POV Nissa
Namaku Nissa, aku sudah menikah selama 1 tahun dengan suamiku Herman, kami menikah karena dijodohkan, tapi rasa cinta itu akhirnya tumbuh diantara kami berdua dan kami pun nyaman satu sama lain. Aku dan suamiku adalah staff disekolah Negeri ( PNS).
Awalnya kami tinggal berdua dirumahku yang dihadiahkan oleh ayahku. kemudian tepatnya 4 bulan yang lalu, sepupu jauhku yaitu anak dari adek-kakekku datang dan ikut tinggal disini karena sedang kuliah semester akhir, dia bernama Fina.
" Fina ini kamarmu, semoga betah ya di rumahku? ujarku sambil mengantarkan Fina masuk ke kamar tamu yang letaknya ada dilantai bawah. Rumahku Ini desainnya minimalist tapi memiliki 2 lantai yang mana lantai 1 itu adalah ruang tamu, kamar tamu dapur sekaligus meja makan dan kamar mandi, sedangkan dilantai 2 itu adalah kamarku, kamar mandi dan Gudang.Sambil melihat-lihat rumah Ini, Fina mengangguk tersenyum ke arahku.
" Makasih banyak mba, aku pasti betah disini, makasih juga mba Nissa udah bantuin aku, males banget aku di kossan yang dulu, tempatnya enak sih tapi gak kondusif, ucap Fina dengan senyuman tipisnya.
" Ia semoga betah ya dan cepet Lulus kamu Fin, yaudah mba Nissa mau lanjut balik kantor dulu mau ketemu klien soalnya, kamu baik-baik dirumah ya! gak apa-apakan mba Nissa tinggal dulu, di rumah ada bibi Ini yang bisa bantuin kamu." ucapku.
" Ia mba, Ok." ujar Fina sambil menunjukan jempol Ok. ke arahku, lalu dia pun masuk ke kamarnya, sedangkan aku langsung saja menuju Mobil untuk kembali ke kantor.
Sampai berapa bulan pun berlalu tak terasa sudah 4 bulan Fina tinggal dirumah Ini, tak ada kejadian ganjil dan baik-baik saja. Hanya saja kadang terlintas di pikiranku serasa ada sesuatu antara Mas Herman dan Fina yang selama ini terlihat sangat akrab kelewat dekat, tapi aku mencoba mengenyahkan pikiran buruk ku ini.
Pagi Ini seperti biasa aku disibukan dengan urusan kantorku dengan jadwal yang padat, saat aku turun menuju dapur untuk sarapan aku melihat meja kosong dan hanya ada bibi sendiri sedang masak di dapur, aku tau hari Ini mas Herman tidak masuk kerja karena ia sedang tidak enak badan.
" Non makan sendiri saja? tuan mana non?" tanya bibi sambil menyiapkan makanan.
" Mas Herman sedang sakit bi, oh ia nanti bibi tolong buatkan atau enggak beliin bubur aja bi buat mas Herman, Ini uangnya," ucapku sambil menyerahkan 50 ribu ke bibi.
" Fina mana bi? kok dia gak sarapan? tanyaku ke bibi heran.
" Bibi gak tau non? Masih tidur mungkin non, tapi sebaiknya non jangan terlalu percaya sama non Fina!" ucap bibi dengan bisikan di telingaku.
" Kenapa bi? tanyaku penasaran ! tuan dan non Fina agak aneh tapi entahlah non mungkin Ini cuma perasaaan bibi saja, tapi memang mencurigakan non," ucap bibi dengan mimik muka serius.
Aku mendengar ucapan bibi dengan seksama, ya aku pun merasakan kedekatan mereka berdua agak kurang wajar, tapi nanti sajalah aku cari tau, pikirku.
" Yaudah bi gak apa-apa biar nanti aku cari tau yang penting aku mau ke kantor dulu karena udah telat, aku pergi dulu ya bi," ucapku pada bibi.
" Assalamualaikum," ucapku sambil pergi ke arah mobilku dan berangkat kekantor.
Saat di kantor aku memikirkan apa yang dikatakan bibi, Semuanya juga terasa janggal tidak seperti biasanya, aku pun melihat dan memikirkan semuanya dimulai dari kalung baru yang dipakai Fina saat itu! dan tas-tas baru yang Fina pakai! serta seminggu yang lalu aku menemukan struk parkir hotel di daerah Jaksel dan surat nota pembelian perhiasan kalung, untuk apa mas Herman menyimpan semua itu?
Saat aku sedang sibuk melamun aku kaget saat seseorang mengetuk pintu ruanganku,"
Tok...tok...tok... ( Kencang sekali )
Silakan masuk, Ucapku.
" Eh Sera, lu ngapain sih ngetuk pintu pake gedor segala, lu kata gue budek hah!" sewotku pada Sera yang lagi cengengesan.
" Sorry, ya habisnya lu udah diketuk dari tadi kagak nyaut-nyaut, gue gedor-gedor aja pintu sambil nyelonong bukain pintu, lagian lu ngapain sih pagi-pagi ngelamun! gak dikasih jatah ya lu semalam," ucap Sera berapi-api Masih dengan wajah herannya.
" Ada yang mau lu ceritain, ceritain aja atau ada yang bikin lu stress atau suami lu selingkuh ya," tebak Sera.
Seketika aku langsung menatap Sera.
" Lu ada-ada aja mana mungkin mas Herman selingkuh, tapi gue bingung nih," ucapku sambil melamun lagi.
" Udah cerita aja Nissa sama gue, kali aja beban lu ilang dikit biar gak galau, gak biasanya lu kaya Gini!" ucap Sera memancingku.
Akhirnya aku pun menceritakan semua hal yang aneh dengan mas Herman dan Fina, ya walaupun hanya seperempat bagian karena Ini masih dalam jam kerja.
" Entar istirahat gue ceritain lagi masih kerja Ini yang ada tar kita kena rauk sama Bos," candaku sambil meragakan tangan rauk ala macan.
" Yaudah tar kita ke kantin bareng ya! habis Ini lu ceritain semuanya," saut Sera.
Dan Sera pun keluar dari ruanganku.
Saat Sera pergi aku mulai mengerjakan tumpukan berkas yang masih tertunda dan aku pilih-pilih ternyata ada berkas yang tertinggal dirumah dan itu sangat penting, harus segera diserahkan ke Big Boss hari Ini, dan aku pun langsung saja pergi keluar ruanganku menuju rumah agar tidak macet saat masuk jam makan siang.
" Linda nanti kalau ada yang nyari saya , tolong bilangin saya lagi kerumah sebentar untuk mengambil berkas yang tertinggal," ucapku pada Sekertaris.
Perjalanan dari kantor ke rumah sangat dekat hanya 30 menit saja, apalagi jalan tidak macet karena belum waktu jam makan siang jadi hanya 20 menit saja, makanya aku sudah sampai rumah. Mobilku sengaja aku parkir diluar pagar, karena malas untuk memanggil orang rumah untuk membukakan gerbang jadi aku langsung masuk aja supaya cepet, saat aku masuk melewati pintu depan dan berjalan sedikit pelan menuju tangga sayup-sayup aku mendengar suara ******* dari kamar Fina, karena kamar Fina itu terletak disebelah tangga.
" Suara ******* siapa? " pikirku dalam hati, " Ah.. ah... yeeeh...terus mas masukin yang cepet!" kicau Fina.
"Ah....ia sayang, punyamu enak sekali masih sempit walaupun sudah berapa Kali aku genjot, tahan sayang, kita keluar sama-sama, aku masih lama."
Seketika aku menegang mendengar suara lelaki yang sedang make-out bersama Fina yang tak lain sepupuku sendiri, jariku gemetar. Aku pun mendekat ke pintu kamar yang sedikit terbuka, aku melihat disana mas Herman sedang bertumpang tindih dengan Fina tanpa sehelai benang pun, aku menutup mulutku tak membiarkan suara ku keluar, aku langsung membuang mukaku kearah yang lain dengan memegang dadaku yang terasa sesak, aku menangis tanpa mengeluarkan suara sedikit pun karena takut mereka akan tau keberadaanku, tanpa berpikir lama aku langsung saja mengambil HP ku dalam tas dan mengubah ke mode silent lalu merekam semua kegiatan gila mereka untuk dijadikan bukti, sambil gemetar tanganku memegang HP, setelah selesai aku meninggalkan tempat itu dan langsung ke kamar ku dengan hati- hati agar mereka tidak tau bahwa aku ada dirumah.
Saat dikamar lekas aku mengambil berkas yang tertinggal dan keluar menuju tangga dengan langkah yang sangat pelan hingga aku keluar rumah itu. Lekas aku menuju Mobil dan segera menuju ke kantor dengan air mata yang masih mengalir, aku menghapus air mataku dan aku berjanji pada diriku sendiri aku akan membalas setiap kelakuan menjijikan mereka dan membalas perbuatan mereka dengan setimpal!!! apa lagi Fina, wanita yang tidak tau diri dan tidak tau terima kasih.
Saat sampai kantor aku langsung aja telpon bibi karena aneh bibi tidak ada dirumah dan mereka bisa seenaknya berzina di rumahku.
" Haloo assalamualaikum bi, bibi dimana? tadi aku kerumah bibi gak ada?" Tanya ku pada bibi." Ia non tadi bibi tiba-tiba disuruh tuan keluar non, tuan minta dibelikan kue, tapi tuan mintanya dibeliin di Mall yang jauh non dan bibi Ini baru sampai, macet banget non tadi," jawab bibi.
" Bi.., Fina dan mas Herman mereka selingkuh bi, aku harus membalas mereka bi!!!
"Ya Allah non bener kan firasat bibi non, kalo mereka berdua itu gak bener, jadi gimana non? bibi akan bantu non sebanyak mungkin pokoknya non." ucap bibi.
" Ia bi nanti kita bicarakan lagi diluar rumah supaya tidak ketahuan mereka bi.
Assalamualaikum," ucapku lalu aku menutup telpon setelah mendengar bibi membalas salam juga kepadaku.
Hari Ini sungguh benar-benar kacau, aku pun tidak fokus dalam bekerja, tapi laporan Ini harus segera dikerjakan, aku langsung membuka laptop dan menyelesaikan laporan untuk diserahkan ke Pak Roy Bos ku yang super galak itu.
Jam sudah menunjukan waktu makan siang dan tugas yang harus diberikan pun sudah selesai, tiba-tiba Sera langsung nyelonong keruangan ku tanpa gedor pintu, apa lagi mengucap salam.
Hayolah Bestie...kita makan, tar dulu dah, itu mata lu kenapa sembab begitu? habis nangis ya? kagak Lucu dah Ini !" ujar Sera padaku.
" Hayu dah tar gue ceritain," ucapku mendatangi Sera dan menarik tangannya supaya mengikuti ku ke kafetaria.
Sesampainya di kantin di lantai bawah Sera tak hentinya melihat ke arahku bahkan sampai makanan kami datang pun dia tak berbicara tapi hanya merangkul dan mengusap tanganku, sampai makanan habis barulah aku menceritakan semuanya apa yang ku alami hari Ini kepada Sera, sambil menangis aku bercerita dan mengucap sumpah serapah.
" Kurang ajar emang tuh si da'jul Herman ama si ulet keket, kita harus balas dendam jeng, gak bisa lu digituin enak aja tuh manusia! sudah hidup numpang di elu, jarang ngasih lu duit sekarang dia enak-enakan selingkuh dan foya-foya sama ulet keket, kagak bisa dibiarin Ini mah !!!" kicau Sera sambil semangat 45."
" Tapi laki lu belom tau kan kalo lu itu manager keuangan disini? kalo belum tau jangan kasih tau, makin enak dia manfaatin lu nanti beb," ucap Sera lagi masih dengan semangatnya ia bicara menggebu-gebu.
" Enggak Ser, dia belom tau, dia taunya gue Ini cuma staff biasa Dan gaji Masih UMR, tapi dia kasih duit gue tiap bulan cuma sejuta lu kebayang gak? tadinya gue ia-in aja, karena gue juga punya gaji, eh dasar da'jul tuh orang, malah ngelunjak. Pokoknya lu harus bantuin gue buat balas kelakuan mereka, gue mau gugat cerai tuh laki-laki laknat, gue gak mau dia nikmatin sedikit pun harta yang gue miliki, gue pengen ambil semuanya termasuk barang-barang yang dia kasih ke ulet keket itu," ucapku sambil berapi-api.
" Ok. kita susun rencana itu dan lu harus punya bukti yang banyak buat gugat dia, dan buat dia gak nuntut harta gono-gini ke elu " sahut Sera."
" Ia bener tapi gimana caranya?" Ucapku.
" Yang pertama lu harus sewa pengacara yang bagus dan handal, biar lu bisa tanya-tanya dan konsultasi juga sekalian, hal apa aja? yang mesti lu lakuin," ucap Sera.
" Lu punya gak kenalan pengacara handal?" tanyaku.
" Ada tar, gue kirimin nomernya beb," ucap Sera lagi.
Dan makan siang Kali Ini dilakukan dengan membicarakan dua manusia tak berakhlak itu.
Setelah mendapatkan nomer HP pengacara dari Sera, aku pun langsung menelpon bibi untuk menjalankan rencana yang akan aku buat. Tapi sebelum itu aku nge chat dulu ke mas Herman bahwa aku akan lembur dan pulang telat terlebih dahulu.
" Haloo, assalamualaikum bi, nanti bibi keluar rumah ya jam 5 sore terus ketemu aku, aku di supermarket dan tunggu aku di Food Court ya bi," ucapku pada bibi langsung sat-set.
" Ia non, tapi kalo tuan nanya mau kemana gimana non?" tanya bibi.
" Ya jawab aja mau membeli keperluan bulanan sama keperluan bibi, dia pasti ia-ia aja, soalnya ada hal yang mau aku bicarakan sama bibi."
" Ok. non siap!" Jawab bibi dengan Lantang.
Lalu aku mematikan telpon dengan bibi setelah mengucapkan salam, gak terasa waktu berlalu dan sudah menunjukan jam 4 sore, ya walaupun hatiku sedang sakit dan terluka karena dua orang yang paling aku sayang dan aku percayai selama ini. Tapi aku pun gak mau bersedih berlarut-larut karena percuma juga, toh semuanya sudah terjadi. Lalu aku teringat satu hal Ini, yaitu sesuatu yang harus aku lakukan, urgent sekali. Aku langsung mengambil telpon dan memanggil Linda untuk masuk ke ruangan ku.
" Linda tolong kamu berhentikan pembayaran yang selalu aku berikan untuk bi May (ibunya Fina) tiap bulan, aku sudah tidak mau lagi membantu membiayai kebutuhan mereka perbulannya, apa pun itu mengenai bibi Maya aku sudah tidak perduli dan satu hal lagi kalau ibuku bertanya masalah Ini tolong minta ibuku langsung mencari ku Saja," ucapku kepada Linda saat ada di ruangan ku.
" Baik Bu, ada lagi Bu?" balas Linda bertanya.
Ya walaupun bantuan itu hanya uang dua juta rupiah perbulan, tapi melihat tingkah laku anaknya aku jadi muak dan marah untuk membantu keluarga mereka, apalagi sekarang Fina sudah mau Lulus pasti dia akan mencari kerja, lagi pula sebenarnya anak bibi itu udah ada yang kerja kenapa mereka selalu merongrong Mamahku buat minta bantuan merasa aneh batinku.
"Satu lagi jika ada orang luar yang bertanya aku sebagai apa disini, bilang aja aku hanya staff biasa," ucapku lagi kepada Linda.
" Loch kenapa Bu?" Tanya Linda penasaran!
" Gak apa-apa, aku hanya sedang melakukan sesuatu kepada orang yang sudah nyakitin aku aja termasuk keluarga aku sendiri, kamu jangan bilang siapa-siapa ya!" ucapku dengan mimik muka serius.
" Baik Bu, kalo begitu saya izin keluar," ucap Linda sambil melangkahkan kakinya keluar ruanganku.
Setelah Linda keluar ruangan, aku segera bersiap-siap untuk pulang dan menuju supermarket, tempat janjian aku sama bibi (art ku). Tapi sebelum kesana aku akan menyempatkan untuk membeli CCTV ukuran sangat mini hingga tidak terlihat.
Setelah sampai Supermarket, aku langsung saja menuju Food Court tempat janjian aku bersama Bibi, dan tanpa susah mencari, aku langsung bertemu bibi dipojokan sedang duduk sendiri.
" Assalamualaikum, sudah menunggu lama ya bi?" tanyaku ke bibi, dan aku langsung aja duduk dekat bibi, kebetulan disini tempatnya sepi jadi aku tidak khawatir ada orang yang akan mendengarkan.
" Wa alaikum salam non, bibi juga baru datang non, jadi bagaimana non Nissa bisa membalas non Fina? jujur bibi kesel juga sama non Fina! kelakuannya makin kesini makin ngawur non," ucap bibi.
" Gini bi aku mau minta tolong bibi untuk untuk tempelin atau taruh CCTV mini Ini bi, tapi arahnya ke kasurnya Fina ya bi, jangan sampai ada yang kelihatan ya bi atau bener-bener tersembunyi, nanti bibi naruh nya pas bibi beres-beres kamarnya Fina ya," jelasku singkat.
"Ia siap non bibi faham, " ucap bibi.
" Oh ia Ini pasang juga diruang keluarga, di dapur, ruang kerja mas Herman juga, kalo kamar aku biar aku yang pasang," jelasku lagi sambil aku menyerahkan bebrapa CCTV mini ke bibi.
" Oh ia bi, mereka berdua tadi ada dirumah gak?" tanyaku ke bibi.
" Tidak ada non, non Fina dari tadi pagi belum pulang sedangkan tuan ada dirumah, ia baru saja pulang," jelas bibi.
" Yaudah bi kalau begitu, bibi pulang sekarang dan jangan lupa belanja segala kebutuhan ya bi, biar gak curiga," ucapku. Tak berapa lama aku dan bibi pun berpisah, bibi melanjutkan belanja sedangkan aku menuju parkiran untuk pulang ke rumah.
Setelah aku sampai kerumah aku tidak melihat mas Herman, kemana ya dia? pikirku.
Langsung aja aku naik ke lantai atas ke kamarku, dan ku dengar ada seseorang dikamar mandi, mungkin itu mas Herman dan ku lihat HP mas Herman tergeletak dimeja, langsung aja aku mengambil HP mas Herman untuk ku tahu isinya.
Akh sial! pake dikunci segala tumben amat, ucapku pelan sambil kesal Dan aku menaruh kembali HP mas Herman ke meja.
" Mas kamu dikamar mandi?" ucapku.
Kemudian pintu kamar mandi terbuka.
" Kamu udah datang sayang, udah makan belum? tumben Malam banget pulangnya," Tanya Mas Herman dengan wajah sok dibuat- buat.
Aku hanya diam saat mas Herman bertanya entah kenapa aku jadi jijik melihat wajah mas Herman sok khawatir seperti itu, sebelumnya aku selalu senang karena merasa diperhatikan saat mas Herman bilang seperti tadi dan sekarang ikh kalo bahasa sundanya mah geuleuh.
" Aku lelah mas biasa lah banyak kerjaan, kan tau sendiri aku cuman karyawan biasa," jelasku sambil langsung masuk ke kamar mandi tanpa tersenyum ke arahnya. Mungkin dia bakalan bertanya kenapa aku jadi dingin sama dia, tapi bodo amatlah.
Saat aku selesai mandi mas Herman sudah tidak ada dikamar dan HP nya pun sudah dibawa olehnya, mumpung dia diluar aku langsung aja memasang CCTV mini yang langsung terhubung ke HP ku, dan kulihat HP ku juga sudah terpasang dengan CCTV yang lain yang ada dirumah Ini, kerjaan bibi emang top markotop.
Aku melihat mas Herman lewat CCTV, ternyata dia sedang diruang Televisi Dan kebetulan sekali dekat CCTV itu, sehingga aku bisa mendengar dengan jelas apa yang dia katakan.
" Ia sayang kamu gak pulang hari Ini", yaudah hati-hati dirumah temen kamu ya, dan mudah-mudahan cepet Lulus ya, nanti kalo kamu Lulus kita akan jalan-jalan ke Labuan bajo," Ucap mas Herman ditelpon.
"Aku yakin pasti Mas Herman lagi ngobrol sama si ulet keket Fina," pikirku.
Aku langsung turun kemeja makan untuk makan malam dan ketika aku melihat mas Herman, dia langsung gugup dan langsung menutup telponnya dan tanpa basa-basi, aku makan aja sendiri tanpa mengajak dia makan.
" Sayang kok kamu malah makan duluan? aku padahal nungguin kamu loh!" ucap Mas Herman.
" Aku liat kamu lagi asik ngobrol ditelpon jadi aku gak mau ganggu kamu mas, lagian aku lapar mas, maaf ya aku gak siapin makan ke kamu, Aku capek banget, habis makan aku mau langsung tidur aja," ucapku.
" Oh ia mas Mana Fina?" tanyaku
" Oh dia gak pulang yang, katanya dia mau nginep dirumah temen yang, untuk ngerjain skripsi," jelas mas Herman.
" Kok kamu tau mas ?" tanyaku pura-pura.
" Tadi dia chat aku, ia ,dia chat aku yang, " jawab mas Herman tambah gugup.
" Kok dia gak bilang ke aku ya, malah chat nya ke kamu mas, aneh ? yaudah lah aku juga gak mau terlalu pusing," jawabku sambil aku melihat ekspresi mas Herman yang terlihat menghembuskan nafasnya legal, Kalo mukul suami pake pentungan gak dosa mah, udah aku pukul mukanya dari tadi, menyebalkan munafik si Herman," gumamku dalam hati.
" Aku ke kamar duluan ya mas ngantuk," ucapku, dan dia hanya menundukkan kepala saja dan akupun tak lagi menoleh dan bicara kepadanya, rasanya aku sudah tidak sanggup untuk berdekatan dengan mas Herman apa lagi dalam ruangan yang sama, hati Ini Masih sesak, tapi aku harus sabar Pembalasan Ini baru saja mau dimulai, aku akan membalas kalian semua dengan begitu pedih. batinku dengan amarah terpendam.
Jam dua aku terbangun dan aku melihat mas Herman disebelahku sedang tertidur sangat damai seperti tidak mempunyai beban atau rasa bersalah sama sekali karena sudah selingkuh dari aku, langsung aja aku ambil HP nya yang ada di dekat nakas, dan aku letakan jari mas Herman untuk membuka kunci lewat fingerprint ( fingger touch), dan akhirnya bisa terbuka.
Kubuka Aplikasi chat dan menscroll is chat nya tidak ada yang mencurigakan, kecuali satu nama Fina si ulet keket, dan aku foto semua isi chat mesra mereka dan apa aja yang dilakukan mereka untuk dijadikan bukti, Dan aku pun menyadap aplikasi chat Mas Herman kedalam HP ku. Setelah urusan HP Ini selesai langsung aku taruh lagi HP Ini ditempat semula, Dan aku keluar kamar ke tempat kamar Fina berada, Ini kesempatan aku, kebetulan sekali si ulet keket tidak ada dirumah, aku pun berjalan pelan-pelan turun kebawah dan masuk ke kamar Fina. Sepertinya aku memang beruntung sekali malam Ini kamar Fina tidak dikunci, aku pun melihat-lihat kamarnya serta membuka semua tempat penyimpanan serta lemarinya.
Ku lihat banyak tas berharga jutaan, dari mana dia mendapatkan semua Ini? jangan- jangan tabungan mas Herman habis lagi buat poya-poya sama si anak da'jul, batinku.
Langsung aja aku mengeluarkan semua tas itu dan aku pun kembali melihat tempat yang lain dan aku menemukan perhiasan kalung yang sebelumnya nota pembelian yang pernah aku liat di tas mas Herman, aku pun mengambilnya lalu aku satukan dengan tumpukan tas serta aku mengeluarkan baju-baju mahal dan jam tangan lainnya. Aku gak peduli apa barang Ini ada yang dia beli sendiri atau pun mas Herman yang belikan, pokoknya aku ambil semuanya, lalu aku foto semua barang itu ku kirim fotonya ke temanku Sera lewat chat, kau meminta tolong sama Sera untuk dicarikan tempat jual barang bekas, aku akan jual semua dan mengambil hak aku selama Ini.
Setelah selesai aku langsung bawa semua barang ke Gudang karena aku tau mas Herman gak pernah masuk ke Gudang dan kuncinya selalu aku yang pegang, setelah itu aku langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud meminta ampunan serta permohonan kepada Allah atas semua Ini supaya hariku menjadi lebih tenang lalu aku pun tidur kembali.
" Mas bangun sholat shubuh!" ucapku sambil menggoyangkan badan mas Herman, tapi kulihat dia masih saja tidur dan aku pun meninggalkannya untuk sholat shubuh sendirian.
" Yang kamu kok gak bangunin aku sih? tumben amat, gak sholat shubuh kan aku jadinya, untung gak telat," ucap Mas Herman dengan muka sedikit kesal. Aku hanya mengangkat bahu tanda aku tidak perduli dan malas menjelaskan.
" Mas duluan ya, udah telat soalnya," ucapnya sambil mencium rambutku, dan aku pun Salim tangan sambil mengucapkan salam. Setelah itu aku pun bersiap ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku dan menyerahkan surat cuti yang sudah lama tidak aku ambil.
Waktu pun tak terasa berjalan begitu cepat karena sudah memasuki jam pulang.
" Ah aku mau telpon bibi dulu bentar," ucapku bicara sendirian.
" Haloo bi assalamualaikum tuan udah datang bi?
" Wa alaikum salam non, belom datang non, non Fina juga belum datang non.
" kemana tuh orang dua ya, jangan-jangan janjian lagi, aku punya ide yaudah bi aku tutup dulu." "Assalamualaikum " langsung aku tutup sambungan telpon bibi dan lanjut ku telpon pelakor kecil itu.
" Haloo Fin kamu kenapa kemaren tidak bilang mba? kalo akan menginap dirumah temen kamu!" tanyaku saat telpon sudah diangkat.
" Maaf mba aku lupa tapi aku udah chat Mas Herman kok mba, balas Fina.
" Kenapa malah chat Mas Herman, aneh kamu ya Fin! kamu tidak ada hubungan apa-apa kan sama mas Herman? tanyaku langsung.
" Ya enggaklah mba, masa aku ada hubungan, mas Herman kan suami mba, saudara aku juga, maaf ya mba aku gak akan mengulanginya lagi gak ngasih kabar ke mba Nis kalau gak pulang kerumah," Jawab Fina dengan suara agak gugup. Aku tau dia pasti kaget aku tanya gitu langsung.
" Yaudah hari Ini kamu pulang gak?"
" hari Ini aku gak pulang lagi mba karena Masih nyusun Skripsi dirumah temen aku, soalnya rumah temen aku dekat dengan dosen pembimbing jadi biar gak bolak-balik mba.
"Yaudah kalo gitu, " aku langsung tutup telponnya.
" Dasar mba Nissa gitu aja kok repot, males banget sama tante-tante satu itu, kalo gak ada perlu ya males banget aku sok baik ama dia, lihat aja setelah aku Lulus kamu akan dicerai mas Herman dan akan ku pastikan kamu akan keluar dari rumah itu," Ucap Fina kesal.
Hmmm sepertinya aku minta jemput mas Herman aja, enak banget dia! Mobil aku yang beliiin, dia malah enak-enak di pake buat jalan sama ulet keket itu. Mobilnya lebih baik aku jual lagi aja." kemudian aku langsung saja mencari kontak mas Herman
" Assalamualaikum, Haloo, Mas dimana? bisa jemput aku gak di kantor? tanyaku ke mas Herman.
Wa alaikum salam sayang, mas baru saja sampai rumah, emang Mobil kamu kemana?
" ucap Mas Herman.
"Mobil aku mogok mas, aku tunggu di Lobby ya," ucapku.
"Yaudah, Mas OTW sekarang." saut mas Herman.
Setelah menunggu 20 menit, akhirnya Mobil mas Herman datang, langsung aja kami melanjutkan perjalanan untuk pulang.
" Mas nanti aku dirumah mau ngomong sama kamu penting," ucapku tanpa melihat wajah mas Herman.
" Ngomong apa sayang? sekarang aja!" ucap Mas Herman.
" Tar aja mas dirumah aja," ucapku lagi.
Setelah sampai rumah, tanpa menunggu waktu lagi aku langsung duduk di kursi depan bersama mas Herman untuk membicarakan bahwa aku sudah tidak bekerja, padahal aku Masih bekerja di perusahaan itu dan untuk mendukung RENCANA yang sudah aku susun, aku pun sudah mengajukan cuti selama dua minggu, karena sudah 2 tahun Ini aku tidak mengambil cuti ku.
" Mas aku sudah tidak bekerja lagi, aku bekerja hanya sampai akhir bulan Ini, aku bingung, bagaimana Ini ya mas? kamu bisa kan menghandle kebutuhan kita kedepannya, Gaji PNS kan lumayan dan kamu juga pasti banyak tabungan kan mas? selama Ini kan kamu hanya ngasih aku sejuta tiap bulannya.
Aku melihat mata mas Herman langsung terbelalak kaget.
Mata mas Herman langsung terbelalak mendengar ucapan ku, dan dia pun menarik nafas seolah punya penyakit asam bertahun- tahun dan kehilangan inhaler nya, melihatnya saja sudah membuat aku mua! apalagi sampai di buat-buat memelas seperti itu.
" Akan mas usahakan ya, kamu kan tau sendiri gaji mas hanya 4 juta, makanya mas hanya kasih kamu satu juta, itu pun mas pegang 1 juta sisanya buat keperluan ibu, tapi mengapa kamu sampai tidak bekerja dek?" ucap mas Herman.
" Ada pengurangan karyawan mas di bagianku, kan mas tau aku hanya karyawan biasa, aku juga tidak tau, tapi ya mungkin dengan ini ada hikmahnya aku bisa istirahat di rumah dan memulai program hamil kita mas, kita sudah satu tahun mas menunda mempunyai anak, mas mau kan punya anak dari aku?" tanyaku.
" Ia tentu sayang, siapa yang tidak mau punya anak dek apalagi dari istri yang cantik dan baik seperti kamu, ya sudah nanti mas usahakan untuk memenuhi kebutuhan rumah ini ya dek, mas mandi dulu dek," ucap mas Herman sambil berlalu ke ruang kamar.
Melihat punggung mas Herman menjauh, aku seketika tersenyum, ini baru permulaan mas akan aku ambil semua hak aku selama ini, enak saja aku membiayai hidupmu di rumahku, capek-capek aku kerja sedangkan kamu menghabiskan uang untuk perempuan tidak tahu malu itu," ucapku dalam hati.
Makan malam pun tiba, semua makanan sudah disiapkan bibi di meja makan, dan semua makanan ini, gaji bibi dan kebutuhan rumah ini aku yang bayar sejuta mana cukup buat sebulan, aku terus saja memaki suami da'jul ku itu dalam hati, saatnya rencana ku di mulai.
Sebelum mas Herman turun ke bawah, lekas aku menaruh obat tidur tanpa bau di minuman mas Herman, agar mas Herman tidur dengan nyenyak karena aku mau pergi dan menghabiskan seluruh uang yang ada di tabungannya serta menjual barang-barang milik pelakor itu pada teman Sera.
Kami pun makan dalam diam, dan setelah makan selesai aku terus memperhatikan ekspresi wajah mas Herman, sepertinya mas Herman mengantuk, terbukti beberapa kali dia menguap.
" Hoammm, lelah sekali badan mas dek, mas tidur duluan ya ngantuk berat," ucap mas Herman.
" Ia mas, sautku.
" Masalah tadi nanti kita diskusikan lagi besok ya, mas ke kamar duluan," ucapnya sambil melangkah kakinya ke arah kamar, tapi tiba-tiba handphone mas Herman berbunyi, seketika aku lihat mas Herman berhenti dan mengeluarkan HP nya lalu berdiri sebentar untuk melihat, tanpa membalas pesan itu mas Herman langsung masuk ke kamar.
Setelah mas Herman masuk kamar, segera saja aku mengambil HP ku dan membuka aplikasi chat, disitu aku melihat percakapan mas Herman dengan Fina yang barusan saja mengirimkan chat nya yang berisi dia meminta uang terus saja, ku perhatikan isi chat tersebut dan menunggu jawaban mas Herman.
( Fina : sayang, kamu kangen gak sama aku?.
Aku kangen banget tapi aku lagi gak punya uang nih, pusing banget ngerjain skripsi,
seminggu lagi aku aku sidang terus habis sidang, kita langsung ke labuan bajo ya, kamu kan udah janji mas).
( Herman : ia kamu lama banget berarti pulang kesini nya ya, padahal aku kangen berat, kangen goyangan kamu juga, untungnya hari ini aku lelah yaudah besok mas transfer ya, mas capek banget soalnya, tapi kirim dulu foto seksi kamu ).
( Fina : mengirim gambar )
Geram rasanya hati ini, menjijikan mereka apalagi si ulet keket ini, ya tuhan segitu hina nya dia demi uang receh, ampe mau foto kaya gitu dadanya keliatan, maki ku dalam HP.
" Kamu gak bakalan dapat apa pun lagi Fina dari si da'jul itu, liat saja nanti," gumamku.
Sepuluh menit kemudian aku langsung naik saja ke kamar, dan ku lihat benar saja mas Herman sedang tidur bahkan sambil mendengkur.
Tidur ya mas, kalo bisa sampai siang, biar gak usah kerja sekalian dan kamu di pecat jadi gembel, hidup sama cewek matre itu, gumamku dalam hati.
Tanpa membuang waktu aku langsung saja mengambil HP mas Herman dengan meletakkan jari di finger print HP itu supaya kuncinya terbuka, karena aku gak tau password nya apa? setelah terbuka HP nya aku langsung saja membuka mobile banking mas Herman dan betapa beruntungnya aku m bangking nya bisa di buka oleh finger print tangan mas Herman juga, setelah terbuka ku lihat ternyata tabungan mas Herman ada sekitar 50 jutaan lebih, banyak juga tabungannya kan, sebulan gajinya hanya 4 juta kata dia, aku jadi bingung ku mulai membuka mutasi dan mataku terbelalak ternyata selama ini dia membohongi ku, seketika air mataku keluar begitu saja. Ternyata gaji mas Herman selama ini sama denganku sebanyak 7 juta dan setiap 6 bulan sekali dia selalu mendapatkan sertifikasi, dan kulihat beberapa bulan ini tak ada kiriman ke no rekening ibunya, dengan tangan terkepal dan menahan amarah aku langsung aja memindahkan semua uang mas Herman di rekeningnya ke rekening teman ku Sera dan hanya menyisakan uang 50 ribu saja di rekening mas Herman, dan menghapus jejak transaksi itu di semua HP nya termasuk pemberitahuan SMS dan Email, lihat mas ini baru awal pembalasan ku, akan jauh lebih menyakitkan untuk kalian berdua.
Setelah urusan uang mas Herman selesai langsung saja aku mengambil surat-surat berharga seperti sertifikat rumah ini, BPKB dan STNK mobil mas Herman, akan aku ubah sertifikat rumah ini menjadi atas nama mamah ku supaya dia tidak menggungat harta Gono gini dan akan aku buat mobil mas Herman hilang padahal akan ku jual. Aku langsung saja menelpon Sera untuk menjual juga semua barang pelakor kecil itu.
" Halo, assalamu'alaikum Sera , lu dimana Bestie? jadikan kesini kita kan mau jualan ini!" ucapku saat ada di luar kamar.
" Ia ni lagi di jalan masuk komplek lu bentar lagi ya, lu siap-siap aja, sama keluarin barang barang nya," ucap Sera.
Langsung aja aku turun ke bawah memanggil si bibi, untuk membantuku mengeluarkan barang-barang si pelakor itu karena lumayan cukup banyak banget.
" Bibi bantuin aku yuk bawain barangnya Fina ke bawah bentar lagi Sera mau datang," ucapku pada bibi.
" Tuan gimana non?" tanya bibi.
" Tuan udah ngorok bi, gak bakalan bangun, dia tadi kayanya obat tidurnya kebanyakan dah kelebihan dosis kayanya hehehehe," ucapku lagi sambil ke atas bersama bibi menuju gudang.
Setelah semua barang berhasil aku keluarkan bersama bibi, Sera pun datang dan langsung mengambil barang-barang itu untuk di masukan ke dalam mobilnya, dan aku pun ikut membantunya, habis itu kita berdua langsung aja pergi ke butik temannya Sera yang menjual berbagai macam barang-barang branded, baik itu baru maupun bekas dengan harga pasaran.
Saat sampai aku sedikit takjub dengan toko ini, di desain dengan gaya mewah tapi tetap mengusungnya dengan elegan, dan kami pun langsung menemui sang pemilik toko tersebut untuk menjual barang barang Fina seperti tas, sepatu, jam tangan, dengan total semuanya ada 17 buah.
" Selamat malam Bu Marni, maaf nih malam- malam mampir ganggu gak Bu?" ucap Sera saat kami sedang di toko Bu Marni. Dan kebetulan karena hari sudah menjelang malam dan toko Bu Marni pun akan tutup mangkanya toko sepi pengunjung dan tidak menggangu aktifitas aku dan Sera.
" Gak ganggu kok, malahan saya seneng banget loh dapat barang-barang bagus kaya gini, tapi harganya lumayan lah," ucap Bu Marni.
" Ini barang-barang punya sodara nya Nissa Bu, temannya Sera, tapi dia jadi pelakor di rumah tangga nya, dia selingkuh sama suaminya jadi kita itu mau ngasih pelajaran sama tuh ulet keket Bu," jelas Sera panjang kali lebar.
" Ia Bu saya gak ikhlas, saya kerja keras, suami saya malah selingkuh sama sepupu saya sendiri, padahal saya yang nampung dia di rumah Bu," jelas ku lagi.
" Ia aku tau rasanya nak Nissa, karena ibu juga korban perselingkuhan suami ibu, tapi kamu tenang saja, tuhan itu tidak tidur! akan ada balasan bagi siapa yang melakukan kejahatan, dia pasti akan menuai keburukan pula! percaya saja, tapi kamu juga jangan mau di injak-injak. Saya setuju sekali sama tindakan kamu ini, dan untuk pembayaran akan saya transfer sekarang sesuai dengan harga yang sudah kita sepakati ya!" ucap Bu Marni.
Dan seketika HP ku pun berbunyi menandakan ada notifikasi yang masuk, setelah itu aku pun membuka HP dan melihat Alhamdulillah uang hasil penjualan tas Fina sebanyak seratus juta lebih sudah masuk ke rekening ku.
" Alhamdulillah uangnya sudah masuk Bu, terima kasih banyak ya Bu," ucapku dan aku hanya melihat Bu Marni menganggukan kepalanya dan tersenyum ke arahku.
" Yaudah Bu, karena ini sudah malam juga, kita berdua pamit pulang ya Bu kami karena harus kerja besok," ucap Sera mengalihkan perhatian ku dan kami berdua pun berdua pamit pulang, setelah di luar toko yang besar milik ibu kami pun langsung masuk ke mobil untuk pulang.
" Oh ia Nis bentar, gue transfer aja sekarang uang lu, ntar gue takutnya lupa.....tuh udah masuk ya?" ucap Sera.
" Ia Ok." jawabku sambil mengangkat jempolku.
Dan setelah itu kami pun langsung pulang. Sera mengantarkan aku dulu pulang, kemudian dia langsung pulang kerumahnya tanpa mampir.
Esok paginya saat subuh aku pun langsung bangun dan melihat mas Herman masih saja tidur dengan pulas ya sengaja tidak aku bangunkan, karena aku ingin memakai mobilnya hari ini, kebetulan hari ini mobilku masih di basemant kantor, biarin saja dia naik ojek, ucapku dalam hati.
Setelah bersiap-siap dan menyiapkan sarapan untukku dan mas Herman aku pun langsung menulis memo di kaca meja rias dengan tulisan yang besar! agar mas Herman dapat jelas membacanya. Aku yakin mas Herman gak rabun, masa selingkuh sama si Fina yang cantikan aku ke mana-mana. Langsung saja aku berangkat menuju ke kantor pengacara yang sebelumnya aku sudah membuat janji waktu kemarin, dan aku meminta izin ke pak Roy untuk datang terlambat.
Setelah sampai di gedung Firma, wah lumayan juga kantornya bagus sekali, tapi masih bagusan tempat kerja ku, batinku sedikit sombong.
" Selamat siang, bisa saya bertemu dengan pak David? saya sudah membuat janji dengan beliau," ucap ku saat bertemu dengan resepsionis gedung.
" Baik, atas nama siapa Bu?" tanya wanita cantik itu yang bernama Jennie yang terlihat dari name card nya.
" Saya Nissa "
" Tunggu sebentar ya Bu, dan silahkan duduk dulu," ucapnya ramah.
Setelah aku menunggu beberapa menit pak David pun bergegas bertemu denganku dan membawa kami keruangan nya di lantai 2.
" Maaf pak, saya kesini ingin mengajukan penggugatan cerai dengan suami saya, ini berkas nya, pa," ucapku sambil menyerahkan berkas yang aku bawa didalam amplop coklat yang besar.
" Dan pak, saya mau tanya tentang harta berdua itu bagaimana ya pak? apakah bisa menjadi milik saya semua pak?" tanyaku.
" Sebelumnya apa kah ada surat perjanjian secara tertulis pra nikah Bu?" tanya pak David.
" Tidak ada pak." jawabku.
" Untuk harta bersama semuanya itu termasuk dalam harta Gono gini harus di bagi dua. Kecuali, atas persetujuan suami ibu menyerahkan seluruh hartanya kepada ibu secara tertulis dan ada tanda tangannya suami ibu." Ucap pak David panjang lebar.
" Apakah ada aset atas nama suami ibu?" tanya pak David kembali.
" Tidak ada pak semua aset yang kami punya semua atas nama saya," jawabku.
" Kalo begitu satu-satu nya jalan ibu, harus mengubah kepemilikan semua aset ibu atas nama orang terdekat ibu, misalnya keluarga ibu atau anak ibu, karena jika aset atas nama orang lain tidak akan bisa di ganggu gugat." jelas pak David.
" Baiklah apakah bapak bisa mengubah sekalian pak?" tanyaku .
" Bisa, saya hanya perlu surat kuasa ibu yang ibu tanda tangani dan berkas nya Bu," ucap pak David.
" Baik pak, besok saya akan kembali sambil membawa berkas dan persyaratannya, sebelumnya makasih ya pak, atas bantuannya." Ucapku sangat berterima kasih.
Setelah urusanku selesai dengan pak David aku pun langsung pamit dan kembali ke kantor, karena pekerjaan ku banyak yang harus aku kerjakan sebelum liburan panjang ku.
Saat tiba di ruangan ku, Ada masuk chat di aplikasi dan ku bacanya langsung yang ternyata mas Herman menghubungi ku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!