NovelToon NovelToon

Tiba-Tiba Menikah

Bab 1

Di sebuah club malam, suara musik begitu berdentum keras hingga membuat telinga siapapun pekak dibuatnya.

Begitu banyak pengunjung disana hingga terlihat sesak dengan lautan manusia yang haus akan hiburan, tapi berbeda dengan salah seorang gadis yang terlihat begitu menyedihkan di sudut meja.

Terlihat tak mampu mengendalikan dirinya dengan begitu baik. "Tambah lagi..." pintanya dengan kedua mata yang sejenak terbuka dan juga tertutup.

"Sudah nona, anda terlalu mabuk malam ini." tolak seorang bartender yang sejak tadi menuangkan minuman tanpa henti disana.

"Aku bilang tambah!" Protes Salma dengan sesekali menghentakkan gelas miliknya didepan meja.

Tapi sekali lagi, bartender itu hanya mengabaikan dirinya begitu saja.

"Sial, padahal aku sudah membayarnya dengan mahal !" maki Salma kembali.

Setelah tak mendapatkan apapun kemauannya disana, gadis itu berjalan menuju pintu keluar untuk segera pergi dari sana dengan jalan yang tak seimbang.

Bahkan sesekali tubuhnya hampir saja terjatuh karena kepalanya begitu pusing dan berputar.

Bruk

Tubuhnya bertabrakan dengan seorang pria asing malam itu, tapi beruntung karena tubuhnya jatuh tepat di tangan pemuda tersebut.

"Astaga..." Ucapnya terkejut karena mendapati Salma kini tengah berada didalam pelukanya, rasanya ingin melepaskan karena ia tahu jika keduanya sama-sama bukan muhrimnya . Tapi jika dilepas Salma akan terjatuh dan membentur lantai.

"Te-rima-kasih..." imbuh Salma dengan penuh terbata-bata, dan ambruk seketika.

"MasyaAllah, harus bagaimana ini." Ata begitu kebingungan karena tak ada satupun teman atau kerabat dari gadis tersebut disana.

Sebenarnya Salma adalah gadis yang baik, bahkan hatinya begitu lembut. Tapi sayang, hari ini ia berada dalam titik terlemahnya. Semua kekangan tentang perjodohan yang dilakukan oleh mama dan kakeknya membuat dirinya begitu muak dan putus asa. Karena tak sedikit dari para pria yang ia temui selama masa perjodohan selalu mengoloknya dengan sebutan perawan tua, sama persis dengan perkataan sang mama.

Sedangkan pertemuan dirinya dengan Ata tak sengaja terjadi saat pemuda itu hendak menjemput temanya yang kebetulan berprofesi sebagai bartender club tersebut.

"Hei Ta ..." sapa temanya yang bernama Fahmi.

"Makasih ya, udah tolongin jemput ke-sini ..." Sambungnya semakin lirih tak kala kedua matanya menangkap basah temannya tersebut sedang menggendong gadis asing.

"Eh Al, uda gendong cewek aja lu!" semburnya dengan mata yang kembali terperangah saat mengetahui gadis tersebut adalah orang yang sama saat ia melayaninya tadi.

"Apaan si, aku nggak sengaja ketemu dia disini tadi. Kayaknya si mabuk ya." imbuh Ata dengan perlahan namun juga merasa ibah.

"Yaiyalah mabuk, orang yang nuangin minuman tadi gue!"

"Mabuk banget tuh cewek, mau loe apain dia?" seru Fahmi dengan mata berbinar.

"Entahlah," Ata membawanya untuk masuk kedalam mobil bersama dengan temanya Fahmi.

Karena keduanya tak dapat menemukan kartu tanda pengenal gadis tersebut, keduanya sepakat untuk membawanya pergi ke sebuah hotel. Tentunya hanya sebagai tempat singgah gadis itu sementara hingga tersadar dan dapat pulang sendiri.

Ketiganya berjalan dengan memapah tubuh Salma yang setengah sadar namun masih belum seutuhnya pulih.

"Ayo kita pergi Mi." Ajak Ata sesaat setelah meletakkan Salma disana.

Temanya tersebut terlihat begitu berkelit setelah mendapati tubuh tak berdaya itu kini terbaring lemah di atas ranjang yang begitu empuk. Bahkan pemandangan indah tersaji dengan gratis disana.

"Kamu urus saja dulu administrasi kamar ini, bentar lagi gue susulin ke depan." pinta Fahmi dengan wajah gelisah.

Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Ata kemudian meninggalkan keduanya begitu saja karena ia percaya jika temanya dapat dipercaya dalam hal ini. Mengingat hubungan pertemanan keduanya terjalin cukup baik selama 5 tahun belakangan.

*

*

*

"Mi, Fahmi ..." Panggil Ata dengan wajah celingukan, namun pemuda itu hanya bergeming.

Setelah Ata masuk begitu dekat dengan pintu kamar Salma , barulah ia menyadari jika terdengar suara de-sahan seorang lelaki yang tengah menikmati sesuatu dibalik kegelapan.

Ata dengan sigap menyalakan lampu kamar itu dan berteriak karena Fahmi telah melakukan tindakan tak terpuji pada seorang gadis yang tak berdaya didalam kamar.

"MasyaAllah hentikan Fahmi !" teriaknya dengan tegas.

Bukanya meminta maaf dan berjanji akan mempertanggungjawabkan segalanya disana, Fahmi terlihat justru terburu-buru mengenakan seluruh pakaiannya dan pergi begitu saja dari hotel tersebut.

Kini posisi menjadi terbalik sesaat setelah kepergian Fahmi. Ata yang sama sekali tak tahu menahu tentang kejadian itu, harus bertanggung jawab dihadapan Salma yang baru saja terbangun.

Deg

Gadis itu begitu terkejut dengan tubuh polosnya dibalik selimut bewarna putih polos. Sementara ia memandang Ata dengan pakaian lengkap dan tak terbuka sedikitpun.

"Sial, apa yang telah kamu lakukan padaku!" tuduhnya dengan isak tangis tertahan.

Suaranya begitu gemetar tapi juga tegas dihadapan Ata.

"Jangan coba-coba kabur ninggalin aku, kamu harus tanggung jawab!" teriaknya histeris.

"Tenanglah, aku bisa jelaskan semaunya dengan baik. Oke!" pinta Ata dengan penuh kesabaran.

Namun gadis itu terlanjur kecewa dan membenci Ata karena telah mendapati pemuda itu bersama dengan dirinya dikamar hotel.

Salma mengutip seluruh pakaiannya dihadapan Ata dengan tubuh yang masih terlilit selimut.

"Turunkan pandangan kotormu itu !" protes Salma yang kali ini beranjak masuk kedalam kamar mandi.

Sebagai seorang lelaki Ata tentu akan menepati janjinya pada Salma untuk memberikan semua penjelasan sebaik mungkin. Dengan sabar ia menunggu Salma hingga selesai.

"Ayo cepat ikut aku pulang!" pintanya tanpa basa basi setelah mengenakan seluruh pakainya.

"Apa!" Bentak Ata terkejut namun tidak sengaja.

"Maaf, aku hanya terkejut barusan. Kita bisa bicarakan semua ini dengan baik bukan?"

"Disini..." Sambungnya penuh dengan kesopanan.

Tapi kedua mata Salma kembali mencurigai maksud baik Ata saat dirinya tengah mengajak gadis tersebut untuk bernegosiasi.

"Tidak, jika kau sudah merebut hak ku sebagai seorang wanita maka tidak akan pernah aku lepaskan sejengkal pun. Apa lagi jika kemungkinan buruknya aku harus mengandung anakmu !" Jelas Salma panjang lebar dengan menggebu.

"Aku gadis dari keluarga terpandang dan baik-baik, tidak mungkin akan aku pertaruhkan nama baik keluargaku untuk hal ini." Sambungnya dengan tegas dan tak gentar sedikitpun meski dirinya adalah seorang wanita.

"Kau ..."

"He-bat ." sambung Ata dengan salut.

"Hentikan, aku bukan superhero disini. "

"Mau apalagi disini mari kita pulang dan tanggung jawablah untuk semua hal yang tadi kita lakukan. Maaf aku ralat perkataan ku disini. Untuk semua hal yang kau paksakan terhadap diriku tadi. " tutur Salma dengan penuh pembelaan atas dirinya yang tengah tertindas.

Bersambung ⚜

...----------------...

...Berikut visualisasi dari Salma Tanoe ya guys ❤...

...----------------...

Novel ini adalah kelanjutan dari novel sebelumya, Bagi yang baru ikuti cerita ini jangan lupa buat mampir ke sana ya. Yang mengisahkan perjalanan cinta ibu dan ayah dari sosok Atalarik Ghifary .

Bab 2

Ata hanya mengikuti kemauan gadis itu tanpa berkata apapun, yah seorang gadis asing yang baru ia temui beberapa waktu lalu dan kini malah balik menyerang dirinya dengan sebuah tanggung jawab besar.

"Kita mau kemana..." Tanya Ata yang kini sudah berada dalam satu mobil.

"Tentu ke rumahku, mau kemana lagi kita!" Teriak Salma dengan tatapan nanar.

Karena merasa tak tega dengan Salma, Ata pun menuruti permintaan gadis tersebut. Dan tak berselang lama kemudian, keduanya kini sampai dirumah keluarga Tanoe.

"Ayo cepat turun!" maki Salma didepan kaca jendela mobil Ata.

Sedangkan Ata masih terlihat begitu bingung dengan situasi runyam saat ini, bahkan ia tak tahu harus mempertanggungjawabkan hal apa didepan kedua orang tua Salma nantinya.

"Baiklah..." sambung Ata dengan wajah gelisah.

*

*

*

"Ma kakek ..." Teriak Salma menggema di penghujung rumah, bahkan tanpa sebuah salam sekalipun.

Bahkan pemuda tersebut masih nampak tetap setia berdiri tegap disana dengan memperhatikan sikap Salma.

"Ada apa malam-malam begini kau berteriak Salma!" Sambut Florentina dari balik dapur.

Dirinya begitu terkejut karena kepulangan putrinya kali ini bersama dengan seorang pemuda berparas tampan.

"Siapa dia?" Tanyanya penuh keheranan.

Sementara putrinya tak begitu lagi mempedulikannya disana, dan terlihat memeluk erat tubuh sang kakek dengan tangis sejadi-jadinya.

"Kakek ..." rengeknya yang sudah tak kuasa menumpahkan segala getir dihatinya.

Melihat kondisi sang cucu, Tanoe begitu mengerti jika ia tengah berada dalam posisi tak baik. Bahkan tatap mata Salma dapat menyiratkan segalanya dengan baik menurut Tanoe.

"Kau apakan cucuku!" Bentak Tanoe sambil menarik ujung baju Ata dengan kasar.

Pemuda itu masih tetap bergeming dengan semua kemarahan Tanoe.

"Papa, bersikaplah dengan baik!" pinta sang putri yang sejak tadi mengamati Ata dengan jeli, bahkan dirinya yakin jika pemuda asing itu terlihat begitu baik.

"Diamlah!"

"Aku tidak akan pernah mengampuni siapapun lelaki yang telah memegang cucuku!" Cecar Tanoe dengan tatapan mengerikan.

"Kau, kemarilah!" Florentina mencoba memanggil Salma yang sejak tadi hanya bungkam menyaksikan segalanya.

"Katakan siapa dia, dan apa maksud dari kedatangan kalian?"

Tegas Flo dengan kalimat penegasan, memang selama ini Florentina mendidik sang anak begitu keras dan disiplin. Tak ada pilihan lain lagi untuknya karena harus menjadi orang tua tunggal bagi sang putri sejak kecil.

"Di-a telah mengambil milikku ma!" Ucapnya terbata-bata dengan kalimat polos.

Deg

Sang ibu begitu terkejut namun juga geram dengan semua ucapan Salma saat itu, tapi satu yang ia sadari dengan cepat disana bahwa mulut sang putri begitu pekat dengan harum al-kohol.

"Apa kau mabuk hah?" tanyanya dengan menampar wajah Salma begitu keras, hingga membuat Salma meringis kesakitan.

Sudah sejak dulu, Florentina paling tidak bisa menoleransi sang anak dengan benda tersebut. Apalagi jika sampai membuat Salma hilang kesadaran akibat benda tersebut.

"Flo hentikan!"

"Cucuku tidak bersalah , pemuda sialan inilah yang harusnya kau maki !" teriak Tanoe dengan bengis.

"Cukup pa, mari kita tanyakan terlebih dahulu pada cucu perempuan kesayangan papa satu ini! " Tantang Flo dengan tegas.

"Katakan siapa lelaki itu!" ujar Flo sembari menunjuk wajah Ata.

Deg

"Sial apa yang harus aku katakan pada mama , kalau namanya saja aku belum tahu!" umpat Salma dalam batin.

"Kau tidak bisa menjawabnya dengan baik kan, maka aku tidak akan pernah mudah mempercayaimu!" Maki Florentina bertubi-tubi.

Sikapnya yang begitu keras pada sang putri bukan tanpa alasan, ia ingin jika anak semata wayangnya itu tidak sampai terjerembab dalam lubang yang sama dengan dirinya dahulu.

Yah, semenjak pertunangannya gagal dengan Al Florentina sering sekali mabuk-mabukan bahkan Salma adalah benih yang harus ia tanggung akibat pergaulan bebasnya. Dengan kata lain, Salma tidak pernah memiliki ayah.

"Katakan pemuda siapa namamu?" Tanya Tanoe dengan nada lirih namun tetap mengeratkan tanganya disana.

"Ata om." jawabnya singkat.

"Lebih lengkap!"

"Atalarik Ghifary. " jelas Ata dengan ucapan santun .

Setelah lama ia perhatikan, ada benarnya juga perkataan sang putri disana. Apa benar jika anak sebaik Ata melakukan hal buruk itu pada Salma. Apalagi sejak tadi, Ata sama sekali tidak melakukan bantahan apapun dalam hal ini.

Tapi karena memang rasa sayangnya begitu besar dengan sang cucu, membuat Tanoe seketika buta dengan mata hatinya. Ia masih bersikeras jika Ata lah yang bersalah dalam hal ini.

"Aku tidak perduli, cepat hubungi kedua orang tuamu agar mereka datang kemari !" Ujar Tanoe sembari menurunkan tanganya.

Florentina hanya menggeleng pasrah jika sang papa tengah berada pada posisi tersebut, karena ia sadar jika sekeras apapun ia berusaha maka hasilnya akan percuma saja.

Ketika panggilan itu tersambung, belum sempat Ata mengucapkan kalimat apapun disana tapi Tanoe sudah terlebih dulu merebutnya.

"Halo tuan , selamat malam. Saya tidak ingin berbasa-basi lagi dengan anda. Sekarang putra anda berada dirumah saya, dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Tentu bukan main-main hal yang telah ia perbuat, maka bisa saja mencoreng nama baik keluarga besar nantinya. Cepat datanglah kemari dan kita selesaikan secara baik-baik!" Cecar Tanoe tanpa memberikan satu kesempatan apapun pada Al untuk berbicara.

Bahkan lelaki tua itu tak mengetahui jika yang barusan ia ajak bicara adalah calon menantunya yang terdahulu gagal.

"Aku tidak akan dengan mudah melepaskan dirimu pemuda, duduk dan tunggulah kedatangan mereka disini."

Dengan wajah yang begitu tegang tersirat masing-masing pada ketiganya, hanya duduk dan bergeming menatap satu sama lain. Tentu bagi Tanoe ini adalah momen terbesar sepanjang hidupnya, setelah kejadian pahit menimpa sang putri beberapa puluh tahun silam.

*

*

*

Tak memakan waktu yang begitu lama, Al beserta Khadijah tiba dirumah itu dengan langkah penuh keraguan. Apalagi batin seorang ibu yang tidak pernah bisa di bohongi sedikitpun, ia mengetahui dengan benar bagaimana Ata bersikap dengan baik selama ini. Jadi mana mungkin jika putranya akan berbuat buruk sejauh itu.

Deg

Florentina begitu terkejut dengan kehadiran keduanya disana, ia adalah orang pertama yang begitu merasa terkejut karena Al saat itu menggandeng tangan Khadijah begitu erat.

"Al..." ucapnya lirih.

Luka lama yang ia pendam seorang diri dengan kebisuan berpuluh puluh tahun lamanya, kini kembali menyeruak ke dasar hati dan teramat begitu perih melihat kenyataan yang tak pernah bisa ia ingkari sejak dahulu.

Yah, lelaki yang begitu ia dambakan sejak lama kini kembali hadir didepan matanya dengan status yang berbeda.

Sedangkan Khadijah sama sekali tak menghiraukan pertemuan keduanya saat itu, ia lebih fokus pada sang putra semata wayangnya disana. Dengan tatap mata gelisah.

Bersambung ⚜

...----------------...

Berikut adalah sosok Atalarik Ghifary guys ❤

Bab 3

"Oh ternyata pemuda ini anakmu, pantas jika dia hanya bisa melukai wanita!"

"Sama seperti ayahnya dulu..." maki Tanoe lirih namun tetap saja bisa didengar oleh semuanya.

Seolah tak terima dengan semua makian sang ayah, Flo berjalan mendekat pada Al dan juga Khadijah disana. Ia ingin menunjukan jika dirinya masih mampu menyambut keduanya dengan baik meskipun luka lama belum seutuhnya kering.

"Masuklah..." pintanya namun masih menatap wajah Al dengan serius.

"Selalu saja sikapnya seperti itu!" Umpat Tanoe dalam hati melihat tingkah sang putri.

*

*

*

Pria setengah baya tersebut rupanya sudah tak tahan lagi memendam amarahnya pada putra Al, apalagi sejak pertemuanya dengan Al luka dihati Tanoe juga kembali muncul ke dasar hatinya.

"Mari kita selesaikan semua ini dengan cepat!"

"Atau jika tidak, kita selesaikan saja dengan jalur hukum." Sambung Tanoe dengan menimbang segalanya.

Bahkan tanganya tengah menekan ponsel miliknya untuk menunjukkan pada Al jika ia tidak akan pernah main-main dalam hal ini.

"Tunggu om Tanoe, kita bisa bicarakan semuanya dengan kepala dingin." pintanya sembari memandang wajah sang istri yang sudah teramat gelisah.

"Kalau begitu nikahlah dengan cucuku !"

"Pa!" tentang Florentina dengan cepat.

"Diamlah, kau tahu peraturan rumah ini bukan. Segala keputusan berada dibawah kendaliku." serunya dengan melipat satu kakinya naik ke atas.

"Nak, apa kau mengenal dia?" Tanya Al dengan seksama, ia tidak ingin jika keputusan sepihak akan membuat berat hati Ata.

"Tidak ayah." Sambung Ata lirih tapi penuh keyakinan.

"Ck, mana mungkin pemuda brengsek ini mengaku siapa cucuku. Setelah apa yang ia lakukan dihotel." sambar Tanoe dengan berdecak.

Mendengar cukup lama perdebatan sang kakek dan juga orang tua Al , Salma mulai mengingat kembali jika kejadian itu terjadi begitu singkat dan cepat tanpa ia duga.

"Tunggu om, jika putraku saja tidak mengenal nama cucu perempuan anda bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi." Sambung Al dengan wajah heran namun juga tersinggung dengan ucapan Tanoe.

"Ma-af om, bukan maksud saya menyela ." Ucap Salma dengan nada terbata .

"Namun saya bertemu denganya di club malam, tapi tanpa saya sadari dia membawa pergi saya ke sebuah hotel. Dan kejadian itu ter-jadi." Jelas Salma dengan gamblang dan menitihkan air mata.

"CUKUP!" Tepis Flo yang sejak tadi hanya memilih bungkam seribu kata.

"Jangan lanjutkan omong kosong itu Salma!" Bentaknya dengan tegas, ia tak ingin jika sang putri hanya mengarang sebuah cerita dalam hal ini. Apalagi mengingat jika pemuda tersebut anak Al, hal yang sangat tidak mungkin akan pernah terjadi pada kenyataanya.

"Kenapa dengan dirimu, apa kau ingin harga diri putrimu di injak-injak sepertimu dulu!" Bentak balik Tanoe dengan geram pada sikap putrinya.

Florentina diam seketika ketika semua luka itu dengan sengaja dibuka kembali oleh sang papa dihadapan Al dan juga Khadijah. Setelah berdebat cukup alot, kedua anak dan ayah tersebut memilih untuk menjernihkan pikirannya masing-masing dengan diam.

"Nak, apa iya kau bersama denganya di hotel?" tanya Khadijah dengan perasaan campur aduk, namun sejauh ini ia begitu percaya dengan putra semata wayangnya tersebut.

Ata menganggukkan kepalanya dengan perlahan tanpa ada pembantahan disana. Ia tak ingin jika perasaan sang ibu semakin terluka dengan apa yang sudah Salma utarakan.

Tapi dengan pengakuannya saja, itu sudah cukup menggores luka batin mendalam bagi sang ibu. Dengan isak tangis Khadijah mencoba menguatkan kembali hatinya dihadapan semua orang.

"Baiklah, saya rasa tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi disini. Esok acara pernikahan akan terjadi disini."

"Permisi." pungkasnya dengan wajah pilu dan beranjak pergi dari kediaman Tanoe.

Al dan sang putra hanya saling menatap satu sama lain, karena keputusan istrinya terkesan begitu mendadak dan sepihak. Kedua lelaki tersebut juga segera bangkit dan berpamitan pada Tanoe dan juga Florentina.

"Baguslah jika mereka masih memiliki otak!" Seru Tanoe dengan kesal namun masih tetap duduk di atas sofa sambil menatap kepergian Al dan Ata.

Sikap yang berbanding terbalik dengan Flo yang sejak tadi tengah menahan malu dan juga amarah karena perbuatan sang putri. Bagaimana mungkin ia bisa berbahagia dengan pernikahan terpaksa satu pihak untuk putrinya.

Sedangkan di rumah Al, tak ada lagi perdebatan yang perlu dibicarakan kembali. Al tengah mengambil keputusan dan langkah yang sama dengan sang istri.

......................

Hari pernikahan.

Dihari yang begitu cerah namun memilukan bagi sebagian keluarga acara pernikahan itupun berlangsung begitu khidmat meski berjalan sederhana. Tak nampak megah karena hanya didatangi oleh beberapa kerabat, bahkan juga terlihat kedua kakek Ata yang sama sekali tak tahu menahu masalah yang tengah merundung sang cucu.

Mengenakan sebuah kemeja putih dengan peci bewarna hitam Ata begitu terlihat tampan pada hari terpentingnya saat itu . Sedangkan berjalan dari lain, Salma juga tak kalah terlihat cantik dan anggunya mengenakan gaun putih bersih dengan riasan adat jawa.

Rambutnya terlihat begitu rapi dengan satu sanggul kecil dan beberapa ornamen bunga menjulang di atas kepalanya serta beberapa sentuhan rias di wajahnya.

Jalannya begitu lirih dengan sesekali senyum mengembang di pipinya kepada para kerabat disana, tapi entah mengapa baru kali ini hati Salma begitu terlihat tenang saat menghadapi pernikahan yang notabene di adakan secara terpaksa dan tak ada cinta.

Ata pun menyambut Salma dengan senyum paling tulus hari itu, ia menganggap bahwa dengan langkahnya hari ini mampu mengubah takdir yang tadinya kelam bagi Salma.

Keduanya terlihat duduk dengan kursi bernuansa putih serta beberapa saksi dan pendamping disana, dan tak terasa pengucapan janji suci tersebut di lantunkan Ata dengan lancar dan hanya cukup satu kali tarikan nafas saja.

Pasangan pengantin baru tersebut begitu bahagia dengan menyematkan cincin dijari masing-masing pasangan.

"Jaga cucuku dengan baik, jika satu kali saja aku melihat dia menangis dirimu akan berurusan denganku!"

Ancaman itu begitu jelas terdengar di telinga Ata dan juga Khadijah, karena kebetulan saat itu tengah di ambilnya sesi foto keluarga setelah acara usai.

Ibu dari Ata tersebut merasa begitu tersinggung dengan ucapan Tanoe, bagaimana mungkin setelah acara yang sudah ia inginkan terjadi masih sempat mengancam putranya dengan berani.

"Jika sudah selesai mari kita pulang sayang." Ajak Khadijah dengan terburu-buru.

"Tunggu, apa maksud anda?"

"Pulang?" tiru Tanoe dengan wajah heran menatapnya.

"Tentu om, pulang. Lantas mau kemana lagi mereka ?" Tanya balik Khadijah dengan menunjuk sang anak dan juga menantunya.

"Tidak, mereka berdua akan tinggal disini." tolak Tanoe dengan mantap.

Khadijah hanya tersenyum saat mendengar pernyataan Tanoe yang terkesan terlalu memaksakan keadaan.

"Jangan lupa jika cucu om Tanoe telah menikah dan menjadi istri putra saya. Bukankah kemanapun suami pergi, istri harus turut mendampinginya?"

"Atau om mau jika keduanya tinggal terpisah?"

Bersambung ⚜

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!