Dari jauh terlihat seorang gadis cantik dengan pakaian yang modis dan feminim sedang berjalan menyusuri koridor kampusnya. Kulit putih, mata dan bibir yang indah di tambah dengan tubuh yang langsung dan seksi, Aninda Ziandra Putri gadis berusia 19 tahun. Menghipnotis semua mata lelaki tertuju padanya tak terkecuali seorang pemuda tampan yang sederhana tetapi memiliki kelebihan di bidang akademisi yang luar biasa, Haikal syahputra pemuda berusia 22 tahun yang juga tampak kagum memandangnya.
"Woi, bangun nggak usah mimpi di pagi bolong". Ucap Nino mengejutkan Haikal.
"Apaan?". Haikal langsung membuang pandangannya.
"Gue udah kenal loe dengan sangat baik jadi gue tahu loe lagi mandangin tuh cewek ya kan?".
"Ya nggak lah, kapan gue pernah mandangin cewek".
"Itulah yang gue maksud, loe kan jarang-jarang mandangin cewek, tak di sangka tak di duga ternyata selera loe tinggi juga ya, dari dulu pacaran cuma sama buku doang, sekalinya ngelirik cewek langsung cewek level kelas kakap, parah lu". Nino menyikut lengan Haikal.
"Mulai ngawur". Haikal menggelengkan kepalanya.
"Dengerin gue ya, kalau loe memang rencana mau naksir sama cewek jangan sama dia aja, yang lain terserah deh karena dia ketinggian bro. Dia itu the real Sulthan tau nggak".
"Iya, iya gue sadar kok gue siapa, tenang aja loe".
"Maksud gue bukan gitu bro, cuma cewek itu bener-bener nggak akan bisa loe capai, sekelas gue aja nggak berani suka sama dia".
"Tumben nggak PD biasanya semua cewek loe rayu, loe kan orang kaya".
"Itu cewek namanya Aninda, mahasiswa baru, dia pemilik perusahaan dan hotel-hotel berbintang ternama di negeri ini. Dia adik kelas gue sejak SMP, orangnya dingin dan jutek banget dan dia selalu mau jadi pusat perhatian nggak mau kalahlah pokoknya, apa yang dia mau harus di dapat dan dia sama sekali nggak mau bergantung sama cowok atau siapapun karena menurut dia uangnya bisa melakukan segalanya, horor deh kalau loe suka sama dia". Jelas Nino panjang lebar.
"Dan apa yang di mau nggak dia dapat pasti akan di beli pakek uangnya itu". Celetuk Rian tiba-tiba.
"Ya Ampun kayak hantu loe tiba-tiba main muncul aja". Ucap Nino dan Rian hanya terkekeh.
"Kalian apaan sih, ngingetin gue seolah-olah gue lagi ngejar cinta tu cewek aja, kan gue cuma kebetulan liat dia lewat tadi".
"Bukan gitu Kal, kita cuma nggak mau loe dalam masalah, karena kalau dia sampe murka habislah kita". Jawab Rian kali ini.
"Iya, gue bakal ingat selalu lagian tujuan gue kuliah bukan buat pacaran, gue harus selesaikan kuliah gue tepat waktu".
"Yuk, ke kantin aja, lapar gue liatin si Anin". Ujar Nino langsung melangkahkan kakinya ke kantin dan di ikuti oleh kedua temannya.
"Ayo cepat Nino udah lapar banget kayaknya, tenang kita yang traktir". Ajak Rian.
"Nggak mau gue di traktir tiap hari. nggak ada hobi lain kalian selain traktir gue?. Gue nggak semiskin itu kali sampe makan aja harus dibayarin kalian tiap hari". Tanya Haikal lagi.
"Ada, nyontek sama loe, ayo buruan jangang cerewet kayak emak-emak". Rian langsung menarik tangan Haikal.
°°°°°
Aninda bersama temannya sedang berada di kelas karena dosen baru saja keluar.
"Halo cantik". Sapa Aldi pada Anin.
"Nggak bosan tiap hari cari perhatian terus sama aku kak?". Jawab Anin ketus.
"Nggak dong, kan nyapa calon pacar".
"PD amat sih kak Al, kayak anak pak amat aja, hehe". Jawab Nita sahabat Anin.
"Harus optimis dong Nit, nggak boleh kalah sebelum berperang".
"Gue lapar ayo ke kantin". Ajak Anin tanpa mempedulikan kehadiran Aldi.
"Eh tunggu, gue ikut dong jangan di tinggal". Aldi langsung menyusul mereka.
Sesampai di kantin mereka berpas-pasan dengan Rian, Haikal dan Nino.
"Wah, ada 2 mantan teman gue nih sama 1 teman gembelnya". Ucap Aldi pada Rian dan Nino.
"Minggir loe, lagi nggak mood gue". Jawab Nino ketus.
"Wih, mantan teman jangan sombong gitu dong, lagian gue heran sama loe berdua kita udah temenan dari SMP tapi kenapa tiba-tiba selera berteman kalian jadi menyedihkan gini sih". Aldi masih menghadang jalan mereka dan menatap sinis ke Haikal, Anin dan Nita sama sekali tidak peduli dengan keadaan itu dan memilih untuk langsung memesan makanan.
"Gue nggak makan dan kuliah pake uang dari bokap loe, jadi nggak usah ngatur hidup gue". Jawab Rian sambil mendorong tubuh Aldi menjauh.
Mereka pun langsung memesan makanan tanpa mempedulikan Aldi. Haikal sama sekali tidak pernah membalas semua perkataan Aldi untuknya. Karena dia tidak ingin mencari masalah yang dapat menyebabkan beasiswanya dicabut fokus utamanya hanyalah lulus kuliah tepat waktu.
Ya Haikal bisa kuliah karena beasiswa yang didapat karena kepintarannya. Bahkan dia juga di tunjuk sebagai satu-satunya asisten dosen di kampus tersebut. Hal itu pula yang membuatnya semakin populer selain karena ketampanan yang dimilikinya. Banyak wanita yang memimpikan untuk menjadi kekasihnya tetapi tidak ada satu wanita pun yang pernah menjadi pacarnya.
Haikal juga menjadi incaran para gadis-gadis kaya di kampus tersebut, hal itulah yang membuat Aldi begitu membencinya. Aldi tidak terima kepopulerannya di bandingkan dengan lelaki yang hanya mendapatkan beasiswa untuk dapat kuliah.
Hari demi hari Aldi hanya menabur kebencian dan permusuhan kepada Haikal tetapi tidak sekalipun Haikal menanggapinya, ketika Rian dan Nino berteman dengan Haikal kebenciannya bertambah besar apalagi mereka sudah bersahabat sejak dulu.
"Kayaknya itu deh yang namanya kak Haikal". Ucap Nita saat mereka sedang menyantap makanan di kantin.
"Emmmh". Ucap Anin tanpa menoleh kearah yang di maksud sabahatnya itu.
"Kok Emmh aja sih Nin, liat dulu dong orangnya baru komentar".
"Emang penting?".Tanya Anin.
"Penting banget, loe harus kenal dia idola para cewek-cewek di kampus ini".
Anin tersenyum sinis dan tetap fokus pada makanannya. "Sepopuler apapun dia pasti kalau gue deketin dia langsung mau jadi pacar aku".
"Nggak mungkin, selama dia kuliah di kampus ini nggak ada satupun cewek yang berhasil jadi pacarnya tau nggak?".
"Hebat banget memang dia".
"Dia memang bukan orang kaya dan kuliah juga karena dapat beasiswa, tapi otak tu cowok di atas rata-rata Nin, apalagi wajahnya yang tampan terus badannya yang tinggi atletis gitu pas banget untuk di peluk. Dia juga di tunjuk jadi Asdos, loe tau sendiri kan cewek-cewek di kampus ini rata-rata orang kaya mana peduli mereka sama kekayaan cowok yang penting tu cowok ganteng, cool dan pinter gitu udah bisa jadi incaran mereka. Tapi sayangnya Kak Haikal kayak susah banget di deketin ". Jelas Nita panjang lebar.
"Heeeh, nggak ada yang nggak bisa gue dapatin di dunia ini".
"Yakin loe?". Tanya Nita lagi.
"Kapan sih loe liat gue nggak dapat apa yang gue mau. Lagian nggak ada 1 pun cowok bisa. nolak Aninda". Jawabnya dengan gaya sombong.
"Gue masih ragu-ragu sih, hehe".
"Siapa namanya?"
"Haikal Syahputra".
Anin tersenyum sinis membayangkan jika dia akan semakin di puja oleh semua orang karena dapat menaklukkan hati sang Asdos yang menjadi pujaan banyak wanita.
Novel baru lagi guys, mohon dukungannya yaa 🤲
Aku masih pendatang baru jadi maklum aja kalau masih perlu banyak koreksi dan saran, jadi kalian bisa ikut kasih saran di kolom komentar, jangan lupa like juga 🤗
Semoga terhibur 💖💖💖
Pagi ini Haikal mengawali harinya dengan memberikan tugas tambahan di kelas mahasiswa baru, karena dosen yang bersangkutan sedang berhalangan hadir.
"Selamat pagi semua". Sapanya ketika sampai di kelas.
"Selamat pagi kak". Jawab semua mahasiswa kompak. Ada sepasang bola mata indah milik Aninda yang sedang mengawasi gerak-gerik nya. Ketika maniknya bertemu dengan manik Anin seketika Anin langsung melemparkan senyuman semanis mungkin.
"Semangat banget gue hari ini kalau yang gantiin pak Bimo modelan bening gini". Ucap salah seorang mahasiswa.
"Wuuuuuuuu". Semua mahasiswa bersorak.
"Sudah, sudah tenang, hari pak Bimo berhalangan dan beliau menyuruh saya untuk memberikan tugas ini ke kalian jadi silahkan di kerjakan dan saya yang akan mengawas". Ucapnya lagi dengan senyuman ramah yang mampu menghipnotis banyak wanita.
"Saya rela deh ujian atau di kasih tugas tiap hari asal yang ngasih kak Haikal". Lagi-lagi ucapan dari salah satu mahasiswa itu mampu membuat suasana riuh.
"Kak, bagi nomor HP dong siapa tau kita cocok".
"Kak, kok senyumnya manis banget kayak madu".
"Kak, kriteria cewek idamannya kayak gimana sih?".
"Kak jangan ramah-ramah kesemua orang dong kan aku cemburu".
Haikal hanya menghela nafas dan menggeleng kan kepalanya mendengar para mahasiswi itu terus menggodanya.
Ayo semangat ngerjainnya jangan ribut lagi". Jawab Haikal.
Suasana menjadi hening ketika semua mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen, tanpa sengaja manik Haikal menatap seorang gadis cantik yang sempat di kaguminya beberapa Minggu yang lalu, dia adalah Aninda.
Perasaan nyaman hadir ketika dia menatap wajah cantik itu tapi seketika semua kata-kata dari sahabatnya langsung membuatnya sadar dan langsung membuang pandangannya. Haikal tidak ingin konsentrasinya untuk belajar dan menyelesaikan kuliah tepat waktu akan terganggu hanya karena urusannya dengan seorang gadis.
Bruuuk....
"Maaf kak aku nggak sengaja". Ucap Anin padahal dia memang sengaja menabrak lelaki di hadapannya.
"Oh, ya nggak apa-apa kok. Kamu nggak apa-apa?". Tanya Haikal.
"Nggak apa-apa kak, kakak gimana?". Anin memasang senyuman mautnya membuat jantung Haikal berdetak kencang.
"Aku juga nggak apa-apa".
"Oh ya, kakak ini kak Haikal yang Asdos itu kan?".
"Iya, aku Haikal".
"Kenalin kak aku Aninda". Menyodorkan tangannya dan disambut oleh Haikal.
"Kakak pinter banget ya, aku banyak pelajaran yang nggak aku paham, kakak mau nggak bantu aku?". Kali ini nada bicara Anin seperti seorang anak kecil yang sedang memohon.
"Emmmh gimana ya". Haikal ragu karena takut dengan ancaman dari sahabatnya untuk menjauhi Anin.
"Please kak". Anin sekarang bahkan berani memegang tangan Haikal yang membuat Haikal salah tingkah.
"Emmh boleh deh, nanti kalau aku ada waktu kosong ya". Ucapnya menarik tangannya yang di pegang Anin.
"Oke, makasih ya kak". Ucap Anin kegirangan.
"Aku duluan ya Nin, soalnya di tungguin dosen ada hal yang harus di bicarakan". Haikal lalu beranjak.
"Iya kak, sekali lagi makasih ya". Tersenyum kecut.
Liat, emang ada cowok yang bisa nolak gue. Gumamnya dalam hati.
"Jadi dia target baru loe". Suara seseorang di belakang Anin membuatnya menoleh kebelakang.
"Diam loe, gue lagi nggak mau berdebat sama loe". Jawabnya ketus.
"Gue tau siapa loe Anin, dari dulu kita selalu satu sekolah, loe bukan orang yang percaya cinta apalagi jatuh cinta jadi gue tau loe cuma mau main-main sama kak Haikal kan".
"Bukan urusan loe". Jawabnya ketus.
"Tentu urusan gue karena gue nggak mau loe cuma manfaatin kak Haikal cuma buat bahan kesenangan loe aja". Ucap seorang gadis yang ternyata adalah Maya.
"May, stop ngurusin hidup gue ya, gue muak tau nggak". Ucap Anin dengan kesal.
"Gue juga nggak mau ngurusin hidup loe asal loe jauhi kak Haikal".
"Emang loe siapanya dia? Pacarnya?". Tanya Anin ketus.
"Gue orang yang care sama dia. Jadi stop semua obsesi gila loe itu karena kak Haikal orang baik dan dia mahasiswa yang pintar kalau loe nargetin cowok brengsek gue sih nggak masalah". Ucap Maya lantang.
"Nggak usah sok ceramahin gue ya, siapapun yang gue mau harus gue dapat dan loe bisa gue usir dari kampus ini sekarang juga, jadi jangan ikut campur". Ucap Maya ketus dan meninggalkan Maya.
Aku akan pastikan kali ini rencana loe gagal Aninda. Gumam Maya.
"Maaf ya lama tadi gue ketemu dosen dulu, ya udah yuk ke kantin kali ini gue yang bayarin ya". Ucap Haikal pada kedua sahabatnya.
"Wih pak Asdos lagi dapat banyak dapat rezeki nih kayaknya dari dosen". Jawab Nino.
"Lumayanlah, pokoknya kali ini gue yang bayarin, yuk buruan laper gue". Ajak Haikal.
"Enak juga ya punya otak encer kayak loe, ada gunanya juga". Celetuk Rian.
"Emang otak Loe nggak bisa di pake dalam hal apapun". Jawab Nino.
"Bisa dong, modusin cewek-cewek cantik misalnya otak gue bekerja dengan baik tuh". Rian cengengesan.
"Dasar loe, cewek aja yang ada di pikiran loe. Buruan mau ikut nggak ni?". Ujar Haikal.
"Oke deh ayo". Ucap Rian dan Nino kompak. Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin.
Sesampainya di kantin mereka memesan makanan dan mencari bangku yang kosong untuk mereka duduki.
Tiba-tiba seseorang berjalan kearah mereka dan berkata "Kak, aku duduk disini ya, nggak ada kawan jadi males duduk sendirian". Ujar Anin dengan senyuman manis dan langsung duduk tanpa menunggu jawaban mereka.
"Hai, kak Haikal". Sapa Anin ramah kearah Haikal.
"Hai". Jawab Haikal dengan senyum kecut.
"Eh, Anin kok tumben sendirian?". Tanya Nino terbata.
"Nggak sendiri lagi kok, kan ada kakak-kakak yang nemenin aku. Lagian kak Nino sama kak Rian kayak baru kenal aja sama aku, kan dari SMP kita udah satu sekolah". Jawab Anin.
"Hehe, iya sih cuma dari dulu kita nggak akrab gitu". Jawab Nino salah tingkah. Rian hanya terdiam tidak menanggapi ucapan dari Anin karena dia memang tidak suka dengan kehadiran Anin di sana.
"Dulu nggak akrab sekarang kan bisa kita akrab, apalagi aku mau di ajarin banyak pelajaran nanti sama kak Haikal jadi kita akan sering bareng, ya kan kak?". Tanya Anin ke Haikal yang tampak tak percaya kalau mereka sedang duduk bersama Anin.
"Eh, iya". Jawab Haikal dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Seketika mendengar penyataan dari Anin membuat Rian dan Nino saling berpandangan dengan tatapan yang sulit di artikan.
Cari mati ini anak. Gumam mereka kompak.
***Hai READERS yang baik hati jangan lupa like dan komen untuk masukan tentang novel aku yaa* 🤗💖**
"Apa maksud si Anin tadi?". Tanya Rian penasaran.
"Aduh udah deh gue juga nggak ngerti, pusing gue". Jawab Haikal.
"Kal, loe harus jauhin dia, loe bisa jadi target incaran dia tau nggak?". Ucap Nino.
"Nggak mungkin dia ngincar gue, loe lupa gue siapa, gue cuma si gembel kalau kata si Aldi".
"Loe bener-bener nggak kenal si Anin, dia nggak peduli apapun status loe karena dia udah punya banyak uang".Timpal Rian lagi.
"Udahlah gue nggak apa-apa juga lagian gue nggak akan kasih kesempatan dia dekat-dekat sama gue". Jawab Haikal santai.
"Gue heran sama luka kok bisa sih lu sih santai tuh emangnya lu mau dijadiin bahan bulan-bulanan sama si Anin?". Tanya Nino.
"Terus menurut lo gue harus gimana? Loe sama gue nggak bisa ngelakuin apa-apa juga kan, kalau Anin memang menginginkan gue makan nggak akan ada yang bisa hilangin dia iya kan? Itu yang lu bilang kemarin kan? Gue cuman nggak mau cari masalah, gue harus lulus dari kampus ini sesuai dengan target. Gue enggak mau kehilangan beasiswa gue, jadi apapun yang akan gue dilakuin asalkan dia nggak menghalangi beasiswa gue". Jawab Haikal panjang lebar.
"Maaf ya bro kita mungkin memang nggak bisa membantu, tapi gue juga nggak tega ngelihat dia manfaatin loe hanya untuk obsesi dia biar dia dianggap hebat bisa deket sama loe". Ucap Rian sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Tapi setelah nanti dia membuat seolah-olah loe ngejar dia, dia pasti bakal mencampakkan loe kayak sampah". Ucap Nino lagi.
"Udah santai aja. Apa pentingnya sih perasaan gue dibandingin sama kuliah gue?". Haikal hanya tersenyum kecut.
"Gue sumpahin si Anin benar-benar jatuh cinta sama loe". Celetuk Nino.
"Hahaha, mimpi loe?". Tanya Haikal.
"Loh bisa aja Kal, siapa tahu aja dia bisa jatuh cinta beneran sama loe terus ngejar-ngejar loe suatu saat nanti". Tambah Rian lagi.
Sejak saat itu segala usaha dilakukan oleh Aninda untuk mendekati Haikal. Kedekatannya dengan Haikal yang sudah berjalan beberapa bulan membuat banyak gadis di kampus tersebut merasa iri, begitu juga dengan para lelaki menatap Haikal dengan tatapan penuh kebencian karena dia mampu mendekati seorang Aninda, terutama Aldi yang sudah lama mengincar Aninda.
"Jauhin Anin, gue muak ngeliat muka loe selalu di dekat Anin. Loe denger ya gembel, Anin cuma milik gue". Ancam Aldi.
"Suruh Anin aja yang menjauh dari gue". Jawab Haikal singkat.
"Haha, songong banget udah loe ya, besar kepala loe karena Anin selalu deketin loe, loe harusnya nyadar loe siapa dan Anin nggak pernah suka sama cowok kayak loe, lu cuma mainin buat dia". Ucap Aldi geram.
"Gue tau gue cuma mainan dia tapi gue bisa apa, gue kan cuma gembel jadi gue ikutin aja semua permainan dia". Jawab Haikal, ada kesedihan yang dirasakannya menghadapi kenyataan bahwa yang menjadikannya sebuah permainan, tetapi entah kenapa sulit baginya untuk menolak Anin saat berada di dekatnya. Haikal pun pergi meninggalkan Aldi yang masih mematung mendengar perkataannya.
"Kak ini buat kakak". Ucap Anin menyodorkan sebuah handphone keluaran terbaru.
Haikal hanya tersenyum sinis dan berkata "Nggak perlu, kamu simpan aja". jawab Haikal datar.
"Ambil ini hadiah dari aku karena kakak kan udah bantu aku belajar selama ini". Paksa Anin.
"Nggak, aku bantu kamu ikhlas Anin. aku juga nggak tahu apa yang ada dipikiran kamu saat kamu ingin belajar dengan ku tapi yang jelas apapun rencana kamu, kamu harus tahu aku bukan seperti kebanyakan kan cowok yang selama ini deketin kamu".
"Kakak ngomong gitu?". Tanya Anin.
"Anin, aku cukup tahu kalau kamu bukanlah orang yang akan dengan mudah akrab dengan orang seperti aku".
"Oh, Oke kalau kakak udah tahu, aku cuma mau semua gadis di kampus ini tahu kalau aku bisa ngedapetin kakak dengan mudah. Aku mau kakak jadi pacar aku dan seolah-olah kak mengejar-ngejar cinta aku". Ucap Anin datar.
"Hehe, Anin kamu harus sadar ada satu hal yang tidak kamu bisa beli dengan uang mu itu".
"Apa?". Tanya Anin bingung.
"Cinta". Jawab Haikal lantang.
"Hahaha, hanya cinta, aku akan dengan mudah mendapatkannya dengan semua kekayaan yang kumiliki, kakak pikir cinta bisa hidup tanpa apa uang?". Ucap Anin dengan nada meremehkan.
"Cinta itu bukan hanya Anin tapi segalanya". Jawab Haikal lagi.
"Udah aku nggak mau tahu tentang risalah cinta, yang aku mau kakak harus jadi pacar aku dan kakak harus nembak aku di depan semua orang di kampus ini".
"Baik kalau kamu maunya seperti itu aku akan melakukannya". jawab Haikal enteng.
"Makasih karena kakak sudah bekerja sama dengan baik. Tau gini aku nggak usah capek-capek sok-sokan belajar sama kakak". Ucap Anin dengan senyum penuh kemenangan.
"Tapi aku akan pastiin kalau kamu tidak akan pernah bahagia meskipun aku udah melakukan hal itu mungkin kamu merasa menang tapi tidak akan ada kebahagiaan di sana".
"Tahu apa sih lelaki seperti kakak ini tentang kebahagiaan, aku cukup bahagia dengan kehidupanku jadi lakukan apa yang aku inginkan aja karena kakak cukup tahu kan siapa aku, aku bisa mencabut beasiswa kakak dengan sangat mudah". Ancam Anin.
"Kamu tidak perlu mengancamku untuk mendapatkan apa yang kamu mau karena aku akan memenuhi semua keinginan kamu". Ucap Haikal lalu pergi meninggalkan Anin.
"Tunggu". Kata Anin menghentikan langkah Haikal. "Lakukan sebaik mungkin karena aku tidak mau ada orang lain yang tahu kalau kakak cuma akting". sambungnya lagi.
"Apapun yang kamu inginkan akan aku lakukan atur aja dan tentukan di mana dan kapan".
"Oke". jawab Anin singkat.
Anin pun pergi meninggalkan Haikal yang masih mematung di sana. Ada rasa sakit yang dirasakan oleh Haikal di hatinya, rasa sakit seperti apa dia pun tidak ingin tahu. Haikal merasa kecewa karena ternyata memang benar seperti kata sahabatnya kalau Anin mendekatinya hanya karena ada tujuan tertentu. Saat kebersamaannya dengan Anin terkadang Haikal berpikir mungkin Anin sudah berubah dan tulus ingin berteman dengannya.
Seperti rencana sebelumnya, Haikal memang tidak akan pernah mencari masalah dengan siapapun jadi Haikal menyetujui rencana Anin untuk dia menyatakan cinta di depan banyak orang di kampusnya.
"Serius si Anin ngomong gitu?". Tanya Nino.
"Wah, keterlaluan banget si Anin, nggak nyangka gue dia bisa ngomong gitu tanpa rasa bersalah". Timpal Nino.
"Sabar ya bro, kami memang nggak bisa bantu apa-apa tapi loe nggak papa kan?". Tanya Nino.
"Nggak, tenang aja gue santai kok. gue akan lakuin itu semua secepatnya biar gue bisa lepas dari dia".
"Loe nggak punya perasaan apa-apa kan sama si Anin?". Tanya Rian penasaran.
"Loe beneran cinta ya sama dia". Celetuk Nino.
"Oh My God, gila lu beneran jatuh cinta sama dia?". Tanya Rian lagi.
"Udah lah, nggak penting juga perasaan gue yang penting kuliah gue".
"Loe ini kenapa sih Kal, dari dulu loe nggak peduli sama perasaan loe sendiri. Loe itu terlalu fokus sama kuliah, loe juga perlu memikirkan tentang hati loe kali".
"Gue cuma mau Ibu gue bangga sama gue karena gue bisa jadi sarjana, ibu gue sering sakit-sakitan jadi gue mau kerja di kantoran biar gue punya gaji yang besar untuk mengobati Ibu gue".
"Jangan sedih gitu dong kal, gue yakin Ibu loe pasti bangga sama loe".
"Iya semoga aja". Jawab Haikal datar dengan tatapan kosong.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!