"Mas mu pulang, ada kaila juga" Ucap bunda Rini saat Senja baru tiba dan langsung meneguk sebotol air langsung dari dalam kulkas, gadis cantik dengan rambut sebahu itu hanya berdehem menunggu air dingin membasuh dahaga hingga kering kerontang benar benar lenyap dari sana.
Perjalanan dengan kaki dari sekolah atau tepatnya mantan sekolah karena ia baru saja mengambil ijazah tanda kelulusan dari sana benar benar menyita habis tenaga Senja, seandainya hanya jalan tak mengapa ini ia harus mendorong motor Matic pemberian ayah Baruna karena bannya yang ditusuk paku, mana bengkel disepanjang perjalanan tak ada yang buka. Entah mungkin memang nasib nya yang dipenuhi ketidak beruntungan.
Akhirnya Senja akan meninggalkan kota yang selalu memberikan luka sejak usianya 7 tahun tepatnya saat masih duduk di kelas 2 sekolah dasar, dulu ia fikir keluarganya yang hanya terdiri dari dirinya dan ibunya seorang benar benar ketiban durian runtuh bagaimana tidak ibunya yang seorang Janda mati ditinggal suami saat masih mengandung tiba tiba dipersunting salah satu orang terkaya di kota ini, yah Ayah Baruna adalah pemilik salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang Busines process outsourching, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga kerja, serta memiliki ratusan unit dump truck dan alat berat lainnya, perusahaan ayah Baruna terkenal dikalangan para pebisnis tambang nikel dikota ini.
Sementara ibu Senja hanyalah seorang cleaning service cantik yang bekerja di rumah sakit bersalin milik Rini, dan kecantikannya itu menurun kepada Senja, Senja mulai mendengar sebutan anak lakor, anak pelakor, anak Jalan* ketika sang ibu memutuskan menerima lamaran Ayah Baruna dan menjadi istri kedua, Madu dari atasannya sendiri Rini Setyowati Dokter ahli kandungan yang memiliki sebuah rumah sakit bersalin.
Ayah Baruna yang merupakan ayah sambung Senja berjanji akan menguliahkan gadis itu diluar Kota, dimana tak ada yang mengenali jati dirinya sama sekali.
"Bunda ini buat mas Aby sama Ayah ya? biar aku yang antar" Tawar Senja, gadis cantik itu tersenyum manis kepada sang ibu tiri yang bersedia menampungnya sejak dua tahun lalu tepatnya saat sang ibu kandung meninggal dunia.
Rini sama sekali tak membalas senyuman Senja, dan hanya menyerahkan nampan yang berisi dua gelas teh hijau yang hendak ia hidangkan diruang kerja Baruna.
Meski selalu bersikap Jutek namun Senja tak pernah Alpa menampakkan kasih sayangnya, toh Rini juga tak pernah berbuat kejam kepadanya bahkan wanita dengan usia diatas setengah abad itu selalu menjadi yang terdepan dikala Senja membutuhkan sesosok wali. Saat penerimaan raport maupun acara perpisahan Sekolah Rini senantiasa mendampingi Senja walau tanpa senyum sedikitpun.
"Setelah itu ajak Kaila main" Seru Rini dengan wajah datarnya.
"Iya Bunda" lagi lagi Senja menoleh dan tersenyum, tak apa tak ada balasan asal wanita itu masih berbicara kepadanya Senja sudah sangat bersyukur.
Wanita mana yang sanggup menerima anak dari madunya, hanya Rini seorang yang melakukan hal mulia itu.
Senja tahu Dokter Rini dulunya adalah seorang ceria ia tahu dari desas desus para Karyawan Rumah sakit bersalin yang tersebar diseantero jagat, namun semenjak Suaminya Baruna memutuskan untuk beristri lagi Rini berubah menjadi seperti sekarang ini.
Hah....kadang Senja ingin mati saja jika mengingat nyatanya sang Ibu kandung sudah menoreh luka yang cukup dalam bagi seorang Rini.
Senja berjalan pelan, menyusuri tangga melingkar hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah ruangan dengan pintu yang tidak tertutup sempurna.
Sayup sayup ia bisa mendengar sentakan beberapa untaian kalimat yang terkesan berontak.
Langkah kaki Senja tiba tiba berhenti, ia menunggu hingga Baruna membalas Ucapan Aby .
"Ayah akan mencoret namamu dari daftar ahli waris jika kau kembali pada wanita tidak bertanggung jawab itu" Sentak Baruna.
Senja yang mendengarnya hanya bisa menceloskan hati, ia bisa menebak sepertinya Mantan istri Aby yakni ibu kandung Kaila sudah kembali ke negara ini.
Yah wanita yang tega meninggalkan keluarganya setelah melahirkan anak Down syndrom, alasannya ia ingin menenangkan diri dengan menjadi tenaga medis sukarela di luar negri salah satu tempat yang tengah diguncang peperangan.
Padahal apa kurangnya Aby, ia adalah seorang dokter ahli bedah umum yang cukup terkenal di Jakarta diusianya yang masih sangat muda yakni 33 tahun.
Perceraian Aby dan Istrinya Larasati yang juga seorang Dokter Umum memang atas campur tangan Baruna, Baruna mengancam akan menikah kembali jika Aby tidak menceraikan istrinya. Dan Aby tak ingin melihat ibunya menangis lagi.
"Baiklah aku tidak akan kembali tapi jangan memaksaku menikahi putri wanita itu!" Sentak Aby, baru kali ini ayah Kayla bocah DS berusia 2 tahun itu menyentak sang Ayah.
'Wanita itu?' batin Senja rasanya bergejolak, itu ada adalah sebutan yang selalu disematkan abi kepada mendiang ibunya. Setidaknya Abyansyah Baruna Putra tak pernah menyebut ibunya sebagai Jalan* atau pelakor seperti orang lain.
Senja menggelengkan kepalanya kuat, ia pasti salah, tak mungkin Baruna menyuruh Aby menikahinya, itu tidak mungkin mereka adalah saudara tiri ditambah perbedaan usia yang cukup jauh 15 tahun.
Senja berharap 'wanita itu' tidak merujuk kepada mendiang ibunya.
"Permisi Ayah" ucap Senja dengan suara yang sedikit bergetar, ia memberanikan diri untuk masuk dan meletakkan dua cangkir teh buatan Rini diatas meja kerja Baruna.
Pria tua itu tersenyum hangat kepada putri sambungnya, sementara Aby berdiri didepan jendela kaca sambil berkacak pinggang membelakangi Senja dan Baruna.
"Bagaimana Ijazahnya sudah ada?"
"Sudah Ayah"
"Bagus, kalau begitu kau akan kuliah di Jakarta" putus Baruna.
"Ta-tapi"
"Ayah!" Lagi lagi Aby menaikkan nada suaranya, dan menatap iris mata Senja yang segera menunduk.
Yah Senja menoleh sesaat setelah mendengar suara Aby yang menggelegar. Dan ia sadar Aby memang tak pernah menyukai dirinya.
"Abyansayah, Jangan membantah!" Baruna berbicara Datar namun penuh dengan Aura ketegasan.
Aby hanya bisa mengepalkan tangannya, jika saja ia tak memikirkan nasib sang Ibu, mungkin ia sudah lama menghajar pria tua arogan dihadapannya itu.
"Tapi Yah.....Senja sudah mendaftar di......."
"Asalkan diluar kota, bukankah semuanya akan baik baik saja?" Baruna mengerutkan Alisnya, ia ingat Senja pernah berkata tak masalah kuliah dimanapun asalkan diluar kota.
Kedua tangan Senja meremat ujung nampan di depan dadanya.
Apakah ia punya pilihan lain?
Jawabannya tidak, Baruna sudah berbuat baik selama ini dengan ia dan Ibunya, Baruna bahkan rela menumpang dirinya yang merupakan anak sambung di rumah mewahnya ini.
"Terserah Ayah" Lirih Senja patuh.
"Baiklah....minggu depan kalian menikah"
Prang!!!!
Nampan yang dipegang Senja terjatuh dari genggamannya, sekujur tubuhnya terasa bergetar.
Keputusan macam apa ini?
Jadi yang ia dengar diluar tadi ?
Tidak tidak....Senja menggeleng kuat.
" Ayah! Bagaimana bisa aku menikahi anak ini"Tatapan Aby setajam silet seakan siap menguliti Senja saat itu juga.
Cih....Aby berdecih didalam benaknya. padahal kepulangannya adalah untuk meminta restu sang ayah untuk menerima kembali Larasati mantan istrinya sebagai menantu keluarga ini lagi.
Akan tetapi Aby dihadapkan dengan kenyataan lucu seperti ini.
Menikahi gadis berusia 18 tahun?
Yang benar saja!
"Ayah memberimu waktu untuk berfikir, jika kau ingin menikah maka nikahi Senja atau wanita yang lainnya tapi tidak dengan Larasati!" Tukas Baruna penuh ketegasan.
Nikahi Senja atau perempuan lain.
Kata kata terakhir Baruna masih menjadi penguat bagi Senja, setidaknya masih ada pilihan bagi Aby.
Senja yakin Duda 33 tahun itu tak akan pernah memilihnya, jangankan menikah, bahkan berbicara dengannya saja Aby tak sudi. Pria itu hanya sekedar berdehem jika Senja menyapa.
2 tahun tinggal dikediaman Baruna dan Rini, Senja tak banyak bertemu dengan Aby karena pria itu tinggal di Ibu kota, Aby hanya pulang saat hari raya atau memang tengah cuti, Senja juga tak pernah bertemu dengan Laras istrinya, karena saat tinggal disini Aby sudah bercerai.
Akan tetapi setiap Aby pulang Senja selalu antusias menyambutnya karena ia sangat menyukai Kaila dan begitupun sebaliknya, padahal Kaila adalah tipe anak yang tak mudah dekat dengan orang Asing tapi dengan Senja ia mudah akrab entah mungkin karena Kaila bisa merasakan jiwa keibuan senja yang begitu tulus walau mereka kadang tak bertemu hingga berbulan bulan lamanya.
"Mimi cucu" Kaila menyodorkan dotnya kemulut Senja yang sejak tadi melamun tak karuan, gadis kecil itu berujar dengan suara yang serak, yah bocah DS itu sejak lahir memang dianugrahi suara serak.
Kini mereka tengah berada disebuah ayunan di taman samping rumah.
"Cucunya abis ya sayang?" tanya Senja dan Kaila hanya mengangguk.
"Tapi Kaila udah gak boleh mimi lagi ya....nanti Kaila muntah"
"Iya iya iya iya" Kaila mengangguk angguk cepat hingga Senja harus menangkup kedua pipi gadis kecil itu untuk menghentikan aksinya. Terkadang Kaila memang tidak bisa mengendalikan ekspresi bahkan emosinya, namun jika bersama Senja semua bisa teratasi.
"Non Kaila memang hanya mendengar Non Senja ya? Bibi juga Heran," ujar Bi Asih, Art Aby di Jakarta yang selalu ikut pulang bersama Aby dan Kaila.
"Oh iya bi, pengasuh Kaila gak ikut ya?" Senja tak menanggapi kata kata Bi Asih yang menurutnya sebuah pujian.
"Pengasuhnya mengundurkan diri sebelum kita berangkat Non" jawab Bi Asih, kali ini wanita dengan rambut sedikit kribo dan bertubuh gempal itu ikut duduk disamping Senja dan sedikit menggoyangkan Ayunan, " Tahun lalu non Kaila ganti pengasuh sampe 12 kali dalam setahun, mereka bertahan hanya demi gaji sebulan, tapi tahun ini Pak Dokter Bahkan mengganti Pengasuh sampai 18 kali non, entahlah semakin bertambah usia Non Kaila semakin sulit dikendalikan.
"Masa sih bik anak semanis ini sanggup mengusir 18 pengasuh?" Senja tertawa lucu seraya terus mengusap punggung Kaila hingga gadis kecil itu tertidur dengan wajah terbenam didadanya, bahkan liurnya sampai keluar dan membasahi kaos yang digunakan Senja.
"30 pengasuh lebih tepatnya Non"
"Kaila....Kaila...." Senja sampai geleng geleng tak percaya.
Setelah cukup lama berbincang Kaila akhirnya ijin pamit untuk menidurkan Kaila, ia takut jika terlalu lama diluar gadis kecil berusia 2 tahun itu akan masuk angin dan demam.
Sementara didalam sebuah kamar sepasang anak dan ibu masih mengamati pergerakan 3 orang di atas ayunan tersebut.
Mereka berdiri dari balik pintu balkon.
"Bunda juga tidak setuju jika kamu kembali bersama Laras!"
"Tapi Bun, Kaila butuh mamanya, dia tidak pernah betah dengan Pengasuh manapun"
"Nikahi Senja, kau tidak lihat bagaimana Senja bisa menenangkan Kaila."
"Kenapa Bunda persis seperti Ayah, Aku tidak mungkin menikahi gadis kecil seperti itu, aku ini sudah 33 tahun Bun, seorang Duda. Dan lagi bagaimana bisa Bunda menyuruh anak dari wanita yang sudah menyakiti hati bunda menjadi istriku?"
Rini menoleh dan menatap sang putra semata wayang, pria dewasa berperawakan tegas, hidung mancung dengan kaca mata minus yang selalu bertengger dihidungnya.
"Kau tidak tahu apa apa nak" Rini tersenyum hangat.
"Aku memang tidak tahu apa apa, karena yang kutahu Bunda selalu menangis semenjak Ayah menikahi wanita itu"
Tok tok...
"Mas.. Permisi"Lirih senja hampir tak terdengar.
Cklek......Pintu kamar terbuka sedikit.
Saat melihat Senja datang Rini langsung keluar tanpa menyapa anak tirinya dan cucunya yang sedang terlelap.
"Kaila tidur Mas, mau aku baringkan" Ucap Senja yang hanya dibalas gerakan dagu oleh Aby, merujuk kepada tempat tidur berukuran king size dimana terdapat Bantal kecil lengkap dengan dua guling sudah tersusun rapi.
Dengan telaten dan penuh kehati hatian Senja menaruh Tubuh mungil Kaila diatas pembaringanya.
Setiap pulang kekota kelahirannya Kaila memang selalu tidur dikamar yang sama dengan Ayahnya.
"Aku keluar dulu mas, permisi" Pamit Senja, masih terus menunduk, ia tak pernah berani menatap wajah tegas sang kakak tiri.
Namun saat hendak membuka gagang pintu sebuah suara tiba tiba menghentikannya.
"Tunggu!" ucap Aby.
Keduanya kini saling berhadapan, senja dengan berani mengangkat pandangannya.
"Ada apa ya mas" terdengar sekali suara Senja sedikit bergetar, ini kali pertama Aby berinisiatif untuk berbicara duluan dengannya.
Aby masih belum berbicara, ia mengamati Senja dari ujung kepala sampai kaki, Rambut kuncir kuda, kulit putih bersih, dengan wajah yang rupawan, leher jenjang dengan dua tahi lalat kecil di ceruknya yang saling bersisian sehingga dua titik hitam itu terlihat bergerak setiap kali Senja meneguk ludahnya karena gugup, Tubuh 155 cm dengan dada dan bokong yang sedikit mencuat keluar nampak sangat indah meski hanya dibalut dengan daster kaos rumahan bergambar kartun winni de pooh.
Diperhatikan sedemikian rupa membuat Senja menggaruk belakang betisnya dengan ujung jari kakinya yang satu.
"A-ada A-apa Mas?" Senja kembali bertanya. Rasanya Jantungnya hendak melompat keluar, berada berdua saja dengan Aby didalam kamar yang tertutup ini.
Ralat! Bertiga tapi Kaila tengah terlelap jadi tak terhitung.
Senja tak bisa memungkiri Pesona Seorang Abyansyah Barauna Putra memang tak diragukan lagi, namun bukan untuk dinikmati oleh gadis seusianya.
Aby menggeleng pelan sambil memijat pangkal hudungnya lalu tersenyum miris, bisa bisanya ia membayangkan Senja gadis imut itu berada didalam kungkungannya.
Ayahnya memang tidak normal, Abyansyah adalah seorang pecinta wanita dewasa, jika ia ingin menikah tentu yang sepantaran dengan usianya kini.
Kini mimik wajah Aby sudah kembali datar, kedua tangannya masuk kedalam saku celana pendek yang ia gunakan.
"Kau meminta Ayah agar aku menikahimu?" Tanya Aby.
Deg....
Mata Senja mengerjap beberapa kali bersamaan dengan Saliva yang ia telan dengan kasar.
"Ti-Tidak Mas!" Tukas Senja sedikit keras.
Menikahi Aby? Duda anak 1, usia 33 tahun yang merupakan saudara tirinya?
yang benar saja!
Aby menyeringai mendengar jawaban Senja.
"Bagus, jadi jangan pernah memikirkan apa yang kau dengar di Ruang Kerja Ayah"
"I-iya mas"
"Hikz....Hikz......" Perhatian keduanya teralihkan, seorang bocah kecil kini menggeliat sambil menangis, mungkin suara Senja tadi terlalu keras saat menjawab mengenai penolakannya.
Senja hanya berdiri mematung, ia tak berani mendekat hanya memgamati bagaimana telatennya Aby dalam menidurkan kembali sang anak dengan menepuk nepuk bokongnya.
"Ayah kasih kamu dua pilihan, nikahi Senja selama 2 tahun jika kamu bisa bertahan selama itu kamu boleh menceraikannya, dan menikahi Laras"
"Pilihan kedua?"
"Nikahi Senja, jika dalam jangka dua tahun itu ia tidak betah berumah tangga denganmu dan ingin bercerai maka kau boleh menceraikannya lalu menikahi Laras, meski tenggat waktu dua tahun tidak sampai" Baruna tersenyum Smirk, ia yakin Aby akan takluk dibawah kaki Senja, waktu dua tahun bukanlah waktu sebentar untuk membina rumah tangga.
Baruna sudah menjadi Ayah sambung untuk Senja sejak usia anak itu masih tuju tahun, sehingga Baruna paham betul karakter Senja, gadis itu telaten, pandai masak, penyabar, dan yang terpenting wajah dan tubuhnya diatas rata rata wanita lainnya. Pria mana yang tahan akan Pesona seorang gadis muda, dan Baruna yakin betul Aby adalah pria dewasa yang memiliki hasrat dan pandai berfikir tentu ia akan menilai wanita mana yang bisa menjadi istri terbaik dan ibu bagi putri semata wayangnya, ditambah lagi jika ada anak diantara mereka maka perceraian tak akan pernah terjadi.
Aby pun tersenyum penuh arti, 2 tahun ? Itu tidak masalah baginya asalkan bisa kembali bersama cinta pertamanya tentu apapun akan ia lakukan.
"Tapi ingat selama masa pernikahan jangan pernah menyakiti fisik maupun batinnya" Pesan Baruna yang terdengar menohok tajam
.
.
.
"Panggil Mas mu!!" Titah Bunda Rini.
Senja yang tadinya membantu Rini menyiapkan makan malam bersama dua orang ART langsung meletakkan pekerjaannya.
"Baik Bunda" Lagi lagi Senja tersenyum pada wanita paruh baya yang tak akan pernah menunjukkan sisi hangatnya.
Senja berjalan Pelan disepanjang koridor lantai dua, kamar ujung dengan ukuran besar menjadi tujuan utamanya.
Gadis 18 tahun itu sempat meninju udara dihadapannya tatkala mengingat tuduhan tidak berdasar yang dikemas Aby dalam sebuah pertanyaan menyudutkan beberapa hari yang lalu.
Tok tok.....
"Mas....dipanggil bunda makan malam" Ujar Senja sedikit berteriak, Aby pulang dua kali setahun itu artinya ini adalah kepulangan aby yang ke 4 sejak Senja mendiami kediaman utama Baruna ini.
Dan Setiap kepulangan Dokter Bedah umum itu, Senja selalu mendapatkan Tugas seperti ini oleh bunda Rini, memanggil Masnya Sarapan, makan siang, makan malam hingga menyiapkan kopi dan cemilan favorit pria itu, meski Aby sama sekali tak pernah menganggap keberadaannya.
"Hemmm" sahut Aby begitu keluar dari kamar dengan kaila didalam gendongannya, gadis kecil berusia 2 tahun itu sudah mengenakan Piyama tidurnya.
"Nendong....." Ujar Kaila dengan suara khasnya. Seraya, mengulurkan tangannya kearah Senja.
Senja langsung mengambil Kaila dan berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Aby yang masih menatapnya dari Belakang sambil sesekali mencium pipi Kaila. Yah anak DS memang sangat bahagia jika dihujami kasih sayang yang berlebih, mungkin karena hal itu juga Kaila sangat menyukai Tante tirinya itu.
Makan malam berlangsung, semua duduk ditempat masing masing, Baruna paling ujung sebagai pemimpin keluarga sementara Aby disisi kanannya dan Rini disisi kirinya. Dan Senja duduk disebelah Bunda Rini diantarai Kaila yang ia suapi dengan penuh kasih sayang.
Setiap Kaila Datang Senja memang paling dekat dengan anak itu, dan tak ada yang melarangnya.
"Itan....Itan....itan....." ujar Kaila tidak sabaran...saat melihat seekor ikan kakap goreng dihadapannya.
"Iya sebentar sayang ya....Aunty kan lagi buka tulangnya"
Cup..
Lagi lagi sebuah kecupan mendarat dipipi gembul Kaila,hingga anak itu tak jadi tantrum. Biasanya jika ada yang kaila inginkan dan dalam jangka 10 detik ia tak mendapatnya maka ia akan menangis sejadi jadinya,jika sudah begitu hanya aby yang sanggup menenangkannya. Padahal sang suster juga kadang memberikan kasih sayang namun entah mungkin Kaila bisa membedakan mana kasih sayang yang tulus dan terpaksa.
Jika mengingat kaila yang seperti itu terkadang hati aby berdenyut nyeri , ia menyesalkan mengapa Laras dulu begitu tega meninggalkan mereka meski sebenarnya Aby mencoba memahami Laras.
Laras adalah junior Aby usia mereka terpaut 1 tahun, Aby lebih tua. Saat menikah Laras dan aby sudah sepakat tidak memiliki momongan dulu karena laras akan melanjutkan pendidikan spesialisnya, akan tetapi ternyata ia hamil dan aby menjadi egois, ia lebih mementingkan Kondisi kehamilan laras dan melarangnya untuk melanjutkan pendidikannya.
Ambisi Laras adalah menjadi seorang Dokter ahli kandungan dan mengambil alih rumah sakit bersalin milik mertuanya, sementara Aby tetap menjadi Dokter sekaligus penerus sang ayah di PT. Baruna Jaya, meski tidak termasuk group company karena perusahaan Baruna hanya terdiri dari 1 induk perusahaan yang cukup besar namun bisa menghasillan milyaran rupiah perbulannya.
Saat Kaila lahir Laras sebenarnya bukan menenenangkan diri, akan tetapi melanjutkan pendidikannya diam diam karena takut jika menunda lagi maka usianya akan kadaluarsa. Laras sesumbar Aby akan tetap patuh padanya, namun nyatanya ia salah Baruna turun tangan dan menyuruh Aby menceraikan dirinya.
Kini setelah 2 tahun berlalu Laras kehabisan Dana dan ia butuh Aby membantunya, 3 bulan sudah ia gencar menggoda mantan suaminya sehingga pria 33 tahun berfikir untuk kembali meminta restu sang ayah, ia tidak Peduli dengan Laras yang sudah menikah lagi dan kemudian bercerai, justru aby bersyukur jalannya untuk kembali bersama sang mantan sudah terbuka lebar, karena jika tidak pernah menikah maka Aby tak akan bisa merujuk mantan istrinya.
Bodoh! Seperti yang biasa digaungkan Risya salah satu sahabat dokternya, tapi abi tak peduli ia hanya butuh Laras kembali menjadi ibu kaila.
Kini semua keluarga Baruna tengah berkumpul diruang keluarga, Baruna dan Rini nampak duduk berdampingan diatas sofa sambil mengamati Kaila dan senja yang tengah bermain diatas karpet. Sementara Aby sibuk dengan chanel berita namun fokus fikirannya adalah bagaimana membuat Senja mau ia nikahi.
"Senja kau ingin mengambil Jurusan apa Nak?" Tanya Baruna..
Senja nampak berfikir seraya mengangkap Kaila dan mendudukannya diatas pangkuan.
"PGSD yah, Senja ingin menjadi seorang gudacil"
"Gudacil?" Rini kali ini menimpali.
"Iya bunda, Gudacil. Guru daerah terpencil, Senja ingin memgabdi disalah satu daerah terpencil di Indonesia"
"Kau ingin meninggalkan kami?" Raut wajah Baruna terlihat tidak setuju.
"Tidak Ayah, saat libur sekolah Aku akan mengunjungi rumah ini lagi" ucap Senja dengan senyum lebarnya.
Tak cukup dengan kuliah diluar Kota, Senja memang sudah lama bercita cita tinggal ditempat terpencil dimana tak ada orang yang akan mengenalinya sebagai anak dari seorang Pelakor, Kota lain hanya akan ia gunakan sebagai tempat menuntut ilmu.
Ketiga orang yang duduk di sofa itu menelan saliva hampir bersamaan mendengar penuturan Senja.
Rini meski terkesan dingin namun ia tidak rela jika Senja pergi Jauh, untuk itu ia berusaha menerima saran Baruna yang hendak menikahkan Senja dengan Aby.
"Bagaimana dengan Mas mu Senja? Kalian akan menikah!" Baruna.
"Eh......" Senja gelagapan, ia fikir masalah ini sudah selesai, Aby bukannya menolak usulan Baruna. Senja menoleh dan memberanikan diri menatap Aby mencoba mencari penolakan dari si pria berkaca mata minus itu, namun nihil pria itu justru menatapnya Datar.
"Ma-maksud Ayah?"
" Ayahmu ingin kalian segera Menikah dan mengurusi Kaila bersama, kau tetap bisa melanjutkan pendidikan sebagai istri Masmu" terang Rini.
Mendengar hal tersebut Senja sampai mengerjap beberapa kali.
"Ta-Tapi Bun......"
"Sebelum Masmu kembali ke Jakarta kalian harus menikah" Tegas Baruna sekali lagi.
"Ta-tapi..."
"Kenapa? Masmu kurang tampan? Atau karena dia Duda dan punya anak? Atau karena kau yang terlalu muda?" Kali ini Bunda Rini terdengar sedikit Geram sehingga Senja langsung menjatuhkan pandangannya, ia merasa tengah dihakimi.
Ia memang tak punya hak mengutarakan pendapat dikeluarga ini setelah apa yang Baruna lakukan untuknya dan sang Ibu.
Sementara Aby hanya menyeringai tipis menatap sang adik tiri yang terlihat tidak berdaya.
'Mas aby tidak mencintaiku dan begitupun sebaliknya, lantas bagaimana mungkin kami bisa menikah' batin Senja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!