NovelToon NovelToon

TAKDIR JAMILA

1

"Salsa.... Sudah dong sayang main hapenya. Nanti matanya sakit loh sayang..!" tegur seorang wanita cantik berparas ayu dengan hidung mancung kecil nya. Wanita Itu tersenyum tipis pada sang anak, ya anaknya itu harus diperlakukan baik dan lembut, agar menurut. Kalau dikasari, malah semakin berontak dan sudah dibilangin.

Wanita itu bernama Jamila Riahanum 30 tahun. Ibu rumah tangga, sekaligus guru honorer di salah satu Madrasah Negeri. Ia mempunya seorang putri cantik bernama Salsabila Cantika berusia 5 tahun, dan sekarang sudah masuk TK. Salsa itu anaknya sangat cantik sesuai namanya, Salsabila Cantika. Gimana tidak cantik, Salsa, nama panggilannya. Ia punya ibu yang cantik dan Ayah yang tampan. Nama Ayahnya Irfan Vanse.

"Iya Ma, sebentar lagi!" sahut Salsa cepat, pandangannya masih fokus ke layar hape. Salsa memang sudah ketagihan nonton kartun atau nonton tiktok di hape. Mila, wanita itu lebih sering dipanggil Mila. Ia sudah kewalahan menangani anaknya yang kecanduan main hape itu. Kalau gak dikasih bisa nangis kejer. Ini semua sih karena suaminya Irfan yang memanjakan sang putri.

"Selesai mama cuci piring. Kamu harus mandi, gak boleh main hape lagi!" Ancam Mila, menatap sebel sang putri. Mila sering membiarkan sang putri mandi sendiri, ia memang mendidik anaknya tidak manja, beda dengan sang suami, yang jikalau ada kesempatan atau waktu luang pasti dengan senang hati memandikan anaknya itu.

"Eemmm... " Si Anak malas untuk diajak bicara.

Mila pun mempercepat acara mencuci piring nya. Ia harus mandi bersama putri nya. Sebentar lagi suaminya akan pulang kerja. Suaminya Irfan kerja di perusahaan tambang emas. Dan baru hari ini masuk kerja, karena seminggu yang lalu suaminya itu keluar kota.

Mila senyam senyum sambil mencuci piring. Hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang ke 6 tahun. Jadi, Irfan mengajak makan diluar untuk merayakannya, tentu Mila sangat senang diajak makan di luar. Memang 2 tahun terakhir ini, Irfan terlihat lebih sayang padanya, dari pada sebelumnya. Tapi, suaminya itu sekarang sering keluar kota dan hapenya gak boleh disentuh.

Eemmhh... Aaaahhkk..

Keningnya Mila mengkerut, ketika samar-samar ia mendengar suara desa han. Alisnya bertaut karena merasa mengenal suara tersebut. Apalagi ketika desa han itu diiringi dengan sebuah lenguhan.

"Kayak suara Mas Irfan, tapi dari mana?" gumam Mila, ia menghentikan acara mencuci piringnya. Kedua matanya bergerak ke sana kemari, heran dengan suara penuh nafsu itu. Bahkan wanita pemilik alis bak semut berbaris itu bergidik, ketika desa han itu diiringi dengan sebuah erangan.

Mila celingukan mencari sumber suara yang membuatnya risih. Wanita bermata bulat itu semakin menajamkan pendengarannya agar segera menemukan asal suara tersebut. Hingga kakinya kini bergerak menuju kamar. Karena, suara itu berasal dari kamar mereka.

"Salsa...! kamu nonton apa nak?" ujar Mila dengan paniknya Ia beranggapan anaknya telah memutar video por no. Matanya tertuju pada benda yang dipegang sang putri.

"I, ini Ma. Ayah!" jawab Salsa gugup dan merasa ketakutan.

"A, Ayahmu...!" Tangan kurusnya terulur secara cepat ketika hendak meraih benda pintar miliknya itu dari sang putri. Dadanya tiba-tiba saja berdegub kencang. ia penasaran dengan suara penuh bira hi tanpa jeda itu.

Tatapannya terkunci setelah melihat apa yang ditampilkan layar ponselnya. Jantung wanita bertubuh ramping itu seakan berhenti berdetak, ketika mata dengan bulu lentiknya memindai setiap adegan layaknya film dewasa. Bibir tipis itu bergetar menahan getir, mata dengan manik kecoklatannya tiba-tiba memanas dan bersiap untuk menumpahkan cairan bening, penyampai rasa sakit yang dialaminya. Hatinya seakan diremas oleh kenyataan yang sama sekali tak pernah dibayangkan. Di dalam layar ponselnya, suami yang sangat dicintainya tengah berbagi peluh dengan wanita lain.

Astaghfirullah. .

Jari-jari lentiknya mer emas benda pintar tersebut hingga buku-buku tangannya memutih. Sekuat tenaga dia berusaha tegar, tubuh dengan berat 50 kilo gram itu merosot di lantai. Untuk sesaat otaknya masih belum bisa menerima kenyataan yang dilihat netranya. Hatinya berusaha menolak bahwa lelaki yang berada di ponsel itu bukanlah suaminya.

"Mama...!" seru Salsa, ia dekati sang ibu yang tubuhnya lemas dan gemetaran itu.

Mendengar putrinya memanggil, bergegas mengusap sudut matanya yang basah. Wanita pemilik alis bak semut berbaris itu berkali-kali menghela napas agar bisa bersikap normal. Ia tatap sendu sang putri, yang ada di hadapannya.

"Mama kenapa?" tanya Salsa sambil memperhatikan wajah wanita yang telah melahirkannya dengan penuh perjuangan itu

Mila merasa kikuk diperhatikan anaknya sedemikan rupa. Gegas dia bangkit dan merangkul sang buah hati. Ia kembali mengusap pipinya, yang dibanjiri oleh air mata.

"Mak..!" Salsa menjauhkan tubuh sang ibu, ia penasaran dengan ibunya yang tiba-tiba saja menangis.

"Em, Mama tadi kelilipan, sayang " sahutnya dengan wajah memelas, bibirnya mengulas senyum tipis untuk menyamarkan luka. Sebuah sandiwara untuk menutupi duka.

Anak gadis berambut pirang itu mendekatinya, bersikap layaknya seorang pelindung dan penyelamat. "Sini kakak tiup." Setelah berucap, kedua tangan mungilnya menangkup pipi mamanya, kemudian secara perlahan gadis kecil itu meniup area mata mamanya.

"Sudah," ucapnya, tangan mungil miliknya masih mengusap pipi lembut wanita yang sudah melahirkannya itu. "Gimana, Mama? Udah enakan?" imbuhnya bertanya.

Mila mengedipkan matanya beberapa kali untuk melengkapi sandiwaranya di depan putrinya. "Alhamdulillah, masyaallah, langsung sembuh, Kak. Terima kasih ya. Sekarang mata Mama sudah baikkan," ucapnya sambil mencium pipi gembul Salsa. Setelah itu dia bangkit, berpura-pura sibuk membereskan tempat tidur.

"Sama-sama, Mama," sahut Salsa tak kalah senang. Bocah itu kebingungan, sesekali mengangkat bantal yang masih berantakan. Tadi, Salsa main di atas tempat tidur, makanya tempat tidur mereka jadi berantakan.

"Ma, itu tadi ayah lagi ngapain ya? ayah main kuda-kudaan sama tante irene, tapi gak pakai baju. Terus Ayah koq Nen Nen sama tante Irene?"

Deg

Sungguh jantungnya Mila rasanya mau copot dari tempatnya, syok dengan pertanyaan bocil itu. Putrinya itu sudah menonton sang ayah bermain di ranjang dengan wanita teman kerja sang suami. Ini memalukan sekali

Mila tertegun, sekarang jelas kalau yang dilihatnya memang sebuah kenyataan bukan halusinasinya semata. Sekarang tak hanya rasa sakit yang dia rasakan setelah mengetahui dirinya dikhianati. Namun, ada juga marah karena mengganggap suaminya sudah gila. Bagaimana bisa dia melakukan itu, dan video itu kenapa bisa ditonton Salsa. Siapa yang kirim?

Ya, Mila yang panik saat melihat video panas itu, dengan cepat mematikan ponselnya, saat ia remas kuat. Saking geramnya, sempat ia hendak melempar ponselnya itu.

"Mama... Ayah tadi ngapain sih sama tante Irene?" Salsa masih penasaran dengan video yang Ia tonton.

2

"Ma, Mama...!" Salsa goyangkan tangan kanan mamanya yang terlihat tercenung itu. Dari tadi Mama nya tidak menjawab pertanyaannya.

"Mama...!" kini Salsa menggoyang kuat lengan mamanya itu, yang akhirnya membuyarkan lamunannya Mila

"Haahh... Ya Sayang?" Mila lorotkan tubuhnya sehingga sejajar dengan sang putri. Dengan mata yang berkabut ia raih kedua tangan mungil putrinya itu. Salsa dibuat bingung dan penasaran dengan sikap sang mama, yang terlihat sedih.

"Itu tadi ayah dan Tante Irene, lagi ngapain ma?" kembali Salsa melontarkan pertanyaaan yang membuat hatinya Mila sakit dan dadanya terasa sesak untuk membahasnya. Ia sengaja bersikap tidak mau tahu dengan pertanyaan Salsa diawal. Tapi, Salsa yang penasaran terus saja bertanya soal video yang sempat ia tonton.

"Ayah dan tante Irene sedang olah raga sayang." Jawabnya dengan perasaan yang hancur. Rasanya saat ini Mila ingin teriak sekuat-kuatnya, karena ia tidak sanggup lagi menahan sesak di dadanya, atas kenyataan yang ia ketahui sore ini.

"Oleh raga? Olah raga gulat ya ma?" tanya Salsa masih dengan muka penasarannya.

"I, iya sayang...!"

Graapp...

Mila rengkuh sang putri dalam dekapannya. Ia pun menangis kedalam saat memeluk putrinya itu. Mengingat video tadi sungguh membuat hidupnya Mila hancur. Impiannya membina biduk rumah tangga dengan Irfan yang ia pacari lima tahun, tidak menjamin pria itu akan setia.

Suami yang sangat ia cintai. Yang ia percaya, akan kesetiaannya, ternyata suaminya itu berkhianat. Pantas ponselnya sudah tidak bisa diakses olehnya lagi setahun terakhir ini

Salsa mengurai pelukan mamanya itu, karena ia bisa rasakan kalau Mamanya itu sedang menangis. Seketika Mila menyapu kedua matanya dengan tangannya. Ia pun langsung beranjak, menjauh dari sang putri. Dan sibuk merapikan tempat tidur.

"Mama nangis?" Salsa mendekati sang Mama.

"Gak sayang, mama kelilipan!" sahut Mila tanpa menoleh ke arah sang putri.

"Ma, tadi itu ayah dan tante irene gak sedang olah raga deh "

"Husshh.. Sudah, sudah.. Jangan bahas itu lagi ya sayang. Mending sekarang kamu mandi!" Kini Mila menuntun pelan tubuh sang anak, masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu.

"Ma, Mama.. Aku mandinya bareng ayah saja. Itu ayah sudah pulang!" Salsa berlari keluar dari kamar menuju teras rumah. Suara motornya sang ayah terdengar jelas di halaman rumah.

Benar saja, Irfan kini sedang membuka sepatunya dengan duduk di kursi teras rumah.

"Ayah... Ayah... Ayah...!" Setiap anak pasti berlari keluar rumah, menyambut dengan gembira disaat sang ayah pulang kerja.

Mila yang masih berada di kamar, mencoba meredam emosinya. Ia sangat sakit hati, atas terbongkarnya pengkhianatan sang suami. Teganya dia mengkhianati pernikahan mereka.

"Anak cantik ayah..!"

Mila yang sedang sakit hati, membukakan lebar-lebar kupingnya, untuk mendengar percakapan sang putri dengan sang suami. Ia juga sedang berusaha menahan diri, agar tidak tersulut api kebencian. Tidak terpancing amarahnya yang sudah berkobar di hatim Sungguh, ia sangat benci pengkhianatan.

"Mama mana sayang?" tanya Irfan lembut pada sang anak. Ia menghadiahi ciuman di pipi gembulnya Salsa. Ayah dan anak itu masih berada di teras rumah bersama Salsa.

"Mama ada di kamar ayah. Mama sedang menangis!" lapor sang anak menatap lekat ayahnya.

"Menangis?" tanya Irfan untuk lebih jelasnya. Ia juga membenarkan posisi Salsa yang ia gendong itu.

"Iya ayah, Mama mendadak sedih Setelah menonton video ayah dan tante Irene yang sedang olah raga gulat itu ayah!"

Deg

"Haah.. Olah raga?" tanya Irfan dengan muka menegangnya.

"Iya ayah, ayah sedang bergulat dengan tante Irene di atas tempat tidur." Celoteh Salsa.

Irfan sudah mengerti akan arah ucapan putrinya itu. Ia pun bergegas ke kamar. Dan Salsa masih ia gendong.

Sesampainya di ambang pintu. Terlihat Mila sedang merapikan ranjang dengan muka yang ketat dan sedih.

"Mil, Mila.." Panggil Irfan lembut. Sudah lumayan lama ia dan putrinya berdiri di ambang pintu kamar. Tapi, Mila tidak mau mau menoleh kepada sang suami. Ia sibuk menepuk nepuk ranjang yang sudah rapi itu dengan sapu lidi

"Mila..!" sapa Irfan lagi dengan memelas.

Tangannya Mila menjulur ke arah sang suami. Ia memberi kode, agar Irfan tidak usah buka suara dan membela diri saat ini. Ia sedang tidak ingin bicara dengan pria jahat itu. Irfan pun tercenung menatap Mila yang menatapnya tajam. Puas menatapnya tajam, wanita yang sedang menahan amarah itu membuang pandangannya.

"Aku sudah tahu Mas. Aku sudah tahu semuanya!" ujar Mila tegas, Masih membuang pandangannya. Sedangkan Irfan yang masih berdiri di ambang pintu, kini menghampirinya setelah pria itu menurunkan sang putri dari gendongan

3

"Tahu apa?"

Walau Irfan sudah tahu arah ucapan Mila. Ia tetap bersikap seperti tidak terjadi apa-apa

Mila akhirnya memutar lehernya dengan perlahan. Kedua bola matanya yang indah kini terlihat menyeramkan menatap sang suami, yang kini perlahan menghampirinya.

"Lidahmu Mas mungkin menyembunyikan kebenaran, tetapi matamu tidak pernah!" Ujarnya lirih, hatinya mendadak gerimis dan matanya kini terasa panas sudah.

Mila kembali membuang cepat pandangannya. Ia sangat muak melihat ekspresi wajah suaminya yang sok polos itu. Lagi pula, ia tidak bisa menahan air matanya yang mendesak untuk keluar. Padahal ia sudah bulatkan niat untuk tidak menangis dan membahas ini di depan putri mereka.

Irfan mencoba meraih tangan nya Mila yang berada di atas pahanya. Saat ini Mila sedang duduk di tepi ranjang.

"Aku tidak sedih lagi kamu pegang Mas!" Mila hempaskan tangannya Irfan. Ia pun bangkit dari tempat duduknya. Berjalan cepat ke dekat jendela.

Irfan kembali mendekati Mila. Dan tangannya dengan cepat melingkar di perut sang istri.

"Mas.. Lepas. !" dengan isak tangis Mila mencoba melepas belitan tangan suaminya itu di pinggangnya.

"Jangan marah-marah, ada Salsa di sini. Apa kamu tidak malu bersikap seperti ini!" Ujar Irfan pelan, ia tetap kunci pergerakan Mila.

"Malu..? kenapa aku yang harus malu? Kamu yang harusnya malu Mas!" Dengan sekuat tenaga Mila lepaskan belitan tangannya Irfan dari pinggangnya. Dan kini wanita cantik itu lepas dari rengkuhan Irfan.

Suasana di kamar itu semakin tegang. Salsa terlihat ketakutan dan tertekan saat ini. Mama dan ayahnya sedang bertengkar.

Irfan kembali mendekati Mila. Dan Mila kembali menjauh. Ia bahkan mengambil koper dari atas lemari.

"Mila.. Kamu mau apa?"

Irfan ambil alih koper dari tangan sang istri.

"Kembalikan..!" dengan kesal Mila mencoba meraih koper itu lagi. Mukanya memerah sudah karena tersulut amarah.

"Tidak!" Irfan jauhkan koper itu dari jangkauan tangannya Mila, hingga Mila tidak bisa mendapatkan koper itu.

"Tega kamu Mas... Kamu telah menghancurkan impian kita. Oohh.. Tidak, bukan mimpi kita. Ternyata hanya aku yang bermimpi indah untuk hidup bersama denganmu Mas!"

Mila tidak bisa menahan emosinya lagi, Padahal sejak tadi ia sudah berusaha tenang untuk menghadapi masalah ini. Tapi, nyatanya ia tidak sanggup.

Irfan terlihat panik melihat kemarahan Mila. Ia pun hanya bisa diam kini.

"Irene... Tega kamu selingkuh dengannya. Dia itu istri orang mas, sahabatku juga!" Ujar Mila dengan beruruai air mata. Dadanya semakin terasa sakit, karena mulutnya mengatakan nama wanita selingkuhan suaminya itu. Rasanya ia susah napas, karena rasa sakit yang ia rasakan atas pengkhianatan sang suami.

Irena adalah temannya Mila. Suaminya kerja mengambil ikan di laut. Kadang pulang dua minggu atau sebulan sekali. Berkat Irene jugalah, Irfan bisa kerja di perusahaan Tambang emas. Karena, Irene yang merekomendasikan Irfan ke perusahaan itu.

"Mila, yang kamu tonton tidak seperti apa yang kamu bayangkan. Mana mungkin aku dan Irene melakukan itu."

"Diam... Sudah. Tidak usah berdelik Mas. Itu tadi buktinya sudah lebih dari cukup!" tegas Mila dengan berderai air mata.

Irfan yang kalut memilih diam. Ia dudukkan bokongnya di tepi ranjang. Ia juga sempat melirik Salsa, yang kini bersembunyi di balik pintu. Takut akan pertengkaran kedua orang tuanya.

"Pantas saja dandananmu berubah akhir-akhir ini Mas. Juga handphone yang dulu selalu tergeletak jadi selalu dalam genggaman walaupun tidur. Aku sudah curiga diawal. Tapi, aku tidak ada bukti. Dan sekarang Irene malah mengirimkan bukti nya sendiri. Ciiieehh... Kalian manusia hina. Tidak punya iman!" ujar Mila kesal.

Ia raih cepat koper yang berada sekitar dua meter di hadapannya. Kemudian ia membuka lemari, memasukkan pakaiannya ke koper itu dengan penuh amarah.

"Mau pergi kemana kamu?"

"Kemana saja, asal tidak seatap dengan pengkhianat!" Jawab Mila cepat. Ia masih menangis dan sesekali menarik ingusnya.

"Ma..Mama!" Salsa yang sedari tadi sembunyi dibalik pintu kamar, akhirnya mendekati Mila.

Mila hanya menatap sang putri sekilas. Kemudian sibuk mempacking barang-barangnya lagi.

"Mila, kamu jangan gegabah mengambil keputusan. Kamu mau ke mana?"

Irfan kembali menarik koper yang sedang Mila isi dengan pakaiannya. Hal itu membuat Mila kesal bukan main.

"Aaarrgghkkk... Jahat.. Jahat kamu Mas...!" ia sempatkan memukul bahu sang suami yang tengah menjauhkan koper miliknya.

Irfan menghindar dari serangan Mila.

Hua... Hua... Hua...

Salsa yang sedari tadi tegang melihat sang Mama dan ayahnya bertengkar, lari kencang keluar rumah. Ia takut melihat orang tuanya itu, sedang bertengkar.

Mila dan Irfan terperanjat dengan kelakuan putrinya Salsabila, yang meminta pertolongan ke tetangga.

Di halaman rumah, Salsa teriak meminta pertolongan pada tetangga mereka yang kebetulan pulang dari JJs

"Paman... Tolong, ayah dan mamaku bertengkar."

Irfan bergegas keluar rumah. Ia tidak mau orang lain ikut campur urusan rumah tangga mereka.

Sesampainya di teras rumah. Ia berlari menghampiri sang putri. Mengangkat putrinya itu masuk ke dalam rumah. Tanpa menoleh ke tetangga yang kini sudah mulai banyak di depan rumahnya.

Braakk..

Irfan mendudukkan sang putri di sofa dengan sedikit keras. Pria itu akhirnya terpancing emosinya, atas kelakuan sang anak.

"Salsa.. Kamu jangan buat malu!" teriak Irfan pada putrinya itu.

Kini Irfan terlihat penuh emosi. Ia juga dibuat panik saat melihat sang istri keluar dari kamar dengan menyeret koper.

Ia tahan tangannya Mila. "Mau ke mana kamu. Kita bicarakan baik-baik!' ujar Irfan Setelah menahan tangannya Mila.

Dengan berderai air mata, Mila menatap sedih Irfan. Sungguh ia tidak sanggup untuk menatap Suaminya saat ini. Pergumulan panas Irfan dan Irene terus saja tayang di pikirannya. Hal itu membuatnya bisa gila.

"Kemana saja, asal tidak melihat wajahmu Mas. Cepat ceraikan aku!" teriaknya, menghentak kuat tangannya Irfan dari tangannya.

"Tidak. .. Tidak akan ada perceraian!" Sahut Irfan tegas.

Mila membuang pandangan. Ia tarik tangan sang putri, agar ikut dengan nya. Tapi, diluar dugaan Irfan malah menahan lengan Salsa yang satunya lagi. Jadilah mereka memperebutkan anak yang juga dalam keadaan tertekan itu.

Hua.. Hua... Hua..

"Mama.. Yah.. Sakit...!' ujar Salsa sambil terisak.

Mila yang sadar akan kelakuan egois mereka. Melepaskan genggaman tangannya dari tangannya Salsa.

" Lepaskan tangan Salsa Mas. Lepaskan..." Mila mencoba menjauhkan tangannya Irfan dari tangannya Salsa.

"Tidak...!"

"Mas .. Jangan egois." teriak Mila.

Para tetangga kini jumlahnya sudah bertambah menonton pertengkaran suami istri itu. Rasa malu seolah hilang, diredam emosi.

"Tidak ada yang bisa pergi dari rumah ini!' tegas Irfan lagi.

" Tolong... Tolong. ..!" Mila yang kalut, teriak histeris. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Ada apa ini?" akhirnya pak RT dan beberapa warga komplek masuk ke rumah mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!