusus tentang pekerjaan tersebut, Bayu hanya mengatakan bahwa itu hanya sebuah pengalihan rasa bosannya saja.
Jika pemuda seumurannya lebih senang pergi ke club atau sekedar menghamburkan uang untuk berkeliling dunia, Bayu lebih senang menyibukkan dirinya dengan bekerja. Itu sebabnya tidak sedikit para pengusaha yang kagum dan ingin menjodohkan putri mereka dengannya.
Namun apa yang bisa mereka harapkan dari pria dingin seperti Bayu Aji Bagaskara perihal cinta disaat kedua orangtuanya yang menginginkan seorang pendamping untuknya?
"Menjodohkan saya lagi? Bukankah kalian sepakat untuk tidak ikut campur dalam hal apapun termasuk soal jodoh saya sendiri?!"
"Tidak ada bantahan! Papa sudah mengaturnya sebelum kalian terlahir"
"Batalkan saja. Saya tidak tertarik"
"Papa tidak menerima penolakan untuk kali ini"
Terdengar bantingan sendok usai Theo menyelesaikan kalimatnya. Tanpa berkata apapun, Bayu mengambil tas lalu pergi begitu saja tanpa menghabiskan sarapannya.
Perjodohan?
Tidak adakah pembahasan lain selain perjodohan yang membuatnya muak?
Cih!
Kolot sekali pemikiran orangtuanya. Lagipula untuk apa terburu-buru disaat Bayu masih ingin menikmati masa mudanya untuk bekerja sebelum membangun sebuah keluarga.
🌼
Kelas yang awalnya bising seketika senyap. Tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya ketika anak si pemilik sekolah datang dengan wajah dingin serta datarnya.
"Simpan buku pelajaran kalian. Hari ini kita ulangan!"
Tidak ada bantahan maupun protes yang terucap dari muridnya. Buku, novel ataupun yang semula tergeletak di atas meja sudah masuk ke dalam tas masing-masing tanpa ada yang tersisa; meninggalkan bolpoin dan peralatan tulis saja.
Setelah memastikan bahwa tidak ada satupun buku di atas meja, Bayu memanggil ketua kelas untuk membagikan kertas ulangannya.
"Mark. Tolong bagikan!"
Siswa bernama Mark itu berdiri. Berjalan ke arah Bayu dan mengambil 31 lembar soal ulangan matematika untuk dibagikan kepada teman-temannya.
"Waktu kalian sampai jam istirahat. Kerjakan dengan benar dan teliti dan tidak ada yang mencontek satu sama lain! Paham?!"
"Pa---"
BRAK!
"M--maaf, saya terlambat!"
Sialan!
Ada saja yang membuat harinya kacau.
"Apakah kau tidak punya sopan santun masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?!"
Suara dingin dari pria yang kini sedang berdiri tepat dihadapannya membuat mentalnya ciut. Gadis itu mendongak sehingga sepasang mata mereka bertemu untuk sepersekian detik sebelum Bayu memutuskannya lebih dahulu.
"Nama?"
"G---grizelle Jov-vanka, pak!"
"Setelah ulangan selesai ke ruangan saya segera!"
"S---siap, pak!"
Bayu tersenyum tipis seraya mengambil spidol untuk menuliskan soal ulangan hari ini sementara beberapa muridnya memekik gemas lantaran menyadari guru tersebut tersenyum.
Usai menuliskan soal, Bayu kembali ke mejanya, membuka laptop untuk melihat beberapa laporan masuk dalam email-nya.
Sial!
Bayu mengumpat dalam hatinya ketika fokusnya teralihkan pada gadis yang sedang tersenyum ke arahnya.
Kenapa dengan jantungnya? Kenapa berisik sekali?
Keadaan macam apa ini?
Tidak biasanya hanya karena seorang gadis SMA jantungnya bereaksi berlebihan seperti ini? Perasaan apa ini sebenarnya?
Apakah dia mempunyai riwayat serangan jantung ringan? Tidak! Itu tidak mungkin. Tetapi demi kesehatan, sepulang mengajar Bayu akan mampir ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatannya.
Kelas 12 A termasuk ke dalam kelas unggulan di sekolah ini. Mereka adalah murid-murid terpilih yang berprestasi. Bisa dilihat ketika Bayu berkeliling selama ulangan berlangsung, tidak ada keluhan apapun.
"Pak"
Bayu menoleh ketika gadis yang sempat membuat jantungnya berdetak berlebihan tadi berdiri lalu berjalan menghampirinya.
"Saya sudah selesai" Imbuhnya.
Gadis itu berikan kertas berisikan jawaban ulangan matematika hari ini, buat si guru berwajah dingin itu mengerinyit ketika periksa jawabannya.
"Jawaban kamu benar semua"
Gadis itu; Grizelle tersenyum bahagia.
"Really?"
"Ya. Kamu boleh menunggu disini. Tetapi jangan sampai mengganggu teman kamu yang belum selesai"
"Siap!"
🌼
Akhirnya setelah 3 jam berlalu mereka bisa menyelesaikan soal dengan tepat meskipun jawaban dalam kertas tersebut meluber kemana-mana.
Meskipun termasuk dalam kelas unggulan yang berprestasi, bagi mereka ini adalah ulangan matematika tergila yang memakan kertas jawaban dua kertas folio.
"Buset! Parah banget ulangan hari senin yang indah ini. Tangan gue hampir copot dan otak gue udah berasap!"
"Gila ya pak Bayu! Kasih soal gak kira-kira! Untung sayang"
"Dasar!"
Grizelle tertawa mendengar berbagai keluhan dari teman sekelasnya. Sejujurnya dia juga agak sedikit kaget karena ini adalah kali pertama dirinya mengikuti ulangan seperti tadi.
"Kenapa kamu terlambat, Grizelle?!"
Grizelle menutup novel yang sedang dibacanya. Dia tatap pada seseorang gadis berperawakan tinggi yang sedang duduk disebelahnya itu malas.
"Ya karena kamu, Megan!"
Jawaban Grizelle membuat gadis bernama Megan itu melotot.
"Aku diem aja ya dari tadi!" Megan tidak terima.
"Judul drama korea yang kamu rekomendasikan kemarin yang membuat aku terlambat!"
Apa?!
Jadi alasan gadis itu terlambat masuk kelas itu karena maraton drama Korea yang direkomendasikan olehnya? Bukan macet seperti alasan yang diberikan pada gurunya tadi?
"Awas ah! Aku mau ke ruangan pak Bayu dulu!"
"Tapi-"
Protes yang baru satu kata Megan layangkan terpotong oleh suara bel istirahat yang terdengar nyaring di seluruh pelosok sekolah, Grizelle memilih buru-buru berdiri untuk menemui guru yang menyuruh untuk ke ruangannya.
Melihat semua murid berhamburan ke luar kelas menuju kantin, Grizelle mengirimi Megan pesan sebelum masuk ke dalam ruangan dengan pintu bercat putih dihadapannya.
[Pesankan aku makanan seperti biasa]
^^^Megan :^^^
^^^[Ok]^^^
Setelah mendapatkan balasan tersebut, Grizelle mulai mengetuk pintu dihadapannya lalu gadis itu masuk setelah sang pemilik menyuruhnya. Cukup kagum melihat ruangan guru yang memiliki konsep minimalis tersebut.
Tapi, kenapa tidak ada meja guru lain disini?
Kenapa hanya ada satu meja saja?
Dan ini tidak terlihat seperti ruangan guru pada umumnya.
"Kamu akan berdiri terus?"
Tubuhnya sedikit tersentak saat suara bariton tersebut membuyarkan lamunannya.
"Maaf"
Bayu menggelengkan kepalanya pelan, sedikit terhibur dengan wajah terkejut yang menurutnya menarik.
"Kenapa kamu terlambat?"
Pertanyaan tersebut membuat Grizelle gugup. Dia menunduk, memainkan ujung roknya sambil mencari alasan yang mungkin akan menyelamatkannya dari hukuman.
"M-macet pak"
Bohong!
Tidak mungkin dia harus mengatakan kalau alasan yang sebenarnya dia terlambat itu karena menonton drama Korea sampai jam tiga pagi. Bisa-bisa guru tampan yang sedang memperhatikannya itu akan memarahinya habis-habisan.
Atau yang lebih mengerikan lagi, guru itu akan menyuruhnya membersihkan seluruh toilet sekolah.
Jangan sampai!
Mendengar jawaban tersebut membuat Bayu tertawa, sehingga kedua lesung pada pipinya muncul dengan manis. Grizelle melotot, tidak menyangka jika wajah sedingin itu memiliki lesung pipi yang begitu dalam.
Sangat tampan, batinnya menjerit gemas. Kalau boleh, Grizelle ingin sekali menusuk lesung tersebut dengan jarinya.
"Tidak adakah alasan lain yang bisa membuat saya percaya?"
Grizelle menggeleng takut saat wajah yang sempat terlihat manis tadi kini kembali berubah dingin.
"Tidak pak, saya memang terkena macet tadi"
Meskipun Bayu tidak percaya karena cukup basi dengan alasan tersebut, dia tetap mengangguk paham.
"Oke! karena kamu murid baru, benar?"
Grizelle mengangguk.
"Saya akan memakluminya untuk sekali ini saja"
Syukurlah.
"Tetapi,"
Apa nih?
"kalau kamu mengulanginya kembali, saya tidak akan segan menyuruh kamu untuk berlari mengelilingi lapangan bola dibelakang sana sebanyak sepuluh putaran tanpa henti"
DEG
Tega sekali!
"Dan untuk hukuman saat ini-
Apa?! Katanya memaklumi, protes gadis itu dalam hati.
-tuliskan nomor telpon kamu terlebih dahulu karena nanti saya akan mengirim beberapa soal sebagai tugas hukumannya"
Sama saja!
Grizelle segera menyambar bolpoin yang Bayu berikan, menuliskan nomor telponnya dengan benar lalu memeriksa kembali takut kalau dia salah menuliskan angka.
"Sudah pak"
Bayu mengangguk setelah melihat kertas tersebut sudah tertuliskan nomornya, kemudian mengambil ponsel untuk memasukkan nomor tersebut ke dalam daftar kontaknya.
"Kamu boleh keluar sekarang, kasihan perut kamu bunyi terus"
Grizelle menunduk malu, pipi putihnya sudah dipenuhi rona merah, membuatkan Bayu sedikit terpesona melihatnya.
Sialan!
Kenapa jantungnya?
Kenapa kembali berantakan seperti tadi?
Ini tidak benar, Bayu harus memeriksakannya!
🌻
Suara seseorang memenuhi ruangan sana, membuat sang pemilik memijat pangkal hidungnya pusing. Bukan hanya pusing yang dirasa, nyatanya pria itu juga merasakan telinganya berubah pengap karena sedari tadi wanita tersebut tidak henti mengomelinya.
"Kalau sudah begini bagaimana kita melanjutkan rencananya, mas Theo!"
Pria yang dipanggil mas Theo itu hanya diam, mengeluarkan suara pun rasanya percuma karena pasti setiap kata yang diucapkannya akan terdengar salah oleh telinga wanita yang bergelar istrinya itu.
Dia adalah Raisha, istri dari seorang pengusaha properti tersukses - Theo Bagaskara.
"Seharusnya kamu jangan terburu-buru seperti tadi pagi, sekarang dia jadi marah kan?!" imbuhnya.
"Mas hanya mengingatkannya saja sayang"
Theo kembali membela diri setelah diam beberapa menit. Dia bukannya terburu-buru, hanya saja berjaga-jaga, takut kalau putranya memiliki seorang kekasih.
"Untuk apa?"
"Seperti yang mas bilang sebelumnya, agar dia tidak berpacaran dengan siapapun"
"Tapi-"
"Sudah ya? Kamu tenang saja, jangan terlalu memikirkannya. Anak itu pasti akan menyetujuinya"
Benarkah?
Tadi pagi saja putra satu-satunya itu terlihat marah sekali.
Apakah mungkin?
"Percaya kepada mas" imbuhnya.
Raisha mendongak, menatap suaminya sebelum akhirnya mengangguk.
🌻
\={R E V I S I}\=
Keluar dari ruangan tersebut, Grizelle segera berlari ke kantin. Dimana Megan, sahabatnya sudah menunggu. Untung saja dia sudah menyuruh gadis berkulit Tan itu memesankan makanan untuknya, Grizelle tidak perlu menunggunya.
Uh, lapar sekali!
Setibanya disana dia langsung mengambil mangkuk yang berisi mie ayam favoritnya itu, melahapnya dengan rakus karena perutnya benar-benar sangat lapar.
Megan menganga, menatap terkejut sahabatnya itu.
"Tidak makan berapa Minggu?"
"Sebulan!"
"Kesurupan setan apa?"
"Reog!"
Sudahlah Megan jangan banyak bertanya dulu. Biarkan gadis kelaparan itu menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Percuma menanyainya sekarang, jawabannya tidak akan pernah benar.
Tetapi-
"Lama sekali didalam sana, membicarakan apa?"
"Secret!"
Sudahlah Megan, Lebih baik diam dan menutup mulutnya rapat-rapat sebelum menanyai sahabatnya itu banyak pertanyaan - pertanyaan tentang ko bisa seorang murid baru seperti dirinya bisa masuk dengan mudah ke ruangan tersebut. Ruangan yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.
Megan yang hampir tiga tahun sekolah disini saja belum pernah masuk kesana, tetapi Grizelle?
"Grizelle"
"Apa?" Megan berdecih, gadis bule itu tetap saja menyebalkan, "aku hanya diberi tugas hukuman saja!"
"Tugas hukuman?"
Grizelle mengangguk.
"Nanti pak Bayu akan mengirimkannya lewat pesan"
APA?!
Bukan hanya bisa dengan mudah memasuki ruangan tersebut, sahabatnya itu juga bisa mendapatkan nomor telponnya?
WOW!
"Kenapa sih, jangan berteriak seperti itu!"
Tidak, Megan tidak bisa untuk tidak berteriak saat ini.
"Do you have the number Mr. Bayu? are you serious?"
"Memangnya kenapa?"
"Jawab saja sih!"
"Belum! Tapi nanti dia kirim pesan"
Gadis itu kembali berteriak, menarik tubuh Grizelle untuk dipeluknya dan sesekali Megan mencium pipinya gemas.
Beberapa murid yang melihatnya hanya tersenyum geli, sudah tidak heran lagi, setiap mereka berada dikantin pasti akan sangat ramai sekali.
"Kamu tadi nuduh aku kesurupan, buktinya kamu kayak orang yang lagi kesurupan." Grizelle berusaha menjauhkan Megan dari tubuhnya, namun Megan malah mengeratkan pelukannya.
"Beruntung banget sih kamu, Grizelle"
Beruntung apanya? Yang ada dirinya kesal karena pasti guru itu akan memberikan tugas menumpuk untuknya.
"Yang namanya dihukum itu gak ada yang untung. Sial yang ada!"
"Ck! Maksudnya kamu beruntung bisa punya nomor pak Bayu!"
"Emang kamu belum punya?" Grizelle mulai penasaran. Apakah segalak itu guru bermata pelajaran matematika tersebut sehingga tidak ada satupun murid yang bisa memiliki nomornya.
"Belum, Grizelle. Makanya aku bilang kamu beruntung"
Benarkah? Ah Grizelle tidak percaya.
"Kamu sekolah disini udah 2 tahun loh Meg, masa iya-"
"Serius Grizelle, tapi gak semua guru sih cuma pak Bayu doang yang ribet"
"Kenapa emangnya?"
"Dia gak suka nomornya disebar ke sembarang orang. Hanya orang-orang penting dan tertentu aja yang boleh tahu"
Ya memang begitu kenyataannya. Mengingat dia adalah seorang pengusaha sukses sekaligus pemilik perusahaan terbesar di Asia, pria itu sangat membatasi diri untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun.
"Ck! Lebay banget deh"
PLAK! Satu tabokan keras mendarat pada lengan kirinya.
"Sembarangan kalau ngomong! Kamu tahu gak, sekolah ini itu milik keluarganya tahu!" Wow! Pantas saja ruangannya begitu mewah, anak pemilik sekolah ini rupanya. "Dia juga ngajar ekskul music, khususnya alat music piano. Jago!" Imbuhnya.
Cih!
Grizelle begitu sebal mendengarnya saat Megan dengan bangga menyebutkan satu-persatu keahlian khusus guru tampan tersebut. Apakah Megan benar-benar lupa jika dirinya juga pandai dalam berbagai alat musik.
Terdengar nada pesan masuk, Grizelle segera mengambil ponselnya, "Diam! Ada pesan masuk" Lalu melihatnya. Sebuah pesan baru masuk dari nomor tidak dikenalnya.
"Nomor baru?"
"Siapa?" Tanya Megan penasaran. Griz hanya menggelengkan kepalanya, lalu membuka pesan tersebut.
+628571638xxxx : [Kerjakan halaman 50 dan serahkan besok ke ruangan saya]
Oh ternyata guru tampan menyebalkan itu. Grizelle cepat-cepat membalasnya.
[Berapa soal pak, jangan banyak-banyak ya, hehe]
Pesan terkirim dengan doa-doa agar guru tersebut tidak memberikan soal yang banyak untuknya karena rencananya malam ini dirinya akan melanjutkan kembali episode yang belum ditontonnya. Begini nih jika tidak update informasi, tertinggal beberapa drama yang sedang booming.
Sebelum guru itu membalas, Grizelle memikirkan nama apa yang cocok untuk guru dingin dan menyebalkan sepertinya. Nama itu harus benar-benar sesuai dengan karakternya, tidak boleh melenceng sedikitpun.
"Apa ya?"
Terus mengetik beberapa nama, kemudian menghapusnya lagi. Berpikir terus untuk mencari nama yang cocok untuk guru tersebut.
"Nah, ini aja!"
Di ketikannya sebuah nama 'MY COLD TEACHER' Pada deretan kontaknya. Nama yang sangat sesuai dengan karakternya yang dingin. Nomor tersebut nampak berjejer dengan orangtuanya.
MY COLD TEACHER : [Kamu tenang saja, hanya 20 soal]
APA? Yang benar saja, bahkan itu sangat banyak sekali. Kenapa tidak semuanya saja untuk dirinya kerjakan! Guru itu benar-benar menyebalkan sekali, untung tampan.
[Bapak serius?]
MY COLD TEACHER : [Sangat serius. Apakah kurang banyak?]
"Gila ya ini guru! Aku cuma telat 5 menit doang loh" Meskipun kesal, Grizelle tidak berani membantahnya atau guru itu akan menambahkan soalnya.
[Tidak, terima kasih bapak guru nyebelin]
Di ruangannya, Bayu tertawa-tawa sambil membaca lesan dari muridnya. Ia begitu senang karena berhasil membuatnya kesal, pasti gadis itu sedang mengoceh diluar sana.
"Berani-beraninya dia bilang gue nyebelin!" Ucapnya dengan terkekeh.
[Saya tambah 5 soal]
GRIZELLE JOVANKA : [Ampun pak guru tampan :(]
Lagi-lagi Bayu tertawa. Mereka terus berkirim pesan sampai Bayu menjadi lupa jika dirinya belum sempat makan siang. Untung saja masih ada stok roti dalam kulkasnya.
Sedangkan Grizelle, gadis itu terus mengomel menatap layar ponselnya, dimana foto guru tampan yang sempat ia curi terpampang disana.
"Gila!" Ucapnya kesal.
Megan yang terus memperhatikan sahabatnya itu bingung, sejak tadi Grizelle terus mengomel. Ia menjadi penasaran, siapa yang telah membuat Grizelle seperti itu.
"Kenapa sih?"
"Nih orang gila nyebelin banget!"
"Ha?"
"Guru kesayanagan kamu!"
Lagi-lagi Megan berteriak tidak percaya, kemudian merampas ponsel yang masih Grizelle genggam lalu membaca pesan-pesan dari guru tampannya itu.
"Astaga! Grizelle, kamu yakin ini pak Bayu, guru kita?"
Megan masih tidak percaya dengan isi pesan tersebut, dimana guru yang terkenal galak dan dingin itu ternyata bisa bercanda juga. Meskipun terlihat agak menyebalkan tetapi Megan cukup terkejut dengan selera humornya.
"Siapa lagi emang Meg, kamu ini"
"Aku minta ya"
"Ambil aja. Sumpah ya, itu guru nyebelin banget!"
"Lagian kamu nyari gara-gara bilang dia nyebelin, tapi emang iya sih haha"
Dasar!
"Aku ke toilet dulu deh, kamu kalau mau ke kelas duluan aja. Nanti aku nyusul"
"Ya udah"
Sementara Grizelle sedang ke kantin, Megan memilih kembali ke kelasnya. Di lapang basket, sudah ada kelas 12 B yang akan berolahraga. Ia juga melihat ada seorang pemuda yang sangat ia kenal terus memperhatikannya.
Terkenal karena ke-cuek-kan nya, Megan berjalan biasa saja melewatinya. Namun baru selangkah dirinya akan menaiki anak tangga, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
Megan menoleh bingung.
"Ada apa?" Megan bertanya setelah pemuda itu berdiri dihadapannya.
"Pulang sekolah tunggu gue diparkiran ya?" Kata pemuda berambut tebal tersebut. Dia adalah Bryand Orlando, anak rekan kerja papahnya Megan. Mereka saling mengenal namun tidak terlalu dekat karena Megan tidak begitu nyaman jika dekat dengan seorang pria, apalagi seorang Bryand Orlando yang terkenal sangat playboy.
"Mau apa-"
Belum sempat Megan menyelesaikan kalimatnya, Bryand berlalu begitu saja, berlari ke lapangan bergabung kembali dengan sahabat-sahabatnya.
"Gak jelas banget!"
Di lapangan sambil kembali bermain bola basket, teman-temannya terus meledeknya. Tidak biasanya seorang Bryand mendekati perempuan terlebih dahulu, biasanya perempuan kan yang akan memohon cinta kepadanya.
"Gerak cepat nih" Goda Nathan, teman sebangku Bryand.
"Harus! Kali ini gue beneran serius sama itu cewek" Sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya dari seorang gadis cuek yang mampu menarik perhatiannya. Sesekali Bryand melambaikan tangannya ketika secara tidak sengaja pandangan mereka bertemu.
Seolah tidak percaya, nial merasa geli mendengar kalimat seorang Bryand.
"Tai! Gue gak percaya, semuanya aja loe bilang serius terus ujung-ujungnya ditinggalin juga!" Alhasil, semua teman-temannya ikut menyorakinya.
"Sialan loe pada ya!"
Bryand melempari kedua sahabatnya dengan bola secara bergantian, bukannya menyemangati dirinya untuk berubah, mereka malah semakin memojokkannya.
Benar-benar sahabat lucknut!
Dari tempat lain, beberapa perempuan yang berjumlah lima orang tersenyum ketika melihat Grizelle sedang berjalan sendirian menuju toilet tanpa ditemani sahabatnya, Megan.
Bagus! Ini adalah kesempatan baginya untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
"Ikut gue ke toilet, guys"
Mereka masuk kedalam toilet tersebut dan mendapati Grizelle yang sedang mencuci wajahnya. Beberapa murid yang menyadari langsung berhamburan keluar. Mereka tidak mau mendapatkan masalah apapun dengan Genk yang suka mem-bully tersebut.
Setelah selesai merapikan diri, Grizelle yang akan keluar tiba-tiba saja jalannya dihadang oleh mereka berlima.
🌻
REVISI
"Maaf! Bisa minggir gak? Aku mau keluar"
Grizelle tidak mengerti, sebenarnya mereka mau apa secara sengaja menghadangnya seperti ini. Apakah ia mempunyai salah dengan mereka? Sepertinya tidak! Bahkan selama dirinya pindah pun, Grizelle baru pertama kali bertatap langsung dengannya.
"Hey, bisa minggir?"
Fiona terus memperhatikan Grizelle dari ujung kaki sampai rambut dengan kesal, rupanya benar apa yang dikatakan teman-temannya jika murid baru yang bernama Grizelle Jovanka itu sangatlah cantik, bahkan bule. Tentu Fiona tidak menyukainya, ia merasa sangat tersaingi. Pantas saja gadis itu bisa keluar masuk ruangan tersebut dengan mudah.
Cih!
"Bentar doang, gue cuma mau ngobrol ko sama loe!"
"Mau ngomong apa?" Grizelle merasa malas. Jika hanya mengobrol saja, memangnya tidak bisa diluar? Kenapa mesti di toilet seperti ini, apalagi sampai keroyokan begini.
"Loe anak baru itu?" Tanya Fiona ketus.
Beberapa Minggu lalu, dirinya memang sempat mendengar kabar jika ada murid baru pindahan dari Amerika. Tetapi ia tidak terlalu begitu perduli saat itu dan berpikir jika murid tersebut tidak begitu terkenal. Namun saat beberapa teman sekelasnya bercerita jika murid tersebut sangatlah cantik, ia jadi penasaran.
"Iya, kenapa?"
"Loe abis ngapain dari ruangan pak Bayu?"
Grizelle terkekeh pelan sebelum dia menjawab, ternyata ini penyebab dirinya sampai dihadang. Oh ayolah! Memangnya mereka tidak pernah kesana apa, sampai menginterogasinya seperti ini. Megan juga sama, apakah memang benar kalau mereka belum pernah sekalipun masuk kesana.
"Emangnya kenapa?"
"Jawab doang sih susah amat!" Sewot yang lainnya.
"Santai bisa?" Grizelle tidak terima saat salahsatu diantara mereka mendorong pundaknya.
"Ya udah tinggal jawab doang!"
"Gak usah dorong-dorong segala juga kali!" Barbar sekali. "Ngambil tugas hukuman, kenapa mau bantuin?" Imbuhnya.
"Hukuman?"
Fiona tidak mengerti. Apakah murid tersebut telah berbuat ulah bisa mendapatkan hukuman seperti itu?
Grizelle mulai menjelaskan bagaimana dirinya bisa masuk keruangan tersebut. Mulai dari dirinya terlambat masuk ke kelas, sampai mendapatkan 25 soal tugas hukuman yang didapatkannya.
"Gitu doang?"
"Terus kamu berharap aku ngapain didalam sana?"
Cih!
Grizelle sangat sebal sekali melihatnya. Memangnya mereka berpikir dirinya berbuat apa disana sampai di interogasi seperti ini. Lalu memangnya siapa mereka sampai kepo dan menghadangnya, pacarnya? Tidak mungkin!
"Udah nih interogasi nya?"
Fiona memberi isyarat kepada teman-temannya agar minggir, ternyata tidak ada hal yang aneh terjadi diruangan sana. Awas saja kalau sampai murid itu berbuat ulah untuk mendekati pak Bayu, dirinya tidak akan membiarkannya tenang.
🌻
HENDRY : [Gantiin jadwal gue, dikelas 12A]
[Oke! Imbalannya apa?]
HENDRY : [Loe sama sahabat gitu banget. Please lah. Loe udah kaya dan punya segalanya, mau apa dari gue yang miskin ini :(]
[Haha, bercanda kali]
Diruangan nya, Bayu sedang bersiap-siap untuk kembali mengajar. Seharusnya dirinya sudah bisa pergi ke kantor, namun karena ia mendapatkan pesan dari sahabatnya yang memberitahukan jika dia tidak bisa mengajar dikelas 12 A dan meminta Bayu menggantikannya, Bayu dengan berat hati mengiyakannya.
Sempat ingin menolak karena pekerjaan dikantor sedang banyak-banyaknya, namun karena sahabatnya memohon, ia jadi tidak tega. Tetapi setelah ia menyadari jika kelas yang harus ia isi adalah kelas 12 A, pria itu menjadi bersemangat.
Bayu berjalan menuju lift untuk pergi ke kelas 12 A yang berada dilantai tiga, pria itu tersenyum saat mendapati murid baru yang sempat ia buat kesal sedang berdiri disana. Ia mempercepat langkahnya, lalu berdiri dibelakang gadis itu tanpa bersuara.
{Kau tau sejak pertama bertemu, terbayang senyum indah di matamu. Kau berikan tatapan cinta untukku-} Judika - Sampai kau jadi milikku
Lagi-lagi jantungnya kembali berdebar, rasanya sangat aneh sekali setiap berdekatan dengan gadis itu. "Kamu benar-benar bahaya Grizelle" Iya bahaya untuk kesehatan jantungnya. Bisa-bisanya seorang gadis SMA bisa membuat hatinya berdebar kembali. Hah! Kalau sampai Andra tahu, bisa diledek habis-habisan nanti.
"Aku harus memeriksakannya besok. Siapa tahu aja ini cuma serangan jantung dadakan" Batinnya.
Mereka masuk bersamaan ketika pintu lift sudah terbuka. Grizelle yang sedang berkirim pesan dengan sang mommy masih belum menyadari jika ada guru disebelahnya. Sampai akhirnya pintu itu kembali tertutup, Grizelle baru memasukan ponselnya dan menoleh.
"Eh? Maaf pak, saya baru sadar kalau ada bapak"
"Hati-hati. Jangan terlalu berlebihan bermain ponsel, bahaya!"
"Baik pak, maaf"
Mengibaskan tangannya berkali-kali, Grizelle merasa udara didalam lift mendadak sangat panas sekali. Apalagi hanya ada dirinya dan guru tampan yang berdiri gagah disebelahnya.
"Kenapa?"
"Panas pak" Grizelle menjawab dengan tersenyum tipis. Kenapa lama sekali sampainya, ia sudah benar-benar tidak tahan lagi.
"Sekarang pelajaran siapa?" Tanya Bayu basa-basi, padahal dirinya sendiri guru pengganti sahabatnya. Dasar modus!
"Seharusnya pak Hendry. Tapi katanya dia enggak bisa masuk"
Memang saat dikantin, Grizelle sempat mendengar dari teman-temannya jika pak Hendry tidak bisa masuk karena ada urusan mendadak. Jadi mungkin kelasnya akan kosong.
"Saya yang akan menggantikannya"
Bayu keluar terlebih dahulu setelah pintu lift terbuka, pria itu menoleh karena muridnya masih diam didalam sana.
"Ayo!" Bayu menarik tangan gadis itu dan membawanya keluar. "Kamu mau diam saja disana? Apa kamu gak suka kalau saya yang mengajar?" Imbuhnya.
EH!
Gadis itu hanya diam saat tangannya terus ditarik. Sampai mereka berhenti didepan kelas, Bayu menghentikan langkahnya sebelum melangkah masuk.
"Kenapa?"
"Tangan aku-" Grizelle terkekeh, setelah tangannya terlepas, gadis itu masuk kedalam kelas terlebih dahulu. Sedangkan Bayu, pria itu mendadak mendapat panggilan masuk dari Hendry.
Melihat Grizelle yang baru datang, Megan segera menghampirinya. "Tenggelam di toilet kamu, lama banget!" Tanyanya setelah Grizelle duduk dibelakangnya.
Sambil mengeluarkan buku pelajarannya, Grizelle menjawab. "Habis di interogasi dulu"
"Sama?"
"FIONA!" Bisiknya.
"Apa?"
Megan langsung berdiri, memeriksa setiap jengkal tubuh Grizelle. Memastikan jika tidak ada luka lebam atau apapun disana. Dirinya sudah menduga jika suatu saat Fiona pasti akan mengganggu sahabatnya.
"Ngapain kamu tuh cewek. Bilang sama aku!"
"Meg, aku gak di apa-apain. Serius!"
"Jangan bohong Griz!"
"Sumpah demi tuhan, Megan" Menarik tangan Megan untuk duduk disebelahnya, "Aku cuma ditanyain abis ngapain aja diruangan pak Bayu" Imbuhnya. Mengembuskan nafasnya lega, Megan tidak akan tinggal diam jika sampai Fiona berbuat ulah kepada sahabatnya.
"Syukur deh. Bilang sama aku kalau dia bikin ulah sama kamu!"
"Iya"
Kelas yang ramai mendadak hening ketika anak pemilik sekolah ini masuk. Mereka yang mengira jam pelajaran pak Hendry akan kosong merasa kecewa karena ternyata pak Bayu yang akan menggantikannya. Gagal sudah rencana kelas 12 A yang akan malas-malasan dikelas.
"Selamat siang semuanya"
"Siang pak"
"Hari ini pak Hendry tidak bisa mengajar seperti biasanya, karena beliau ada urusan dikantornya. Jadi saya yang akan menggantikannya. Oke! Keluarkan buku kalian dan buka halaman 36"
Semua murid tersebut langsung membuka buku pelajarannya dan memulai materinya. Tidak ada suara kebisingan apapun selama dirinya mengajar, sampai akhirnya suara ponselnya sendiri yang membuat semua murid menatapnya.
"Kenapa pa? Bayu sudah mengatakan jika Bayu menolak perjodohan itu. Jadi papa jangan memaksa Bayu lagi, oke!" Ucap Bayu setelah keluar dari kelas. Ia masih sangat kesal kepada sang papa yang terus memaksanya agar mau untuk dijodohkan.
PAPA THEO : Dih ge-er banget kamu! Siapa juga yang mau ngebahas itu. Papa cuma mau memberitahukan kalau rekan kerja papa yang dari Amerika meminta bertemu sekarang. Kamu udah selesai ngajar belum?
"Kirain! Bentar lagi juga beres. Papa kirim alamatnya saja, 10 menit lagi Bayu berangkat"
PAPA THEO : Oke! Jangan membuat dia menunggu, papa tidak mau proyek besar ini gagal. Apalagi dia sudah datang jauh-jauh dari Amerika.
"Ya!"
Setelah sambungan telponnya tertutup, Bayu kembali ke kelasnya, membereskan buku serta laptop lalu memasukannya kedalam tas.
"Maaf semuanya. Saya ada keperluan mendadak, jadi hari ini cukup sampai disini pertemuan kita. Terima kasih" Pamitnya seraya pergi.
Selepas kepergian guru tampan tersebut, semua murid 12A bersorak bahagia. Mereka segera mengemasi barang-barangnya untuk pulang lebih awal karena tidak ada pelajaran lagi selain ini. Begitupun dengan Grizelle, gadis itupun segera memasukan semua bukunya.
"Akhirnya pulang cepet, aku bisa tidur siang sepuasnya deh" Gumamnya begitu bahagia. Tetapi ketika mengingat kembali soal hukuman yang begitu banyak, sepertinya bayangan tidur siang yang begitu nyenyak hancur berantakan oleh 25 soal tugas yang guru tampan itu berikan.
"Argh! Nyebelin"
"Oke baiklah Grizelle, lebih baik sekarang kamu cepat pulang lalu kerjakan semua tugas tersebut dengan penuh rasa syukur!"
Hish! Meskipun kesal, tapi ya mau bagaimana lagi. Perintah guru tersebut tidak bisa dibantah.
"Langsung pulang?" Megan bertanya saat melihat Grizelle sudah siap untuk pulang, berbeda dengan dirinya yang nampak santai. Bahkan bukunya masih berserakan diatas mejanya.
"Iya nih mau ngerjain tugas dari guru gila tadi. Kamu gak langsung pulang?"
"Duluan aja, aku ada urusan nih" Bisiknya. Megan tidak mungkin kan memberitahukan jika Bryand mengajaknya untuk bertemu siang ini.
"Tumben punya urusan, biasanya luntang-lantung gak jelas" Grizelle terkekeh lucu ketika Megan hampir melemparinya dengan buku. Dasa bule sialan!
"Sembarangan! Aku mau ketemuan nih sama seseorang"
What? Tumben sekali seorang Agatha Megantari mau merespon ajakan seseorang. Padahal yang Grizelle tahu, sahabatnya itu adalah perempuan ter-cuek yang pernah dikenalnya.
"Luar biasa! Siapa orang yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan seorang Agatha Megantari, seorang cewek yang super cuek? Pasti ketiban hoki tuh orang"
"Ish lebay deh. Aku juga gak tahu dia beneran apa enggak nyuruh aku nunggu diparkiran, tapi kalau sampai tuh orang mainin gue-"
"Jangan galak-galak, kasihan yang antri jadi pacar kamu pada takut haha" Ledeknya.
"Bodo amat!"
Grizelle hanya tertawa, kemudian memakai tas nya untuk bergegas pulang karena 25 tugas yang guru tampan itu berikan sudah tidak bisa diam ingin cepat diselesaikan.
"Ya udah, aku pulang duluan ya. Kamu hati-hati, kasih kabar kalau udah jadian" Sebenarnya Grizelle tahu siapa orang yang akan mengajak Megan untuk bertemu, namun Grizelle tidak mau membuat Megan menjadi malu lalu akhirnya ia tidak mau menemui seseorang itu.
"Ih Grizelle kamu tahu ya?"
"Enggak!" Sangkal nya. Grizelle melambaikan tangan ketika sudah keluar kelas, gadis itu menoleh dan menjulurkan lidahnya meledek.
"Bohong! Itu ngomong kayak gitu apaan woy!"
Sesuai permintaan pemuda yang tadi siang memintanya untuk menunggu diparkirkan, Megan sudah berdiri disana dengan raut wajahnya yang sedikit kesal. Gadis itu mengibaskan tangannya, cuaca yang sangat terik membuat gadis berpostur tinggi itu kegerahan. Beberapa kali ia melihat jam yang melingkar pada tangannya, ternyata sudah 10 menit ia berdiri disana namun pemuda itu belum terlihat juga.
"Ngerjain gue doang nih kayaknya"
Kesal, akhirnya Megan memutuskan untuk pulang saja, tidak perduli jika pemuda itu marah ataupun tidak, Megan benar-benar merasa dibodohi sekarang. Namun saat Megan akan pergi, tiba-tiba pemuda tersebut datang dan menghalangi langkahnya.
"Mau kemana sih?"
"Kamu lama. Aku udah nunggu lebih dari 10 menit ya disini, mana panas banget lagi" Keluhnya.
Bryand Orlando, menarik tangan Megan untuk duduk diatas kap mobilnya. Pemuda tersebut mengeluarkan dua minuman dingin dari dalam tasnya dan memberikannya. Dia menjelaskan alasannya telat datang karena ada urusan dengan anak-anak team basket tadi.
"Maafin aku ya, tadi mendadak banget"
"Ya!"
"Jangan marah dong"
"Biasa aja!"
Bryand terkekeh pelan, ternyata lucu sekali gadis cuek ini. Kenapa ia sampai tidak sadar jika keluarga mereka sangat dekat. Kalau tahu kan, Bryand sudah dari dulu mendekatinya.
"Kenapa ketawa?"
"Kamu lucu!"
"Gak jelas banget!"
Megan bertambah kesal ketika Bryand terus menatapnya, ia mencoba bangkit namun lagi-lagi Bryand menarik tangannya.
"Aku belum ngomong tujuan aku loh Megan, jangan kemana-mana"
"Ya udah mau ngomong apa?"
"Aku-"
Aduh! Kenapa Megan yang deg-degan sih. Sebenarnya apa yang akan Bryand katakan padanya.
"Malam Minggu ada acara gak? Aku mau ajak kamu keluar"
DEG!
🌻
REVISI
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!