.
.
.
hai.. hai.. hai... Kembali lagi sama Nae, kisah baru dan awal baru.. Nae ingin membuat Cerita ini walau masih banyak kesalahan dalam penulisan, Terimakasih buat semua Readers setia Nae yang selalu menanti Cerita Nae, Kalian adalah semangat Nae dalam berkarya...!
Happy Reading!!
.
.
.
seorang gadis cantik walau dengan kulit sawo matang dan bibir hitam tengah menyuci piring memasang wajah datarnya, hanya dia saja yang sibuk dengan dapur sedang yang lainnya bersenang-senang tanpa memperdulikan gadis itu.
"Xabaraaaa!!" teriak seorang Pria.
Gadis yang dipanggil Xabara itu menghentikan aktifitasnya dan segera berlari ke arah kamarnya sambil mengelap tangannya yang basah.
"ada apa Ran?" tanya Xabara sembari melangkah ke Pria itu.
"dimana sepatuku?." tanya Randy dengan muka merah padam.
Xabara menoleh ke arah tempat biasa Ia meletakkannya, "tadi malam aku letakkan disana."
"manaaa?? manaaa?? kau bilang letak disana tapi disana tidak ada apapun." marah Randy yang statusnya adalah Suami Xabara.
Xabara mencoba mengingat-ngingat, "Ayah?? iya.. tadi pagi-pagi buta Ayah masuk kesini."
Xabara berlari keluar kamarnya dan langsung menanyakan Sepatu Randy ke Bando (Ayah Randy), dengan santainya Pria itu mengatakan telah menjual sepatu Randy.
"kenapa di Jual Ayah?? aku butuh sepatu itu untuk mendatangi Acara rapat dengan pemegang CEO Perusahaan Pusatku." teriak Randy tiba-tiba.
"sudahlah hanya sepatu biasa saja suruh saja si Xabara mencari sepatu lain." sahut Nandini sewot.
Xabara melihat Ibu mertuanya itu yang memang selalu saja nyinyir padanya.
"kau dengar Xabara?? cari sepatu yang di jual oleh Ayah secepatnya, dalam waktu 15 menit." titah Randy melenggang pergi.
Xabara menghela nafas lalu melihat ke arah Nandini dan Bando dengan tatapan tajam tapi mereka sibuk dengan kesenangan masing-masing.
"sabar Xabara..! sabar..! kau tidak boleh mengungkap identitasmu." batin Xabara sambil berbalik pergi.
Xabara berlari keluar Rumah sederhana Keluarganya dan menaiki sepeda motornya melaju dengan kecepatan tinggi menjauhi Rumah itu, setibanya di tempat aman Xabara menghubungi seseorang.
"baik Nona." jawab suara seorang perempuan disebrang sana dengan cepat.
Xabara menyimpan ponselnya lalu melanjutkan perjalanannya menuju persimpangan jalan tempat janjinya bertemu dengan gadis itu, sebuah mobil tiba dan menepi ke arah Xabara memberikan bingkisan lalu tanpa berkata-kata lagi Gadis itu segera undur diri meninggalkan Xabara.
Xabara menatap kotak yang ia pegang dengan tajam, "sabar Xabara..! sabar."
hanya itu kata-kata yang bisa membuat Xabara tenang dan tidak marah, Ia harus menahan segala kepahitan hidupnya demi menutupi identitasnya yang sedang bersembunyi dan untuk mencari seseorang yang tulus mencintainya, tapi Randy memiliki sifat yang buruk sejak dulu selalu bersama perempuan cantik walau tidak sampai ke tahap berhub*ngan bad*n.
Xabara kembali ke Rumahnya lalu memberikan sepatu itu ke Randy, bukannya berterimakasih Randy malah memaki Xabara karna terlalu lama dan Ia sudah sangat terlambat.
"minggir..!" Randy menepis tubuh Xabara hingga bersandar di tepi pintu.
Xabara menatap punggung Randy dengan datar, pernikahan mereka sudah genap 1 tahun tapi tidak ada kebahagiaan diantara mereka bahkan Randy enggan menyentuh Xabara yang sangat lusuh memiliki kulit yang hitam bukan putih bersih.
"hei.. dekil..! kemari kau!" titah Nandini.
Xabara menoleh dan melangkah ke arah Nandini, "apa Bu?."
"apa Bu?? ngapain kau bertanya? berikan uangmu." teriak Nandini.
"aku sudah kehabisan uang karna membeli sepatu yang dijual Ayah bu, minta saja sama Ayah karna harga sepatu itu 3 Juta rupiah." jawab Xabara dengan lirikannya ke Bando.
"APAA??" Nandini menatap tajam Bando yang berteriak bilang Xabara berbohong.
Xabara menunjukkan bukti pembeliannya, Nandini semakin hilang kendali langsung memukuli Bando yang menghabiskan uang sementara Xabara memilih masuk ke Kamarnya dan pintunya rusak.
"huhh..? kenapa dia selalu membobol pintu kamar kami?." geram Xabara.
"sabar Xabara..! sabar." Xabara menarik nafas dalam-dalam lalu memperbaiki kunci kamarnya bahkan membuat gaya baru sehingga tidak bisa di bobol dari luar.
"aku sudah cukup sabar menghadapi Pria penggila jual barang-barang anaknya itu." gerutu Xabara lalu meletakkan semua kunci yang Ia pakai untuk memperbaiki pintu.
Xabara masuk ke Kamar mandi lalu membersihkan diri di pancuran biasa, kulitnya yang berwarna sawo matang itu berguguran seperti ganti kulit saja terlihatlah kulit putih bersih yang sebenarnya. bibir Xabara yang warna hitam berubah menjadi merah cerry yang menawan.
"segarnya!" gumam Xabara dengan senyum tipisnya.
setelah selesai membersihkan diri Xabara mengelap tubuhnya sampai kering lalu memasang sebuah pewarna kulit khusus disimpan olehnya dan mengolesnya ke sekujur tubuhnya tak lupa memberi pewarna hitam di bibirnya.
"Randy..! jika kau tau kalau dibalik itik buruk rupa ini ada angsa yang indah bagaimana caramu memandangku? apa tidak seperti itu lagi?." senyum tipis Xabara.
Xabara tidak merasa sakit hati dengan segala penolakan Randy karna Ia sebenarnya tidak punya alasan untuk meninggalkan Randy kecuali Pria itu menghianatinya.
.
Xabara keluar dari Kamarnya menuju dapur dan Nandini mengejek Xabara yang mandi sangat lama tapi kulitnya tidak juga putih bersih, Bando menertawai nya.
"Ibu sama Ayah makan apa? uang yang Randy berikan sudah habis jadi kita hanya bisa makan sederhana saja, bagaimana bu?" tanya Xabara.
"enak aja kau bicara ya? yang makan itu kau saja kami akan makan diluar." teriak Bando.
"disini saja kau Babu dan itik yang jelek." ejek Nandini.
Xabara melihat kedua mertuanya itu pergi dengan sangat akur seperti tidak ada masalah padahal jelas tadi Xabara membuat mereka bertengkar karna uang.
"sabar Xabara..! sabar..! huhhh..!"
"jika bukan karna Kek Eno aku tidak akan mau bertahan dengan Keluarga ini." gumam Xabara menghela nafas panjang.
1 tahun yang lalu Xabara dalam misi penyamaran karna selalu dikejar-kejar lelaki dengan niat tertentu. tidak sengaja menolong seorang Kakek Tua yang ternyata membawa Xabara pulang dan menikahkan Xabara dengan cucunya yaitu Randy, beberapa minggu setelahnya Kakek itu meninggal dunia tapi wasiat terakhirnya pada Xabara untuk merubah sifat Randy yang buruk.
Namun sampai detik ini Xabara belum bisa juga merubah Randy yang jelas-jelas memperlakukannya seperti sampah, Xabara bersabar demi menjaga wasiat Pria tua yang telah membantunya dalam misi penyamaran menjadi Xabara si dekil.
saat itu Xabara menolong Kakek Eno, seekor harimau yang hendak menerkam Kakek Eno tapi Xabara membantunya berlari setelah berhasil mengalihkan perhatian hewan buas itu. demi melindungi jati dirinya Xabara mengaku hanya gadis yatim-piatu dengan begitu Kakek Eno membawa Xabara pulang bersamanya.
.
"mending aku pesan makanan Online saja." gumam Xabara setelah merasa jauh lebih baik.
.
Xabara makan dengan lahap di meja makan, tidak ada siapapun di Rumah kecil itu.
"ckkk..! kenapa cunguk g*y ini bisa muncul disemua berandaku?." gerutu Xabara tidak suka foto seorang Pria tampan yang sangat diminati banyak Perempuan itu baik kalangan muda maupun tua.
Xabara tidak peduli Pria itu malah mencari tentang rapat yang ditemui oleh Randy, tiba-tiba saja Xabara mendapat pesan dari bawahannya.
"Nona..? Pria brengs*k ini merangkul seorang wanita seksi, dia bukan Pria yang baik kenapa Tuan nekad juga bertahan dengan Pria gila seperti ini?."
Xabara melihat Foto wanita itu pun menyeringai, "habisi seperti biasa!"
"baik Nona." balas pesan itu.
Xabara meletakkan Ponselnya lalu tersenyum tipis sungguh menyeramkan, "kau fikir aku menyukaimu Randy? kita lihat sampai dimana kau sanggup bermain-main denganku, bukankah kau mengatakan aku pembawa si*l? akan aku tunjukkan arti kesialan itu padamu."
.
.
.
.
.
.
malam harinya Randy kembali dengan raut wajah sumringah, Xabara mendengar senandung Randy tersenyum miring.
"ada apa nak?." tanya Nandini dengan raut wajah penasaran.
"aku naik jabatan menjadi Manager baru di Perusahaan tempatku bekerja Bu..! hahaha..! kita akan kaya-raya." kata Randy dengan bangga.
Nandini dan Bando lebih bangga lagi, bahkan Nandini meminta Randy mencari Istri kedua yang bisa menaikkan derajat keluarga mereka bukan seperti Xabara yang tidak berguna dan tidak punya apa-apa selain menjadi babu saja.
"Ibu sama Ayah tenang saja, Sekretaris Direkturku sepertinya tertarik padaku." balas Randy memperbaiki dasi nya dengan pongah.
semakin heboh saja kedua orangtua Matre Randy itu, sementara Xabara hanya tersenyum tipis yang misterius saja.
.
setelah membereskan dapur, melipat kain dan sebagainya Xabara memasuki kamarnya lalu tak sengaja Ia mendengar percakapan Randy dengan seorang wanita, nada bicara mereka cukup sens*al bahkan tanpa malu wanita di ujung telfon itu bertanya hal int*m pada Randy.
"hmm? bersenang-senanglah malam ini Ran, besok kau bisa lihat hadiahku." seringai Xabara.
Xabara membuka pintu kamarnya dan Randy terlihat acuh seolah Xabara itu adalah hantu yang tidak terlihat.
.
ke esokan harinya Randy terkejut mendengar wanita yang berjanji akan datang ke Hotel bersamanya siang hari, ternyata sudah diemukan tidak bernyawa oleh Keluarganya dengan setangkai Bunga Higanbana.
"lagi?." gumam Randy yang sudah kesekian kalinya merasakan hal itu.
setiap kali Randy didekati perempuan dan akan lanjut ke hubungan serius pasti keesokan harinya sudah tidak bernyawa dengan setangkai Bunga (Higanbana) lambang Kematian itu.
"si*ll !! sebenarnya siapa Ratu Higanbana itu? kenapa semua wanita yang aku kencani berakhir ditangannya?" batin Randy.
Randy mencoba melupakan kejadian itu namun Ia jatuh cinta pandangan pertama pada seorang wanita cantik di dalam Mobil, gilanya mereka melakuk*n hub*ngan itu langsung karna Randy tidak mau kecolongan hal yang sama lagi, sebelum berhasil menendang bola kedalam gawang tiba-tiba sudah mati duluan incarannya.
lagi-lagi keesokan harinya Randy harus menelan pil kepahitan wanita itu juga mati ditangan Ratu Higanbana yang ditakuti kalangan manusia baik yang kaya, miskin, pejabat maupun pemimpin besar sekalipun.
"apa kau menid*ri seorang wanita didalam mobil?." tanya Xabara saat mereka didalam kamar.
Randy menoleh ke Xabara dengan raut wajah tak bersalah sama sekali, "lalu kau fikir aku mau menid*ri wanita dekil dan buruk rupa sepertimu?"
Xabara membelakangi Randy dan tersenyum miring, "berhati-hatilah..! tadi pagi aku dapat pesan dari pengirim Bunga Higanbana kalau kau akan menjadi target selanjutnya."
DEG!!
Randy berdiri seketika dengan wajah memucat, "a.. apa maksudmu? aku tidak punya masalah dengan siapapun."
Xabara memasang wajah datar seperti biasa lalu memberikan sebuah kotak ke Randy dan dengan tangan gemetar Randy membuka nya betapa terkejutnya Randy melihat setangkai Bunga yang sangat di takuti siapapun itu.
"aku dengar Ratu menakutkan itu sangat benci dengan Pria mata keranjang dan kebetulan kau melakukannya didepannya pasti dia marah lalu mengirim hal ini sebagai peringatan."
Randy melempar bunga itu ke Xabara, "kau yang harus menampung kesialan bunga itu..! aku tidak punya masalah apa-apa dengannya."
Xabara menunduk sambil tersenyum sangat tipis, "ini peringatan dariku..! lawanlah rasa takut itu Randy."
"pergi...! bakar bunga itu." titah Randy dengan tubuh gemetar meringkuk dibalik selimut.
Xabara pun patuh seperti seorang gadis yang tidak berdaya lalu keluar membawa setangkai bunga Higanbana itu, Nandini dan Bando mematung melihat Bunga itu lalu berteriak pada Xabara dari mana dapat Bunga itu.
Xabara yang berlagak sebagai gadis lemah memberi surat yang Ia terima, betapa pucatnya wajah kedua orangtua Randy itu.
"a.. apa-apaan ini? ja.. jadi Anakku tidak bisa punya Istri kedua? kenapa Ratu Gila itu menargetkan anakku?" teriak Nandini.
"seharusnya Randy melakukannya tidak dimobil." jawab Xabara lalu membawa Bunga itu dan akan membakarnya.
Xabara tertawa didalam hati melihat wajah tegang serta pucat Keluarga munafik itu, baru dapat setangkai Bunga bagaimana jika mereka tau kalau pemilik Bunga itu adalah dirinya sendiri.
"baiklah..! aku akan mengizinkan anakmu menikah jika dia berhasil melewati rasa takut yang ku berikan padanya." batin Xabara.
benar perkiraan Xabara bahwa Randy tidak berani keluar Rumah hampir 1 minggu lamanya, Nandini memaksa Xabara bekerja di luar tapi dengan wajah polos dan bodoh Xabara mengatakan siapa yang akan mengurus Rumah, Nandini tentu tidak mau menjadi pembantu.
"kau bujuk saja anakmu itu!" Bando menyenggol Nandini.
Xabara berbalik dan melangkah ke dapur, "menikah kedua kalinya tidak akan aku biarkan semudah itu."
Randy sudah dapat SP dari Direktur Perusahaan kecil, terpaksa Randy harus bekerja seperti biasa walau Ia harus bersembunyi-sembunyi.
.
"hei..! itik jelek..! jangan kemana-mana kau? kami akan cari cara supaya anak kami selamat dari kesialanmu." Nandini tiba-tiba muncul dibelakang Xabara yang sedang jemur pakaian.
"iya Bu..! yang penting Ibu katakan pada Randy jangan sampai kehilangan kendali hingga Bunga itu datang lagi." teriak Xabara sambil menyeringai dibalik kain jemuran.
Nandini tidak memperdulikan perkataan Xabara langsung pergi dengan tangan terkepal. Xabara selesai dengan pekerjaannya dan menghubungi bawahannya.
"Nona?? sampai kapan Nona bertahan dengan Keluarga tidak tau diri itu?" tanya perempuan di ujung telfon.
Xabara memutar bola matanya dengan malas, "beri aku waktu 2 minggu lagi untuk mengerjai mereka, aku akan membuat Pria itu yang menghianatiku dan aku bisa menjadikan itu sebagai senjataku untuk minta perceraian darinya."
"akhirnya Nona mau juga lepas darinya, Tuan Eno memang baik Nona tapi Cucunya yang tidak baik."
lagi-lagi Xabara memutar bola matanya dengan jengah, "kenapa kau jadi rewel?"
" ....??"
hening seketika.
"aku tau apa yang aku lakukan tidak usah mengajariku." kata Xabara dengan serius.
"baik Nona."
panggilan terputus lalu Xabara melangkah menuju Foto Keluarganya dan melihat sosok Pria Tua dalam Foto itu, "maaf Kek..! aku tidak bisa merubah Cucumu, dia melanggar janji yang sudah anda ikrarkan padaku."
Xabara pernah menawarkan kesepakatan pada Kakek Eno akan bertahan dengan Randy jika Pria itu tidak akan melakukan hubungan bad*n dengan perempuan manapun tapi Randy melanggar itu, maka Xabara tidak akan bertahan dengan Randy walau hanya 1 bulan.
Xabara membenci Pria yang sudah kotor terutama Dia menid*r* seorang jal*ng yang sering di sentuh Pria lain, Xabara benar-benar jijik akan hal itu.
Xabara tidak sedih sama sekali saat suaminya menghianatinya, Cinta? Xabara tidak tau apa itu Cinta karna hidupnya hanya Action dan bersembunyi saja dari kejaran musuh.
"aku menunggu penghianatan keduamu setelah itu aku akan bermain sedikit dengan perasaanmu yang suka perempuan cantik itu." seringai Xabara.
Otak liciknya bermain serta menari-nari dikepalanya untuk membalas penghianatan Randy.
.
.
.
.
.
.
Xabara diam-diam mengawasi Randy yang diliputi rasa takut, Xabara sampai heran sendiri kenapa dirinya harus menikah dengan Pria pengecut seperti Randy. itu sebabnya Xabara menyamar menjadi gadis hitam dan tidak punya kelebihan apapun tapi kenyataannya Pria Pengecut itu memiliki tipe perempuan idealnya sendiri padahal dia sendiri tidak punya apa-apa selain wajahnya yang sedikit tampan itu.
"huh..!" Xabara mulai bosan dengan rasa takut Randy.
Xabara menghubungi seseorang, "aku akan berikan fotonya tapi kau harus berhasil membuatnya tergila-gila pada perempuan pilihanmu."
"baik Nona, serahkan semuanya pada saya." sahut suara perempuan dari ujung telfon.
Xabara berdecak pelan, "begini lebih baik, biar semuanya cepat selesai dalam waktu 2 minggu." gumam Xabara melenggang pergi dari tempat persembunyiannya.
Xabara menggunakan motor maticnya pergi dari Perusahaan tempat Randy bekerja, sepanjang perjalanannya Xabara mulai menyesali diri karna mengirim bunga itu pada Randy yang pengecut hingga merepotkan diri Xabara sendiri.
Byuurr....!
"woooiiiii ." teriak Xabara saat ada sebuah mobil melaju kencang padahal ada genangan air sehingga tubuh Xabara terciprat air.
"dasar bed*b*h..!" umpat Xabara lalu Ia segera menepi melihat pakaiannya yang basah kuyub padahal hujan sudah reda.
wuuussshhhh...!
Xabara melihat 2 mobil juga melaju kencang seperti kesetanan, Ia mencerna situasi yang sedang terjadi.
"apa Mobil tadi dikejar?." gumam Xabara menebak.
Xabara pun segera menaiki motornya dan putar balik, Ia menutup kaca helmnya sambil melaju kencang mengikuti mobil yang sempat ia sumpah serapahi.
"dimana ya?." gumam Xabara mulai bingung ada persimpangan ke kiri dan kenanan.
dor...! dor...!
Xabara langsung melaju ke Kiri mendengar suara tembakan, ternyata Mobil tadi melaju ke dalam hutan dan sepi.
"itu dia Mobilnya." Xabara melihat 3 Mobil berhenti diujung jalan.
Xabara segera mencari jalan lain sambil menyembunyikan motornya, "kenapa aku harus mau melibatkan diri?."
Xabara bukan tipe orang yang mau ikut campur masalah Orang lain tapi sekarang jiwa nya seakan memberontak untuk membantu Mobil menyebalkan itu.
"mungkin akan berguna untukku kedepannya." lanjut Xabara setelah menyembunyikan motornya dengan baik lalu menutupnya dengan ranting serta dedaunan.
Xabara mendengar suara tembakan dan perkelahian, Ia tidak tau penyerangan seperti apa yang mereka lakukan tapi yang jelas Orang yang di incar itu cukup kuat.
Xabara berhasil menemukan tempat itu, Ia melihat banyak may*t bergelimpangan dengan luka tembak di kepala, dada.
"woow...! tembakan yang bagus." gumam Xabara baru kali ini memuji seseorang.
"kau membawa senjata rupanya!" seringai Pria Tua yang menatap tajam Pria didepannya.
"tentu saja! aku tau kau seorang penghianat tapi tidak kusangka kau bergerak sangat cepat." kata Pria itu dengan angkuh.
"jangan sok tau ROVERT!! kau yang membuat semuanya menjadi kacau." bentak Pria tua itu dengan marah.
Pria yang dipanggil Rovert itu hanya menatap dingin Pria tua itu, "apa mendiang Papaku tau kalau kaulah yang menghabisinya?"
"tidak ada bukti tidak usah menuduhku." kata Pria tua itu dengan marah.
Xabara mendengar percakapan mereka mulai mengantuk karna sungguh panjang sekali.
"ini drama atau real? kenapa lebih banyak naskahnya dari pada actionnya?" batin Xabara dengan heran.
"jangan banyak bicara lawan aku Pak Tua!" seringai Rovert.
"aku sudah bilang kau tidak berpengalaman dalam hal penyergapan, aku tau kau akan merekamku!" kata Pria tua itu dengan senyum liciknya.
Rovert mengerutkan keningnya lalu Ia meringis seketika saat ada timah panas mengenai lengannya, "pengecut...!" maki Rovert.
"yah..! menangkap ikan besar sepertimu tidak bisa memakai jaring saja." kata Pria Tua itu dengan senyuman lalu mengangkat tangannya.
para bawahan Pria Tua itu mencoba mengambil sesuatu dari tubuh Rovert, dengan gerakan cepat Rovert mengelak lalu melempar rekaman itu ke dalam jurang.
"aku tidak akan menyerahkan benda itu padamu." kata Rovert menyeringai.
"geledah tubuhnya ! pasti masih ada perekam lain." titah Pria tua itu dengan raut wajah cemas.
Rovert tidak mengelak malah tertawa terpikal-pikal walau lengannya terus mengeluarkan darah tapi melihat penghianat terbesar dalam Rumahnya keliatan panik membuatnya senang.
"kau mencoba membunuhku? coba saja..! aku sudah mengirim semua rekaman itu ke E-mailku dan tak lupa mengirimnya ke Tim Jaksa yang sedang bersusah payah mencari penyebab kematian Papaku, aku mendapatkan semua yang aku butuhkan."
"dasar bocah Gila!" teriak Pria Tua itu dengan marah.
"kau lupa kalau aku adalah Putra Agra, aku tidak sebodoh Papaku yang sangat mempercayaimu! sejak Papaku meninggal dan Orang terakhir bersamanya adalah Kau, aku sudah curiga tapi memilih diam sampai aku kuat untuk menghabisimu Pak Bowo." jelas Rovert setengah meledek.
Bowo mengepalkan tangannya, "kalau begitu habisi dia!"
tiba-tiba saja tempat itu di timpa hujan deras, sangat deras hingga mereka kesulitan melihat dengan benar.
"si*l !." maki semua orang yang ada di tempat itu.
"buang saja dia ke jurang itu, lebih baik kita kembali untuk menutup aksesnya." titah Bowo.
Rovert berusaha melawan hingga 2 Pria terjatuh ke Jurang, rekannya marah semakin mengeroyok Rovert hingga terjatuh. tapi, tangan Rovert yang tidak terluka memegang bebatuan untuk menahan tubuhnya supaya tidak terjatuh.
"biarkan saja..! nanti dia akan jatuh sendiri." kata rekannya lalu mereka semua pergi meninggalkan Rovert dan kedua rekannya pasti sudah mati dibawah sana jadi percuma di cari.
Xabara melihat tangannya mulai belang terkena air, pewarna di tubuhnya mulai luntur memperlihatkan kulit putih bersihnya.
Xabara mendengar Mobil Bowo dan bawahannya sudah pergi, Ia berlari ke arah Rovert jatuh tadi.
"happp!!"
Rovert yang tidak kuat menahan tubuhnya hampir saja melepaskan pegangannya tapi ada yang memegang tangannya.
"semoga saja kau berguna untukku dimasa depan!" kata Xabara menarik tangan Rovert.
Xabara sepertinya tidak kesulitan menarik tubuh Rovert yang beratnya tidak normal, Rovert malah terpaku melihat wajah Xabara belang begitu juga bibirnya ada yang sebagian hitam dan merah seperti ceri.
"apa maksudnya? apa dia ular?." batin Rovert malah masih bisa berpikir ditengah situasi menegangkan seperti itu melihat Xabara berganti kulit.
Xabara berhasil menarik tubuh Rovert hingga terjatuh menimpanya.
"minggir!!" Xabara tanpa hati mendorong Rovert kesamping hingga Rovert meringis saat tangannya yang terluka terkena bebatuan sehingga semakin sakit saja luka tembaknya.
"jangan merengek seperti Bayi." ketus Xabara.
"tanganku terluka." adu Rovert.
Xabara melirik lengan Rovert yang memang berdarah, Ia menghela nafas berat.
"jika kau tidak berguna dimasa depan maka aku akan langsung menghabisimu." ancam Xabara.
Rovert terkekeh pelan, "perempuan bisa apa?"
Xabara menendang tulang kering Rovert yang merintih seketika, "jangan pertanyakan jenis kelamin karna kau sebagai laki-laki bisa apa? bodoh."
Rovert melebarkan matanya, Ia tidak menyangka akan ada perempuan yang menghinanya seperti ini.
"kau..? kenapa wajahmu begitu belang?" tanya Rovert melenceng.
Xabara melihat tangannya yang sudah putih bersih, Ia mengumpati hujan sehingga penyamarannya terbongkar.
Xabara menendang tulang kering Rovert sekali lagi lalu pergi tanpa berkata-kata, Rovert bangkit dengan segala kemampuannya mengikuti Xabara walau tertatih-tatih.
"hei..! gadis Ular bantu aku!" pinta Rovert.
Xabara tak mengubris panggilan Rovert yang mengatainya Ular karna berganti kulit.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!