NovelToon NovelToon

Peri Racun Kesayangan Pangeran

Hidup Kembali

"Siapa yang membunuhmu, Guru?"

Di dalam sel tahanan yang gelap dan suram, seorang gadis muda dengan pakaian berdarah-darah tampak sedang melamun, merenungkan semua kejadian yang baru saja dia alami hingga membuatnya sangat terkejut.

Xue Shan Shan—nona pertama keluarga Xue yang tidak pernah mendapatkan kehormatan sebagai nona pertama— merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Liu Jili, wanita yang sudah dianggapnya sebagai guru.

Padahal, baru kemarin sore gadis muda yang memiliki wajah lembut seperti lukisan tahun baru itu berdebat dengan Liu Jili dan sekarang, dia sudah meninggal di Paviliun Yongle dengan sebuah pisau menancap di perutnya.

Ketika Kepala Biro Investigasi datang bersama para bawahan, Xue Shan Shan langsung ditetapkan sebagai tersangka hanya karena berada di tempat kejadian dan tidak sengaja menyentuh pisau di tubuh Liu Jili.

"Guru, maafkan aku." Suara lembut dan sendu Xue Shan Shan yang dipenuhi rasa sesal memecah keheningan di dalam tempat suram dan gelap itu.

Seharusnya, dia tidak meragukan Liu Jili hingga bertengkar dengannya!

"Buka pintunya!"

Suara Kepala Biro Investigasi yang bergema di seluruh penjuru ruangan disertai dengan derap langkah kaki yang berjalan mendekat, menghentikan lamunan Xue Shan Shan.

"Baik, Tuan."

Seorang penjaga pintu sel dengan patuh membuka gembok, membiarkan Kepala Biro Investigasi masuk bersama tiga ajudannya.

Hanya dengan satu kedipan mata, Kepala Biro Investigasi memerintahkan ajudannya yang tengah memegang nampan berisi selembar surat untuk meletakkan benda itu di hadapan Xue Shan Shan.

"Nona Xue, setelah kau menandatangani surat ini, aku jamin aku tidak hanya akan mengampunimu, tetapi membebaskanmu juga."

Xue Shan Shan tidak mengatakan apa pun, tetapi tatapan tajamnya seolah-olah menyiratkan bahwa dia ingin membunuh orang yang tengah berdiri di hadapannya saat ini.

"Jangan menatapku seperti itu." Kepala Biro Investigasi tersenyum tipis, lalu duduk dan lanjut bicara, "Kau juga tahu ...."

"Ini adalah kasus yang sangat diperhatikan dan kita bisa disalahkan jika tidak menutup kasusnya, kan?"

"Tuan Ding, apa kau menganggap aku anak berusia lima tahun?" Tidak ada ekspresi apa pun di wajah Xue Shan Shan, selain raut dan tatapan dingin yang mampu menyaingi dinginnya udara malam itu. "Aku takut, setelah menandatangani surat yang kau berikan, itu akan menjadi saat kematianku."

Secara tidak langsung, Xue Shan Shan sudah menolak niat baiknya dan Tuan Ding tentu saja tidak senang akan hal itu. Dia tertawa dingin dan langsung berdiri. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan."

Dengan kedua tangan di belakang, Tuan Ding kembali menyuarakan keputusan yang diakhiri sebuah titah tak terbantahkan. "Penjahat Xue Shan Shan mencoba melarikan diri dari penjara, seret dia dan penggal kepalanya!"

Xue Shan Shan terkejut dan menatap tak percaya pada Tuan Ding. "Ding Peng, kau ...."

Sebelum Xue Shan Shan dapat menyelesaikan kata-katanya, dia sudah diseret dan dibawa pergi ke aula eksekusi untuk menerima hukuman.

Tidak butuh waktu lama, Xue Shan Shan sudah dibuat berlutut di atas panggung dengan kedua tangan diikat di belakang tubuh, sementara puluhan pengawal mengelilinginya.

"Ding Peng, kau menggunakan berbagai cara untuk membuatku mati sebagai penjahat." Xue Shan Shan mengepalkan tinjunya dengan keras hingga kuku-kukunya menancap ke dalam daging.

"Dengan semua mata sebagai saksiku, karma akan terjadi! Tindakanmu hari ini akan menjadi pedang yang berbalik melawanmu suatu hari nanti!" Suara dingin Xue Shan Shan seperti mampu membekukan siapa pun yang ada di aula eksekusi, bahkan Ding Peng juga merasa punggungnya berkeringat dingin.

"Sudah saatnya ...." Ding Peng menahan amarah di hatinya saat menatap wajah Xue Shan Shan yang tidak menyiratkan ekspresi apa pun, tetapi mampu membuat semua orang bergidik ngeri. "Hukum mati dia!"

"Tuhan, jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, biarkan aku membalas dendam pada semua musuhku!" Xue Shan Shan tidak panik, dia hanya dengan pasrah menutup mata dan menanti kematian datang. "Aku ingin mereka semua merasakan bahwa kematian akan jauh lebih baik daripada hidup!"

Pada akhirnya, algojo yang bertugas langsung meneguk semangkuk air yang diberikan oleh salah satu pengawal, lalu menyemburkannya ke pedang panjang di tangannya.

Dalam sekejap, pedang itu berkilauan di tengah malam gelap dan terangkat tinggi, sebelum akhirnya memisahkan kepala dari tubuh Xue Shan Shan.

Saat kepala Xue Shan Shan bergelinding, darah segar pun mulai bercucuran dari leher hingga menggenang di lantai, bahkan sampai memuncrat ke wajah algojo.

...

Sinar matahari pagi mulai menyusup di antara dedaunan, menyelinap masuk ke sebuah ruangan yang terdapat seorang gadis tergeletak di atas ranjang.

Gadis itu terlihat pucat, kurus dan sangat rapuh seperti porselen yang bisa pecah kapan saja jika tidak berhati-hati saat menyentuhnya.

"Shan Shan."

"Shan Shan ...."

Suara yang dipenuhi rasa khawatir, memasuki alam bawah sadar Xue Shan Shan hingga membuatnya merinding tanpa sadar.

Dia pun perlahan membuka mata dan mendapati seorang wanita berpenampilan sederhana, tetapi terlihat elegan sedang duduk di sampingnya dengan bersimbah air mata.

Dialah Diana Lee, istri pertama sekaligus nyonya rumah keluarga Xue yang membuat semua orang iri karena memiliki suami yang baik. Akan tetapi, mereka tidak pernah berpikir bahwa Kepala Keluarga Xue, Xue Jingguo lebih menyayangi selir daripada istri sahnya.

"Shan Shan, akhirnya kau bangun."

"I—ibu?" Keterkejutan melintas di mata Xue Shan Shan saat menatap Nyonya Diana—wanita yang tidak pernah meninggalkannya dalam keadaaan sesulit apa pun, bahkan ketika dunia tidak berpihak pada mereka.

Namun, bukankah ibunya sudah mati di tangan Xue Jingguo sehari sebelum dirinya ditangkap dan dieksekusi mati oleh Ding Peng?

Tanpa sadar, Xue Shan Shan langsung memegang lehernya yang masih menyatu dengan kepalanya ketika ingatan mengerikan itu muncul.

Dia baik-baik saja!

Dalam diam, Xue Shan Shan menarik nafas lega.

Sesaat kemudian, tiba-tiba ingatan tentang Selir Faye yang sengaja memfitnah Nyonya Diana berselingkuh dengan adik bungsu Kaisar, kembali melintas di kepala kecil Xue Shan Shan.

Dengan fitnah tersebut, Selir Faye berharap dirinya akan diangkat menjadi istri sah, setelah Xue Jingguo menceraikan Nyonya Diana.

Namun, bukannya diceraikan, Nyonya Diana justru mati di tangan Xue Jingguo yang merasa wanita tukang selingkuh dan sudah mencoreng nama baiknya tidak pantas hidup.

Lagipula, pria yang dijadikan selingkuhan oleh Nyonya Diana adalah seorang pangeran yang tidak akan mampu dia saingi, meskipun harus membalikkan dunia ini.

Jadi, bagaimanapun bisa Xue Jingguo menerima penghinaan seperti itu?

Xue Jingguo tentu saja tidak berani menyinggung keluarga kerajaan dengan mengungkap perselingkuhan yang menyebabkan dia membunuh istrinya sendiri sehingga menyatakan pada dunia bahwa Nyonya Diana meninggal karena sakit.

Saat melihat kematian Nyonya Diana yang merupakan saingan cintanya, tidak ada sedikitpun penyesalan di hati Selir Faye.

Dia sangat bahagia!

Berhenti memikirkan tentang kematian tragis ibunya, netra Xue Shan Shan bergulir ke seluruh penjuru ruangan yang membuatnya semakin kebingungan.

Melihat suasana dan tempat tidur yang tidak asing, dia pun tahu bahwa saat ini dirinya sedang berada di kamarnya yang ada di Kediaman Xue.

Saat sedang kebingungan, Xue Shan Shan mendengar suara pintu terbuka diikuti sosok kurus yang masuk dengan tergesa-gesa. "Nona, akhirnya Anda sadar juga."

Kilas terkejut kembali melintas di mata Xue Shan Shan saat Lin Mei—pelayan pribadinya sudah berdiri di belakang Nyonya Diana dengan raut wajah khawatir dan terlihat hampir menangis.

Ke—kenapa kami semua ada di sini?

Apakah aku sedang bermimpi?

Xue Shan Shan kembali mengerutkan keningnya, merasa bingung karena tidak hanya Nyonya Diana dan dirinya yang masih berada di Kediaman Xue, tetapi Lin Mei juga.

Padahal, Xue Shan Shan jelas masih ingat saat terakhir kali bertemu dengan Lin Mei, pelayannya itu sudah berlumuran darah dan mati di Paviliun Yongle karena mencoba melindunginya agar tidak dibawa pergi oleh Ding Peng.

"Kenapa kita semua ada di di sini?" Meskipun merasa bingung, Xue Shan Shan juga tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan bahagia karena masih bisa melihat serta berkumpul bersama Nyonya Diana dan Lin Mei.

"Ibu mengkhawatirkanmu karena kau mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan pulang setelah menjalani hukuman dari ayahmu."

Xue Shan Shan mengerutkan kedua alisnya hingga terlihat hampir menyatu. "Hukuman dari ayah? Kecelakaan?"

Memukul Xue Shan Shan

Melihat ekspresi bingung di wajah Xue Shan Shan, Lin Mei pun mencoba menjelaskan. "Nona, kau dikirim ke desa selama satu minggu untuk introspeksi diri karena sudah membuat nona kedua jatuh dan tiga hari lalu masa hukumanmu berakhir, tapi saat dalam perjalanan pulang, kau justru bertemu para bandit dan mengalami kecelakaan."

Itu artinya, Xue Shan Shan sudah pingsan selama tiga hari!

Namun, Xue Shan Shan ingat bahwa saat dia beserta rombongan dicegat dan dicederai oleh sekelompok bandit, itu terjadi dua tahun sebelum dirinya dieksekusi mati oleh Ding Peng atas tuduhan pembunuhan.

Xue Shan Shan tidak tahu apakah saat ini dia sudah kembali ke kehidupan dua tahun sebelum mengalami kematian yang tragis dan tidak adil, atau baru saja mengalami mimpi buruk yang menjelaskan bagaimana dirinya menjalani kehidupan selanjutnya.

Entah hidup kembali atau mengalami mimpi, Xue Shan Shan merasa semuanya sangat nyata dan dia juga tidak peduli.

Setidaknya, Xue Shan Shan harus bersyukur karena dengan semua pengetahuan masa depan yang didapatnya, dia bisa merubah takdir buruknya.

Bagaimanapun, dendam ini harus dibalaskan!

Rasa sakit dan penderitaan yang dialaminya akan dia kembalikan berkali-kali lipat pada mereka!

"Ah, kepalaku." Xue Shan Shan menyentuh kepalanya yang terbungkus perban dan bergumam saat merasakan sakit.

"Tidak apa-apa, jangan khawatir. Kata tabib, itu hanya luka kecil." Nyonya Diana mencoba menenangkan Xue Shan Shan seolah-olah dirinya tidak pernah mengkhawatirkan sang putri hingga rela tidak tidur selama berhari-hari. "Namun, entah bagaimana kau bisa pingsan selama tiga hari dengan luka sekecil itu."

"Kau membuat ibu takut." Nyonya Diana menggenggam kedua tangan Xue Shan Shan, ada ekspresi lega di wajahnya saat ekspresi khawatir perlahan memudar.

"Ibu, maafkan aku." Xue Shan Shan tidak bisa menahan perasaan bahagianya dan langsung memeluk Nyonya Diana hanya untuk membuktikan bahwa apa yang dia alami benar-benar nyata.

Mereka belum mati!

"Tidak masalah, yang penting kau baik-baik saja." Nyonya Diana mengusap lembut punggung Xue Shan Shan, sebelum akhirnya melerai pelukan mereka dan menatap Lin Mei yang masih berdiri patuh di belakang. "Lin Mei, beritahu Tuan Besar kalau Shan Shan sudah bangun. Panggilkan juga tabib untuk memeriksanya."

"Baik, Nyonya." Lin Mei sudah mengangguk dengan patuh dan hendak berbalik ketika suara Xue Shan Shan terdengar.

"Lin Mei, tidak perlu."

"Nona."

"Shan Shan."

Lin Mei dan Nyonya Diana mengerutkan kening mereka masing-masing, menatap Xue Shan Shan dengan bingung.

Xue Shan Shan tersenyum tipis, menampakkan sedikit lubang pada wajahnya yang tidak lagi terlihat tembam karena jarang diberikan makan ketika berada di pedesaan.

"Tidak perlu memanggil tabib ataupun ayah, aku baik-baik saja."

"Setidaknya, kau harus diperiksa untuk memastikan kau memang baik-baik saja. Ayahmu juga harus tahu kalau kau sudah bangun, dia sangat mengkhawatirkanmu."

Xue Shan Shan tersenyum sinis, tetapi tidak mengatakan apa pun di depan Nyonya Diana dan Lin Mei. Dia hanya mendengus di dalam hati. 'Hah, khawatir?'

Omong kosong!

Sebelum mengalami begitu banyak kejadian buruk hingga membuatnya mati dengan kepala dan tubuh terpisah, Xue Shan Shan pasti akan percaya bahwa Xue Jingguo mengkhawatirkannya, bahkan sangat menyayanginya.

Xue Jingguo sangat baik kepada Shan Shan, tetapi sangat ketat pada Xue Yuwen—anak keduanya yang lahir dari rahim Selir Faye.

Awalnya, Xue Shan Shan berpikir bahwa ayahnya sangat menyukainya. Tidak disangka, itu hanyalah trik menyanjung untuk merusak dirinya.

Xue Jingguo hanya melatih Xue Yuwen dengan lebih tegas agar menjadi orang yang berbakat, sementara dirinya dibuat menjadi orang yang tidak berguna.

Saat ini, semua orang tahu bahwa keluarga Xue memiliki dua anak perempuan.

Xue Yuwen mahir memainkan alat musik, melukis, menunggang kuda dan ilmu pedang, sedangkan Xue Shan Shan hanya tahu makan, minum dan bersenang-senang.

Itu semua berkat Xue Jingguo!

Setelah semua yang terjadi ....

Xue Shan Shan menggelengkan kepalanya, lalu menatap Nyonya Diana dengan wajah menyedihkan seperti baru saja dianiaya. "Ibu, aku lapar."

***

Enam hidangan dan satu bubur sudah tersaji, semuanya merupakan makanan kesukaan Xue Shan Shan.

Hidangan utamanya adalah roti kristal lengkeng, pangsit udang, kue wijen, kue teratai dan kue osmanthus. Lauknya merupakan campuran sayur dan daging yang sangat harum sampai menggugah selera orang yang melihatnya.

Bubur nasinya pun sangat harum dan lembut, disertai dengan beragam rempah yang diiris, membuat Xue Shan Shan tidak berhenti menyuapkan makanannya ke dalam mulut seperti orang kelaparan yang tidak pernah bertemu makanan selama berabad-abad.

Padahal, dia hanya tidak bisa menikmati makanan enak selama menjalani masa hukuman di pedesaan.

Nyonya Diana yang menyantap hidangannya dengan elegan dan sangat beretika hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum tanpa daya ketika melihat cara Xue Shan Shan makan. "Pelan-pelan, sudah sakit begitu lama, tidak boleh makan terburu-buru."

"Ibu, kau juga tahu berapa lama aku tidak makan." Pipi Xue Shan Shan tampak mengembung. "Aku sangat kelaparan."

Tiga hari terbaring di atas ranjang benar-benar membuatnya kelaparan sehingga tidak bisa lagi memperdulikan etika atau yang lainnya.

Lagipula, biasanya Xue Shan Shan bisa memakan makanan pokok lebih dari lima kali sehari dengan tambahan makanan ringan. Akan tetapi, dia tidak hanya tidak mendapatkan makanan yang layak saat di pedesaan, tetapi juga sudah pingsan selama tiga hari.

Jadi, bisa dibayangkan betapa kelaparannya dia saat ini.

"Bagaimana bisa pelan-pelan?" Xue Shan Shan menolak mangkuk bubur, lalu mengambil kue osmanthus dan memakannya dengan lahap.

"Namun, jika menyuap begitu banyak sekaligus, takutnya akan melukai lambungmu."

"Orang harus bernyawa dulu baru memikirkan lambung."

Dalam sekejap, semua makanan yang dihidangkan oleh pelayan atas perintah Nyonya Diana sudah berpindah ke dalam perut Xue Shan Shan.

Sementara itu, suara ketukan pintu dari luar Paviliun Bulan tidak berhenti terdengar disertai dengan teriakan yang datang dari tenggorokan Bibi Feng, pelayan pribadi Nyonya Tua Xue.

"Nona Pertama, kau sudah bangun, 'kan? Kenapa kau tidak langsung datang dan memberi salam pada nyonya tua?"

Kebetulan, saat itu masih pagi ketika Xue Shan Shan bangun setelah pingsan selama tiga hari.

Sesuai aturan rumah, setiap anggota keluarga memang diwajibkan memberi salam kepada nyonya tua setiap pagi dan malam hari.

Namun, Nyonya Tua Xue yang berasal dari desa tidak menyukai Nyonya Diana hanya karena menantunya itu adalah wanita elegan di Kediaman Perdana Menteri.

Dengan itu, Nyonya Tua Xue berpikir bahwa dia tidak bisa melampaui, bahkan mengontrol Nyonya Diana hingga menghapuskan aturan tersebut.

Nyonya Diana memiliki sifat yang polos, dia pun tidak muncul di hadapan Nyonya Tua Xue begitu tahu dirinya tidak disukai.

Ternyata, hal itu justru membuat Nyonya Tua Xue semakin terpancing dan merasa Nyonya Diana meremehkannya.

Sekarang, begitu mengetahui Xue Shan Shan sudah bangun, tetapi belum datang menghadap padanya, tentu saja Nyonya Tua Xue merasa tidak senang dan langsung mengirimkan Bibi Feng untuk memperingatinya.

"Nona muda baru saja bangun, tubuhnya belum sepenuhnya sehat. Jadi, dia tidak bisa pergi menemui nyonya tua." Meski merasa geram, Lin Mei tetap mengeluarkan suara lemah lembut dari balik pintu kamar Xue Shan Shan yang masih tertutup rapat.

"Tidak bisa pergi juga harus tetap pergi!" Bibi Feng mendengus tak senang. "Tuan Besar dan semua orang sudah berkumpul, jadi jangankan sakit, bahkan kalau nona pertama mati pun harus ikut pergi bersamaku!"

Di Mana Nona Pertama?

Bibi Feng berpikir bahwa tuan besar yang merupakan kepala keluarga saja tetap mengutamakan tata krama, jadi kenapa Xue Shan Shan ingin melewatkannya?

Pada saat yang sama, Lin Mei pun memiliki pemikirannya sendiri. Nona pertamanya adalah orang yang sakit, kenapa harus mendatangi orang sehat?

Tidakkah itu terbalik?

"Nona pertama, kau juga pasti sudah lama tidak makan makanan yang hangat dan enak, kan? Nyonya tua meminta pelayan di dapur memasak banyak makanan begitu mendengar kau sudah bangun. Jadi, kau harus pergi bersamaku untuk menghargai kebaikan nyonya tua!"

Tahu bahwa Xue Shan Shan adalah gadis yang suka makan, Bibi Feng pun membujuknya dengan makanan.

Namun, yang tidak Bibi Feng ketahui adalah Nyonya Lee dari Kediaman Perdana Menteri mengirimkan koki istana yang dihadiahkan oleh kaisar untuk memasakkan semua makanan kesukaan Xue Shan Shan di Paviliun Diana hingga membuat gadis malang itu semakin enggan pergi.

Tidak mendapatkan tanggapan apa pun dari Xue Shan Shan, Bibi Feng tentu saja semakin berang. "Jika kau tidak membuka pintu, aku akan mengadukannya kepada tuan besar dan nyonya tua agar kau dihukum lagi!"

Kehabisan akal karena tidak bisa membujuk, Bibi Feng pada akhirnya menggunakan ancaman yang selalu mujarab digunakan untuk menundukkan Xue Shan Shan.

Di dalam kamarnya, Xue Shan Shan tersenyum sinis. Beginilah kehidupannya, selalu dipenuhi hukuman. Salah sedikit dihukum berlutut di kuil leluhur, salah besar harus keluar kota untuk mengasingkan diri.

"Shan Shan, kita keluar saja, ya?" Terlihat jelas kekhawatiran di raut wajah Nyonya Diana, dia tidak ingin putrinya yang belum sepenuhnya pulih kembali mendapatkan hukuman.

Meskipun dirinya adalah putri kesayangan dan kebanggaan di Kediaman Perdana Menteri, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa di kediaman Xue.

Bagaimanapun, gelar nyonya yang melekat pada dirinya hanyalah status kosong dan benar-benar tidak berguna.

"Ibu, tenanglah ... aku akan baik-baik saja." Xue Shan Shan tersenyum, mencoba menenangkan sang ibu.

"Nona, cepatlah ikut denganku. Bagaimanapun, keluarga Xue tidak memberikan makanan padamu secara cuma-cuma!"

Untuk sesaat, Xue Shan Shan dan Nyonya Diana membeku mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Bibi Feng. Mereka benar-benar tidak memiliki tempat di kediaman, bahkan di hati para pelayan keluarga Xue.

Xue Shan Shan menggertakkan giginya, lalu melambai pada Lin Mei dan berbisik lirih.

Setelah mendengar bisikan dari Xue Shan Shan, Lin Mei membuka suaranya dan berkata dengan ketus. "Bagaimanapun, nona pertama adalah majikan kalian. Namun, kalian bertindak seperti ini, apakah ingin menindas majikan?"

"Hah!" Bibi Feng mendengus sinis. "Dia hanyalah seorang gadis yang tidak terurus. Dia sungguh menganggap dirinya sebagai majikan?"

Mendengar itu, bibir Nyonya Diana berkedut dan hatinya benar-benar sakit.

Bibi Feng menatap tajam ke arah pintu seolah-olah dia sedang berhadapan langsung dengan Lin Mei. "Kau mau membuka pintunya atau tidak?"

"Jika kau tidak membuka pintunya, aku akan menerobos masuk!"

Kedua pelayan di samping Bibi Feng yang sejak awal setia mengikutinya ingin mengetuk pintu, tetapi langsung dihentikan oleh wanita tua itu.

"Apa yang kalian lakukan? Mundur!"

Tidak hanya kedua pelayan itu yang mundur, Bibi Feng juga. Dia memasang kuda-kuda, sebelum akhirnya berlari ingin menerobos pintu.

Bersamaan dengan itu, pelayan pribadi Nyonya Diana diam-diam membuka pintu dari dalam sehingga Bibi Feng yang sudah terlanjur menyiapkan tenaga tidak bisa berhenti tepat waktu dan tersungkur di lantai.

Tidak cukup membuat pelayan tua tidak tahu diri itu kesakitan karena kepala dan seluruh tubuhnya membentur lantai, Lin Mei yang sedang membawa nampan bekas makanan Xue Shan Shan 'tidak sengaja' tersandung hingga nampan yang ada di tangannya berjatuhan di atas tubuh Bibi Feng.

"Ahhhh." Wanita tua itu berteriak kesakitan saat berbagai jenis peralatan makan mengenai tubuh, bahkan kuah sup pun memercik ke dalam matanya.

"Pedih, mataku pedih ... tolong aku!" Bibi Feng berteriak dengan begitu menyedihkan. "Ambilkan air untukku!"

Xue Shan Shan berjalan dengan gerakan pelan dan anggun mendekati Bibi Feng, lalu berjongkok di depannya. "Bibi Feng, mungkin kau sudah lupa bahwa aku baru saja bangun dan harus mengisi perutku terlebih dahulu, sebelum bertemu dan memberi salam pada nenek. Namun, kau terus mengetuk pintu saat aku sedang makan, bahkan kau juga tidak tahu sopan santun dan menerobos masuk saat Lin Mei akan membereskan sisa makananku."

Meskipun Bibi Feng tampak menyedihkan, tetapi ekspresinya masih kalah dengan Xue Shan Shan yang terlihat hampir menangis.

Bibi Feng mengangkat kepalanya yang dipenuhi dengan kuah sup dan beberapa butir nasi, dia menatap Xue Shan Shan dengan matanya yang hanya bisa terbuka sebelah.

Aura membunuh menyebar dari sekujur tubuh Bibi Feng, dia baru saja akan memaki ketika Xue Shan Shan terlebih dahulu membuka mulutnya.

"Kau membuat orang yang lebih muda menjadi kesulitan."

Detik berikutnya, kedua pelayan yang ikut bersama Bibi Feng kembali mendekat dan membantu wanita tua itu berbenah, sebelum akhirnya berdiri.

"Jangan papah aku!" Bibi Feng berbicara pada kedua pelayan yang ada di sebelahnya, tetapi tatapan tajam justru dia layangkan pada Xue Shan Shan.

Melihat wajah Xue Shan Shan yang begitu tenang dan tanpa dosa, kemarahan semakin menjalar ke seluruh tubuh Bibi Feng. Dia ingin memaki, bahkan memukul Xue Shan Shan.

Namun, Bibi Feng terpaksa mengurungkan niatnya itu ketika melihat seorang pelayan pria berlari dengan terburu-buru dan mengatakan bahwa ada utusan dari Kediaman Perdana Menteri yang datang menjenguk Xue Shan Shan.

Meskipun yang datang hanyalah pengurus rumah tangga, dia tetap dihormati oleh seluruh penghuni kediaman Keluarga Xue karena kehadirannya secara tak langsung merupakan kehadiran orang-orang dari Kediaman Perdana Menteri.

Demi karir dan masa depannya, Xue Jingguo harus tetap mendapatkan dukungan penuh dari Kediaman Perdana Menteri yang memiliki lebih dari tiga ratus ribu pasukan hanya karena salah satu penghuninya adalah jenderal besar yang sangat dipercayai oleh Kaisar.

Jadi, semua orang yang ada di Kediaman Xue harus bersikap baik agar Bibi Merry menyampaikan beberapa kata baik di depan tuan dan nyonya perdana menteri.

Karena itu, tidak hanya Nyonya Tua Xue, bahkan Xue Jingguo dan selir beserta putri kesayangannya langsung bergegas pergi ke Paviliun Diana hanya untuk menjilat Bibi Merry.

Melihat keberadaan Bibi Merry, Lin Mei seperti sedang melihat malaikat penyelamat. Dia pun bergegas mendekat dan langsung mengeluh dengan begitu menyedihkan, bahkan sampai menangis terisak-isak.

"Bibi Merry, nona pertama baru saja bangun setelah pingsan dari kecelakaan tiga hari lalu, tapi dia sudah dipaksa pergi menemui Nyonya Tua Xue untuk memberi salam. Apakah salam begitu penting sehingga mereka tidak bisa membiarkan nona beristirahat sampai sembuh?"

Wajah Lin Mei sudah benar-benar basah oleh air mata, jadi tidak ada yang mengira bahwa dia sedang bersandiwara. "Jangankan pergi memberi salam, bahkan nona pertama hampir tidak bisa berjalan."

Meskipun bersandiwara, keluhan yang Lin Mei sampaikan dan rasa simpati untuk Xue Shan Shan nyata datang dari hatinya yang paling dalam.

Bibi Merry terkejut mendengar semua penuturan Lin Mei karena bagaimanapun, selama ini Xue Shan Shan atau pun Nyonya Diana tidak pernah mengeluh mengenai ketidakadilan yang mereka dapatkan di keluarga Xue.

Perlahan, raut wajah Bibi Merry menegang bersamaan dengan kemarahan yang mulai menjalar ke sekujur tubuhnya.

Dia yakin, jika tuan dan nyonya perdana menteri tahu hal ini, mereka juga pasti tidak akan senang karena baik Nyonya Diana maupun Xue Shan Shan adalah permata bagi seluruh penghuni Kediaman Perdana Menteri!

Buktinya, begitu mendapatkan kabar bahwa Xue Shan Shan sudah sadar setelah tidur selama tiga hari, nyonya perdana menteri langsung meminta Bibi Merry untuk memastikan keadaan sang cucu.

"Di mana nona pertama?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!