"Selamat datang tuan CEO!"
Semua menundukkan kepala dengan hormat saat seorang pria baru saja keluar dari mobilnya, di belakangnya sudah ada beberapa pemegang saham yang cukup berpengaruh.
Pria itu terus berjalan, tidak peduli dengan semua orang yang tengah menundukkan kepala, sampai akhirnya dia berhenti sejenak.
"Ada apa tuan?" tanya seseorang yang berada di sampingnya membuat pria itu segera menggelengkan kepala, bahkan senyumnya sedikit terbit, dia benar-benar bahagia untuk hari ini.
Setelah kepergiannya, semua orang segera bubar, tidak terkecuali Saskia Hani yang melangkah gontai menuju tempat duduknya, jujur saja masih ada banyak laporan yang harus dia urus.
"Tahu enggak? Tadi tuan CEO tersenyum, baru kali ini dia tersenyum semenjak kedatangannya dua hari yang lalu."
"Benar banget, aku kira dia cuma pria kaku ternyata bisa senyum juga," sahut yang lain membenarkan ucapan pertama.
"Gantengnya bertambah!" pekik yang lain.
Saskia yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala, seberapa ganteng sih CEO mereka itu? Sampai-sampai baru dua hari sudah membuat semua wanita terus membicarakannya.
Saat pengumuman CEO lama mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya, waktu itu Saskia tengah libur karena sakit, dia bahkan baru bekerja hari ini, ditambah saat menundukkan kepala, dia benar-benar tidak terlalu peduli dengan CEO baru itu.
"Kenapa banyak banget?" kesal Saskia seraya melirik beberapa berkas yang harus dia selesaikan hari ini, padahal dia hanya libur dua hari, kenapa pekerjaannya bisa sebanyak ini?
"Saskia, CEO menyuruhmu ke ruangannya!"
Jantung Saskia berdetak cukup kencang saat mendengar itu, dia rasa tidak membuat kesalahan tetapi kenapa CEO memanggilnya? Apa karena laporan yang belum selesai ini? Tetapi jujur itu tanggung jawab ketua mereka, kenapa malah sampai ke CEO?
"Ketua enggak bercanda 'kan?" tanya Saskia membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari pria itu, berarti pria itu tidak bercanda.
Sekarang semua mata mengarah kepadanya, seakan dia merupakan seorang tersangka yang bersalah, bahkan sejak tadi jantungnya tidak berhenti berdetak cukup kencang.
"Tenang Sas, semua akan baik-baik saja," monolog Saskia menyemangati diri sendiri saat berada di depan ruangan CEO.
Dengan tangan gemetaran, dia melangkah masuk, bukannya menjadi tenang, dia malah semakin takut, takut jika dia akan dipecat karena masuk ke perusahaan ini merupakan salah satu mimpinya walau kadang dia suka mengeluh dengan tugas yang terlalu banyak.
"Apakah tuan mencari saya?" tanya Saskia dengan kepala yang tertunduk, dia sama sekali tidak berani menatap pria di hadapannya ini.
Sedangkan pria yang dipanggil tuan itu mulai mengalihkan pandangannya ke arah Saskia, senyumnya semakin jelas, dia bahkan segera berdiri dan melangkahkan kaki mendekati Saskia.
"Kamu Saskia Hani?" Sebuah pertanyaan lolos dari mulutnya membuat Saskia mengangkat kepalanya, dia menatap CEO dengan tatapan heran, nada bicara CEO barusan seakan mereka sudah pernah bertemu saja.
"Iya, saya Saskia Hani," jawabnya dengan nada keheranan.
Tiba-tiba pria itu memeluknya dengan erat, dia bahkan tersenyum sangat lebar seakan Saskia merupakan seseorang yang sangat berharga dan sudah lama dia rindukan.
"Akhirnya kita bertemu juga, Saskia," ucapnya dengan bahagia.
Saskia yang merasa tidak mengenal CEO baru ini segera melepaskan pelukan mereka, dia sedikit memundurkan diri seraya menatap CEO dengan tatapan heran.
"Maaf, saya tidak mengenal tuan," ujar Saskia dengan sopan, bagaimanapun dia merupakan atasannya dan Saskia masih sayang pekerjaannya.
"Lo enggak ingat gue? Fajri Anggara, adik kelas sekaligus mantan tersayang waktu SMA."
"Mantan? Mantan gue tu cuma ada dua Fredi sama Faj ... jadi lo Fajri yang ngajak pacaran cuma karena taruhan dan putus karena alasan bosan?" heboh Saskia saat mengingat siapa pria yang ada di hadapannya ini.
Sedangkan Fajri yang mendengar itu hanya mendengus kesal, kenapa Saskia masih mengingat perihal itu sih? Membuat dirinya malu saja.
"Gue baru tau kalo lo pemilik perusahaan Anggara," ujar Saskia karena sejak dulu dia hanya mengira jika Fajri hanya pria biasa-biasa saja, sama seperti dirinya.
"Lo enggak pernah tanya apa-apa sih," kesal Fajri karena Saskia tidak tahu tentang dirinya, jadi untuk apa mereka selama itu berpacaran?
Saskia hanya tertawa pelan, memang benar dia dulu tidak kepo akan kehidupan Fajri, karena baginya nyaman saja sudah cukup, sesimpel itu dia menyukai seseorang.
"Ah, maaf tuan, saya harus bekerja, ada banyak pekerjaan yang harus saya urus," pamit Saskia ketika dia tiba-tiba ingat akan pekerjaannya yang segunung.
"Kita bahkan baru bertemu lagi, apakah ...."
"Maaf tuan, itu merupakan tanggung jawab saya dan harus saya kerjakan, kalo begitu saya permisi," ujar Saskia seraya melangkahkan kaki pergi dari sana, sedangkan Fajri yang ingin menahan Saskia tidak bisa melakukan apa-apa karena wanita itu sudah keburu pergi.
Fajri tersenyum tipis, mungkin setelah ini kehidupannya akan sangat bahagia, karena dia yakin, Saskia akan membuat hidupnya berwarna.
"Bahagianya," lirih Fajri dengan senyum mengembang.
Sedangkan Saskia, setelah keluar dari ruangan Fajri dan melangkahkan kaki kembali ke kursi tempatnya bekerja. Baru saja duduk, semua wanita segera mengerumuni tempatnya seperti para semut yang baru mendapatkan gula.
"Tadi CEO mengatakan apa?" tanya salah seorang membuat Saskia menatap mereka dengan tatapan jahil.
"Tadi dia bilang aku sangat rajin bekerja, merupakan contoh yang sangat baik, dia juga bilang supaya aku terus semangat bekerja," ujar Saskia dengan sombong membuat semua segera bubar sedangkan Saskia tertawa cukup keras.
"Contoh yang baik apaan? Datang aja suka telat," ucap salah seorang membuat Saskia hanya tertawa pelan.
Dia tidak akan mengatakan jika CEO mereka merupakan mantannya saat SMA, dia yakin pasti akan banyak yang tidak percaya.
Waktu terus berlalu, jam makan siang sudah datang membuat semuanya segera meninggalkan pekerjaan mereka untuk mengisi perut yang sudah sejak tadi menjerit, tetapi itu tidak berlaku dengan Saskia, wanita itu masih terus fokus mengerjakan laporan sebelum dia dimarahi oleh ketuanya itu.
"Sas, enggak makan?" tanya Vina seraya menatap Saskia yang tidak kunjung mengeluarkan bekalnya.
"Lupa bawa bekal," jawab Saskia.
Saat dia tengah fokus, ponselnya tiba-tiba berdering membuat Saskia segera melirik ponselnya dan tersenyum lebar.
"Mau ke mana?" tanya Vina saat wanita itu akan melangkah pergi.
"Biasa, yang punya ayang diantar bekal," ucap Saskia dengan nada bangga membuat Vina menatap Saskia dengan tatapan kesal, sedangkan Saskia yang berhasil membuat Vina kesal hanya tertawa karena memang dia akan ke bawah untuk menemui pujaan hati yang baru saja datang.
Saskia berjalan dengan langah cepat menemui pujaan hati yang sudah melambaikkan tangan, seorang pria menatap ke arahnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.
"Siapa pria itu?" monolog Fajri saat melihat Saskia tersenyum bahagia ke arah pria itu, Fajri rasa Saskia merupakan anak tunggal, jadi siapa pria itu?
...***...
Saskia tersenyum lebar saat kekasih pujaan hati mengantarkan bekal, bahkan dia sejak tadi tidak berhenti tersenyum.
"Senang banget ya?" tanya Gio membuat Saskia menganggukan kepala dengan antusias.
Memang, beberapa hari ini mereka jarang bertemu karena Gio tengah sibuk dengan magangnya di sebuah rumah sakit, memang benar pria itu merupakan seorang dokter, makanya saat kedatangan Gio, Saskia sangat bahagia.
"Kangen banget?" tanya Gio lagi.
Baru saja Saskia akan menjawabnya, seorang pria batuk di dekat mereka membuat pandangan keduanya menarah ke arah Fajri yang telah berdiri di samping Saskia.
"Tuan?" tanya Saskia dengan keheranan, untuk apa Fajri ada di sini? Saskia rasa dia tidak punya urusan dengan pria itu.
"Siapa?" tanya Gio membuat Saskia tersadar, dia tersenyum dan memperkenalkan Fajri sebagai CEO baru mereka, sedangkan Fajri yang mendengar itu tersenyum tipis.
"Ini pacar saya, Gio Frendika," ujar Saskia memperkenalkan Gio membuat pria itu segera tersenyum dan berniat menjabat tangan Fajri yang dibalas dengan senyuman tipis oleh Fajri.
Sejak kapan Sindi mempunyai pacar? Dia kira mantannya ini masih menjomblo untuk menunggu kehadirannya, tetapi mana mungkin itu akan terjadi karena Fajri meninggalkan Saskia karena alasan bosan walau alasan sebenarnya dia ingin kuliah keluar negeri.
"Apa pekerjaanmu?" tanya Fajri dengan nada angkuh membuat Saskia menatap Fajri dengan tatapan tajam, apa maksud nadanya itu?
"Hanya magang," jawab Gio membuat Fajri tersenyum licik, karena pacar Saskia hanya seorang magang dan mantan Saskia merupakan CEO tampan.
"Kalo begitu aku pergi dulu, kamu jangan lupa makan, nanti malam aku jemput," ujar Gio sambil mengusap kepala Saskia.
Tentu saja Saskia menganggukan kepala sambil tersenyum malu karena diperlakukan seperti itu, sejak dahulu memang Gio merupakan pria dewasa yang romantis dan pengertian, ditambah wajahnya juga tampan walau lebih tampan CEO-nya ini.
"Hati-hati!" Saskia melambaikkan tangan yang diangguki Gio, pria itu segera melajukan motornya meninggalkan Saskia yang sejak tadi tidak berhenti tersenyum, barulah setelah kepergian Gio, dia akan melangkahkan kaki pergi dari sana tetapi tersadar akan Fajri yang masih ada di dekatnya.
"Tuan masih mau di sini?" tanya Saskia dengan sopan, walaupun Fajri merupakan mantannya, dia harus bersikap sopan dan formal kepada Fajri karena masih berada di lingkungan kantor, ditambah Fajri bisa saja memecatnya kapanpun pria itu mau.
"Sudah berapa lama?" tanya Fajri dengan ambigu membuat Saskia mengerutkan keningnya.
"Apa?"
Fajri malah pergi setelah Saskia bertanya kembali, sedangkan Saskia yang melihat kepergian Fajri hanya mengangkat bahunya lalu masuk ke kantor dan melangkah menuju meja kerjanya.
"Cari tahu tentang pria tadi dan hubungannya dengan Saskia!" tekan Fajri kepada sekretarisnya membuat pria itu hanya menganggukan kepala.
Dia sangat penasaran, apa yang spesial dari pria barusan, kaya? Sudah jelas dia hanya magang, tampan? Bahkan lebih tampanan dirinya. Jadi, apa yang membuat Saskia bisa jatuh hati kepadanya? Walau sebenarnya Fajri lupa akan suatu hal, Fajri lupa jika Saskia merupakan wanita tulus yang tidak pernah memandang fisik apalagi harta.
"Apa sudah menemukan informasinya?" tanya Fajri saat sekretarisnya sudah datang.
Pria itu menganggukan kepala, dia lalu memberitahukan Fajri informasi apa saja yang dia dapatkan.
"Adik dari CEO Huda?" ulang Fajri yang diangguki oleh sekretarisnya.
Dia kembali melanjutkan jika Gio merupakan seorang dokter yang tengah magang di sebuah rumah sakit tidak jauh dari sini.
"Bagaimana hubungannya dengan Saskia?" tanya Fajri dengan tidak sabar.
"Mereka saling mengenal saat kuliah dan sudah menjalin hubungan selama tiga tahun."
Mendengar itu Fajri tidak tahu harus mengatakan apa, bahkan hubungannya dengan Saskia hanya satu tahun, itupun karena sebuah taruhan walau jujur, Fajri dulu memang mempunyai perasaan bahkan mungkin perasaan itu masih ada sampai sekarang.
"Katakan kepada Saskia jika dia harus lembur malam ini," ujar Fajri karena dia ingat jika Gio tadi mengatakan bahwa dia akan menjemput Saskia.
Entah apa yang merasuki pria itu, tetapi jujur, dia tidak suka atas hubungan Saskia dan Gio, setelah putus dari Saskia, Fajri memang memiliki hubungan dengan banyak wanita tetapi semuanya berakhir kandas karena dirinya mencari sesosok Saskia di dalam diri wanita-wanita itu, setelah kepulangannya dia juga mencari Saskia di rumah orang tuanya tetapi sayang, rumah itu ternyata sudah dijual.
Sekarang, dia telah menemukan Saskia yang dia cari, tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada, jika bisa dia ingin Saskia menjadi miliknya.
"Hah? Lembur?" pekik Saskia kesal saat ketua memberitahu jika dia harus lembur.
"Kenapa mendadak?" lanjut Saskia tetapi tetap dia hanya bisa pasrah dan menerima perintah, dia juga bukan siapa-siapa yang berani membantah.
Dengan berat hati, dia menghubungi Gio, mengatakan jika Gio tidak usah menjemputnya karena dia lembur malam ini.
Malam datang begitu cepat, dia hanya bisa menghela napas dengan kesal saat satu persatu rekan kerjanya berpamitan untuk pulang lebih dahulu, tentu saja Saskia hanya menganggukan kepala dan kadang-kadang melambaikkan tangannya.
"Tuan tidak pulang?" tanya sekretaris kepada Fajri yang digelengi oleh pria itu, dia akan pulang sebentar lagi, tentu saja alasannya karena Saskia masih berada di kantor, bagaimana jika ada orang jahat yang berniat mencelakai wanita itu? Walau alasan sebenarnya hanya ingin pulang bersama Saskia.
Entah sudah berapa kali Saskianmengusap perutnya karena memang dia tengah kelaparan, Fajri yang menyadari itu melirik jamnya, sudah jam sebelas, dia juga yakin Saskia sama sekali belum makan.
"Tuan mau ke mana?" tanya sekretaris saat melihat Fajri sudah berdiri dan melangkahkan kaki tanpa mengatakan apapun.
Pria itu melangkah menuju ruangan Saskia, bahkan Saskia yang tidak menyadari itu sempat terkejut karena Fajri datang tiba-tiba seperti hantu.
"Pulang!" tekan Fajri berhasil membuat kening Saskia berkerut, apakah Fajri tengah menyuruhnya pulang?
"Tetapi pekerjaanku ...."
"Besok dilanjutkan!" tekan Fajri membuat Saskia tersenyum lebar, yang ada di pikirannya sekarang hanya mengisi perut, jadi karena CEO sudah menyuruhnya pulang, kenapa harus dia tolak?
Saskia melangkahkan kaki dengan gembira, bahkan Fajri yang melihat itu tersenyum lebar, saat akan membuka suara, wanita itu malah berlari ke arah seorang pria yang tampaknya tengah menunggu kehadirannya.
"Kenapa belum pulang?" tanya Saskia saat melihat Gio tengah menunggunya, tentu saja Fajri yang melihat itu mengepalkan kedua tangannya, sia-sia Fajri menyuruhnya lembur.
"Kamu pasti sudah lapar," ucap Gio yang diangguki oleh Saskia dengan antusias, bahkan Fajri yang melihat itu tidak mengatakan apa-apa, dunia Saskia seakan-akan hanya ada Gio.
"Tuan, saya pulang dulu, terima kasih," ucap Saskia seraya melambaikkan tangan ke arah Fajri, Gio juga tersenyum kepada Fajri tetapi dibalas tatapan tajam oleh pria itu, bagi Fajri senyum Gio tanda mengejeknya.
"Sial!"
...***...
"Wahyu!" teriak Fajri dari ruangannya membuat sang sekretaris yang namanya dipanggil segera melangkah masuk, dia bahkan cukup terkejut saat mendengar teriakan itu, bagaimana tidak?
Tidak biasanya CEO muda ini berteriak, biasanya jika membutuhkannya dia akan menghubunginya, apakah ada hal yang sangat penting?
"Ada apa Tuan?" tanya Wahyu setelah berada di hadapan Fajri.
Pria itu tersenyum licik, sejak tadi dia bukan fokus bekerja melainkan fokus mencari cara supaya Saskia selalu berada di dekatnya dan bagaimana cara supaya hubungan mereka berdua putus, memang pikiran Fajri hanya tentang Saskia.
"Aku butuh sekretaris, panggilkan Saskia Hani ke sini!" tekan Fajri membuat Wahyu menganggukan kepalanya, saat tersadar akan sesuatu, dia kembali berdiri di hadapan Fajri.
"Maksudnya tuan? Saskia yang akan menjadi sekretaris?" ulang Wahyu untuk memastikan ucapan Fajri barusan.
Fajri menganggukan kepala, dia bahkan sejak tadi sudah senyum-senyum sendiri, membayangkan Saskia akan selalu bersamanya membuat Fajri tersenyum bahagia, sedangkan Wahyu yang melihat ekspresi CEO hanya mengerutkan kening, untuk apa menambah sekretaris? Bukankah dia saja sudah cukup untuk mengerjakan semuanya? Ditambah Wahyu tidak yakin dengan kemampuan wanita itu.
"Kenapa masih ada di sini? Cepat panggilkan dia!"
Wahyu segera tersadar, dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena perintah Fajri wajib harus dilaksanakan jika tidak ingin kehilangan pekerjaan.
"Saskia, kamu dipanggil ke ruangan CEO," ucap ketua kepada Saskia yang tengah fokus dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya.
"Lagi?" keluh Saskia, dia bahkan tidak tahu ada urusan apalagi Fajri dengan dirinya. Jika seperti ini kapan dia bisa bekerja dengan tenang?
"Cepat pergi!" lanjut ketua yang diangguki oleh wanita itu.
Mau tidak mau Saskia melangkahkan kaki menuju ruangan CEO, mentang-mentang pemilik perusahaan, dia bisa berlaku semena-mena dengan karyawannya, tetapi pertanyaannya hanya satu, kenapa selalu dia yang diganggu oleh Fajri? Bukankah yang bekerja di sini itu bukan dirinya saja?
"Tuan memanggil saya?" ucap Saskia dengan lembut saat berada di ruangan Fajri.
Fajri yang melihat Saskia bahkan tersenyum tipis, dia meminta Saskia untuk duduk yang diangguki oleh wanita itu, walau sebenarnya perasaannya mulai was-was, melihat senyum Fajri tadi saja membuat dia menjadi sedikit takut, apa yang sebenarnya ada di pikiran pria ini?
"Mulai hari ini kamu menjadi sekretarisku! Ambil barang-barangmu dan pindahkan ke sini!"
Saskia melongo saat mendengar ucapan Fajri, apa maksudnya? Dia menjadi sekretaris? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Bahkan Saskia rasa menjadi ketua saja dia tidak bisa apalagi menjadi sekretaris. Apakah Fajri tengah bercanda?
"Tidak usah tuan, saya sudah nyaman dengan pekerjaan saya," tolak Saskia dengan sopan, dia rasa, dia tidak pantas dengan posisi itu, lagian bukankah Fajri sudah mempunyai sekretaris?
"Terima atau keluar dari perusahaan saya!" ancam Fajri dengan nada yang tidak main-main, bahkan Wahyu yang sempat mendengar itu cukup terkejut, bukankah wanita ini tidak ada kemampuan apa-apa? Lalu kenapa Fajri sampai melakukan hal seperti itu supaya Saskia menjadi sekretarisnya?
"Baiklah, berapa gajinya?" Saskia menyerah, daripada kehilangan pekerjaan mending terima saja tawaran itu, siapa tau gajinya lumayan besar.
"Dua puluh juta."
"Satu hari?" tanyanya dengan tatapan takjub, dia bahkan menghitung dengan jarinya berapa hari agar dia bisa mendapatkan satu miliar.
"Perbulan!" kesal Fajri.
Wajah Saskia berubah saat mendengar itu, dia kira perhari, walau sebenarnya memang semua pekerjaan digaji setiap bulan.
"Kemasi barang-barangmu dan bawa ke sini!" perintah Fajri lagi, benar-benar tidak sabaran.
Saskia menganggukan kepala, dia juga tidak berniat untuk membantah lagi, saat Saskia sudah keluar, Wahyu melangkah masuk, bahkan gajinya saja hanya tiga puluh juta, kenapa Saskia bisa mendapat sebesar itu padahal dia tidak punya kemampuan apa-apa?
"Tuan yakin ingin menjadikannya sebagai sekretaris? Saya rasa dia tidak mempunyai kemampuan apa-apa."
"Kenapa? Kamu yang akan mengajinya? Ini perusahaanku."
Wahyu segera pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi saat Fajri sudah mengatakan hal seperti itu.
Sedangkan Saskia, wanita itu melangkah dengan lesu, dia menatap semua rekan kerjanya dengan tatapan sedih, bahkan beberapa orang yang melihat itu mengira jika Saskia sudah dipecat.
"Aku minta maaf atas semua kesalahanku, terutama kepada ketua, hari ini hari terakhir bekerja di ruangan ini," ujar Saskia dengan sedih membuat Viba yang mendengar itu segera memeluk wanita itu.
"Kamu kenapa bisa dipecat?" tanya Vina membuat Saskia mengerjapkan matanya, sejak kapan dia dipecat?
"Kapan aku bilang aku dipecat?" tanya Saskia dengan tatapan heran, tentu saja Vina yang mendengar itu segera melepaskan pelukan mereka.
"Bukannya tadi ...."
"Aku jadi sekretaris CEO, makanya aku bilang hari terakhir bekerja di ruangan ini karena aku pindah ruangan," ujar Saskia panjang lebar membuat semua menyorakinya, padahal tadi dia mengatakannya dengan ekspresi begitu sedih.
"Kukira dipecat, ternyata naik pangkat," sinis Vina membuat Saskia tertawa pelan.
Dia tetap berpamitan kepada semuanya, bahkan Saskia meminta maaf kepada ketua karena selama ini sudah banyak merepotkannya.
Saat dia tengah asik berpamitan, Wahyu tiba-tiba datang membuat Saskia tertegun, bahkan pria itu memerintahkan Saskia untuk cepat menuju ruangannya karena ada banyak pekerjaan yang harus dia lakukan.
Mendengar itu Saskia menghela napas, dia sudah yakin jika sebentar lagi akan semakin sibuk, entah apa pikiran Fajri memintanya untuk menjadi sekretaris.
"Pelajari ini, sebentar lagi akan ada meeting!" tekan Wahyu sambil memberikan sebuah berkas membuat Saskia melototkan matanya, bahkan dia baru saja menjadi sekretaris tetapi sudah akan meeting? Hidupnya benar-benar tinggal hitungan jari.
"Baik," ucap Saskia seraya melangkah masuk ke ruangan Fajri karena memang dia satu ruangan dengan pria itu.
Baru saja Saskia melangkah masuk, Fajri sudah menyuruhnya menyiapkan kopi membuat Saskia mau tidak mau segera melangkah ke dapur kantor.
"Ini tuan, kopinya," ujar Saskia dengan senyum manisnya.
"Terlalu manis! Buatkan lagi!" Fajri meminumnya sedikit lalu memberikan kepada Saskia membuat wanita itu melototkan matanya.
"Baik tuan," ucap Saskia dengan sabar.
Kembali dia menyiapkan kopi untuk Fajri,, bahkan kopi yang dibuatkan Saskia barusan juga mendapatkan masalah membuat dia harus menyiapkan kopi lagi.
Fajri yang melihat raut kesal Saskia hanya tersenyum bahagia, sudah lama dia tidak melihat Saskia seperti itu.
"Ini yang terakhir, jika masih salah, buat aja sendiri," ketus Saskia seraya meletakkan kopi di atas meja Fajri.
"Memangnya kamu siapa berani menyuruhku?"
Saskia hanya diam, dia sudah lelah berulang kali harus membuatkan kopi, apa Fajri kira tidak capek? Baru saja dia akan duduk berniat mempelajari berkas yang tadi diperintahkan oleh Wahyu, telepon di atas mejanya berbunyi membuat wanita itu seketika menegang karena Wahyu mengajaknya untuk segera meeting.
"Tapi ...."
Saskia segera menutup telepon, dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan, bahkan Fajri yang melihat itu mengerutkan keningnya, mau ke mana dia? Bukankah Fajri tidak menyuruhnya membuat kopi lagi?
"Ini saja kamu tidak becus, bagaimana kamu akan menjadi sekretaris?" maki Wahyu karena Saskia mengatakan belum mempelajari berkas tadi, jadi sejak tadi apa pekerjaan wanita ini?
"Maaf," lirih Saskia pelan.
Fajri yang mendengar suara Wahyu segera melangkahkan kaki keluar, dia melihat Wahyu yang tengah memarahi Saskia, bahkan wanita itu hanya menundukkan kepala dengan tatapan seperti akan menangis, tentu saja Fajri mengepalkan kedua tangannya, tidak ada yang boleh memarahi Saskia selain dirinya!
"Wahyu!" teriak Fajri membuat Wahyu tersentak kaget.
Fajri segera menarik Saskia untuk berdiri di belakang tubuhnya, sedangkan Saskia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tersentak kaget.
"Punya hak apa kamu memarahi dan menyuruh Saskia melakukan pekerjaanmu?" tekan Fajri dengan tatapan tajam.
"Itu ...."
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!