NovelToon NovelToon

The Secret Of Love

Chapter 01

Bismillahirrahmanirrahim ...

...***...

Di bandara internasional Soekarno-Hatta, terdapat sosok gadis cantik berkulit putih, dengan tinggi 165 cm, dengan rambut panjang yang di kuncir kuda, yang tengah duduk di ruang tunggu sambil memainkan handphone nya.

"Rain, sayang!" teriak seorang laki-laki, seraya melambaikan tangannya.

Gadis itu pun menoleh ke arah suara, setelah tau siapa yang meneriaki nya, ia pun membalas lambaian tangan dari laki-laki itu, yang tak lain adalah kekasihnya itu.

"Sudah lama?" tanyanya, setelah berada di hadapan Rain.

"Gak," jawab Rain.

"Yasudah, kalau begitu ayo," laki-laki itu pun mengajak Rain yang tak lain kekasihnya itu untuk pergi meninggalkan bandara.

"Apa ada masalah? Kenapa dari tadi cemberut aja? Katakan ada apa hm?!" tanya laki-laki itu yang bernama Dimas.

"Aku tuh lagi kesel sama seseorang," rajuk nya.

"Siapa?" tanya Dimas.

"Itu loh, aku ketemu sama seorang cowok waktu di LA. Waktu itu aku ketemu dia di sebuah taman yang agak sepi, waktu itu kayanya dia lagi depresi, sampai-sampai menyakiti dirinya sendiri. Ya, aku tolongin dia waktu itu, dan dia ngajak aku berteman, aku pernah cerita kan sama kamu waktu di telepon?"

"Oh cowok itu, waktu kamu bilang kamu bertemu dan berteman dengannya?" tanya Dimas balik.

"Iya," jawab Rain.

"Lalu kenapa? Ko cemberut? Bukannya kalian berteman?" tanya Dimas lagi.

"Ya, karena dia nyebelin banget. Heh, kamu tau? Sebenarnya dia pernah nembak aku buat jadi pacarnya, tapi ... "

"Apa? Terus apa yang kamu lakukan?" sela Dimas.

"Ya, aku tolak lah. Aku bilang sama dia, kalau aku tuh udah punya kekasih, tapi dianya aja yang terus ngedeketin aku. Sebenarnya aku risih, tapi dia tetep mau aku menjadi temannya, tapi cara dia cukup membuat aku gak nyaman berada di dekat dia. Sayang," ucap Rain, dengan wajah cemberut.

"Memangnya apa yang dia lakukan terhadap mu?" tanya Dimas, sesekali ia melirik ke arah kekasihnya itu, lalu kembali fokus ke depan.

"Dia itu pemaksa, semalam juga dia bertanya apakah aku akan kembali ke Indonesia hari ini. Ya, aku jawab aja ' gak '. Jika aku jawab ' iya ' maka dia mau menjemput ku," ucapnya.

"Memangnya dia ada di Indonesia?" tanya Dimas.

"Iya, dia kemarin lusa pulang ke Indonesia," jawabnya.

Dimas pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

Hening.

Mereka pun hanya diam, Rain yang fokus pada game di handphone nya, sementara Dimas fokus menyetir.

"Mau makan dulu? Atau langsung pulang?" Tanya Dimas, setelah mereka diam dalam keheningan.

"Aku mau langsung pulang, capek. Lagian aku rindu sama ayah dan bunda, apalagi nuansa kamarku. Uhhh, aku ingin cepat-cepat sampai ke rumah," ujarnya.

"Baiklah," ucap Dimas, seraya mengusap kepala Rain dengan gemas.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Dimas berhenti di depan gerbang rumah Rain.

Rain pun turun dari mobil, untuk membukakan pintu gerbang, dikarenakan rumah Rain tidak ada satpam yang menjaga, kecuali satpam penjaga komplek perumahan nya.

Mobil yang dikendarai Dimas pun sampai di depan teras rumah Rain yang berlantai dua, dengan halaman depan yang luas dan juga garasi mobil yang cukup besar.

Setelah memarkirkan mobilnya, Dimas pun keluar untuk membuka bagasi mobil dan mengambil koper milik sang kekasih.

Setelah itu ia menutup kembali bagasi mobilnya dan berjalan ke arah Rain yang sedang menunggu nya.

"Terima kasih," ucapnya di sertai senyumnya yang manis, setelah Dimas berada di hadapannya, ia pun mengambil alih koper miliknya.

"Sama-sama," jawab Dimas, mereka pun berjalan berdua ke arah pintu masuk.

Ting tong, ting tong, ting tong.

Rain pun menekan bel yang ada di samping pintu.

Tidak lama pintu pun terbuka dan menampilkan seseorang yang ia rindukan.

"Suprise!!" teriak Rain, setelah pintu di buka.

"Anak nakal, bukannya mengucapkan salam malah teriak," ujar sang bunda.

"Hehehe maaf. Assalamu'alaikum bunda," ucapnya seraya menyalami tangan sang bunda.

"Assalamu'alaikum Tante." Dimas pun mengungkapkan salam dan menyalami tangan bunda nya Rain.

"Wa'alaikum salam," jawab sang bunda.

"Apakah anakmu ini sudah boleh masuk?" Tanya Rain pada sang bunda.

"Oh tentu saja, tapi apa kamu tidak mau memeluk bunda mu ini hm?!"

"Oh tentu saja mau dong," Rain pun memeluk sang bunda dengan erat.

"Sudah-sudah lepaskan, kamu ini. Ingin bunda kehabisan nafas apa?!" Tegur sang bunda.

"Upsss sorry bunda," ucap Rain sambil tersenyum menampilkan giginya yang putih dan rapih.

"Ayah di mana bunda?" Tanya Rain pada sang bunda.

"Ayah mu ada di ruang tv, sebentar ibu panggilkan. Sekalian Inggin mengambil minum untuk pacarmu si Dimas," jawab sang bunda.

"Tidak perlu repot-repot Tante, Dimas harus segera pulang ke rumah. Kebetulan kakaknya Dimas sudah pulang dari USA, dan mamah mengajak untuk makan malam bersama," tolak Dimas, dengan halus.

"Oh begitu yasudah tidak pa-pa," ujar bunda.

"Kakak tirinya Dimas baru balik dari USA? kenapa aku merasa ada kesamaan antara kakak nya Dimas sama cowok yang bernama Jevan, nama mereka pun sama. Sama-sama Jevan." Monolog rain dalam hati.

"Rain," panggil bunda.

Panggilan dari sang bunda berhasil membuat Rain kembali kesadarannya.

"Eh iya bund ada apa?" Tanyanya.

"Noh pacarmu mau pamit pulang, kamu malah bengong," ujar sang bunda, kepada Rain.

"Hehehe maaf, ya udah. Kalau gitu Rain anterin Dimas ke depan dulu ya bund," ucap Rain.

"Iya."

"Yasudah kalau begitu saya permisi dulu Tante. Assalamu'alaikum," ucap Dimas, seraya menyalami tangan bunda Rubi.

"Wa'alaikum salam. Hati-hati, dan terima kasih ya, sudah menjemput dan mengantar Rain sampe rumah," jawab bunda Rubi.

"Sama-sama tan."

Rain pun mengantar Dimas sampai mobil.

"Aku pulang dulu ya! Nanti besok aku kesini lagi," ucap Dimas, seraya mengusap pucuk kepala sang kekasih, ia pun masuk ke dalam mobilnya.

"Iya, hati-hati," ujar seraya melambaikan tangannya. Dan di balas oleh Dimas.

Rain pun masuk ke dalam rumahnya, setelah melihat mobil sang kekasih tidak terlihat lagi.

"Ayah," pekik Rain, setelah menghampiri sang ayah di ruang tv. Ia pun langsung memeluk sang ayah dengan erat.

"Astaga, kamu bikin ayah jantungan saja! Sejak kapan kamu sampai? Kenapa ayah tidak tahu?" Tanya sang ayah, setelah Rain melepaskan pelukannya.

"Sejak tadi. Ayah sih, sibuk menonton televisi, jadinya gak tau kalau anaknya sudah pulang," jawab Rain.

"Hm! Lalau siapa yang menjemputmu?"

"Siapa lagi kalau bukan kekasihnya yang menjemput." Bukan Rain yang menjawab, sang bunda lah yang menjawabnya.

"Benarkah, lalu dimana anak itu? Kenapa dia tidak menemui diriku? Dasar calon mantu tidak sopan," gurau sang ayah.

"Ayah dia ada acara makan malam bersama keluarga nya. Jadi karena itu dia tidak sempat menemui mu," ujar Rain.

"Mmm begitu. Lagian tadi hanya bergurau saja," ucap sang ayah sambil mencolek hidung mancung sang putri.

"Ayah," rengek Rain.

Mereka pun tertawa bersama, sementara sang bunda hanya diam sambil tersenyum melihat kedekatan ayah dan anak.

Chapter 02

Satu Minggu sudah Rain pulang ke negaranya, dan satu Minggu pula ia habiskan untuk mendaftarkan dirinya ke kampus ternama yang ada di negri ini.

Dan hari ini, ia akan melanjutkan pendidikannya kembali. Untung saja ia tidak perlu mengulangi pelajarannya lagi, kini ia sudah memasuki semester dua.

Kini ia sudah berada di halaman kampus, ia di antara oleh ayahnya. Karena ia mahasiswi baru jadi ia berjalan ke fakultas kedokteran seorang diri.

Ya, ia mengambil jurusan dokter gigi. Ketika ia sedang berjalan di koridor kampus, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya.

"Rain!" teriak seseorang.

Rain pun berbalik, dan ia melihat siapa orang yang memanggilnya, dan orang yang memanggilnya adalah orang yang ia kenal, bukan hanya kenal ia pun sangat dekat dengan orang itu. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya yaitu, Nafrenda Gautama Syailendra. Atau bisa dipanggil dengan Nana.

"Nana," lirih Rain.

Nana pun mendekati Rain, setelah berada di hadapannya, Nana pun langsung mencecar Rain dengan berbagai pertanyaan.

"Ikut gua," Nana pun menarik tangan Rain dan membawanya ke arah taman yang ada di kampus.

"Sejak kapan lu pulang? Kenapa lu gak ngabarin gua? Lu sahabat macam apa hah? Lu gak menganggap gua sebagai sahabat lu lagi? Lu benar ..." Belum sempat ia melanjutkan perkataannya, tiba-tiba mulutnya dibungkam oleh tangan Rain.

"Hemmfftt," Nana pun mencoba untuk berbicara, namun tidak bisa karena mulutnya masih dibungkam oleh Rain.

"Udah bicaranya? Satu-satu napa, nyerocos mulu tuh mulut, berisik tau gak!" ujar Rain yang sudah melepaskan tangannya dari mulut Nana.

"Ya habisnya lu tuh ya, sebagai sahabat kagak ada pengertiannya, gua kan pingin tau kapan lu balik dari LA," ucap Nana.

"Terus kalau gua bilang sama lu, kalau gua mau balik ke Indonesia, emang nya kenapa?" Tanya Rain lagi.

"Ya, karena gua mau minta oleh-oleh sama lu," jawab Nana, seraya tersenyum sambil memperlihatkan giginya yang rapi dan bersih, serta putih.

"Cih, jadi lu cuman mau minta oleh-oleh doang?" Tanyanya lagi.

"Yoi," jawab Nana dengan santai.

Rain pun menoyor kepala Nana dengan pelan.

"Sialan lu. Lu kira gua ke LA itu buat holiday? Pan lu tau gua ke LA buat nuntut ilmu agar gua bisa jadi dokter gigi yang profesional," ucap Rain dengan penuh tekanan.

"Ya gua tau lu ke LA tuh buat belajar, tapi se-enggaknya lu bawa oleh-oleh buat gua ke! Terus lu kenapa pindah ke kampus yang ada di Indonesia? Kenapa gak sampai lulus aja di sana? Sayang tau," ujar Nana dengan panjang kali lebar.

"Ya mau gimana lagi, lu tau gimana bunda gua kan! Bunda gua gak bisa hidup tanpa gua, karena gua nak kesayangan, jadi ya. Demi menghormati dan juga sebagai anak solehah gua rela pindah kampus."

"Oh gitu."

"Cuman ' oh gitu ' doang?" Tanya Rain dengan wajah yang tidak percaya.

"Lah terus gua harus jawab apa?" Bukannya menjawab, Nana malah balik bertanya.

"Ya apa ke, gua udah bicara panjang kali lebar. Dijawabnya malah ' oh gitu ' doang," jawab Rain dengan wajah cemberut bercampur dengan kesal.

"Iya dah iya, sorry. Gitu aja sensi, lagi dapet mba?" Tanya Nana.

"Ko lu tau, lu cenayang ya?!"

"Ya tau lah, kan rata-rata kalau cewek lagi dapet tuh suka marah-marah gak jelas," ujar Nana.

"Ih lu nyebelin banget sih," ucap Rain, seraya memukul tangan Nana.

"Lah gua bicara benar, malah di pukul. KDRT lu, ' kekerasan dalam teman ' tau gak?!" Gurau Nana.

"Ya maaf, cuman dipukul pelan doang."

"Huffstt. Dahlah, gua mau balik ke kelas gua," ujar Nana, seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Yaudah gua juga mau ke kelas," Rain pun ikut beranjak dari tempat duduknya.

Mereka pun berjalan beriringan di koridor kampus.

"Ini fakultas lu?" Tanya Rain pada sahabatnya itu, setelah mereka sampai di depan kelas.

"Iya, terus fakultas lu dimana?" Tanya Nana.

"Tuh," jawab Rain, sambil menunjuk ke arah gedung yang ada di samping fakultas ekonomi.

"Wah berarti sebelahan dong sama ayang beb," ledek Nana pada sahabatnya itu.

"Emang ia? Emang itu fakultas ekonomi?" Tanya Rain, karena memang belum tau tentang kampus barunya itu.

"Iya, nanti kalau ada waktu luang, mau gak gua ajak tour, buat ngenalin nih kampus?" Ajak Nana.

"Boleh," ujar Rain.

"Yaudah gua masuk dulu," ucap Nana. Ia pun masuk kedalam kelasnya, dan Rain pun pergi dan melangkah ke kelasnya.

Sebelum masuk kedalam kelasnya, Rain lebih dulu pergi ke raungan dosen yang mengajar nya.

"Selamat pagi anak-anak," ucap dosen yang berusia 47 tahun.

"Pagi," jawab semua mahasiswa yang ada didalam kelas.

"Baik, perkenalkan di kelas kita ada mahasiswi baru yang baru pindah dari salah satu universitas yang ada di luar negri," ujar dosen itu.

"Silahkan perkenalkan dirimu kepada teman-teman mu," ujarnya lagi kepada Rain.

"Baik pak."

Rain pun memperkenalkan dirinya kepada teman barunya itu.

"Selamat pagi teman-teman, perkenalkan nama saya Rain putri Ardiansyah. Kalian bisa panggil saya Rain, saya harap kita bisa menjadi teman yang baik. Terima kasih," ucap Rain.

"Apa gua boleh bertanya?" Tanya salah satu siswa laki-laki yang duduk di bangku paling belakang.

"Ya, silahkan mau tanya apa?!"

"Kan tadi pak Budi, bilang kalau lu itu pindahan dari kampus luar, kenapa lu pindah?" Tanyanya lagi.

"Sebenarnya, ini keinginan bunda saya. Bunda saya ingin saya melanjutkan pendidikan saya di sini," jawabnya.

"Oh begitu, baik terima kasih."

"Ya sama-sama."

"Baik, tidak ada yang ingin ditanyakan lagi kepada teman baru kalian ini?" Tanya pak Budi.

Semua orang diam, yang artinya tidak ada yang ingin bertanya lagi.

"Baik jika tidak ada, Rain kamu boleh duduk di bangku kosong itu," ucap pak Budi, seraya menunjuk ke arah kursi kosong yang berada di ujung pojok.

"Baik pak, terima kasih." Rain pun berjalan ke arah tempat duduknya.

Ia pun memberikan senyumnya ke teman-teman nya itu, namun ada satu orang yang melihat seperti tidak suka dengannya.

Namun ia tidak memperdulikan nya, ia pun tetap berjalan hingga sampai di tempatnya, ia pun duduk di tempatnya itu.

Setelah ia duduk, pelajaran pun dimulai.

Setelah selesai, dan dosen itu pun keluar, yang bertanda bahwa pelajaran hari ini telah selesai.

"Hay, assalamu'alaikum," ucap seorang gadis yang memakai kerudung pashmina.

"Wa'alaikumusalam," jawab Rain.

"Em ... Boleh kenalan?" tanya gadis itu dengan hati-hati.

"Tentu saja boleh," jawabnya seraya tersenyum ke arah gadis itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Rain.

"Namaku Anisa, kamu Rain, kan?" jawab gadis itu sekaligus balik bertanya.

"Iya."

"Bagaimana kalau kita pergi ke kantin?" ajak Anisa.

"Boleh."

Mereka berdua pun pergi ke kantin bersama, bersyukur dihari pertama Rain kuliah ia sudah mendapatkan seorang teman, meski hanya satu.

Chapter 03

Dua Minggu kemudian.

Sudah dua Minggu Rain belajar di kampus barunya, dan selama itu pula ia tidak diganggu oleh pria yang menurutnya paling menyebalkan.

Namun ketenangan nya kali ini harus berakhir, pasalnya ia bertemu kembali dengan pria yang menyebalkan, yang ia bertemu di LA.

Bagaimana tidak menyebalkan, pasalnya ia selalu di ganggu dan dilarang untuk bertemu atau berteman dengan laki-laki lain. Memangnya dia siapa? Pacar bukan? Suami bukan? Dia hanya orang asing bagi Rain.

Jika bukan karena selalu dibuntuti selama di LA, mungkin ia tak mau berteman dengannya. Dia pikir dengan kembali ke negara kelahirannya, maka ia tidak akan bertemu lagi dengannya.

Namun kesialannya bertambah, ternyata dia orang Indonesia, ia pikir, ia orang Korea atau Jepang, lantaran wajahnya yang oriental.

"Rain," panggil orang itu. Ingin sekali Rain pergi dari cafe itu, namun ia tidak bisa lantaran ia baru saja duduk dan memesan minuman sekaligus cake.

"Akhirnya aku bertemu denganmu lagi, boleh aku duduk?" Tanyanya.

"Hm," Rain pun hanya berdehem sebagai jawaban.

Pria itu pun duduk di kursi yang ada di hadapan Rain.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya orang itu.

"Baik." Jawab Rain singkat.

"Maaf," ucap pria itu, seraya memperhatikan Rain yang berada di depannya.

Hal itupun membuat Rain mengerutkan keningnya, lantaran ia tak tahu atas dasar apa pria itu meminta maaf padanya.

"Maksud ka Jevan apa?" Tanyanya karena ia tak mengerti maksud dari permintaan maaf pria itu.

Ya, laki-laki itu adalah Jevan, orang yang ditemuinya dan ditolongnya waktu di LA.

"Aku minta maaf atas sikap ku waktu di LA, seharusnya aku tidak bersikap berlebihan, seolah-olah kamu adalah milikku. Padahal kamu sudah memberitahu ku kalau kamu sudah memiliki kekasih. Maaf," ujarnya seraya menundukkan kepalanya.

Dan hal itupun, membuat Rain merasa simpati dan merasa kasihan. Bagaimana pun ini tidak sepenuhnya salah Jevan, karena pria itu memiliki trauma sehingga membuat ia depresi, dan mengakibatkan ia akan menjadi posesif kepada orang yang ia sayangi, karena ia tidak ingin orang yang disayanginya pergi untuk meninggalkannya.

Termasuk terhadap Rain, Jevan sudah menganggap nya sebagai teman, dan sangat menyayangi dirinya. Terbukti waktu ia berada di LA, Rain selalu diperlakukan bak seorang ratu oleh Jevan.

Namun hal itu tak membuat Rain luluh, bukan karena tidak menghargai usaha yang dilakukan Jevan, namun ia tidak suka jika diperlukan manja oleh seorang apalagi orang itu baru kita kenal.

Dan hal itupun membuat Rain risih atas sikap yang ditunjukkan oleh Jevan.

"Kakak tidak perlu meminta maaf, ini tidak sepenuhnya salah kakak. Aku tau kakak melakukan ini karena trauma yang kakak alami kambuh," ucap Rain dengan tulus.

"Terima kasih, aku tidak akan melakukan hal ini lagi. Tapi kamu masih mau berteman denganku kan?" Tanyanya.

"Tentu," jawab Rain seraya menganggukkan kepalanya.

Dan tak lama pesanan Rain pun datang.

"Terima kasih," ucapnya pada pelayan yang sudah meletakkan pesanannya ke meja.

"Sama-sama nona, silahkan dinikmati."

"Tunggu, sekalian aku ingin memesan minuman," ujar Jevan.

"Baik ingin memesan minuman apa?" Tanya pelayan tadi.

"Ice lemon tea saja," jawabnya.

"Tidak ingin memesan makanannya?"

"Tidak."

"Baik kalau begitu tunggu sebentar," ucap pelayan itu.

"Ya."

Pelayan itupun pergi.

"Oh ya Rain, kamu melanjutkan kuliah di universitas mana?" Tanya Jevan.

"Di universitas xxx," jawab Rain, seraya meminum minuman nya.

"Universitas xxx, bukankah Dimas juga kuliah di sana," ucap Jevan dalam hati.

"Oh."

Tak lama minuman Jevan pun datang, pelayan itu pun langsung meletakan minumannya di depan Jevan.

"Selamat menikmati," ucap pelayan tersebut.

"Terima kasih," balas Jevan.

Rain dan Jevan pun menikmati makanan mereka.

"Oh ya. Apa boleh aku antar pulang kamu sampai rumahmu? Sekalian aku ingin tahu dimana rumahmu?" tanya Jevan.

Sebenarnya Rain malas jika harus bersama pria lain, namun ia tak mau Jevan beranggapan bahwa dirinya adalah wanita yang sombong.

"Baiklah, jika kakak tidak keberatan," jawab Rain.

"Terima kasih."

Mereka pun pergi dari cafe itu, sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara, baik Rain maupun Jevan, keduanya sama-sama saling diam.

Sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh Jevan berhenti di depan gerbang rumah Rain.

"Terima kasih sudah mengantarkan aku kak, apa kakak ingin mampir dulu?" tanya Rain, basa-basi.

"Seperti tidak, aku ada pekerjaan di kantor. Maaf, lain kali saja aku akan mampir," jawabnya.

"Baiklah kalau begit, sekali lagi terima kasih atas tumpangan nya."

"Ya."

Rain pun keluar dari mobil, ia melambaikan tangannya ketika melihat mobil Jevan melaju meninggalkan rumah nya.

Setelah ia tak melihat mobil Jevan lagi, barulah ia masuk kedalam rumah.

...***...

Satu bulan kemudian.

Tidak terasa sudah satu bulan Rain menjalankan kewajiban nya sebagai seorang mahasiswi.

Dan selama satu bulan juga hubungannya dengan sang kekasih berjalan baik, tidak ada pertengkaran diantara keduanya.

Dan kali ini libur semester pun tiba, Dimas berencana mengajak Rain untuk pergi ke suatu tempat yang berada di kota kembang.

Dan kini ia pun tengah bersiap untuk pergi ke rumah sang kekasih, sekaligus meminta ijin kepada kedua orang tua Rain.

Dengan memakai style seperti anak muda zaman sekarang, seperti memakai celana jeans panjang berwarna hitam, dan juga baju kaos pendek berwarna putih, dipadukan dengan kemeja kotak-kotak berwarna maroon, serta sepatu sneaker berwarna putih.

Setelah rapi, ia pun bergegas turun kebawah, untuk bergabung sarapan dengan keluarganya.

"Selamat pagi," ucap Dimas, setelah berada di ruang makan.

Di sana sudah ada kedua orang tuanya, dan juga kakaknya.

"Pagi," ucap semua orang yang ada di sana, Dimas pun duduk di salah satu kursi.

"Tumben pagi-pagi putra ayah sudah tampan, mau kemana, hm?" tanya sang ayah.

"Em, Dimas mau mengajak pacar Dimas main yah," jawabnya dengan malu-malu.

"Wah, sepertinya bentar lagi kita akan mempunyai mantu, Bu," ujar sang ayah seraya melirik sang istri yang duduk di dekatnya.

"Iya yah," timpal sang ibu, dan hal itu berhasil membuat Dimas malu, ia menundukkan kepalanya.

"In syaa Allah, tapi Dimas masih belum mau menikah. Dimas ingin mencari pekerjaan terlebih dahulu," ucapnya.

"Apapun keputusan mu, ayah dan ibu selalu mendukung mu."

"Terima kasih yah," ucap Dimas dan sang ayah pun hanya mengangguk.

Mereka berdua pun makan dengan tenang.

"Aku selesai," ucap kakak Dimas, yang tak lain ialah Jevan.

"Loh, tapi makanan kamu masih banyak nak," ujar sang ibu, ya Jevan memang hanya memakan makanannya dengan tiga suap saja.

"Aku buru-buru ada pekerjaan yang penting," ujarnya.

Tanpa banyak tanya, Jevan pun langsung pergi setelah menyalim punggung tangan mamahnya dan juga papahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!