Dalam sebuah kamar apartemen dengan lampu temaram. Terdengar suara bersahutan sepasang laki-laki dan wanita. Mereka sedang mencapai puncak nirwana dengan suara terengah-engah dan napas memburu.
"Come on ... Honey, move and faster!" teriak laki-laki yang berada posisi di bawah.
"Aaaargh ... tentu, apakah seperti ini, Sayang?" Sang Wanita menguasai permaian dan bergerak di atas.
"Yes, I like it."
Sang wanita langsung tumbang dan berbaring di samping sang laki-laki yang tersenyum devil. Keduanya mencapai puncak secara bersamaan. Disertai keringat yang bercucuran membasahi badan yang polos tanpa sehelai benang.
"Terima kasih, Jenny. Gue suka aksi elo barusan."
"Eeee ... Abang Juan, ini Yeni bukan Jenny," jawab wanita itu dengan suara manja.
Sambil tergelak Juan Mahardika mengacak rambut wanita itu yang berada di sampingnya, "Sorry ... Honey, gue lebih suka memanggil nama elo Jenny." Juan Mahardika menjawab dengan asal agar dia tidak marah.
"Kenapa begitu sih, Bang?"
"Nama itu sesuai dengan aksi elo tadi, gue sangat menyukainya."
"Terima kasih."
Juan Mahardika memejamkan mata sambil tersenyum devil. Satu hari ini Yeni adalah wanita ketiga yang dibawa ke apartemem. Bak makan sehari tiga kali, Juan Mahardika bisa merayu dan mengajak tiga wanita yang berbeda hari ini.
Juan Mahardika adalah CEO perusahaan PT MAHARDIKA CORP yang berumur tiga puluh tahun. Seorang casanova ulung dan perayu wanita nomor wahid. Dengan segala kekayaan dan ketampanan yang dimiliki dia bisa membuat sebagian besar wanita bertekuk lutut.
Keberhasilan mengelola perusahaan berbanding lurus dengan keberhasilan petualangan cinta yang dilakukan. Namun berbanding terbalik dengan sang asisten yang sangat pendiam dan tidak pernah mengenal seorang wanita pun. Asisten Dwi Saputra yang selalu diandalkan untuk melakukan tugas bosnya saat bos itu merayu dan bersama wanita.
Juan Mahardika akan sangat royal kepada wanita yang bisa membuat dia melayang ke negeri awan. Setelah mandi, Juan Mahardika mengajak Yeni ke sebuah butik ternama langganan keluarga, "Silahkan elo memilih gaun sesuka hati, Honey!"
"Waaah ... terima kasih, Bang. Yeni keliling dulu deh." Yeni tersenyum sambil melihat area butik.
"Gue tunggu di sini." Juan Mahardika duduk di sofa ruang tunggu sambil membuka laptop.
Pemilik butik sudah sangat hafal dengan kehadiran CEO tampan jika menggandeng seorang wanita. Merupakan keuntungan besar bagi butik. Pasti wanita itu akan memborong gaun yang mahal dalam jumlah banyak.
Sang owner butik sendiri yang akan melayani wanita yang dibawa oleh Juan Mahardika, "Silahkan ... Nona, boleh tahu gaun seperti apa yang Anda inginkan?"
"Yeni suka gaun yang tanpa lengan, berwarna merah atau cerah lainnya."
"Yang seperti itu ada di sebelah sana, silahkan ikut saya!" Owner pemilik butik menunjuk arah pojok kanan butik.
Ada berjajar dan menggantung gaun dengan model dan warna yang dimaksud oleh Yeni. Bahkan Yeni sampai berjingkrak dan bertepuk tangan. Gaun dengan harga selangit kini bisa didapatkan.
"Silahkan Anda memilih yang mana saja, Nona!"
"Yeni bingung ... aduh semuanya bagus." Tangan Yeni berkali-kali membolak-balik gaun yang tergantung dengan rapi.
"Anda bisa memilih sesuka hati berapa pun banyaknya."
"Aaah benar juga, tunggu dulu!"
Dari ujung sebelah kanan sampai ujung sebelah kiri, diperiksa satu persatu gaunnya. Yeni memilih sekitar enam gaun yang berbeda model dan warna. Harga yang selangit tidak diperdulikan lagi karena mumpung gratis. Tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang jarang didapat.
"Yeni pilih ini semua ya, Nyonya."
"Baik ... mari ke kamar pass, Nona!"
"Iya terima kasih."
Fitting satu persatu gaun yang di pilih dengan dibantu satu karyawan butik. Sambil terus tersenyum, Yeni sangat bahagia bisa dilayani bak seorang ratu. Semakin bahagia setelah gaun pilihan semua pas dan sesuai dengan selera.
"Semua Yeni ambil ya, Nyonya"
"Baik ... mari kita ke kasir!"
Yeni langsung mendekati Juan Mahardika yang masih konsentrasi pada laptop, "Abang ...!"
"Apakah sudah selesai?"
"Sudah ... terima kasih, Yeni sangat suka." Yeni duduk di samping Juan Mahardika sambil menggelayut manja di lengan Juan Mahardika.
"Sama-sama."
Juan Mahardika mengambil kartu black card dari dompet. Menyerahkan kartu itu kepada owner pemilik butik. Tanpa melihat jumlah nominal yang harus dibayar.
Owner pemilik butik langsung menyerahkan kartu kepada petugas kasir. Dengan nominal yang fantastis, kasir meminta pin pemilik kartu, "Silahkan nomor pin Anda, Tuan!"
"Ok ... baiklah."
Keluar dari butik Yeni berjalan sambil melingkarkan tangannya di lengan Juan Mahardika. Seolah laki-laki yang baru saja membelikan gaun mahal hanya miliknya. Sangat bangga bisa menggandeng laki-laki tampan dan tajir pula.
Baru ke luar butik tidak lebih dari lima meter. Ada seorang wanita cantik dan seksi berjalan sendiri. Mata Juan Mahardika langsung hijau dan tertarik.
"Honey ... elo naik taksi saja ya pulangnya, gue masih ada urusan!" perintah Juan Mahardika dengan suara lembut.
"Iiih Abang tega banget sih," jawab Yeni dengan suara manja.
"Jangan salah sangka dong, Honey. Ini karena pekerjaan."
"Baiklah ... bye Bang Juan terima kasih gaunnya."
"Bye ...!" Tanpa menoleh lagi Juan Mahardika berjalan dengan setengah berlari.
Dengan pura-pura tergesa-gesa, Juan Mahardika sengaja menabrak gadis yang diincar. Sengaja menyenggol pundak gadis itu perlahan, "Maaf tidak sengaja," kata Juan Mahardika sambil mengusap pundak gadis itu dengan lembut.
"Eeee tidak apa-apa."
"Apakah ada yang sakit, Nona ...?"
"Saya Mia, nama Abang siapa?"
"Juan Mahardika, Cantik!" jawabnya sambil mengulurkan tangan dan mencium punggung tangannya.
Mia tersenyum dan merasa tersanjung. Seorang laki-laki gagah dan tampan mengagumi dan merayunya, "Abang bisa aja," jawabnya malu-malu.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau Abang traktir makan siang di kafe sebelah sana?"
Mia mengangguk setuju, "Boleh juga."
Juan Mahardika menarik kursi yang akan diduduki oleh Mia setelah berada di dalam kafe, "Silahkan duduk, Cantik!"
"Terima kasih, Bang."
Setelah duduk berhadapan, Juan memandang Mia dengan penuh kekaguman. Rayuan cinta ditunjukkan dengan tatapan mata yang memuja. Tidak lupa senyuman yang menawan terus ditunjukkan.
Saat tangan Mia berada di atas meja, Juan Mahardika bergegas menarik tangannya dengan lembut, "Mia cantik banget, Abang langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Iiih Abang ini, Mia malu tahu." Mia menunduk tersipu malu.
"Bolehkan Abang menyukai Mia?"
"Tentu saja boleh."
Dengan tersenyum devil si casanova kelas berat Juan Mahardika mengusap lengan Mia, "Terima kasih, Cantik."
Sambil memesan makanan, Juan Mahardika terus merayu Mia. Sampai makanan datang dan makan berdua, dia terus merayu dan menyanjung kecantikan Mia. Hanya dalam waktu dua jam duduk di kafe, Mia sudah berhasil di taklukkan.
"Setelah dari sini, Mia mau ke mana?"
"Terserah Abang saja."
"Bagaimana kalau Mia ke apartemen Abang?"
Sampai pagi Juan Mahardika bisa membuat Mia mabuk kepayang dalam pelukan. Seolah tidak mempunyai rasa lelah tenaga dan hasratnya. Terus dipacu sampai membuat Mia terus merasakan kenikmatan surga dunia.
Mia yang datang hanya membawa diri ke apartemen. Sekarang ini bingung akan memakai baju apa. Baju dia kusut dan terlihat lusuh karena ulah Juan Hahardika yang tidak sabar.
"Bagaimana ini, Bang. Baju Mia kusut?"
"Tenang saja, Cantik. Lihatlah ini butik online, silahkan pilih sendiri sesuka hati dan berapapun yang Mia inginkan nanti Abang yang bayar."
"Benar ... Bang?"
"Iya ... cepat pilihlah, nanti langsung di antar ke sini!"
"Terima kasih."
Dengan senang hati, Mia memilih gaun sesuai dengan selera dan harga yang selangit. Hanya dalam setengah jam sepuluh gaun pilihan langsung datang diantar oleh kurir. Juan Mahardika membayar dengan mentranfers saat itu juga setelah gaun datang.
Setelah mandi dan berganti baju, Juan mengajak Mia sarapan di restoran di lantai dasar apartemen, "Mia mau ke mana setelah ini?"
"Mia mau pulang ke kos-kosan, Bang."
"Nanti Abang antar, jangan pulang sendiri!"
Terima kasih, Bang."
Pukul sepuluh pagi Juan Mahardika baru sampai kantor. Sebelum mengantar Mia, Juan Mahardika masih harus membelikan ponsel terbaru yang diminta oleh Mia. Sehingga dia terlambat meeting sehingga dengan terpaksa Asisten Dwi harus mengundurkan meeting.
"Selamat pagi, Tuan." Asisten Dwi membungkuk memberi hormat.
"Pagi, apa jadwal hari ini?"
"Seharusnya Anda ada meeting pukul sembilan, saya undur menjadi jam sepuluh. Sekarang Anda sudah di tunggu di ruang meeting."
"Ok ... ayo ke sana!"
"Baik, Tuan."
Pagi hari Juan Mahardika sibuk bekerja, meeting ataupun bertemu dengan rekan bisnis. Siang hari saat istirahat selalu dimanfaatkan mencari wanita yang bisa diajak berkencan. Sore hari kembali bekerja sambil mencari kesempatan bertemu dengan wanita cantik.
Malam hari juga sering dihabiskan untuk ke klub malam, diskotik atau tempat hiburan lainnya. Tidak ada hari tanpa bergelut dengan wanita. Selalu saja bisa berganti pasangan setiap harinya.
Kekasih hati selalu berada di mana-mana. Menjadi kekasih Juan Mahardika tidak lebih dari satu minggu. Bahkan setiap hari dia mampu berhubungan dengan wanita yang berbeda.
Prinsip Juan Mahardika selama ada wanita yang mau dengannya. Dia akan selalu tebar pesona baik dengan ketampanan dan harta yang melimpah. Banyak wanita yang bertekuk lutut karena selalu diberikan apa yang mereka inginkan.
Ada satu lagi kebiasaan Juan Mahardika jika week end. Dia akan mencari wanita yang berbeda di villa miliknya. Mencari wanita yang ada di sekitar villa yang mau diajak berkencan.
Ada adat yang unik di sekitar villa miliknya. Orang tua akan rela dan mengizinkan putrinya dinikahi sirri. Hanya dengan syarat mahar yang besar.
Juan sering menikahi sirri wanita cantik di sana. Terkadang hanya dalam satu bulan perjanjian nikah sirri sudah di cerai. Terkadang hanya dalam satu minggu saja, tergantung mahar dan perjanjian.
Jaman semakin modern, tetapi tradisi di sekitar villa tetap tidak berubah. Masih banyak orang tua yang menjual putrinya dengan kedok nikah sirri. Hanya demi menyambung hidup keluarga, seorang gadis dalam keluarga menjadi korban.
Ada tiga sahabat yang perduli tentang nasib gadis yang dijadikan pelampiasan laki-laki hidung belang. Rena Marlena, Krisnawati Prayuda dan Elfamitha Alfarizi Zukarnain. Berusaha menghentikan tradisi yang merusak nama baik dan nasib gadis di sana.
Yang pertama mendirikan pengaduan untuk para gadis adalah Rena Marlina. Gadis itu pernah juga menjadi korban seperti gadis lain. Hanya bedanya uang mahar yang didapat seharusnya digunakan ayahnya untuk menghidupi keluarga, dia bawa kabur.
Rena Marlina pergi ke Australia, sekolah dan kuliah. Bertemu dengan Krisnawati dan Elfamitha. Setelah lulus kuliah dan sarjana jurusan psikologi Rena kembali ke desa.
Mereka bertiga menanggalkan identitas keluarga saat menjadi para relawan. Pengaduan untuk para gadis itu dinamakan 'Pengaduan Gadis' Dengan tidak di pungut biaya dan dibantu agar tidak terjerat hidung belang yang berniat membeli para gadis dengan berkedok menikah sirri.
Dari ketiga sahabat itu semua menyamar dengan nama laki-laki. Rena Marlena dipanggil Kak Rey, Krisnawati Prayuda dipanggil dengan sebutan Kak Kris. Dan Elfamitha dipanggil dengan nama Kak El.
Dari berita yang beredar kelompok pengaduan gadis adalah laki-laki. Tidak banyak yang tahu kecuali gadis yang sudah pernah meminta bantuan. Itupun semua ikut bungkam dan merahasiakan identitas kelompok pengaduan gadis.
Semakin hari pengaduan semakin banyak. Mereka bertiga sudah banyak sekali membantu para gadis lepas dari jerat hidung belang. Anggota kelompok pengaduan gadis semakin besar karena siapa saja yang pernah ditolong mereka langsung bergabung dan membantu gadis yang lain yang kurang beruntung.
Hari Sabtu ini Juan Mahardika tertarik dengan seorang wanita berumur delapan belas tahun yang ditawarkan teman yang tinggal di dekat villa. Teman Juan Mahardika adalah seorang pemilik kafe dan karaoke.
Jonny Evans pemilik kafe dan karaoke teman Juan Mahardika sekaligus perantara bagi orang yang ingin mencari teman kencan. Dia sering menawarkan gadis yang ada di sekitar kafe dan villa. Untuk dinikahkan sirri atau kawin kontrak.
"Gue lihat dulu fotonya," pinta Juan Mahardika kepada Jonny Evans.
"Elo tidak akan menyesal membayar gadis ini, lihatlah fotonya!" Jonny Evans menunjukkan foto seorang gadis belia dengan rambut panjang sebahu.
"Cantik banget, gue mau dengan dia. Berapa mahar yang harus gue keluarkan?"
"Tergantung elo mau kawin kontrak berapa lama?"
"Dua minggu saja."
Mereka mulai tawar menawar harga. Di daerah itu sudah sangat lumrah tawar-menawar mahar yang akan dibayar untuk menikah sirri dengan seorang gadis. Bak menawar sayur di pasar, terbuka dan tanpa di tutup-tutupi sedikitpun.
Setelah kesepakatan disetujui. Jonny Evans menghubungi ayah dari gadis yang akan di nikahi sirri Juan Mahardika. Mereka bertemu bertiga di kafe untuk membicarakan acara akad nikah dengan penghulu yang biasa menikahkan sirri.
Sabtu sore waktu yang ditentukan oleh ayah sang gadis untuk menikah. Juan Mahardika langsung memberikan uang mahar sepuluh persen sesuai perjanjian. Sisanya akan dibayar setelah ikrar kata ijab kabul sudah selesai.
Jonny Evans akan mendapatkan bonus dua puluh persen dari perjannjian. Dia juga kan menerima bonus setelah sang gadis sah menjadi istri sirri. Pernikahan akan dilaksanakan di kafe milik Jonny Evans.
Tepat di hari yang ditentukan, Juan Mahardika sudah siap duduk di depan penghulu. Menunggu mempelai wanita berdandan. Mempelai wanita berada di kamar yang ada di samping kafe sedang dirias.
Tapa diduga gadis yang sedang di rias itu mengirim pesan kepada kelompok pengaduan gadis, "Kak tolong Lisa, sekarang berada di kafe Jonny. Lisa tidak mau di nikahkan sirri dengan laki-laki hidung belang!"
Gadis bernama Lisa yang belum genap delapan belas tahun itu sudah tiga kali ini menjadi korban keserakahan orang tuanya. Dia harus rela dinikahkan sirri dengan orang yang tidak dikenal. Dua laki-laki yang sebelumnya adalah dua bandot tua yang berperut buncit tetapi tajir.
Lisa tidak tahu jika yang menikahi sirri saat ini Juan Mahardika yang tampan dan gagah perkasa. Dia memilih meminta bantuan kepada kelompok pejuang gadis. Tidak ingin jatuh kepada laki-laki hanya untuk pelampiasan hasrat hati.
Hari ini Hanya Elfamitha saja yang bisa membantu Lisa. Dibantu oleh Dua gadis yang sudah berhasil lepas dari jerat dijual dengan kedok nikah sirri. Mereka berangkat ke kafe Jonny dengan menggunakan motor metik.
Dengan dua motor ada yang berboncengan dan ada yang membawa motor sendiri . Elfamitha yang menyetir motor sendiri dengan kecepatan tinggi. Memburu waktu agar bisa menyelamatkan gadis yang akan dipaksa menikah sirri oleh orang tuanya.
"Kak El ... jangan masuk lewat pintu utama!" teriak Kia.
"Kita lewat pintu belakang saja, Kak." Sari juga ikut memberikan usul.
"Baiklah ... Kak El parkir motornya di samping pagar pinggir jalan sini ya?"
Mereka bertiga melompat pagar dengan diam-diam. Dari belakang kafe tidak ada penjagaan ketat. Hanya ada security yang menjaga di depan kafe saja.
Dengan mengendap-endap, Elfa dan dua temannya berjalan mendekati toilet wanita yang berada di luar gedung kafe. Mereka masuk kafe dari pintu samping langsung menuju tempat yang diceritakan Lisa sesuai lokasi yang dikirim.
Hanya dalam waktu kurang dari lima menit, Elfa, Kia dan Sari bisa masuk kamar tempat Lisa berada. Kebetulan Lisa hanya ditemani satu wanita yang sedang meriasnya.
"Lisa ...."
"Iya saya Lisa, Apakah ini Kak El?"
"Iya, kamu bersiap-siaplah. Kak El mau berbincang dengan Teteh yang sedang merias ini!"
"Baik, Kak."
Elfa memandang sekilas kepada wanita dewasa yang ada di depan Lisa. Mencari cara agar bisa mengalihkan perhatian dan bisa membawa Lisa keluar kamar. Tanpa dicurigai atau dikenali oleh perias pengantin.
Dengan cara memuji kemampuan merias, kemungkinan si teteh akan terlena dan tersanjung, "Teteh, cantik banget dia, nanti kami di rias juga ya?" rayu Elfa.
"Boleh dong, Neng. Tetapi tidak gratis ya?"
"Tentu ... nanti saya bayar kontan."
"Kalian ini teman Neng Lisa?"
"Benar sekali, Teh."
Setelah berhasil merias Lisa sampai selesai. Elfa langsung menyerahkan lima lembar uang bergambar Soekarno dan Muhammad Hatta kepada perias, "Ini uang untuk merias kami bertiga ya, Teh."
"Ini kebanyakan, Neng!"
"Tidak apa-apa, Teh. Anggap saja bonus. Tetapi meriasnya jangan sekarang nanti saja setelah Lisa akad nikah. Takut nanti Lisa terlambat ijab kabul."
"Benar juga, ini sudah waktunya pengantin ke depan. Teteh merapikan alat rias dulu deh."
"Silahkan ...."
Saat si perias merapikan alat rias, Elfa berbisik di telinga Lisa, "Setelah lima menit kami pamit dengan teteh itu, Lisa izin saja ke kamar mandi!" perintah Elfa.
Lisa hanya tersenyum dan mengangguk. Melirik perias yang tidak mendengar Elfa berbicara. Berharap perias itu tidak mendengar Elfa yang berbisik.
Elfa langsung mendekati perias dan menepuk pundak, "Teh ... kita ke depan duluan ya mau lihat calon suami Lisa," pamit Elfa.
"Iya silahkan, Neng. Nanti kita bertemu di sini lagi ya!"
"Ok siap."
Elfa dan dua temannya bergegas keluar kamar. Mereka kembali melewati pintu samping dan melompat pagar. Menunggu Lisa yang akan keluar sendirian.
Dengan menggunakan baju kebaya pengantin dan berdandan cantik, Lisa berpamitan ke kamar mandi kepada perias. Perias pengantin tidak curiga sama sekali saat Lisa keluar kamar. Perias pengantin itu masih sibuk merapikan alat rias ke dalam kotak rias.
Lisa bergegas ke samping kamar mandi dan mengawasi area sekitar. Tidak ada orang yang berada di kamar mandi wanita. Lisa langsung mengendap-endap melewati belakang kafe dan menuju pinggir pagar.
"Kak El, bagaimana Lisa bisa melompat pagar pakai kebaya begini?"
"Kamu pakai celana panjang atau tidak?"
"Pakai dong."
"Lepas saja kebaya itu!" perintah Kia.
"Cepat waktu kita tidak banyak, Lisa!" perintah Sari.
"Ayo Kak El bantu." Elfa mengulurkan kedua tangannya untuk menarik Lisa.
Hanya dalam beberapa menit saja, Lisa bisa melompat pagar. Mereka langsung tanjap gas meninggalkan kafe Jonny dengan kecepatan tinggi. Menuju rumah Rena yang saat ini sedang berkumpul anggota yang lain.
Di kafe Jonny, perias sedang kebingungan mencari mempelai wanita yang menghilang. Mencari juga tiga sahabat dari mempelai wanita yang kata mereka sedang melihat pelaminan. Ternyata mereka juga tidak ada dan menghilang entah ke mana.
Dengan terpaksa perias itu melapor kepada pemilik kafe, "Bos ... pengantin wanita tidak ada."
"Jangan macam-macam ya, Teteh. Apa maksudnya tidak ada?"
"Tadi dia izin ke kamar mandi, tetapi dia tidak kembali lagi."
Jonny Evans langsung berteriak memanggil security. Memerintahkan mereka untuk mencari ke seluruh area kafe baik di dalam ataupun di luar, "Cepat cari dia, kalian harus menemukan dia sebelum pengantin prianya datang!" teriaknya.
"Siap ... Bos!"
Security mengelilingi area kafe dalam ruangan dan luar ruangan. Bahkan setiap kamar mandi dilihat satu persatu. Di belakang kafe juga dicari tanpa terlewat sejengkal pun.
Hampir setengah jam mereka mencari calon pengantin wanita. Namun tidak seorang pun yang mengetahui keberadaan gadis itu. Dia menghilang begitu saja tanpa jejak bak ditelan bumi.
"Maaf ... gadis itu tidak ditemukan, Bos!" lapor salah satu Security kepada Jonny Evans.
"Bodoh, mengapa ini bisa terjadi sih? bisa mati gue jika Juan tahu gadis itu melarikan diri!" teriaknya.
Tanpa di sengaja Juan Mahardika masuk kantor Jonny Evans tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Bersamaan orang tua Lisa berjalan di belakang Juan Mahardika. Mereka mendengar teriakan Jonny Evans dengan jelas.
"Apa kata elo, mempelai wanita melarikan diri?" tanya Juan Mahardika.
"Apa maksud Anda, Bos?" tanya ayah Lisa.
Jonny Evans mengambil napas dengan kasar, jantungnya berdegup kencang. Takut sekali sahabat sekaligus mesin uangnya marah. Pundi-pundi uangnya semakin banyak karena sering memberikan informasi tentang wanita cantik untuknya.
"Sabar dulu, Bro. Akan kami cari di sekitar kafe," jawab Jonny Evans dengan suara gemetar.
"Jangan macam-macam elo sama gue, gue sudah bayar DP besar. Apakah elo mau mempermainkan gue?"
"Tidak dong, Bro. Mana berani gue bohong."
Ayah Lisa bergegas mengambil ponselnya dari kantong celana, "Tunggu dulu, Bos. Coba saya hubungi Lisa dengan ponsel."
Sampai lebih dari tiga kali ayah Lisa menghubungi, tetapi sayangnya ponsel mati, "Maaf ponselnya mati, Bos."
"Kalian ini bodoh semua, cepat lihat di CCTV! " teriak Juan Mahardika.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!