NovelToon NovelToon

Mendadak Menikahi Gadis Cacat

Seorang Tahanan

Melihat cahaya matahari yang begitu terang membuat seorang laki-laki terlihat merasa silau saat melihat nya. Namun, wajah laki-laki itu terlihat tampak tersenyum senang dan seolah-olah mendapatkan tumpukan berlian.

"Akhirnya aku bisa keluar dari tempat neraka itu dan sekarang aku bisa kembali melihat matahari serta langit yang cerah," gumam laki-laki itu.

Bram seorang laki-laki berusia 32 tahun, ia harus terpaksa tinggal di tempat yang sangat ia benci di seumur hidupnya dan tentu saja itu semua bukanlah karena kemauan nya melainkan karena ada suatu kejadian yang harus memaksakan dirinya masuk kedalam penjara dan hari ini Bram telah dibebaskan oleh seseorang yang sama sekali tidak ia kenal namun Bram tetap saja merasa bahagia karena dirinya pada akhirnya bisa bebas.

Saat ini Bram mulai menandatangani berkas yang jelas membuat dirinya tidak dapat berkata-kata. Sebuah perjanjian yang tidak seharusnya ia setujui, tapi ketika mengingat orang-orang disekitarnya telah membenci serta memfitnah dirinya membuat Bram tidak bisa untuk menolak perjanjian tersebut.

Selama 2 tahun di penjara, Bram tentu tidak akan bisa melupakan semua kejadian yang telah dilakukan oleh orang-orang terhadap dirinya lalu menganggap nya sebagai pembunuh serta melakukan sesuatu hal keji yang sama sekali tidak pernah ia lakukan. Bahkan kedua orangtua Bram sampai menghina dirinya dengan kalimat yang paling menyakitkan, ia pikir kedua orangtua nya tidak akan pernah mempercayai kejadian itu tapi ia malah mendengar kedua orangtua nya berkata kasar serta ia tidak di anggap lagi di keluarga itu

Para sahabat Bram juga malah menghindar disaat ia membutuhkan bantuan, terutama istri nya sendiri malah menceraikan dirinya dan mengambil semua harta yang telah ia perjuangkan selama ini. Bram rasanya sangat ingin mengakhiri hidup nya karena ia merasa hidup di dunia ini membuat nya begitu menderita.

Namun, ia begitu penasaran siapa yang telah menjebak dirinya hingga ia sendiri tidak bisa berkutik sama sekali. Bram pun akhirnya memutuskan untuk mempertahankan hidup nya walaupun ia sendiri tidak tahu apakah ada keajaiban dan belas kasihan dari maha Kuasa. Sampai 2 tahun lamanya, kini ia mendapatkan sebuah keajaiban itu yang selama ini ia tunggu-tunggu sekarang Bram tidak akan menyia-nyiakan semuanya. Ia berharap bisa membalaskan dendam nya serta membuktikan bahwa dirinya bukanlah seorang pembunuh.

"Apa Ayah yakin laki-laki ini mau menikah dengan ku?"

Seorang gadis yang sedang duduk di kursi roda terlihat begitu khawatir serta ketakutan melihat penampilan Bram yang tampak menyeramkan, penampilan nya yang acak-acakan layaknya seorang preman membuat Serena merasa pilihan ayah nya tidak cocok untuk dirinya. Sedangkan dirinya membutuhkan seorang laki-laki yang lemah lembut, baik hati serta mau menerima keadaan dirinya yang cacat karena suatu kecelakaan.

"Serena, kamu tenanglah! Jika dia berani berbuat sesuatu hal yang buruk terhadap mu, maka Ayah sendiri yang akan memasukkan nya kedalam penjara itu lagi!" bisik tuan Bisma, ia begitu menyayangi anak perempuan satu-satu nya itu dan saat ini ia merasa apa yang telah ia lakukan adalah sesuatu hal yang baik demi masa depan anaknya.

"Tuan, aku sudah menandatangani surat perjanjian ini! Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Perkenalkan ini putri ku, namanya Serena dan ia baru saja berusia 24 tahun. Kelak kau harus menjaganya dengan sangat baik dan jangan membiarkan dia terluka!"

Bram menatap Serena yang saat ini terus menundukkan kepala nya kebawah. Ia akui, Serena memang gadis yang cantik tapi dalam hatinya Bram sangat menyayangkan nasib yang di alami oleh Serena.

"Tuan Bisma, sebenarnya apa alasan Tuan membebaskan ku? Dan surat wasiat ini, kenapa diberikan untuk ku? Bukankah Tuan memiliki seorang anak? Kenapa harus memberikan nya untuk ku? Lalu apakah kita memiliki suatu hubungan yang begitu spesial yang tidak aku ketahui?"

Pertanyaan tersebut membuat tuan Bisma seketika tersenyum menatap Bram yang terlihat seperti tidak percaya dengan semua yang ia lakukan saat ini.

"Perlahan-lahan kamu akan mengetahui semua alasan ku melakukan hal ini! Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku memang mengenal mu dengan sangat baik, termasuk ayah mu!" jelas tuan Bisma.

"Ayah ku?"

"Hem."

Bram semakin penasaran, tapi mendengar ucapan tuan Bisma barusan membuat nya tidak ingin terlalu bertele-tele untuk bertanya lagi. Ia pun akan menjalani kehidupan nya yang baru bersama seorang gadis cacat yang sebentar lagi akan menjadi istri nya, kali ini status Bram tidak lagi menjadi Duda melainkan ia akan menjadi suami dari anak orang kaya yang telah berbaik hati mengeluarkan dirinya dari penjara.

***

Di pagi hari, terlihat Bram masih terbaring di atas kasur dengan selimut menutupi setengah tubuh nya. Laki-laki itu terlihat begitu menikmati tidurnya di atas kasur yang begitu empuk, selama 2 tahun ini ia selalu tidur di atas keramik yang dingin dan keras, bahkan ia sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak saking terlalu banyak nyamuk mengigit tubuh nya.

Namun, kali ini ia benar-benar kembali merasakan kehidupan yang terasa nyaman dan mewah seperti dulu walaupun ia hanyalah tinggal bersama dengan orang lain tapi setidaknya ia tidak lagi berada di penjara yang terasa menyedihkan itu.

"Bangunlah!" Seseorang datang membangunkan Bram dari tidur nya dan laki-laki itu perlahan-lahan membuka kedua mata nya, tapi ia begitu terkejut saat melihat seseorang berdiri di dekatnya sambil menatap nya dengan dingin.

"Si—siapa?" tanya Bram, melihat sosok yang berdiri dengan tegap memakai pakain serba hitam itu membuat dirinya mengira orang tersebut ingin melakukan suatu kejahatan. Tapi, ternyata orang itu adalah salah satu pengawal tuan Bisma, ia memerintahkan pengawal nya untuk membangunkan Bram lalu meminta nya segera menyiapkan diri karena sebentar lagi ia dan Serena akan menikah secara sederhana.

"Pakailah semua pakain ini dan segera lah turun kebawah! Semua orang sedang menunggu mu!" ucap Haris.

"Menunggu ku?"

"Hem."

Setelah mendengar hal itu, Bram dengan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya hingga beberapa menit saja ia langsung keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah terlihat begitu segar dan wangi. Sekarang ia akan segera memakai pakaian yang telah si berikan Haris sebelum nya, ia menatap sebentar dirinya di cermin yang cukup besar itu.

"Kali ini aku akan menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak aku cintai, tapi aku akan berusaha membuat gadis itu merasa nyaman bersama ku dan tidak membuat nya kecewa. Mungkin dengan ingin, aku bisa membalas hutang budi ku terhadap keluarga ini walaupun aku sudah mengorbankan diri ku tapi setidaknya kehidupan ku sedikit lebih baik ketimbang berada di tempat yang gelap itu." Bram bergumam dengan cukup lama di depan cermin, di hati nya ia sama sekali tidak pernah di paksa untuk menikah.

"Kalian yang pernah memfitnah, menghujat serta menjebak ku! Tunggu saja, kalian juga pasti akan merasakan kepahitan yang telah aku alami sebelum nya! Termasuk kamu sendiri, Melisa! " Bram mengepalkan kedua tangannya begitu erat, ia tentunya tidak akan pernah melupakan apa yang telah istri nya lakukan terhadap nya dulu.

Istri nya sama sekali tidak pernah perduli dengan masalah yang di alami nya, bahkan dengan berani menceraikan dirinya disaat ia menghadapi banyak kesulitan. Hingga sekarang Bram akan membalaskan semua rasa sakit itu kepada Melisa dan mengembalikan semua penderitaan itu kepada orang-orang yang mengkhianati nya.

Saat Bram begitu asik melamun, ia tiba-tiba saja mendengar sebuah ketukan pintu dari luar dan ternyata itu adalah bibi Mirna yang di perintahkan untuk menjemput Bram supaya segera turun kebawah karena sebentar lagi acara pernikahan nya dengan Serena akan di laksanakan.

"Tuan Bram, silahkan turun. Semua orang sudah menunggu," ucap bibi Mirna.

"Baik, Bi."

Bram turun kebawah dan melihat semua orang masing-masing duduk di lantai yang beralaskan karpet. Tapi, kedua mata nya terus fokus menatap ke arah Serena yang sedang duduk disamping ayah nya dengan wajah yang begitu anggun. Bram akui, calon istri nya memang membuatnya terpikat dan ia tidak menyangka dirinya bisa secepat ini bisa menaruh hati kepada seorang gadis .

Sebelumnya, saat sebelum menikah dengan Melisa mantan istri nya. Bram sama sekali tidak tertarik untuk melihat nya, bahkan Melisa terus berusaha mengoda nya dengan waktu hingga bertahun-tahun lamanya dan akhirnya ia pun terbuai. Tapi, perasaan nya kali ini benar-benar sangat berbeda, Bram merasakan hati nya terasa begitu bahagia walaupun Serena gadis yang cacat tapi ia sama sekali tidak pernah memandang gadis itu dengan hina.

Badai Silih Berganti

Bram dan Serena akhirnya sudah sah menjadi suami istri. Semua orang tampak begitu bahagia melihat kedua orang itu menikah, termasuk ayah Serena sendiri. Walaupun dirinya tahu, anak nya dan menantu nya sebentar lagi akan menghadapi badai silih berganti tapi ia yakin menantu nya akan tetap kuat menghadapi nya serta selalu setia berada di samping putri nya.

"Nak Bram, bawa Istri mu segera masuk kedalam mobil. Kita akan pulang ke mansion sekarang juga!" perintah tuan Bisma.

"Mansion?" Bram terlihat terkejut mendengar perkataan mertua nya barusan. Ia pikir rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah yang akan mereka tinggali, tapi ternyata mereka akan tinggal di mansion yang indah dan mewah milik tuan Bisma.

"Nona Serena, aku akan membopong mu masuk kedalam mobil."

"Nak Bram, tidak seharusnya kamu memanggil Istri mu seperti itu. Sekarang kamu sudah menjadi Suami nya dan kamu berhak memanggil nya dengan sesuka hati mu, asalkan tidak memanggil dengan kalimat barusan," tegur tuan Bisma dan Serena diam-diam tersenyum saja mendengar perbincangan ayah nya dengan suami nya.

Bram rasanya begitu canggung untuk menyentuh tubuh Serena, tapi biar bagaimana pun sekarang gadis itu sudah menjadi istri nya dan ia harus perlahan-lahan membiasakan dirinya untuk mengurus Serena termasuk mengangkat tubuh gadis itu ke kamar mandi serta ke atas kasur. Apapun yang diinginkan Serena, sekarang ia harus menjadi suami yang bertanggung jawab atas semuanya.

"Tu—tubuh mu cukup berat juga!" ucap Bram dengan sedikit gugup dan canggung.

"Itu semua ... karena kamu tidak terbiasa mengangkat ku." Serena pun juga terlihat tersipu malu, apa lagi ketika ia dan Bram tanpa sengaja saling memandang satu sama lain membuat kedua orang itu sama-sama menjadi salah tingkah.

"Nak Bram, perhatikan langkah mu!" tegur tuan Bisma dengan nada suara yang cukup nyaring, ketika melihat menantu nya hampir saja terjatuh membawa putri nya akibat tidak sengaja tersandung batu.

Namun, tuan Bisma sama sekali tidak marah melihat apa yang terjadi. Justru dirinya merasa bahagia karena ia melihat sendiri menantu nya terlihat mulai menaruh hati nya untuk putri kesayangan nya itu.

"Hampir saja aku membuat kesalahan!" gumam Bram dalam hati nya.

"Maafkan aku," ucap Bram kepada Serena.

"Tidak perlu meminta maaf seperti itu, kau sama sekali tidak bersalah."

"Terimakasih."

"Untuk?"

"Untuk semuanya."

Serena tersenyum kecil, ia tahu pernikahan nya dengan Bram begitu mendadak. Bahkan mereka berdua sama sekali tidak pernah bertemu selama ini namun tiba-tiba saja menikah dan menjadi suami istri yang sah. Ia berharap pernikahan nya dengan Bram bisa menjalin rumah tangga yang bahagia seperti orang-orang yang berada di luar sana.

***

Perjalanan yang begitu panjang, membuat Serena dan Bram tertidur di dalam mobil. Kini kedua orang itu begitu asik saja tidur, padahal Haris sudah berusaha membangunkan mereka berdua dari tadi tapi masih belum juga kunjung bangun.

"Biarkan saja mereka berdua tidur dan berhenti untuk menganggu nya lagi," ucap tuan Bisma kepada Haris.

Melihat pemandangan itu, tuan Bisma tidak bisa diam begitu saja sehingga ia memotret momen itu memakai ponsel nya sebagai kenangan yang begitu indah. Namun, baru saja merasakan kebahagiaan di hati nya tiba-tiba ia mendengar suara teriakan yang begitu nyaring memanggil nama nya dari dalam mansion dan rasanya tuan Bisma begitu geram karena suara teriakan itu membuat menantu dan putri nya menjadi terbangun dari mimpi yang indah itu.

"Dimana letak sopan santun mu, Desta? Berteriak seperti itu, apa kau tidak berpikir bahwa suara mu akan menganggu orang lain, hah?!"

"Ayah! Kenapa aku harus memikirkan orang lain? Lagian ini mansion milik kita!"

Desta seorang gadis yang baru saja berusia 23 tahun, ia adalah anak satu-satu nya dari istri kedua tuan Bisma. Gadis keras kepala, serta mudah iri hati kepada orang lain membuat tuan Bisma begitu pusing mendidik anak nya itu.

"Yang dikatakan Desta benar, Pi. Kenapa Papi malah memarahi nya?" Tiba-tiba seseorang datang dan tentunya itu adalah istri kedua tuan Bisma ibu dari Desta sendiri.

"Anak dan ibu sama saja sikap nya! Sekarang kalian berdua segeralah masuk!"

"Lihatlah Ayah kamu! Dia benar-benar tidak memperdulikan kita berdua, Desta! Untuk apa menyambut kedatangan nya jika dia selalu bersikap dingin terhadap kita berdua?!" kesal ibu Jesika.

"Apa kalian berdua berniat ingin Papi memotong belanja bulanan kalian, hah?"

"Tentu saja tidak!" ucap ibu Jesika dan Desta dengan serempak.

"Menantu ku datang ke mansion ini dan kalian berdua seharusnya menyambut nya dengan baik, tapi malah berbuat ulah!" ucap Tuan Bisma dengan nada dingin, anak bungsu serta istri kedua nya selalu tidak pernah menghormati tamu nya dan sekarang kedua orang itu sama sekali tidak bersikap terhadap calon menantu nya yang baru saja hadir dalam keluarga tersebut. Padahal selama ini tuan Bisma sudah begitu disiplin terhadap kedua perempuan itu tapi malah semakin berulah.

"Papi menikahkan laki-laki ini dengan, Serena? Apa Papi serius?" tanya ibu Jesika sambil menatap sinis ke arah Bram yang sama sekali tidak berdaya dan dari tadi laki-laki itu sudah kehilangan muka akibat kedua orang itu seolah-olah merendahkan dirinya.

"Berhentilah berbicara jika tidak ingin aku menghukum kalian berdua!"

"Pokoknya Mami tidak menerima seorang laki-laki seperti dirinya!" ucap ibu Jesika yang sama sekali tidak mau mendengarkan perkataan suami nya

Sedangkan tuan Bisma pun segera memberikan kode kepada pengawalnya untuk segera menyeret kedua perempuan itu masuk kedalam gudang untuk menerima hukuman dari nya supaya kedepan nya tidak bersikap kurang ajar lagi kepada nya serta orang-orang yang berada di sekitar nya.

Ibu Jesika dan Desta terus berteriak di dalam gudang yang penuh dengan kotoran tikus serta bau yang tidak sedap. Kedua perempuan itu sama sekali tidak bisa menerima hukuman itu, mereka berdua pun semakin membenci kehadiran Bram di rumah.

"Mi, aku ingin laki-laki itu segera pergi dari sini. Jika perlu, Serena juga harus pergi dari rumah ini!" ucap Desta dengan mata yang penuh kebencian. Ibu Jesika tentu saja setuju dengan apa yang dikatakan oleh anak nya barusan karena berdua tentunya tidak rela jika laki-laki itu menjadi pewaris harta kekayaan yang selama ini mereka inginkan.

"Saat ini kita berdua hanya bisa diam saja menunggu saat nya mereka membuka pintu ini dan saat itulah kita berdua akan memulai rencana untuk menyingkirkan orang-orang yang menjadi penganggu di rumah ini!"

"Mami, memang benar. Tapi, Desta sama sekali tidak tahan dengan bau busuk ini!"

"Bersabarlah, Nak. Ini semua demi mencapai apa yang kita inginkan!"

Desta hanya bisa menghela nafas dengan sangat kasar. Terus mengomel kepada ibu nya, ia rasa bukanlah sesuatu hal yang tepat dan tidak ada gunanya sehingga ia pun berusaha untuk tetap tenang. Kedua perempuan itu pada akhirnya memilih untuk mencari tempat duduk yang lebih layak dan kebetulan ada beberapa kardus yang cukup bersih sehingga mereka berdua mengambil nya untuk dijadikan alas duduk.

Menjadi Seorang Suami

Sudah 3 hari ini Bram tinggal di rumah mewah dan selalu di perlakukan dengan sangat baik oleh ayah mertua nya. Namun, tidak berlaku bagi semua pembantu di rumah itu ada beberapa orang yang juga tidak menyukai kehadiran Bram di rumah itu karena mereka merasa kehadiran Bram semakin membuat pekerjaan mereka menjadi bertambah dan itu semua bukan karena kemauan Bram sendiri, melainkan kemauan ayah mertua nya yang sangat ingin membuat menantu tinggal lebih nyaman di rumah nya. Ia ingin para pembantunya memperlakukan Bram layaknya seperti memperlakukan dirinya yang selama ini selalu di layani dengan sangat baik.

Pagi ini, Bram berniat ingin mengambil serapan pagi di atas meja untuk istri nya karena saat ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan seharusnya makanan tersebut sudah di antarkan di jam 7 pagi. Tapi, jam serapan pagi istri nya malah sudah melewati 1 jam lama nya.

Namun, saat melangkah turun kebawah. Bram malah melihat para pembantu di rumah itu malah asik berbincang sedangkan makanan untuk istri nya sama sekali belum di siapkan. Rasanya Bram begitu geram dengan sikap pembantu nya yang sama sekali tidak patuh pada aturan.

"Apakah ini pekerjaan kalian?!" tanya Bram dengan nada sinis hingga para pembantu itu seketika terkejut mendengar nya. Tapi, tatapan mereka semua malah sama sekali tidak ada rasa takut sedikitpun, justru mereka malah cuek dan seolah-olah Tristan bukanlah majikan mereka.

Bram tentu saja sadar bahwa para pembantu itu sama sekali tidak menganggap dirinya. Tapi, ia tidak ingin membuat masalah sehingga ia hanya bisa menahan rasa sabarnya saja karena ia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa lagi seperti dulu yang selalu berkuasa atas segalanya.

"Tuan, kenapa Anda yang memasak?" tanya salah satu pembantu yang baru saja datang habis berbelanja di pasar.

"Tidak ada makanan yang tersedia untuk nyonya Serena dan semua pembantu disini sama sekali tidak melakukan apapun!"

"Maaf Tuan ... mereka memang seperti itu!" ucap Resti seorang gadis cantik sebagai salah satu pembantu di rumah itu yang menjadi kepercayaan tuan Bisma.

"Kenapa tuan Bisma mau memperkerjakan mereka jika bersikap seperti itu?!"

"Ada sesuatu hal yang harus tuan Bisma selidiki dari antara mereka, Tuan."

Bram pun menjadi penasaran, apa yang sebenarnya ingin diselidiki oleh mertua nya terhadap para pembantu yang bekerja di rumah saat ini. Apa lagi sikap para pembantu di rumah itu saat ini memang perlu di waspadai karena ada beberapa pembantu yang selalu bersikap sinis secara terang-terangan terhadap nya, padahal ketika tuan Bisma datang para pembantu itu seketika bermuka dua dan menjadi baik terhadap nya.

"Tuan, sebaiknya Anda beristirahat saja. Biarkan saya yang memasak untuk nyonya Serena," ucap Resti dengan segera mengambil alih pekerjaan yang dilakukan oleh Bram karena ia sendiri merasa tidak pantas jika membiarkan majikannya bekerja di dapur sedangkan pekerjaan tersebut adalah pekerjaan nya yang seharusnya ia kerjakan.

"Baiklah, segera antarkan ke dalam kamar dan masalah yang praktis saja supaya nyonya Serena serapan pagi."

"Baik, Tuan."

Setelah itu Bram masuk kedalam kamar dan melihat istri nya sedang duduk melamun di atas kasur. Bram dengan ragu menghampiri nya karena sampai saat ini dirinya masih belum terbiasa hidup bersama dengan seorang wanita yang sama sekali tidak pernah ia temui, begitu juga dengan Serena sendiri ia jelas merasa sangat segan dan malu untuk saling bertatap muka kepada suami nya.

"Kenapa hanya membawa tangan kosong? Makanannya dimana? "

"Mereka belum memasak sama sekali dan sekarang nona Resti baru memasak untuk mu."

"Jika tidak ada ayah di rumah, mereka memang selalu berbuat semaunya. Bahkan mereka sama sekali tidak menganggap ku sebagai majikan di rumah ini!"

"Apa kau ingin aku memberikan mereka sedikit pelajaran?"

"Memangnya, kau bisa melakukan hal itu?"

"Kamu hanya tinggal menunggu kabarnya seperti apa nantinya!" ucap Bram dengan tersenyum licik.

Kedua orang itu sama sekali tidak sadar, bahwa mereka berdua telah berbicara cukup panjang lebar untuk pertama kalinya. Sebelumnya mereka berdua hanya akan berbicara sepatah kata atau dua kata saja setelah itu kembali saling mengacuhkan. Bahkan Bram tanpa sadar tersenyum saat melihat wajah Serena yang tanpa sengaja menatap ke arah dirinya. Kedua orang itu saling berpandangan hingga perlahan-lahan bibir mereka berdua semakin mendekat untuk menyatukan cinta yang perlahan-lahan tumbuh.

Namun, sayangnya tiba-tiba sebuah ketukan pintu terdengar cukup nyaring dari luar dan ternyata itu adalah Resti ingin mengantarkan serapan pagi untuk Serena. Sedangkan Bram akan serapan saat jam 9 nanti karena ia sendiri juga masih belum terbiasa untuk makan terlalu pagi.

"Nyonya, ini serapan paginya. Maaf sudah membuat Nyonya telat serapan pagi ini," ucap Resti dengan wajah yang terlihat seolah-olah merasa sangat bersalah kepada Serena.

"Hem, tidak apa-apa," jawab Serena dengan singkat, ia pun mulai menikmati serapan pagi nya sedangkan Resti langsung saja pergi keluar dari kamar tersebut.

Setelah kejadian beberapa menit yang lalu, Bram tentunya begitu malu sehingga ia memilih untuk duduk di sofa melihat pemandangan dari jendela. Ia tidak menyangka dirinya bisa secepat itu terbuai oleh seorang gadis yang cacat. Bahkan ia merasakan sendiri hati nya terus berdebar-debar dari tadi, Bram pun kembali menatap ke arah Serena secara diam-diam dan ia kembali merasakan hati nya semakin berdebar. Hati nya yang terluka kini Bram merasa sudah terobati saat kehadiran Serena di dalam hidupnya, bahkan mantan istri nya yang pernah hidup bersama dengan nya selama bertahun-tahun sama sekali tidak membuat nya rindu sedikitpun, justru ia merasa sangat membenci wanita itu yang telah meninggalkan dirinya disaat ia merasa kehilangan semuanya.

"Mas Bram ... aku sudah selesai makan. Bisakah kau membantu ku untuk mengambil tissu kering itu?!" tunjuk Serena ke arah tissu yang berada di dekat Bram.

"Hem." Bram segera bangkit berdiri untuk mengantarkan tissu tersebut.

"Aku akan mandi lebih dulu."

"Baiklah, aku akan membopong mu ke kamar mandi." Serena langsung menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Jika sudah selesai, kamu bisa memanggil ku."

"Hem, maaf sudah merepotkan mu untuk melakukan hal ini semua."

"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Justru jika kamu menginginkan sesuatu dan hanya diam tanpa mengatakan apapun kepada ku, aku akan merasa sangat bersalah!"

"Kau serius mau melakukan hal apa saja yang aku perintahkan?!"

"Selagi itu dapat membantu mu, aku akan melakukan nya."

Serena tersenyum, ia tidak menyangka ayah nya menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki yang begitu patuh dan mengerti keadaan nya yang saat ini sama sekali tidak berdaya untuk melakukan apapun.

"Jika aku harus setiap hari atau setiap saat untuk melakukan apa yang kamu mau. Aku sama sekali tidak mempermasalahkannya yang terpenting di hati mu hanya ada aku," gumam Bram dalam hati nya.

"Setelah mandi, aku ingin pergi ke taman belakang."

"Baiklah, aku akan siap mengantarkan mu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!