Dialam Dungeon. Tempat dimana monster kelas tinggi tinggal, ruangan gelap dengan suara percikan air disetiap sudut ruangan.
Ketakutan, sedih, dan rasa kecewa aku berlari dengan perasaan itu, tubuh ku kotor penuh lumpur yang terus menempel ketika berlari.
Sekarang, aku di sebuah lorong gelap, melangkah entah kemana aku akan pergi, aku hanya bisa terus maju dengan segenap jiwa dan raga ku, terus berlari dari seekor monster yang siap membunuh ku kapan saja.
Gruoooaahh!
Raungan keras terdengar menandakan dia berada di dekat ku.
Monster berbadan manusia, setinggi 3 meter dengan wajah banteng, memegang kapak besar di tangan kanannya, mengayunkan layaknya sebuah mainan, meruntuhkan batu besar layaknya piringan tipis, monster itu adalah Minotaurs.
Kalian tidak salah dengar, monster itu adalah Minotaurs, monster yang berada di dongeng- dongeng di dewa dewi Yunani.
"hah, haah ... Sial! Kenapa, kenapa, aku harus hal buruk seperti ini! "
Tanpa sadar aku berlari hingga terhenti di sebuah ruang besar dan luas, walau besar apesnya ini adalah jalan buntu.
BLAM ...
"Ugk ...! "
Tanpa aku sadari sebuah kepalan besar tangan monster itu menghantam ku dari samping, melontarkan tubuh ku seperti melontarkan batu kecil ke arah dinding.
Aku merasakanya, rasa sakit yang tak bisa ku tahan. Aku merabanya, sudah di pastikan jika tulang rusuk ku patah, mulut aku terus mengeluarkan darah, bahkan pengelihatan ku menjadi buram, meski aku dengan jelas masih merasakan jika monster itu terus jalan ke arah ku.
"Ahhh ..., Mungkin aku akan mati ...! memang seharusnya! " Gumam ku pasrah terbaring lemah di tanah, menunggu waktu aku akan di makan olehnya.
7 Hari Sebelumnya.....
* Pagi hari di sekolah Kesatrian Purwokerto. tepatnya di kelas 2A*
Setelah pelajaran tiga selesai, lalu jam istirahat pun tiba, di dalam kelas seorang siswi sedang menata berkas dan barang yang di tinggalkan guru agar di bawakan ke ruangannya.
Siswi yang merapikan itu adalah Mila, sang ketua kelas, seorang bunga sekolah yang cantik dan anggun selalu mendapatkan peringkat tinggi di segala bidang, dan memiliki sikap adil dan bertanggung jawab sunggung wanita idaman pria terutama bola yang menempel di tubuhnya sangat luar biasa.
Dia dan siswi lainnya ikut merapikan susunan buku di meja, disisi lain sekelompok siswa di belakang dengan suara keras bercanda dengan rianya. Dan kelakuan mereka di sadari Mila.
"Ryan!! kalo gak ada kerjaan bantuin napa! Buku paket ini berat, kenapa tidak kalian saja yang membawanya! " Bentak Mila dengan sedikit tegas dan bergema, ia melontarkannya kepada siswa bernama Ryan yang sedang bercanda dengan teman-temannya.
"Hah.., gimana!? membantu? hmm.. menarik, kenapa tidak kau memohon dan bersujud di depan ku? mungkin dengan senang hati aku akan membantu mu." Jawab Ryan tersenyum tipis.
"Ho..ho Ryan, Boleh tuh! " Ucap Dio yang bermain kursi di samping Ryan.
"Ih.., kau itu Wakil Ryan!! sudah sepantasnya kau bertanggung jawab untuk membantu ketua kelas! " Ucap salah satu Siswi yang berada di samping Mila.
Mereka menatap Ryan dengan tatapan sinis, membuat ia terpojok. Matanya berkeliling berfikir dan mencari akal, dan ia melihat seseorang yang sepertinya bisa di andalkan.
"Baiklah! Aku punya ide, Noleeeep.... bantu mereka membawa barang ke kantor guru "
Teriak Ryan membentak sambil menatap seorang pria berkacamata yang sedang membaca buku di pojok kelas. tapi pria itu tidak menggubris dan lanjut membaca karena terlalu asik.
Karena tidak merespon, Ryan terlanjur kesal, dan menghampiri ke meja tersebut.
"Oi!.. , Nolep, Sialan nih anak! " Duak... sambil menghantamkan tangannya kemeja.
"Ahh.. apa?" sahut di lanjut kaget setelah Ryan memukul meja.
"Apa?!.. jangan diam saja! bantu mereka, dasar nolep tidak berguna."
"Kenapa aku?" gumam pria itu, menatap ke arah Ryan.
"Hah.., apa yang kau bilang?!" Wajah Ryan memerah dengan otot urat mulai menegang .
Ryan yang mendengar perkataan itu sontak ia mendekat, dengan amarah dia menarik kerah pria itu agar berdiri, dan menyeretnya dari kursi, bahkan ia melemparnya hingga terjatuh.
Buakk..!
"Ackk..!"
Sontak semua orang di kelas terkejut, Mila yang melihat seseorang terlempar segera menghampirinya.
"Ryan!! apa yang salah dengan mu hah?"
Kesal Mila sang ketua kelas, melihat tingkah Ryan yang begitu bar-bar, Mila dengan hati-hati menolong pria itu dan membantunya untuk berdiri.
"Ardha kau tidak apa-apa?. apa kau terluka?" Tanya Mila khawatir.
"Ahh.., i.ya.., aku tidak apa." Jawabnya dengan sedikit kikuk.
Raut Ryan mereda tapi ia tampak masih kesal. "Cih..! Sial, karna hal ini membuat ku lapar, Dio, Jia, ayo kita ke kantin. nolep aku mengurusmu nanti! " Ucapnya berjalan pergi ke pintu luar kelas, bersama teman-temannya
"Hmm.., ok " Bisik Jia lalu bersama Ryan mereka pergi....
Seperti yang kalian liat, orang yang bernama Nolep adalah Saya Ardha Varesta seorang pria biasa. Untuk tinggi masih sama seperti pria asia pada umumnya, seperti yang di katakan Ryan, aku seorang Nolep, hobi ku membaca buku dan suka melihat hal yang berbau pengetahuan.
Kami berjalan di lorong kelas mengantarkan buku paket ke ruang guru. Tangan ku agak pegal karena mengantar dua puluh buku dalam satu kali angkat. Sedikit sulit, tapi aku tidak ingin terlihat lemah, mungkin itu yang di namakan kehormatan lelaki.
"Ardha, maaf soal Ryan, jika aku tidak menggangunya, pasti kamu tidak akan mengalami hal buruk seperti itu." Ucap dengan wajah bersalah ia mengatakan itu pada ku.
Aku tidak bisa marah jika wajahnya begitu imut di depan ku. Tapi yang lebih penting bagaimana ini! aku tidak pernah berbicara dengan wanita sebelumnya, apa lagi dengan bunga sekolah.
"..hm..hm.." Dengan gugup dan senyuman kecil.
"Ardha? Kamu bener tak apa?." tanyanya agak bingung dengan ekspresinya saat ini.
"Iyaa..." Jawabnya dengan suara kecil, dan senyuman.
"Beneran!?" Ia melihat ku dengan wajah penasaran, kedua alisnya terangkat, seolah-olah ia tak percaya dengan apa yang ku ucapkan.
"I..ya..be..neran!" Lanjut ku sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Baiklah, jika kamu demikian" Ucapnya tersenyum lega.
Lalu setelah semua urusan guru selesai, di lantai satu, Mila langsung pergi, karna dia berkata akan bertemu temannya.
"Aku duluan, teman ku menunggu, terima kasih karna udah membantu! " Ucap Mila berlari sambil melambaikan tangannya kearah ku, tentu saja dengan senyuman.
Mematung sambil membalas lambaian Mila, tanpa sadar muka ku juga memerah, ketika senyumannya ditunjukan untuk ku.
Tapi tolonglah sadar, dia berada di dunia yang berbeda, layaknya langit dan bumi akan mustahil aku bersamanya.
Saat jam istirahat spot terbaik ku adalah perpustakaan. Jika di tanganya, mungkin karena Satu karena tempat itu kosong karena banyak siswa disini tidak terlalu suka dengan membaca, kedua karena disana tenang dan terhindar dari berbagai gangguan.
Tapi sesuatu yang tidak terduga terjadi, dari seseorang datang berlari membawa eskrim coklat di tangannya, lalu dengan sengaja menyetuh baju dan menggerakannya hingga membuat satu lingkaran besar menempel di baju.
"... Maafkan aku." ucap seorang pria berlari meninggalkanku dan menjatuhkan eskrin ke lantai.
aku tidak bisa berkata apapun, baru saja aku membahas tentang gangguan, karna gangguan ini sudah pasti Ryan dan kelompoknya. Aku melihat mereka dari kejauhan di lantai dua, mereka tertawa terbahak-bahak, layaknya sebuah pertunjukan.
"Sebaiknya aku bersihkan di kamar mandi." pergi dengan hawa kesal.
Aku membersihkan Noda sedikit demi sedikit sambil menggingat kekesalan yang mereka buat kepada ku.
Jujur aku muak dengan kelakuan mereka karena ini bukan pertama kalinya, malah hampir setiap hari, tapi aku hanya seorang yang ingin hidup tenang. Aku ingin membalas, tapi untuk sekarang yang bisa ku lakukan adalah bersabar.
Karena banyak pertimbangan untuk melakukan balas dendam, berhubung Ryan adalah orang kaya yang memfasilitasi sekolah. jika aku balas dendam sekarang, aku yang akan di keluarkan dari sekolah, karena di dunia ini yang kaya adalah yang terkuat.
Tapi aku tak akan melupakan penghinaan ini, karena apa? Ada sebab pasti ada akibat.
"Masih ada sepuluh menit sebelum istirahat selesai, sebaiknya aku menyelesaikan bab ini." Gumam ku di bang ku privasi yang memiliki pembatas kayu di kiri dan kanan.
Sekarang, aku berada di perpustakaan ruangan yang sunyi dengan ketenangan tertinggi di sekolah. Hanya di sini, aku bisa meredam amarah dari kelakuan anak berandalan. Tapi, mengapa perpustakaan? Karena di sini lah aku dapat mengatur rencana. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin banyak kekuatan yang akan kita dapatkan. Karena di dunia nyata yang berkembang pesat dalam teknologi dan sains, yang kita butuhkan hanyalah uang dan pengetahuan. Di dunia nyata tidak terlalu di butuhkan orang-orang berotot seperti dalam novel-novel.
Biasanya, aku sendiri di perpustakaan. Tapi, kali ini ada yang berbeda, kebetulan ada seorang wanita sedang membaca. Ia cantik dengan rambut hitam panjang yang di ikat pony tail, aku belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Dan lagi, buku yang ia baca adalah tentang kucing.
CRACK...
Wanita itu menggeser bangku, ia berdiri dan kembali ke rak buku untuk mengembalikan buku tersebut. "Apa ia bosan?" pikir ku, melirik disaat ia tidak menyadarinya.
Tidak berlangsung lama, ia mulai kebingungan dengan melihat buku yang ada di rak sebelahnya, tapi sepertinya ia tidak menemukan buku yang ia cari.
Awalnya aku ingin membantu dengan menanyakannya buku yang ia cari, tapi aku memutuskan untuk tidak mengganggunya, aku tidak punya pengalaman untuk berbicara dengan wanita sebelumnya.
Jadi aku mengacuhkannya dan lanjut membaca buku yang ada di hadapan ku.
Tapi, beberapa menit kemudian, seseorang mencolek pundak ku dari belakang, Aku menoleh dan ternyata ia adalah wanita tadi.
"Hei, Ardha boleh aku minta tolong?" Tanya wanita itu dengan suara lembut.
Aku terdiam sesaat, mata ku tidak bsa berpaling, karena tiba-tiba seorang wanita cantik yang tidak ku kenal, memanggil nama ku.
"Iya.." jawab ku ragu.
"Kau aneh Ardha, Kenapa dengan wajahmu? Kenapa tiba-tiba memerah? Apa kau sakit?" Tanya wanita itu sambil mendekatkan wajahnya ke arah ku.
"Ya..iiyah!!" jawab ku tersendat.
Wajahnya terlalu dekat, tapi jika dilihat lagi, matanya sangat cantik. Tidak!.. tidak!..., Ardha, tenangkan dirimu aku tidak tahu siapa dia, tapi yang jelas, dia ingin sesuatu dari ku.
Aku harus bertanya.
"Em.. Maaf, Siapa ya?" Tanya sangat kikuk.
Wanita itu tekejut, wajahnya sangat heran akan pertanyaan yang ku lontarkan.
"Siapa? Aku teman sekelas mu, Carmila. Bisa-bisanya kamu melupakan teman sekelas sendiri, hmp..." Kesalnya dengan raut tembem cemberut.
"Ah hmm.., Carmila. Ya, aku tau?" Ucapku dengan alasan asal jawab, walau aku sekarang sedang mencoba mengingatnya.
"Seriusan nih? Ah, itu tidak penting! Yang lebih penting, bantu aku mencari buku tentang hewan. Aku terus mencarinya tapi tidak kutemukan," Tanya Carmila meminta.
"Hmm.., Jika itu, kau bisa lihat di pojok rak ketiga yang berjudul Animal World." Ucapku sambil menunjuk ke tempat buku tersebut berada.
"Ahh! Kau benar! Ini buku yang ingin aku baca. Terima kasih Ardha, aku terbantu. " Ucap Carmila tersenyum cukup senang dengan buku yang di pegangnya.
Senang melihat ia menemukan buku yang ia cari. Lalu aku melanjutkan membaca.
Tapi tidak lama, aku merasakan hal aneh, merinding serasa selalu di perhatikan dari belakang. Jadi aku menengok ke belakang untuk memastikan jika benar-benar tidak ada orang di belakang ku.
"Hup..., aku dapat! Hehe.." Ucap Carmila tertawa kecil Dari belakang mengambil kacamata ku.
Aku terkaget, aku segera berdiri dari kursi dan mencoba meraih kacamata yang di ambil olehnya.
"Hup..!! hehe.. kau tidak bisa mengambilnya dari ku." Ujar Carmila menjauh beberapa langkah mencoba untuk menggangu.
"Kembalikan!! " Teriak lirih dengan raut sedikit kesal.
"Hmm.., Kau ingin kacamatamu kembali? Maka, jawab tiga pertanyaan ku." Ucap Carmila sambil menampilkan senyuman menjengkelkan.
"Sekarang?" Ucapku yang heran dengan tingkahnya.
"Tentu saja, Langsung untuk pertanyaan pertama, aku ingin tahu kenapa kamu tahu letak posisi buku yang aku cari?" Tanya Carmila yang cukup penasaran akan hal itu.
Aku menjawab sambil memalingkan wajah ku darinya, dan mencoba mencari jawaban yang tepat. Pasalnya aku tidak yakin dia akan percaya atau tidak.
"Kalau itu..! itu karena aku telah membaca semua buku di perpustakaan ini. Jadi..., aku tahu di mana letak buku tersebut." mencoba menjawabnya dengan senormal mungkin.
"Beneran nih!" Ucap Carmila terkesan terlihat dari matanya yang berbinar-binar.
"Eeee.., Gimana? Emang itu yang ku lakukan, jadi bisa kembalikan itu padaku!! " Ucapku mencoba meraih kacamata sekali lagi.
"Eits.. tidak bisa! kamu masih harus menjawab dua pertanyan ku lagi." Ucapnya menghindar sambil menepis menggunakan tangan sebelahnya.
Aku menghela nafas, dan mencoba untuk menerima keadaan. "Baiklah, tapi tolong cepat, aku masih ingin membaca." Ucap ku lesu.
"Kau seperti orang gabut! Baiklah.., lanjut pertanyaan kedua." Ucapnya bersemangat, lalu ia menunjuk ke lingkaran coklat yang ada di baju ku. "Ini, Apa yang terjadi dengan bajumu? " Tanya Carmila penasaran.
"Ah.., Itu hanya keisengan orang." Jawabku dengan suara rendah.
"Pasti Ryan kan, Memang kadang dia harus diberi pelajaran atas kelakuannya, apa perlu aku balas? " Ungkap nya menebak.
"Iya kamu benar, tapi, itu tidak perlu. Aku tidak ingin orang lain ikut terlibat, biar aku sendiri yang nanti membalasnya." Jawabku memaksa senyum.
Carmila dengan tidak masalah dengan itu, dan tibalah pertanyaan ketiga, tapi sayangnya.
Kring.. kring..! bel masuk sekolah berbunyi.
"Yah, selesai, nih.., aku balikin." Ucapnya tersenyum, sambil mengembalikan kacamata.
Aku menerima kacamatanya, tapi entah kenapa aku menjadi tidak enak. "Terus pertanyaan ketiga? " Tanyaku, karena merasa janggal jika ini berakhir begitu saja.
"Kamu ini ingin sekali dapat pertanyaan, tapi, tak apa, mungkin ini bukan pertanyaan tapi sebuah permintaan dari ku jangan lupakan namaku," Ucap Carmila tersenyum.
"Iya, jika itu tidak apa-apa Carmila." Jawabku tersenyum dengan nama yang ku ucapkan.
Aku terkejut dengan kata-katanya, tapi ini masih belum, ada sesuatu yang resah di dalam diriku, dan itu belum menghilang sepenuhnya, dan itu membuat ku penasaran.
Lalu ia menawari ku untuk ikut kembali ke kelas bersama, tapi dengan rendah aku menolaknya. Carmila mulai berjalan ke kelas, tapi entah mengapa ada sesuatu yang membuat ku resah jika aku tidak menanyakannya.
"Tunggu! " Seruku.
"Hmm? Kenapa?" Tanyanya berhenti dan menoleh ke arahku.
"Aa.., aku ingin tau kenapa kamu dengan santainya berbicara dengan aku? Itu saja, kau tahu kan, aku hanya pria aneh yang suka membaca buku." Ucapku menjelaskan.
"Hahaha..., Aneh? Malah menurutku kamu itu pria yang menarik. Tidak ada yang se-rajin kamu Ardha. Bahkan, kau selalu mendapat ranking. Memang kau tidak seperti pria lainnya, tapi, jujur kamu menarik." Ucap Carmila melengkung bibirnya, yang semakin membuat ku penasaran.
"Iya, Alasan lainnya? " Tanyaku mencoba perspektif lain.
"Yah, tentu saja karena kita teman kan? Hmm..., Wah, aku harus ke kelas sekarang. Aku duluan ya." ucap Carmila pergi meninggalkan ku sendirian di perpustakaan.
Dug..dug... suara detak jantung ku semakin cepat setelah mendengar itu.
"Teman ya! Jadi aku sekarang punya teman, dan itu cewe." Ucapku sambil memegangi dada, karna mungkin ini suatu perubahan dalam hidup ku dan juga kemajuan.
Karna untuk pertama kalinya, aku mempunyai teman wanita, aku bahagia bukan main. Tapi, tetap tenang Ardha. Aku tidak boleh terbawa suasana. Karena jika terlalu bersemangat juga tidak begitu baik.
Pelajaran keempat pun akan di mulai, kalau tidak salah pelajaran ke empat adalah Sejarah, dan wali kelaslah yang akan mengajar.
Sembari menunggu guru datang, aku mempersiapkan buku yang akan di gunakan. Karna apa? tentu karena wali kelas ku killer. Ia bernama Bu Lita, tapi walau killer, dia guru yang baik dan yang paling menonjol di banding guru lainya. Menjadikan dia sebagai Guru terfavorit di sekolah.
Setelah semua sudah ku persiapkan, sekarang aku gatal. Kau tau, aku ingin melihat dimana Carmila duduk, karena sebenarnya selama ini aku tidak terlalu memperhatikanya. Yah.. sebagai teman wanita pertamaku, paling tidak aku tau dimana dia duduk.
Kebetulan, aku duduk di pojok dekat jendela, spot yang terbaik untuk orang nolep seperti ku. Untuk Carmila, tempat duduk dia lebih jauh dari yang ku perkirakan, hampir berlawanan dengan tempat di mana aku duduk sekarang. Terlihat ia sedang menyiapkan buku sejarah seperti yang aku lakukan.
DUK!!.., Tiba- tiba sebuah bola kertas mengenai kepala ku. Tapi, Walau bola kertas, entah kenapa kertas itu seperti benda padat yang keras. Bahkan Rasa sakitnya masih terasa di kepala.
Kertas itu terjatuh, Jadi aku mengambilnya, dan benar saja, ada yang berbeda saat ku angkat, bola ini terasa agak berat. Kelakuan seperti ini hanya satu orang yang berani melakukanya, Ryan dan kelompoknya, selalu menggangu di manapun kapanpun.
Aku menatap Ryan, sembari memegang bola. Tatapan Ryan membuat ku merinding, rasa takut tidak bisa lepas jika berhubungan dengannya. Tapi, begitu juga dengan rasa kesal, aku bahkan menggenggam bola kertas itu dengan erat, seakan-akan aku ingin sekali menghancurkannya.
Ryan melotot ke arah ku! dan menggerakan mulutnya tanpa mengeluarkan suara. Gerakan mulutnya sudah jelas, agar membuka bola kertas tersebut.
Ya, akupun membuka bola tersebut, tentu saja sebuah batu kecil ada di dalam bersamaan dengan tulisan tinta pulpen di kertasnya. Dan lagi tulisan yang ia buat, membuat kekesalan ku menambah terhadap dirinya.
NOLEP, ADA GAME YANG HARUS AKU BELI. JADI, BERIKAN UANGMU SELEPAS PULANG SEKOLAH! SALAM RYAN.
Itu yang tertulis di kertas tersebut. Ini bukan pertama kalinya ia meminta uang kepada ku. Aku sudah terbiasa, lebih tepatnya muak. Kadang aku memberikanya uang dari pada aku kena hantam olehnya.
Padahal dia orang kaya tapi dia meminta layaknya pengemis. Kalian pasti berfikir kenapa aku gampang sekali kena bullyan seperti ini. Kalau aku di suruh menjawab, itu karena masalahnya lebih kompleks dari yang kuduga.
Yang pasti aku akan tetap kalah, Karna apa??.. tentu saja karna uang. Latar belakang Ryan itu besar, orang tuanya kaya, Ayahnya mempunyai teman polisi plus orang tuanya adalah donatur sekolah ini.
Semua hukum sudah berada di tangannya, bahkan guru akan menghormati dan melindungi Ryan bagaimana pun caranya. Sedangkan aku, hanya yatim piatu dengan bantuan pemerintah dan beasiswa, jelas aku kalah telak. Yang jelas, aku akan menunggu dimana ada celah yang bisa kugunakan untuk membalas dendam.
Tidak lama kemudian Ibu Lita datang, kami semua sekelas berdiri dan memberi salam kepadanya seperti biasa. Hingga sesuatu yang aneh terjadi.
Ia tidak membalas sapaan kami, tidak seperti biasanya. Dan aku tidak melihat buku yang selalu ia bawa di tangannya. Dan itu belum selesai..
BLAK!!.., KREK!!..
Suara pintu terkunci oleh Bu Lita sehingga siswa terheran- heran, dan menganggap ada yang aneh dengan Bu Lita.
"Ibu.., Ibu kenapa mengunci pintu??" Tanya salah satu siswi.
Tapi Bu Lita tidak menghiraukannya, Ia hanya terus berjalan ke mejanya.
Blam!!!
Bu Lita tanpa peringatan ia memukul meja hingga terbelah menjadi dua. Tentu saja membuat siswa kaget, dan menjadi agak panik.
"Bu Lita! kenapa meja ibu di hancurkan? " Ucap Mila berdiri dari bangku heran akan sikap Bu Lita yang seperti bukan dirinya.
"Sekitar dua puluh menit lagi, kalian akan dikirim ke dunia lain! Kalian tidak bisa menolak permintaan ini. " Ungkap Bu Lita tanpa berkedip dan juga tanpa ekspresi.
Dirasa ada yang aneh, para siswa bertanya-tanya tentang hal yang terjadi di depan mereka, tentu juga dengan meja yang bisa di belah oleh tangan kecil Bu Lita.
"Hah??.., apa yang ibu katakan..? " Ucap salah satu siswi.
"Mungkin dia kesambet kali." Ucap Ryan Plas plos.
Kllik!!.... Bu Lita menjentikan jarinya, di saat itu juga, semua jendela menutup dan terkunci secara sendirinya. Kala itu juga, semua siswa di kelas menjadi mulai takut akan kehadiran Bu Lita, Begitu juga denganku.
"Selama dua puluh menit ini, akan ku biarakan kalian bertanya apapun, dan akan ku jawab seperlunya." Ucap Bu Lita tersenyum.
"Bu.., ini lelucon? apa ibu sedang ngeprank kami?? hentikan saja dan keluarkan kami! " Ucap salah satu siswa bernama Dio, ia melangkah ke depan kelas, dengan berani berhadapan dengan Bu Lita.
Mereka saling bertatapan, Lama -lama Dio merasa kesal karena di abaikan oleh Bu Lita, hingga dimana ia mencoba menggenggam pundaknya.
Tapi dengan cepat, Bu Lita memegang pergelangan tangan Dio, dan mencekik leher, hingga tubuhnya melayang jauh dari tanah.
"Untuk seorang sampah manusia, berani sekali kau memegangku!..." Geram Bu Lita Marah, matanya melotot dengan urat yang terlihat membesar saat Ia mencekik Dio.
"Arrrrgghhh.... akh...!!!"
Dio kesakitan, tercekik hingga mukanya membiru tak bisa bernafas. Jika di biarkan, dia akan mati.
"Aaaaaa....Tidddaaaaaa... k!! "
Siswi menjerit dengan kerasnya meminta tolong sambil mengedor pintu dan jendela yang berada di dekat mereka, sedangkan para siswa terkejut spontan mundur ketakutan.
"Bu Lepaskan Dio!.." Teriak Mila memberanikan diri untuk menjawab.
Bu Lita melepaskanya cekikannya, membuat Dio terjatuh, terkapar di lantai.
"ugk..ugk.."
"Waktu masih berjalan, jadi berikan semua pertanyaan yang kalian ingin ketahui! " Ucap Bu Lita melanjutkan.
Tidak ada yang mau berbicara, semua siswa terdiam, mereka takut akan hal yang sama terjadi pada mereka.
Dan Pria di pojok dekat jendela, ia mengangkat tangannya. Ya itu aku! aku sadar dengan hal ini. Jujur, aku takut sekarang bahkan jari-jariku tidak bisa berhenti bergetar. Tapi, itu tidak apa karna aku yakin dengan instinct ku.
"Anda Siapa?.., Anda bukan Bu Lita yang saya kenal." Ucap ku mencoba berbicara dengan tenang.
"Pertanyaan yang bagus, Seperti yang dia tanyakan, aku bukan Bu Lita. Aku hanya meminjam tubuh ini, lagi pula pemilik tubuh ini sudah mati. Aku adalah sebuah Entitas yang kalian sebut- sebut sebagai dewa atau tuhan? " Ucapnya Bu Lita menjelaskan.
Tentu saja para siswa masih meragukan, tapi dengan terjadinya kejadian yang tidak masuk akal, memberikan sebuah keyakinan.
"Anda bilang bahwa kami akan dipindah, Dunia macam apa itu??." Tanya Mila penasaran tentang dunia yang di bicarakannya.
"Itu Dunia yang seru dan menarik, dimana pedang dan sihir dapat di gunakan. Bukan hanya itu, Pembunuhan, perang, monster, iblis dan berbagai ras juga ada disana, pasti menarik bukan! Tentu kalian juga akan di anggap sebagai pahlawan, karena saat perpindahan, kalian akan diberi kekuatan. jadi berbanggalah kalian dipilih olehku." Ucap Bu Lita menjelaskan dengan jelas dunia itu.
Setelah mendengar hal itu, seluruh siswa panik, mereka berlarian dan mencoba keluar dari kelas, tapi seberapa kali mereka mencoba keluar atau berteriak, mereka tidak akan didengar. hingga dimana mereka menangis dan mencoba segala cara.
Sedangkan aku hanya diam melihat situasi, ada beberapa kemungkinan yang pasti. yang jelas kita tidak bisa keluar dari kelas ini. Karna apa? Karna sekarang kita bukan melawan penjahat atau manusia, melainkan seorang dewa dengan kekuatan spiritual!
Tapi ada dua cara yang terpikirkan olehku untuk keluar dari situasi ini. Pertama menerima tawaran tersebut, dan kita semua akan pergi ke dunia lain. Dan yang kedua bunuh Bu Lita sebelum kita di pindahkan ke dunia lain keji itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!