NovelToon NovelToon

Suami Cacat Ku

Bab 1

"Ma... Aku ngak mau ya... Nikah sama laki laki cacat itu!" sungut Sabrina kepada sang ibu saat mereka berada di ruang keluarga membahas tentang perjodohan yang di lakukan oleh Bu Sulastri karena iming iming uang 2M, tentu saja wanita gila uang itu menyetujuinya tanpa pikir panjang.

"Dan.... Aku juga ngak mau Ma... Enak saja aku yang cantik dan mau jadi model harus menikah dengan laki laki cacat, tampang sih boleh lah, tapi klau cacat No.... mau di tarok di mana wajah ku ini!" ujar Sintya yang juga menolak di jodohkan dengan laki laki pilihan sang Mama.

"Haduuhhh... Kalian ini gimana sih... Mama sudah menyetujuinya tau, mana mama sudah terima DPnya lagi sebanyak 200jt" keluh Bu Sulastri mulai stres karena ke dua putrinya tidak mau di jodohkan.

"Ya itu terserah mama, lagian dengar uang aja cepat, tanpa mikir dulu" gerutu Sabrina.

"Kalau Mama mundur orang itu minta di kembalikan uangnya 2x lipat, jadi gimana dong!" frustasi Bu Sulastri.

"Aku punya ide!" ujar Sintya sambil menjentikan jarinya, dengan mata berbinar dan tersenyum.

"Apa ide kamu Sintya, cepat kasih tau mama, waktu kita ngak banyak loh...?" ujar Bu Sulastri yang tidak sabaran.

"Klau aku kasih tau mama, mama kasih jatah buat aku ngak?" tanya Sintya meminta penawaran.

"Tentu saja kamu dapat jatah, asal ide kamu masuk akal" ucap Bu Sulastri penuh keyakinan.

"Bagaimana kita jodohkan saja anak pungut itu dengan laki laki cacat itu, kan lumayan ma, kita dapat uang, anak pungut itu angkat kakak dari rumah ini, aku sudah muak melihat dia yang masih berkeliaran di rumah ini" ucap Sintya bersemangat.

"Waahhh.... Ide kamu brilian sayang, kok mama ngak kepikiran sih...." ujar Bu Sulastri berbinar bahagia.

"Kalian jangan macam macam ya... Papa ngak setuju" ujar Pak Bayu yang mendengar perbincangan istri dan anak anaknya itu.

"Papa apa apaan sih, pokoknya aku akan tetap dengan keinginanku, karena uangnya sudah aku terima, dan aku juga sudah bosan sama benalu tersebut, yang masih betah tinggal di rumah ini!" kesal Bu Sulastri.

"Ma... kamu ini apa apaan sih, kenapa begitu benci sama Malika, padahal anak itu selalu nurut sama kamu, dia mengerjakan semua pekerjaan di rumah ini tanpa sisa, tapi apa balasan kalian kepada dia!" pekik Pak Bayu tak habis pikir dengan anak istrinya itu.

"Itu sudah sepertinya dia kerjakan, enak saja mau makan dan tinggal gratis di rumah ini, wajar dia mengerjakan semua kerjaan rumah ini, sebagai bayarannya" ketus Bu Sulastri dan di anggukin oleh ke dua anaknya.

"Ma... Kamu lupa, klau kita bisa hidup enak dan tinggal di kota besar ini berkat bantuan dari Almarhum keluarga Malika, coba saja klau Mas Alfa tidak membantu kita belum tentu kita bisa hidup seperti sekarang ini" ujar Pak Bayu memberi pencerahan kepada sang istri, namun orang dablek ya dablek aja.

"Alahhh..... Ngak usah di besar besarkan pa, memang dia yang membatu kita, tapi yang berusaha sampai saat ini kan kita, kerja keras kita, cuma ngasih modal ngak seberapa aja kok malah di omong omong sih, anak nya juga sudah di urusin kan selama ini, jadi sudah impas lah pa... Ngak usah di ungkit ungkit lagi" Ketus Sulastri yang tidak suka membicarakan tentang keluarga Malika.

"Tanpa sepengetahuan mereka, di balik tembok itu, ada seorang gadis cantik yang sedang mendengar semua pembicaraan mereka dengan berurai air mata.

"Bunda... Ayahhh.... Kenapa kalian tinggalkan Malika seorang diri di sini hiks... hiks... hiks..." gumam gadis cantik itu sambil terisak menahan tangisnya.

Sebelum lanjut kita kenalan dulu sama tokoh nya ya...

Malika Anggraini 19th gadis cantik bak boneka barby kulit putih mulus, rambut panjang, ramah, ranjin, pintar dan ceria, tanpa orang tau banyak kesedihan yang dia pendam dalam hatinya.

Sulastri Ibu angkat Malika, dia sangat jahat kepada Malika, selalu menyuruh Malika mengerjakan semua pekerjaan di rumahnya.

Bayu Ayah angkat Malika, yang sangat menyayangi Malika namun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong anak angkatannya itu, karena semakin dia membela Malika maka anak dan istrinya semakin menjadi memperlakukan Malika.

Sabrina kakak angkat Malika, dia tidak menyukai Malika, karena kedatangan Malika kasih sayang papanya berbagi dengan Malika

Sintya Kakak angkat Malika beda dua tahun dengan Malika, yang artinya umur Sintya 21th, tidak menyukai Malika, karena semua laki laki yang dia sukai selalu saja memuji muji Malik. di tambah Malika yang pintar dan baik hati banyak di sayangi oleh orang, membuat Sintya sangat membenci Malika.

Refandi Putra Guitama laki laki tampan dan juga Ceo di Guitama Grup, yang tadinya hidup sangat sempurna dengan jabatan tinggi, wajah tampan bak Dewa Yunani, mempunyai tangan yang sangat cantik. Dunianya serasa miliknya, sebelum sebuah kecelakaan membuat dia bergantung di kursi roda, satu persatu orang orang yang selama ini dekat denganya mulai menghilang, termasuk tunangannya meninggalkan Refandi, dia tidak mau menikah dengan laki laki cacat.

Sandi sahabat baik Refandi yang tidak pernah meninggalkan Renfandi sampai sekarang dan juga menjabat sebagai asistenya.

Riko sahabat Refandi yang selalu mendukung dan menyemangati Renfandi, dia juga bekerja di perusahaan Guitama grup.

"Hiks... hiks... Bunda apakah laki laki itu yang di kirim tuhan untukku Bun, apakah aku bisa bahagia dengan laki laki itu" gumam Malika yang berbaring di kasur lantai yang mungkin sudah tidak layak pakai sebagai alas tidurnya.

Karena lelah pulang bekerja dan juga lelah menangis karena mendengar ucapan dari keluarga angkatnya. Malika sampai tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.

Sementara itu, di sebuah rumah mewah tiga lantai, seorang laki laki duduk di atas kursi roda sambil memandang langit senja.

"Ternyata kasih sayang yang kalian pelihatkan selam ini palsu, saat saya masih berjaya kalian menepel seperti lem yang tidak bisa lepas, setelah saya mendapat musibah saya baru tau sifat asli kalian" gumam laki laki itu yang tidak lain dan tidak bukan Refandi.

Ya sesebelumnya Refandi ingin memberi tahu keluarganya bahwa kakinya sudah mulai bisa di gerakan, namun dia berhenti setelah mendengar ucapan keluarganya yang merasa malu dan terbebani mengurus dirinya dan berniat mencarikan perempuan yang mau menikah dengan dirinya, sakit sungguh sakit hati Refan mendengar ucapan keluarganya itu, dia tidak jadi menghampiri mereka, dia kembali masuk ke dalam kamar nan luas itu dengan perasaan yang sangat sangat sakit.

"Siapapun kamu wahai wanita yang mau menemani hidup saya dan menerima saya dengan segala kekurangan saya, saya berjanji akan menyayangi dan membahagiakan kamu dengan cara saya" gumam Refandi sambil menerawang jauh ke depan.

Bersambung....

Bab 2

Dok....

Dok....

"Hee.... Benalu.... Bagus ya kerjaan loe tidur mulu!" bentak Sintya memasuki kamar Malika yang hampir mirip dengan gudang, semua barang bekas ada di kamar itu.

"Astagfirullah... Aku ketiduran" ujar Malika karena kaget dengan bentakan dan pintu yang di pukul pukul oleh Sintya.

"Ncek... sudah numpang hidup di sini, malah ngak tau diri, cepetan bangun! gue sudah lapar tau!!" Kesal Sintya, karena hari sudah menjelang malam, tapi makanan belum ada yang tersedia di atas meja makan.

"Iya..." sahut Malika, klau boleh jujur hari ini badan Malika sedang tidak enak, di tambah mendengar ucapan dari keluarga angkatnya tadi, membuat Malika sakit terpuruk.

Malika gegas keluar kamar untuk memasakan malam untuk keluarga angkatnya itu, sebelum kembali mendengar makian dari orang orang di rumah itu.

Malika memasak hidangan yang cepat bisa di sajikan, karena waktu makan malam hampir tiba, telat sedikit saja bisa bisa Malika tidak akan bisa istirahat dan juga tidak di izinkan makan malam.

"Heh... Benalu! besok loe pulang jangan sore sore, soalnya ada yang mau ketemu sama loe!" bentak Bu Sulastri.

Deg.....

Jantung Malika lansung berdetak lebih kencang mendengar ucapan Ibu Angkatnya itu.

"Heh... klau di ajak bicara itu ya nyaut, loe ngak budek sam bisu kan!!" bentak Sabrina.

"I-iya bu...." jawab Malika tergagap.

"Sudah sana!! merusak pemandangan orang yang mau makan aja loe, bikin hilang selera tau!" kesal Sintya.

Malika lansung buru buru pergi kebelakang untuk mengerjakan tugasnya yang belum selesai, sambil menunggu orang orang itu selesai makan.

Pak Bayu hanya bisa mengelus dada, melihat kelakuan keluarganya itu, dan juga merasa bersalah dengan Malika karena tidak bisa membela Malika.

Malika sudah selesai membersihkan dapur dan mencuci segala panci dan wajan bekas dia memasak tadi, kini dia sedang duduk melihat ke arah luar jendela dapur tersebut.

"Tuhan... berikan yang terbaik untuk hidup hamba, hamba sudah lelah dengan semua ini" gumam Malika dengan air mata jatuh membasahi pipinya.

Setelah beberapa saat menunggu keluarga angkatnya makan, Malika kembali ke ruang makan, untuk membersihkan meja makan.

Malika menarik nafas kasarnya, di sana mereka hanya meninggalkan sedikit nasi dan sisa kuah yang sudah di aduk aduk untuk di makan oleh Malika.

"Hahahaha... Jangan di lihatin aja dong, tinggal makan aja, kan loe yang masak tadi, loe tau dong rasanya seperti apa, jadi ngak usah di pikir lagi, seharusnya loe bersyukur masih di kasih makan gratis di rumah ini!" sinis Sintya, ya dia lah yang melakukan semua itu, agar Malika tidak bisa memakan nasi tersebut.

Malika hanya diam dan membersihkan meja tersebut tanpa banyak bicara, percuma mengajak Sintya bicara karena ujung ujungnya akan tetap dia yang kalah terus, dan ibu angkatnya sudah pasti akan menghukum Malika dengan kejam.

"Budeg Loe ya!" kesal Sintya pergi meninggalkan ruang makan itu, karena Malika tidak menjawab satu katapun ucapannya.

"Kenapa tuh muka di tekuk bae neng?" goda Sabrina melihat wajah adiknya yang di tekuk.

"Kesel gue sama benalu" ujar Sintya menumpahkan kekesalannya kepada sang kakak.

"Udah lah... biarin aja sih, sebentar lagi juga angkat kaki dari sini, jadi ngak usah marah marah, nanti wajah loe keriput loh dek, ngak lulus lagi seleksi jadi modelnya" kekeh Sabrina.

"Ih... kakak apaan sih loe" kesal Sabrina.

"Udah yo kekamar, bentar lagi tuh benalu mau beres beres" ajak Sabrina meninggalkan ruang tamu.

"Eh kak, loe besok pulang awal ngak, mau lihat calonnya si benalu?" ujar Sintya.

"Iya dong... sayang klau ngak ngeliat, kan bisa kita bully dia" ujar Sabrina tertawa jahat.

"Ok lah... Klau gitu gue juga pulang cepat deh, klau ada teman kan enak" jawab Sintya memasuki kamarnya.

Sabrina hanya geleng geleng kepala melihat adik kesayangannya itu, yang selalu berbuat sesuka hati.

Sementara itu Malika masih saja sibuk membersikan rumah keluarga angkatnya itu. agar pagi dia tidak keteteran untuk berangkat kuliah dan kerja paruh waktu, keluarganya itu tidak tau sama sekali klau Malika sedang kuliah, karena Malika kuliah mendapat bea siswa dari kampus tersebut.

"Sepulang kuliah baru dia kerja paruh waktu di sebuah restoran dekat dengan kampusnya.

Hari hari yang di lalui Malika hanya kampus, kerja, dan beberes rumah orang tua angkatnya, Malika tidak pernah ikut bermain seperti anak anak sebayanya, karena Malika sadar diri, tidak ada tempt yang bisa dia bergantung hidup, dia harus mampu menjaga dirinya seorang diri tanpa bantuan siapa pun itu, dan juga membiayai kebutuhannya sendiri, walau tidak jarang Pak Bayu memberi uang jajannya, namun apa daya uang itu akan di ambil oleh ke dua saudara angkatnya itu

Bersambung....

Bab 3

"Pakai baju ini, jangan bikin malu kami" Bu Sulatri melemparkan gaun bagus untuk Malika pakai.

"Untuk apa Bu...?" ujar Malika pura pura bertanya, padahal dia sudah tau tujuan orang tua angkatnya itu.

"Ngak usah banyak tanya kamu, nanti kamu juga tau!" bentak Bu Sulastri dan berlalu keluar dari kamar Malika.

"Huuff.... Tuhan, klau ini memang yang terbaik untuk ku, aku ikhlas Tuhan" ujar Malika melihat gaun yang ada di tangannya.

"Malah bengong buruan ganti baju loe!" bentak Sabrina yang memergoki Malika yang masih diam terpaku memandangi baju di tangannya.

"Iya..." ujar Malika pelan dan menutup pintu kamarnya, dia memakai gaun yang di berikan oleh ibu angkatnya, walau gaun itu sederhana, namun di pakai oleh Malika terlihat bagus dan kecantikan Malika semakin bersinar, Malika juga mengoles bibir nya dengan lip tin, memakai bedak tabur, dan menyisir rambut panjang sebatas bawah bahu, Malika mengepang ujung ujung Rambutnya dan menyatukan ke dua kepangannya.

Sedangkan di luar sana sudah ada tamu orang tua angkatnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga Refandi.

"Bagaimana jeng... Mana anak jeng yang mau jeng jodohkan dengan anak saya" ujar Mama Renfandi yang sudah tidak sabat dan melihat ke dua gadis yang duduk berdampingan di kursi tamu itu.

"Tunggu ya Jeng, sebentar lagi juga keluar kok, dia memang sedikit lelet, maklum lah mau ketemu calon suami" kekeh Bu sulastri.

Refandi hanya diam, dia tidak mau banyak bicara, hanya memperhatikan orang orang di sana satu persatu, tidak ada satu pun yang menarik di antara mereka, hanya terlihat wajah wajah munafik.

Apa lagi melihat Bu Sulastri demi uang mau menukar kebahagian sang anak "Dasar menjijikan" gumam Refandi.

"Sandra, coba kamu lihat Malika, lama banget dandannya, padahal calon suaminya sudah ngak sabar mau bertemu sama dia" kekeh Bu Sulastri.

Refandi hanya memutar mata malas, namun tidak dengan keluarganya yang tertawa riang, seolah olah semua memang benar adanya, membuat Refandi kesal "Munafik..." gumam Refandi yang tidak menyukai ucapan keluarganya itu.

Sabrina berlenggak lenggok masuk ruang dalam untuk memanggil Malika, sebenarnya dia kesal di suruh memanggil Malika, namun apa daya, biarlah untuk sementara tidak apa apa, sebentar lagi benalu itu akan pergi dari rumah ini, pikir Sabrina.

"Heh...." belum sempat Sabrina membuka mulutnya, dia terbengong melihat ke cantikan Malika, namun kemudian kembali menatap sinis ke arah Malika.

"Ada apa kak?" tanya Malika sopan, walau sebenarnya malas berbasa basi.

"Buruan kek lama banget loe dandan, kudu gue yang nyamperin loe, ngak guna juga loe dandan cantik cantik, secara nikah sama orang lumpuh ini!" sinis Sabrina yang sebenarnya iri dengan kecantikan yang di milik oleh Malika.

Malika hanya diam tanpa mau membalas ucapan Sabrina, dia mengikuti langkah Sabrina dari belakang.

"Nah... iti dia yang jadi calon mantu jeng" basa basi bu Sulastri.

Refandi lansung menatap Malika dengan tatapan sulit di artikan.

"Dia cantik, tapi seperti tertekan, matanya seperti menanggung luka" gumam Refandi.

"Sini sayang" ujar Bu Sulastri pura pura baik mengulurkan tangan akan memegang tangan Malika.

Malika hanya menurut dan duduk di samping bu Sulastri.

"Jadi gimana jeng?" tanya Bu Sulastri.

"Hari ini juga saya bawa dia kerumah saya, dan kalian ngak usah menghadiri pernikahan, secara kalian kan menjual dia bukan menikahnyannya" sinis mama Refandi itu.

"Ouh.... Tentu saja, silahkan bawa dia saya tidak perduli, namun bayar dulu apa yang Jeng sepakati kemaren" ujar Bu Sulastri yang memang tidak ingin melihat pernikahan Malika tersebut.

Malika tetap menunduk menatap lantai sambil menggigit bibirnya, meratapi nasibnya yang malang.

Refandi Juga menatap Malika dengan tatapan sulit di arti.

"Ini cek nya, sudah lunas kan" ujar mama Refandi memberikan cek dengan menulis berapa angka di cek tersebut.

"Ok... silahkan bawa dia" ujar Bu Sulastri tanpa rasa bersalah.

Malika hanya bisa menahan sesak di dadanya, hargadirinya di cabik cabik oleh kelurga angkatnya, dengan tega menjual dirinya seperti binatang.

"Ayo....kamu ikut kami?!" ujar mama Refandi.

"Sebentar nyonya, saya mau ambil barang barang berharga saya" ucap Malika.

"Baik lah..." ujar Mama Refandi dan membiakan Malika mengambil keperluannya, itu tidak penting bagi mama Refandi itu, yang terpenting dia bisa membawa Malika saat ini juga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!