"Apakah aku akan dipaksa pulang kampung dan menjadi petani?" tanya Imbran dalam hati.
Imbran duduk di tepi pantai sambil menyaksikan langit senja yang keemasan beserta indahnya lautan tak berujung. Namun, tidak ada sedikit pun kegembiraan di hatinya.
Tahun ini, Imbran memasuki usia 20 tahun dan baru saja lulus dari Universitas Starffod. Seharusnya hari ini menjadi titik awal bagi Imbran untuk memasuki kehidupan bermasyarakat dengan bekerja. Namun, insiden yang terjadi belum lama ini membuat masa depan Imbran kini menjadi suram.
Seminggu yang lalu, Imbran melihat ada orang yang hendak memperkos* seorang wanita yang mabuk di depan sebuah bar yang sesekali dilewati oleh dirinya. Entah keberanian apa yang merasuki Imbran waktu itu, Imbran berkata dengan suara lantang, "Turunkan gadis itu!".
Kalimat itulah yang menyebabkan Imbran mendapat masalah besar di kota tempat tinggalnya. Ternyata, orang yang membawa gadis mabuk itu adalah Dickiano Diktanala, anak konglomerat paling terkenal di Starfford. Pria itu punya hobi meniduri gadis yang pingsan karena mabuk. Bahkan, ada beberapa wanita yang sengaja minum hingga mabuk dengan harapan agar pria itu akan meniduri mereka.
Dickiano yang gagal menjalankan rencana jahatnya tidak memukuli atau pun memarahi Imbran. Dia hanya menatap Imbran dengan penuh kebencian, lalu berkata, "Aku mengenalmu".
Setelah Dickiano pergi, wanita mabuk itu segera bangkit dan memarahi Imbran. Dia mengatakan bahwa Imbran terlalu suka ikut campur urusan orang. "Apakah kau sudah bosan hidup? Hey, miskin, ingatlah di mana saat ini kau berada." Akhirnya, wanita itu pergi dengan kesal ketika Imbran sedang tercengang-cengang mendengar kalimat sang gadis yang dia tidak ketahui nama nya tersebut.
"Bukannya terima kasih, ini malah aku yang dimarahi, huh aneh," keluh Imbran.
Segera setelah itu, Imbran gagal dalam setiap wawancara kerja. "Apakah keberuntunganku sudah habis?".
Suatu hari, Imbran tidak sengaja mendengar bahwa kegagalannya dalam wawancara itu akibat perbuatan Dickiano. Imbran sangat terpukul dan frustasi. Jadi, dia datang ke pantai ini dengan sekotak bir kaleng untuk meredakan tekanan batinnya.
"Tidak. Aku tidak boleh kembali begitu saja. Aku harus bisa mencari uang. Keluargaku sudah susah payah menyekolahkanku hingga lulus kuliah dan berharap aku bisa sukses ke depannya. Aku enggak boleh pulang. Selain itu, adik-adikku masih harus sekolah. Aku harus mengurangi beban ekonomi keluargaku." Geram Imbran sambil mengusap wajahnya kasar.
"Dickiano bukan apa-apa. Walaupun aku tidak bisa bekerja di Starffod, masih ada tempat lain yang bisa aku tuju. Dickiano, kamu tidak bisa memaksaku kembali ke pedesaan. Kamu yang harus mati," ucap Imbran yang sedang dipenuhi dengan kebencian.
Imbran meraih segenggam pasir dengan tangan kanannya, lalu melemparkannya ke arah laut. Tiba-tiba, Imbran merasakan sakit yang menusuk di telapak tangan kanannya. Saat menundukkan kepala untuk melihat, dia mendapati bahwa telapak tangan kanannya tergores oleh sepotong serpihan kaca seukuran kuku yang berwarna emas. Darahnya sudah mengalir ke permukaan serpihan kaca emas itu.
Saat Imbran hendak menyingkirkan serpihan itu, serpihan kaca itu tiba-tiba mencair masuk ke dalam telapak tangannya dan menghilang. Kemudian, Imbran merasa sangat pusing dan akhirnya pingsan di tepi pantai.
Sepuluh menit kemudian, Imbran siuman dan langsung mengangkat telapak tangan kanannya. "Apa yang terjadi padaku?" Walau bagaimanapun, dia tidak dapat mengartikan fenomena apa tadi yang terjadi padanya. Dia mendapati bahwa lukanya sudah pulih. Imbran melihat telapak tangannya sendiri dengan linglung. Dia ingat jelas bahwa telapak tangannya sudah tergores serpihan kaca emas. Kenapa sekarang tidak ada sedikit pun bekas luka?
Tepat pada saat ini, lautan di hadapan Imbran tiba-tiba memancarkan semacam aura yang memikat dengan kuat sehingga Imbran tanpa sadar berjalan menuju laut. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam air laut, sel-sel di sekujur tubuh Imbran bereaksi dengan dahsyat. Rasanya seperti sedang bersemangat. Imbran tidak bisa menjelaskan penyebab dirinya merasa seperti ini. Namun, dia merasa memiliki hubungan yang sangat intim dengan laut.
Kemudian, Imbran yang seluruh tubuhnya sudah terendam ke dalam air laut terkejut. Dia menemukan bahwa dirinya tidak merasakan sesak, mual, atau kejang-kejang. Selain itu, hal yang lebih menakjubkan adalah dia bisa melihat semua pemandangan di bawah laut dalam radius seratus meter tanpa merasakan perih di mata. Tekanan air laut bahkan tidak berpengaruh terhadap dirinya saat ini.
Imbran tentu sangat terkejut dengan semua itu. Namun, ada semacam perasaan bahwa dia harus menerimanya.
"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Meskipun percaya bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya di laut, Imbran tetap kembali ke daratan untuk berpikir. Setelah duduk di tepi laut, dia pun berpikir sejenak.
"Mungkinkah serpihan kaca emas tadi yang menyebabkan tubuhku berubah menjadi lebih wow?" ucapnya.
Setelah memikirkannya berulang kali, Imbran hanya bisa memikirkan satu kemungkinan. "Kalau semua ini memang benar, nasibku pasti akan berubah sepenuhnya. Dickiano, aku akan segera menjatuhkanmu." Begitu memikirkan kemungkinan ini, Imbran langsung bersemangat. Harus diketahui bahwa kekayaan yang tak terhitung jumlahnya ada di dalam laut. Dengan kemampuan supernatural yang diperoleh Imbran tadi, kekayaan itu pasti akan jatuh ke tangannya. Setelah memikirkannya, Imbran yang tidak ingin membuang waktu lagi segera masuk ke laut secara diam-diam. Dengan kemampuan abnormal ini, Imbran bisa melihat pemandangan bawah laut tanpa harus menggunakan kacamata selam dalam radius seratus meter.
Segera setelahnya, Imbran menemukan sekelompok lobster berukuran besar dengan berbagai warna di lumpur samping tumpukan bebatuan dan terumbu karang. Lobster mutiara Sentragama yang indah. Nama ini segera muncul di benak Imbran.
Jumlah lobster yang ditemukan Imbran sekitar tujuh atau delapan ekor dengan berat masing-masing sekitar satu setengah kilogram. Ketika ia mendekati kelompok lobster tersebut, seekor lobster yang memimpin rombongan dan memiliki berat sekitar dua kilogram mengangkat sepasang capit besarnya ke arah Imbran. Melihat lobster yang memamerkan kekuatannya, Imbran pun menyunggingkan senyum menghina. Saat itu, kelompok lobster besar itu tampaknya takut. Mereka yang tidak bergerak seolah-olah tunduk kepada Imbran. Tidak lama kemudian, Imbran berenang kembali ke pantai dengan satu lobster besar di masing-masing tangannya.
Sekembalinya ke tepi pantai, Imbran langsung mengeluarkan ponsel untuk memeriksa harga lobster. Namun, ponselnya tidak menyala dan rusak karena sudah masuk ke dalam air. Imbran bisa bernapas bebas di dalam air dan mengabaikan tekanan air, tetapi ponselnya tidak memiliki kemampuan supernatural itu. Ponsel itu hanya ponsel murah yang sudah sewajarnya harus rusak, gumam Imbran. "Sialan! Bisa-bisanya aku melupakan hal ini!"
Imbran merasa kesal karena ponselnya rusak. Namun, suasana hatinya kembali membaik begitu ia memikirkan lobster-lobster di dasar laut dan dirinya yang telah memperoleh kemampuan supernatural. "Sudahlah. Besok, aku akan membeli ponsel baru." Imbran yang berpikir demikian pun mengambil dua ekor lobster yang ditangkapnya lalu berjalan ke restoran terdekat.
Namun, Imbran yang baru berjalan tidak lama dihentikan oleh seorang pria paruh baya berperut besar yang usianya sekitar 40 tahunan. "Dek, tunggu sebentar!" teriak pria paruh baya tersebut. "Ada apa, ya pak?" tanya Imbran sambil menatap pria itu. "Dek, lobstermu ini ditangkap dari laut, 'kan?" tanya pria paruh baya itu untuk berbasa-basi. "Ya, benar," tanggap Imbran sambil sesekali mengamati penampilan pria paruh baya tersebut.
"I… itu… Kamu ingin memakannya atau menjualnya? Kalau mau menjualnya, jual saja kepadaku. Masalah harga, itu mudah." Pria paruh baya itu berpikir sejenak, lalu langsung membahas intinya. "Kamu bersedia membayar berapa?"
Bagaimanapun juga, lobster ini harus dijual. Sekarang, pembeli datang dengan sendirinya. Jadi, asalkan harganya masuk akal, Imbran tidak perlu buang-buang energi. "Dek, lobster ini seharusnya lobster mutiara Sentragama. Di pasaran, harganya mencapai satu juta dua ratus ribu rupiah per kilogram. Kalau kamu bersedia menjualnya, aku bersedia membelinya dengan harga empat juta rupiah," jawab pria paruh baya itu dengan penuh semangat.
Lobster mutiara Sentragama jarang terlihat di perairan terdekat. Sekarang, muncul dua ekor lobster mutiara di hadapannya. Pria paruh baya itu tentu saja dia tidak akan melewatkan kesempatan ini. Sementara itu, Imbran yang mendengar harganya segera menghitung di dalam hati. Setiap lobster ini beratnya hampir satu setengah kilogram. Itu artinya harga masing-masing per ekornya sekitar satu juta delapan ratus ribu rupiah. Sekarang, dua ekor ini ditawar dengan harga empat juta rupiah. Imbran tentu akan menjualnya. "Untung empat ratus ribu rupiah. Lumayan," pikirnya.
"Oke. Kalau begitu, aku akan menjualnya kepadamu." "Bagus, bagus. Kamu mau kubayar tunai atau transfer?" tanya pria paruh baya yang sangat senang itu. "Tunai saja." Lantaran ponselnya sudah rusak, Imbran harus menerima uang tunai. Pria paruh baya itu pun mengeluarkan empat juta rupiah dari tas pinggangnya tanpa ragu-ragu, lalu menyerahkannya kepada Imbran. (To Be Continued)
Setelah mendapatkan Uang empat juta rupiah, Imbran yang tidak ingin tinggal lebih lama di pantai pun bersiap untuk pergi.
"Dek, tunggu sebentar. Ini kartu nama saya. Kalau masih punya barang bagus seperti ini, kamu bisa menjualnya kepada saya .
"saya akan membeli semuanya dan harganya Tidak jadi masalah."
Pria paruh baya itu berkata demikian sambil mengeluarkan kartu namanya, lalu menyerahkannya kepada Imbran.
"Imbran mengambil kartu nama itu, lalu melihat tulisan yang tertera di atasnya. Manajer Umum Wariorr Orientall, Burhan Baskara. No ponsell +97*******
Imbran sontak terperanjat.
Imbran Pernah mendengar nama Wariorr Oriental yang terkenal itu.
Restoran itu menempati peringkat ketiga dalam industri makanan Di Starfford.
Tidak disangka, ternyata pria gemuk ini adalah manajer umum di sana.
Meskipun pria gemuk di hadapannya adalah orang penting, Imbran tidak ingin menjilatinya. Jadi, dia hanya mengangguk, lalu pergi.
Di sisi lain, Imbran yang sedang dalam perjalanan pulang sama sekali tidak tahu bahwa ada "Seseorang mata-mata yang melaporkan kejadian tadi kepada Dickiano"
"Apa? Dia menangkap dua lobster besar dan menjualnya dengan harga empat juta rupiah? Tidak disangka bajingan itu masih punya keberuntungan. Tapi, aku ingin lihat, keberuntungannya akan berlangsung setiap hari atau enggak."
Setelah mendengar laporan tentang Imbran dari detektif swasta ini, Dickiano
yang sedang berada dalam sebuah Vila besar menyunggingkan senyuman menghina.
Dickiano adalah orang yang Pendendam. Siapa pun yang telah menyinggungnya, pasti akan dibalas sepuluh hingga Seratus kali lipat.
"Sekembalinya ke rumah kontrakan, Imbran melihat ibu kontrakan sedang menunggu."
Begitu melihat Imbran kembali,
Ibu kontrakan langsung berkata dengan kesal, "Dulu, aku menyewakan rumah ini karena kamu seorang mahasiswa.
"Tapi, Skrg uang sewamu sudah menunggak selama dua bulan. Kalau kamu Tidak mampu bayar, lebih baik cepat pindah. Jangan mengganggu bisnisku."
sewa dua bulan kemarin dan satu bulan ke depan." Imbran yang merasa sedikit Malu .Mau tidak mau mengeluarkan tiga juta rupiah, lalu menyerahkannya kepada ibu kontrakan.
Sejujurnya, ibu kontrakan ini sangat baik terhadap Imbran. Jika itu orang lain, Imbran pasti sudah diusir sejak awal.
"Anak Muda, kamu butuh lebih banyak pengalaman." Setelah mengambil dan menghitung uangnya, ibu kontrakan pun segera pergi.
Sementara itu, Imbran hanya bisa menggelengkan kepala ketika melihat empat juta rupiah yang baru didapatkannya tersisa satu juta saja. Setelah itu, dia masuk ke rumah kontrakannya.
Rumah itu tidak terlalu besar. Luasnya hanya sekitar 10 meter persegi. Jika tidak, harganya tidak mungkin hanya satu juta rupiah.Di perkotaan ini
"Begitu duduk di ranjang, Imbran pun menyalakan laptop Jadulnya. untuk memeriksa harga lobster. Setelah menyadari bahwa Burhan cukup adil, rasa hormat Imbran terhadapnya pun meningkat.
Kemudian, Imbran memeriksa beberapa informasi lain seperti harga teripang, abalone, dan binatang-binatang laut lainnya.
Imbran memang bisa membedakan jenis binatang-binatang di laut, tetapi dia tidak terlalu tahu harganya.
Setelah mencari tahu beberapa informasi melalui internet, Imbran pun mengantuk.
Setelah mandi, Imbran langsung tertidur tanpa makan malam.
Imbran yang sudah terlelap pun bermimpi panjang. Dalam mimpi itu, dirinya
berubah menjadi naga emas bercakar lima yang berkeliaran di langit. Dia mampu menurunkan hujan, mengeluarkan guntur
dan api dari mulutnya, serta meraung layaknya seekor naga. Raksasa Bahkan, semua makhluk hidup bersujud kepadanya.
Namun, Imbran tidak mengingat isi mimpi ini begitu terbangun keesokan paginya. Dia hanya merasa sangat lapar.
Setelah mandi, Imbran pergi ke toko sarapan di dekat rumah kontrakannya dan makan dalam jumlah Porsi yang sangat banyak.
Yusran baru merasa puas setelah menghabiskan 9 Porsi Nasi ayam.
"full tangki nya kata pelayan satu Menelan Saliva. "pelayan kedua juga Tercengang baru kali ini Lihat manusia makan Seperti kesetanan"
Imbran pun berjalan keluar dari toko sarapan sambil meregangkan tubuhnya, lalu menghentikan sebuah taksi untuk pergi ke toko alat pancing. Dia menghabiskan "Delapan ratus ribu rupiah" untuk membeli satu set peralatan menyelam dan jaring besar sederhana Alhasil, semua uang yang dihasilkannya kemarin habis. hari ini
Sebenarnya, Imbran tidak memerlukan peralatan selam. Hanya saja, dia takut
akan dijadikan sebagai objek penelitian para prof.. jika ketahuan memiliki kemampuan super sperti ini.
imbran pun kembali ke laut. Kali ini, dia menghabiskan tabungannya yang tersisa empat ratus ribu rupiah untuk menyewa sebuah sampan.
Sampan itu cukup menarik. Terdapat sepasang mata yang dilukis di bagian bawahnya.
Pemilik sampan memberi tahu imnran bahwa mata itu berguna untuk melihat gerombolan ikan sehingga dia bisa menangkap ikan yang lebih banyak.
Kontrol sampan itu juga tidak terlalu rumit. Selain itu, laut adalah wilayah kekuasaan imbran.
Kemudian, imbran mengemudikan sampan itu ke tempat dia menangkap lobster kemarin.
Hal pertama yang akan dilakukannya adalah menangkap beberapa lobster kemarin, lalu mencari binatang laut lain.
Ketika tiba di tempat menangkap lobster kemarin, Imbran melihat gerombolan lobster itu masih ada di sana.
Imbran pun langsung gembira.
Kemarin, sebelum meninggalkan tempat ini, imbran sempat asal berpikir. Dia menyuruh gerombolan lobster ini untuk tatap tinggal di sini. Tak disangka, lobster-lobster itu benar-benar menuruti perkataannya.
Jika demikian, apakah itu artinya dia bisa mengendalikan binatang-binatang laut ini?
Woww..
"keren"
Setelah memikirkan hal itu, Imbran yang sudah mengenakan pakaian selamnya melompat ke laut dengan jaring besar yang baru saja dibelinya.
imbran pergi ke area gerombolan lobster, lalu memerintah gerombolan lobster itu untuk berenang ke sisinya.
Ternyata benar, gerombolan lobster itu mengerti apa Yang di ucapkan nya
Begitu melihat, gerombolan Lobster
Imbran memasukkan keenam lobster itu ke dalam jaring. yang sudah dia siapkan.
Setelah selesai, imbran mengedarkan pandangannya untuk mencari binatang laut yang berharga lainnya.
Tak disangka-sangka binatang laut berharga lainnya benar-benar muncul.
Seekor lobster berwarna biru yang beratnya hampir dua setengah kilogram keluar dari tumpukan pasir 50 meter di depan.
Imbran segera berenang mendekat, lalu menangkap lobster eropa tersebut dan memasukkannya ke dalam jaring.
Setelah itu, Imbran kembali berkeliaran di sekitar dasar laut. Dia berhasil mendapatkan delapan abalone besar dan lima teripang besar.
Ketika kembali ke permukaan, imbran
yang sedang bersiap naik ke sampan sewaannya tiba-tiba menyadari ada sepasang mata Lentik sedang memandang dirinya.
Imbran menoleh dan melihat bahwa tidak jauh dari sana, juga ada sebuah sampan. Di atasnya, terdapat seorang gadis berusia sekitar 20 tahun yang sedang memegang alat pancing.
Pemilik sepasang mata Lentik yang sedang memandang imbran adalah gadis itu.
imbran pun menyunggingkan senyum sopan kepada gadis itu. Lalu, dia naik ke sampannya dan meletakkan jaringnya ke atas sampan.
Lantaran sampan yang ditumpangi oleh gadis itu tidak terlalu jauh dari sampan Imbran, gadis itu bisa melihat isi jaring Imbran dengan jelas.
"Tuan, maaf, aku ingin bertanya. Apakah lobster yang ada di jaringmu itu lobster Biru"
Melihat Yusran yang hendak pergi, gadis itu buru-buru bertanya. seperti itu.
"Ya, benar. Aku baru saja menangkapnya." Gadis itu lumayan cantik. Jadi, imbran bersedia mengobrol sebentar dengannya.
Gadis itu langsung bertanya, "Apa kamu mau menjualnya kepadaku?"
"Lobster ini mahal." Gadis ini memang tipenya, tetapi imbran tidak rela menjual rugi lobster biru ini.
"Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu rugi," sahut gadis itu sambil tersenyum.
Kemudian, imbran pun. membawa sampan dan jaringnya mendekat ke sampan gadis itu.
Gadis itu Sontak terkejut ketika melihat Imbran bisa mengangkut jaring yang beratnya sekitar 25 kilogram itu.
*
"Namun, Imbran tidak menyadari hal ini sama sekali."
lobster Biru pun dikeluarkan. dari jaring dan kulitnya yang terpantul sinar matahari itu tampak seperti batu safir.
Kemudian, gadis itu meletakkan lobster Biru ke atas timbangan untuk memeriksa beratnya. Lobster itu seberat 2,6 kilogram.
Gadis itu langsung senang.
Harus diketahui bahwa lobster Biru jenis ini sangat langka karena tingkat pertumbuhannya Sangat lambat dari lobster lainnya. Selain itu, lobster ini mudah. dimangsa karena warna cangkangnya. Jadi, jarang ada lobster biru yang tumbuh hingga sebesar ini.
( To be continue )
3
Harga Udang lobster biasa di pasaran mencapai 2.000.000 Rupiah Per kilogram nya.
"Tapi, lobster Biru dengan berat lebih dari satu setengah kilogram Tidak dijual per kilo gram.
Begini saja, aku beli lobster biru ini dengan harga dua 200.000.000 rupiah. Bagaimana?
Kita masih bisa mendiskusikan harganya." Gadis itu langsung menawarkan harga yang tidak bisa ditolak oleh Imbran.
"Tidak perlu ditawar lagi. Aku akan menjualnya." Imbrran langsung setuju tanpa memikirkannya lagi.
Konyol! Hanya orang bodoh yang menolak dua ratus juta rupiah.
"Berapa nomor rekeningmu? Aku akan mentransfer uangnya." Lantaran Imbran sudah setuju, gadis itu pun tersenyum.
"Eh, aku Tidak membawa Ponselku,"
kata Imbran yang sedikit merasa tak berdaya. Karna Memang saat ini dia belum ada uang untuk mengganti Ponsell nya yang Rusak.
Jika tidak kekurangan uang, Imbran pasti sudah membeli ponsel baru.
Namun, gadis itu juga tidak keberatan. Dia mengeluarkan sebuah Ponsel keluaran terbaru yang masih segelan.
Lalu menyerahkannya kepada Imbran.
"Aku baru membeli ponsel ini Kemaren dan belum pernah digunakan.
Ini untukmu. Kamu bisa masuk ke akunmu. Aku akan langsung transfer uangnya."
"Ma... mana boleh begitu? Bagaimana kalau kamu memotongnya dari dua ratus juta itu?"
Dilihat dari spesifikasinya, harga ponsel ini mungkin sekitar empat belas hingga enam belas juta rupiah. Imbran tentu tidak ingin memanfaatkan orang lain.
"Tidak masalah. Kamu Ambill Saja Didalam Laci Kapal Ku masih ada 2 Ponsel yang seperti punya mu.
"Jika lobster birumu sampai di tepi pantai, "
orang lain pasti akan menawar lebih dari dua ratus juta rupiah. Kalau dihitung-hitung, aku masih untung. Jadi, kamu Tidak perlu sungkan."
Gadis itu seolah-olah menganggap dua ratus juta rupiah sama dengan dua puluh ribu rupiah. Dia tampak seolah-olah tidak peduli dengan uang.
Saat ini, Imbran tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia segera mengutak-atik ponselnya, lalu masuk ke akun banknya.
Kemudian, gadis itu langsung mentransfer uangnya sekaligus bertukar nomor ponsel dengan sang gadis.
Akhirnya, Imbran tahu bahwa nama gadis itu adalah Salsa Lunardi.
"Nona Lunar, kamu ... "
"Kamu panggil aku Salsa saja."
Perkataan Imbran langsung disela oleh
Salsa.
"Salsa, untuk apa kamu membeli lobster
< Klaim ini?" tanya Yusran. "Dua hari lagi, kakekku berulang tahun yang ke-80. Jadi, aku ingin membuat makanan khusus dari bahan-bahan yang langka untuk kakekku," jawab Salsa sambil tersenyum. "Kamu anak yang sangat berbakti, ya," puji Imbran. Pada saat yang sama, dia membatin, kamu kaya sekali! "Itu sudah seharusnya," sahut Salsa dengan malu-malu "Salsa, kamu berencana memancing di sini berapa lama Lagi?" tanya Imbran karena melihat Salsa yang sepertinya tidak berniat untuk kembali." "Mungkin beberapa jam lagi. Aku dengar ada orang yang pernah menangkap Ikan ekor kuning di sini. Jadi, aku ingin menguji keberuntunganku," jawab Salsa sambil memandang ke laut. "Oh.Oke Kalau begitu, semoga kamu beruntung." Sebenarnya, Imbran tahu bahwa dalam jarak 100 meter Dibawah laut ini tidak ada ikan ekor kuning. Namun, dia tidak akan mengatakannya. Setelah itu, Imbran meminjam ponsel Salsa untuk menelepon Burhan. Dia meminta pria gemuk itu untuk datang ke tempat kemarin karena memiliki barang bagus yang bisa dijual. Imbran pun pergi setelah menelepon Burhan. Burhan sudah sampai di tempat ketika Imbran kembali ke pantai. Biasanya, Seseorang yang menduduki posisi sebagai manajer umum tidak akan melakukan hal semacam ini. Namun, Burhan selalu merasa ada sesuatu. yang tidak biasa dari diri Imbran. Jadi, dia sendiri langsung datang ke tempat itu "Burhan terkejut ketika melihat lobster, abalone, dan teripang yang ada di dalam jaring milik Imbran. "Perlu Di ketahui udang lobster, abalone dan teripang itu sangat jarang ditemui Namun bukan berarti Tidak ada. "Dek, kamu yang menangkap semua ini?" tanya Burhan. "Tentu saja aku yg menangkapnya." "Oke, aku akan mengambil semuanya. setelah di timbang dan sebentar memain kan kalkulator Totalnya seratus juta rupiah." Burhan langsung menawarkan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga pasar. Tanpa basa-basi lagi, Imbran langsung menjualnya kepada Burhan. Imbran pun tersenyum dengan penuh semangat ketika melihat uang yang ditransfer Burhan sudah masuk ke Rekeningnya." Imbran sudah mendapat tiga ratus juta rupiah dalam setengah hari. Ini ini benar-benar bagai mimpi. Setelah berpisah dari Burhan, imbran mengembalikan sampan yang disewanya, lalu pergi membeli kartu ponsel dengan semangat. Saat ini, informasi tentang Imbran kembali sampai di telinga Dickiano. "Sialan! Beruntung sekali bocah ini. ,Aku tidak peduli seberapa beruntungnya kamu, bocah apa masih ada gunanya kalau Tidak bisa keluar dari laut?" Dickiano pun memerintahkan beberapa anak buahnya. Kemudian, dia mengambil segelas Wine dengan bangga dan menyesapnya dengan perlahan. Awalnya, dia mengira telah membuat Imbran terjebak di jalan buntu. Tidak disangka, Imbran berhasil keluar dari jalan buntu dan mendapat kesempatan untuk menghasilkan uang. "Masalah ini mulai menjadi makin menarik" Di sisi lain, Imbran yang memiliki tiga ratus juta rupiah berjalan dengan riang. Dia tidak tahu bahwa Dickiano akan membuat masalah dengan dirinya. Setelah mengurus kartu ponsel, Imbran kembali pergi ke restoran untuk menghadiahi dirinya sendiri dengan makanan enak. Setelah kenyang, Imbran kembali ke rumah kontrakannya dan menyusun rencana untuk masa depan. Berhubung telah mendapatkan kemampuan superanatural ini, Imbran harus memaksimalkannya dan tidak bisa terus menangkap binatang-binatang laut. Jadi, Imbran menginginkan kekayaan yang paling berharga di laut, yaitu kapal-kapal tenggelam yang penuh dengan kekayaan dan belum pernah ditemukan. Dengan kemampuan supernatural ini, tidak akan sulit baginya untuk menemukan kapal-kapal yang tenggelam itu. adalah Hal yang perlu dilakukannya sekarang adalah mengumpulkan modal awal. Uang tiga ratus juta rupiah yang dimilikinya sekarang mungkin tidak cukup untuk memenuhi rencana itu. Jadi, Imbran harus menangkap udang untuk sementara waktu ini. Setelah menyusun rencana sederhana ini, Imbran mengeluarkan ponsel untuk mengobrol dengan pacarnya. Meskipun kondisi keluarga Imbran tidak terlalu baik, Imbran masih terbilang cukup tampan. Ketika masih kuliah, dia berpacaran dengan seorang gadis yang bernama Dina Nurleha. Dina tidak seperti Imbran. Dia bekerja di perusahaan besar setelah lulus kuliah. Selama beberapa hari ini, Imbran belum menghubunginya karena masalah pekerjaan. Imbran pun membuka aplikasi obrolan, lalu mengirim pesan kepada Dina. Setelah menunggu cukup lama, Dina akhirnya membalas pesan Imbran dan mengajak bertemu. Imbran yang bersemangat segera bersiap-siap, lalu pergi ke kafe yang disebutkan oleh Dina. Setibanya di kafe, Imbran melihat Dina sedang duduk di dekat kaca. Dinna bukan gadis yang sangat cantik. Namun, dia pandai berdandan dengan Riasan wajah yang cocok, serta mengenakan kalung dan anting-anting yang tampak cukup mewah. Secara keseluruhan, penampilan Dina memancarkan aura wanita pekerja kantoran. Namun, Dina yang melihat kedatangan Imbran tidak terlihat antusias. Bahkan, sorot matanya tampak sedikit kalut. "Dina, lama Tidak berjumpa. Apakah kamu sibuk akhir-akhir ini?" Imbran yang duduk di seberang Dina langsung menyapa dengan senang. "Lumayan," jawab Dina sambil mengangguk. Setelah berpikir sejenak, dia melanjutkan ucapannya, "Imbran, kita putus saja." Imbran yang awalnya bersemangat karena sudah lama tidak berjumpa dengan pacarnya langsung tertegun. Setelah sekian lama, dia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Dina, kamu .. kenapa. kamu. sedang bercanda, 'kan?" "Tidak aku tidak bercanda". Aku hanya merasa saat ini aku Sudah tidak mencintaimu lagi. Kalau terus dipaksakan juga Tidak akan baik untuk kita. Lebih baik kita berpisah." "Dina mengambil Gelas kopi, lalu menyesapnya Perlahan ekspresinya tampak sangat datar" ( To Be Continue )
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!