NovelToon NovelToon

Menantu Bukan Pilihan

Episode Cinta pertama

Aku merasa sangat bangga ketika dipanggil untuk menerima medali saat wisuda. Diantara banyaknya mahasiswa angkatan '87, hanya aku dan temanku Ninik yang diwisuda. Kebanggaan Ku semakin bertambah ketika ayahku diminta untuk memberikan kata sambutan sebagai perwakilan orang tua wisudawan. Teman-temanku mengatakan,

"Cantiknya Sukma, membuat teman-teman pangling".

Aku tersenyum bangga karena banyak kakak kelas yang diwisuda meminta berfoto dengan saya dan banyak teman yang memberikan ucapan selamat. Ibu, ayah dan kakak-kakakku mengantarkan aku saat wisuda sebagai bentuk rasa sayang mereka. Ibu bahkan menyewa mobil untuk mengantarkan aku ke Kampus.

Sebulan setelah wisuda, kakakku yang tinggal di Jakarta menjemput ke sana. Kami pergi ke Jakarta untuk mencari nasib di kota besar. Ketika tiba di sana, aku sangat kagum melihat kota yang ramai dengan orang, bahkan di malam hari pun kota itu tetap begitu ramai layaknya kota yang tak pernah tidur. Gedung-gedung menjulang tinggi sehingga terlihat sangat angkuh. Ku Ucap dalam hati,

"Engkau kalah dengan kesombonganku. Tunggulah",

gumamku dalam hati.

Beberapa hari setelah tinggal di rumah kakakku, aku mencoba mencari pekerjaan di Jakarta Barat, berupa yayasan pendidikan. Ketika aku bertemu dengan Wakil kepala sekolah, aku merasa pandangannya kurang baik padaku, mungkin karena bentuk tubuhku yang mungil dan tinggi ku hanya 150 cm.

Ketika diuji untuk mengajar, aku dihadapkan dengan siswa SMA yang lebih tinggi dariku dan aku mengajar hanya menggunakan topik materi, tanpa membuka buku, mengalir saja. Setelah praktik mengajar di kelas, Wakil kepala sekolah menjadi sangat baik padaku dan keraguannya untuk menerima aku di sekolahnya hilang.

Aku mengikuti kegiatan muda-mudi di lingkungan tempat tinggal kakakku. Setiap malam Sabtu, kami berlatih koor sambil bersama-sama dengan orang tua dan muda-mudi lainnya. Latihan koor itu biasanya diadakan di rumah kakakku.

Aku bertemu dengan seorang pemuda yang tenang dan berwawasan tinggi. Pemuda itu menjadi penasehat muda-mudi meskipun usianya sebaya denganku. Pada pandangan pertama, tidak ada yang aneh, tidak ada getar cinta.

Dari kegiatan itu, Andre, nama pemuda yang kukenal, menjadi sangat perhatian denganku. Dia bahkan sangat rajin berlatih koor supaya bisa bertemu dengan saya. Ketika aku sedang libur dari mengajar di sekolah, dia mengajakku pergi ke gereja. Setiap pagi saat libur itu, kami pergi ke gereja bersama-sama. Salah satu kali, saat selesai misa, ku amati Andre benar-benar tenggelam dalam doa Rosario. Pemuda yang sangat berbeda dari pemuda lain, dia tenang dan kerap beribadah. Saat melihat hal itu, hatiku mulai berdesir dan timbul rona cinta, tapi ku sembunyikan.

Berjalannya waktu, Andre berani mengajakku untuk pergi ke gereja bersama lebih sering lagi. Saat itu aku masih malu-malu kucing dan sedikit jual mahal. Setelah kupikir-pikir, aku menerima ajakan Andre untuk lebih dekat lagi. Kami bertemu di gereja setiap Sabtu malam dan sesudah misa, dia mengajakku makan bakso di seberang gereja. Saat itu, Andre bercerita mengenai keinginannya untuk lebih dekat dengan aku. Aku sedikit terkejut dan terdiam sejenak. Sambil tertunduk, aku menjawab,

"Mungkin kita bisa berteman saja".

Ku Amati Andre sangat kecewa dan terlihat jelas di wajahnya. Setelah Andre mengantarkan aku pulang, dia pulang dengan hati berat.

Setelah sibuk dengan tugas mengajar, aku jarang mengikuti kegiatan muda-mudi. Suatu hari, tante Andre meneleponku dan bertanya dimana Andre berada. Aku tahu dia pergi ke Surabaya, namun tidak tahu pasti dimana karena kami jarang berkomunikasi lagi. Setahun berlalu dan Andre bersama keponakannya berkunjung ke rumahku. Ku Amati, badannya menjadi kurus dan dia menjawab bahwa dia capek kerja, terutama shift malam yang tidak terbiasa. Aku bertanya kenapa sampai harus pergi ke Surabaya, dan keponakannya menjawab,

"Kamu tahu sendiri, dia pergi ke Surabaya karena kamu".

Mendengar itu, aku terharu dan sedikit menyesal karena sempat menolaknya. Jarang ada laki-laki yang sebaik Andre: tampan, berpendidikan dan pasti akan memiliki banyak pilihan. Aku berkata dengan jelas kepada Dion, keponakan Andre, "Dion, aku memang mau dengan Uncle mu".

Malam itu, Andre menelpon dari Surabaya setelah diberitahu oleh Dion. Sejak saat itu kami menjalin hubungan jarak jauh. Setiap minggu, dia datang dari Surabaya dengan penuh cinta.

Lagu "Hello" dari Rafika Duri sangat menggambarkan hubungan kami yang jarak jauh. Setelah enam bulan berhubungan, Andre memutuskan untuk kembali ke Jakarta karena adanya pengurangan karyawan akibat krisis moneter.

Kami mulai sering berjalan-jalan setiap minggu, makan, ziarah, menonton film atau pergi ke gereja bersama. Andre mencari pekerjaan sesuai pendidikannya di teknik mesin dan beruntung mendapatkan pekerjaan di perusahaan Jepang yang cukup besar di bagian teknik mesin.

Editor: Ampy PURNOMO

Episode 2 : Pertunangan

Setelah 6 bulan kami berpacaran, kami memutuskan untuk menikah. Apalagi yang harus kami tunggu, sama - sama sudah bekerja , seiman dan kami merasa cocok. Andre segera menelpon mamanya yang tinggal di luar Jawa. Mamanya kaget karena keluarga mereka tidak pernah mengenal saya.

Selama ini gaya pacaran kami bukan seperti anak remaja yang terlalu vulgar dalam berpacaran sehingga tantenya juga tidak tahu kami pacaran. Pacaran kami pergi gereja, nonton film, ziarah, ataupun makan bersama , banyak yang kaget dan tidak tahu kami berpacaran. Terlebih kaget adalah saudara sepupu Andre yang di tinggali selama Di Jakarta.

Setelah Andre memberitahu mamanya tentang keinginan untuk melamar aku. Tidak berapa lama kak May datang dari Toraja, dan ingin bertemu dengan aku. Malam itu aku di jemput Andre,

" Sukma, kak May mau bertemu dengan kamu".

Aku Pun bersiap- siap untuk berangkat ke tantenya Andre yaitu kak Ina. Aku sudah semangat untuk bertemu dengan kakaknya Andre, tapi kenyataan saat bertemu sungguh mengecewakan. Kak May hanya salaman tanpa basa basi untuk bertanya apapun, setelah itu dia langsung masuk ke dalam rumah, kami bertemu hanya duduk di teras rumahnya. Saudara - saudaranya yang lainpun tidak ada yang keluar menyalami aku.

Aku tertegun, tidak menyangka mendapat sambutan itu, tapi aku masih berpikiran positif saja. Aku agak tersinggung sebenarnya, banyak cowok naksir saya, tapi aku jatuhkan pilihan ke Andre yang sederhana, pendoa.

Aku melihat Andre bukan karena materi tapi dari karakternya. Aku merasakan tidak dihargai keluarganya.

Hari berganti, keponakan Andre bersikap sinis denganku, bahkan saat melihatku dengan curi pandang sangat kelihatan tidak senang. Aku Pun masih berpikiran positif. Keluarga Andre tidak menyangka bahwa Andre berpacaran denganku, mereka saat kaget dan kecewa karena Andre ngotot minta keluarga melamar aku. Saat itu aku tidak pernah tahu bahwa Andre sebenarnya mau dijodohkan dengan saudara angkat tantenya, tetapi Andre tidak mau.

Hari yang ditunggu tiba saat keluarga Andre melamar aku, menjumpai keluargaku di Malang. Keluargaku sudah menyiapkan segalanya mulai tempat untuk menginap mereka , sampai mengundang keluarga dan tetangga sebagai saksinya.

Saat lamaran yang mewakili orang tua Andre adalah keluarga yang ditumpangi selama di Jakarta yaitu Tante Ina dan suaminya. Dari keluarga Andre meminta untuk tunangan dulu selama 1 tahun. Dan keluarga Andre meminta anaknya menikah dahulu barulah kami. Dengan alasan Andre belum balas budi terhadap orang tua. Padahal anak mereka baru lulus kuliah, apakah anaknya tidak balas budi dahulu dengan orang tua. Ataukah saat itu adalah cara untuk menjegal pernikahanku dengan Andre.

Keluargaku saat itu tidak setuju dengan permintaan mereka, dan meminta menentukan hari dan tanggal pernikahan kami saja. Pertimbangan orang tuaku sudah sama - sama kerja dan usianya cukup dewasa. Akhirnya kedua keluarga sepakat tidak ada pertunangan dan tinggal menentukan hari dan tanggal pernikahan kami, Kira-kira 6 bulan setelah lamaran, tepatnya saat liburan sekolah karena aku seorang guru.

Setelah acara lamaran, maka setiap ada acara keluarga Andre , aku selalu di ajak. Dan saat acara keluargaku Andre juga hadir. Aku tidak pernah tahu permasalahan di keluarga besar Andre, keponakan dan saudara angkat mereka melihatku sinis. Mereka bukannya menyalami aku tapi hanya mengintip aku dari jauh dengan pandangan tidak suka saat aku berkunjung ke rumahnya.

Setiap minggu kegiatan kami pergi berdua mencari cincin pernikahan, tapi tidak ada yang cocok. Ada saja yang merasa kurang pas, bahkan sampai beli batu cincin berwarna coklat yang akan dipesankan menjadi cincin. Kakakku bertanya ,

" Sukma, cari cincin sudah dapat belum? ". Berminggu cari cincin tidak dapat- dapat, ayo ku antar mencari".

Akhirnya terpilihlah cincin kawin bermata putih dan bentuk sederhana tapi indah dan kokoh karena gramnya cukup besar.

Baju pengantin, kebaya kedua orang tua pendamping, baju untuk keluarga semuanya sudah kami persiapan. Keluargaku punya andil yang besar dalam mempersiapkan acara pernikahan kami.

Untunglah Andre tipe cowok yang tidak rewel, apapun yang dipilihkan akan menurut saja.

Kami akan merayakan pernikahan dengan adat Jawa karena hampir semua biaya pernikahan keluarga kami yang menanggung. Saat itu tidak ada keterlibatan keluarga Andre saat mempersiapkan acara pernikahan.

Semua persiapan acara pernikahan sudah beres. Kami berdua tinggal mempersiapkan fisik dan hati untuk menyambut pernikahan kami nantinya. Rumah Pun untuk tempat tinggal jami nantinya sudah kami persiapkan berdua, kami mengambil rumah tipe 36.

Perias pengantin, makanan, suvenir, hiburan, kartu undangan kami sudah siapkan semua. Karena kami orang kampung, maka perayaan nikah kami dilaksanakan di rumah dan dibantu tetangga hampir satu RT. Ayahku berkata,

" Nduk pernikahan di rayakan di rumah saja untuk menghargai tetangga dan melibatkan mereka dalam perayaan".

Aku mengikut saja apa kata orang tua, Ayah dan ibu maunya pernikahan dirayakan di rumah saja. Perayaan pernikahan kami, murni bukan biaya dari kami saja, tapi lebih besar dari orang tua kami.Bahkan orang tuaku khusus membuatkan KTP Malang lagi, saat aku bekerja di Jakarta memang sudah berganti KTP Jakarta.

Segala urusan administrasi dengan kelurahan dan gereja , ayahku yang mengurus dan semuanya beres. Yang agak kesulitan Andre, kakaknya di Toraja yang mengurus administrasi di kelurahan ataupun gereja di Toraja. Dibuat pusing urusan administrasi jika kita tidak kepala dingin bisa membuat keributan.

Selama 3 bulan kami menjalani kursus pernikahan, ini adalah kewajiban dan syarat untuk melangsungkan pernikahan Katolik. Selama kursus, kami diberikan tentang pengetahuan keluarga berencana, mengelola keuangan rumah tangga, dan hubungan suami istri selama pernikahan.

Kami merasa sangat beruntung mendapatkan kursus pernikahan ini. Semua persyaratan untuk menikah sungguh tidak asal-asalan. Bahkan aku sebelum menikah sudah harus suntik vaksin tetanus

Kami menemui Pastur di tempat kami tinggal di Jakarta, kami di berikan beberapa pertanyaan tentang kesungguhan kami berdua dan selanjutnya kami di tanya terpisah. Kami ditanya sejauh apa hubungan kami apakah sudah terlalu jauh.

Ternyata perkawinan Katholik Kanonik nya tidak main -main, perkawinan Katolik adalah perkawinan seumur hidup. Pastur Paroki di tempat kami tinggal di Jakarta, mengadakan hubungan dengan Pastur Paroki di Malang ataupun Toraja, saling berhubungan untuk menanyakan apakah ada halangan untuk pernikahan kami, apabila salah satu pernah menikah itu menjadi halangan dan tidak bisa menikah lagi di Gereja.

Tiga bulan sebelum kami menikah, diumumkan di gereja tempat tinggal kami masing masing berita akan adanya pernikahan, ini untuk mencegah adanya halangan pernikahan yang di larang oleh gereja.

Saat kami pulang ke Malang, kami berkunjung ke Paroki gereja. Kami merasakan Pastur Paroki begitu ramah, dan seperti layaknya tamu, kami di sungguh minum dan kue- kue. Saat sebelum acara pernikahan kamipun, Pastur mengatakan tidak bisa memberi Misa Pernikahan karena berbenturan dengan Misa Wanita WKRI. Kami diminta ibadat saja, tentu kami tidak mau karena ini moment sekali seumur hidup. Tapi kenyataannya, beliau bersedia memberikan Misa. Sungguh suatu campur tangan Tuhan dalam semua urusan kami dilancarkan. Seperti Tuhan memberi restu kepada kami, aku dapat Pasanganku dengan doa Rosario, tiap malam pkl. 11.00 konsisten supaya tidak salah dalam memilih jodoh.

Episode 3 : Pernikahan

Cuaca di kota Malang hari itu sangat cerah, secerah hatiku menyambut hari pernikahan kami. Semua sibuk dengan perannya masing - masing, ada kelompok paduan suara yang sudah berminggu bahkan berbulan berlatih dengan intensif demi kompaknya suara agar merdu. Ibu sampai sering membuatkan wedang jahe untuk jamuan minum latihan di tambah kue- kue agar lebih semangat mereka.

Ayahku mengadakan rapat tim agar saat pernikahan semua berjalan lancar, mulai dari tim parkir, memasak, penerima tamu, penyaji makanan. Bahkan untuk kegiatan masak ada bagian sendiri- sendiri seperti masak nasi, masak sayuran, kue- kue, bahkan ada tim racik- racik bumbu, iris - iris sayuran, kupas - kupas sayuran,merebus air dan bikin teh. Begitu rapinya mereka menyusun kegiatan pernikahan itu, berapa kali mereka rapat, aku tidak pernah tahu karena aku tinggal di Jakarta.

Dari sekian kegiatan menjelang pernikahan, ada petugas yang tidak bisa diabaikan yaitu tim penyebar undangan,petugas ini tidak hanya 1 orang karena undangan bisa di sebar sampai keluar desa bahkan kota.Kalau untuk keluarga di undang tanpa kartu undangan tapi di datangi orang tua kami untuk menghormati mereka.

Tim sound sistem juga memegang peranan penting karena hajatan suaranya sampai satu kampung terdengar, speaker sampai di pasang di atas pohon agar suara memancar kemana - mana. Tim peralatan juga sangat berat tugasnya, mengambil piring sendok gelas peralatan masak, kursi, meja dan tenda semuanya sudah disediakan di gudang khusus milik RT. Luar biasa dan apiknya mereka menyusun semua. Kedua orang tuaku begitu antusias dan bangganya mempersiapkan acara pernikahan ini.

Sehari sebelum acara pernikahan, sorenya acara siraman dimana orang tua dan saudara - saudara menyiramkan satu gayung air lambang kembang kepada kedua mempelai, artinya memberikan doa restu pernikahan kami. setelah siraman acara

"Dodol Dhawet"

Orang tua berjualan Dhawet, dimana ibu calon mempelai berjualan dan dipayungi sang suami. Dodol Dhawet mempunyai arti orang tua melepas anaknya untuk menikah.

Tamu yang membeli dawet membayar dengan uang kreweng, kreweng menunjukkan kehidupan berasal dari tanah. Saat prosesi jual dawet berlangsung ibu melayani pembeli, ayah menerima pembayaran. Ini mengajarkan calon pengantin mencari nafkah dan saling membantu.

Setelah acara siraman, calon mempelai wanita didandani kebaya dan pria memakai setelan jas. Di Rumah kami ada acara doa bersama satu lingkungan untuk menyambut acara pernikahan besok paginya.

Setelah acara doa midodareni, kami terpisah, Andre tidur di rumah paklik depan rumah dan tidak boleh bertemu sampai kami di dandani di tempat yang berbeda.

Hari yang ditunggu pun tiba, semua sibuk menjalankan peranan masing - masing , semua kelihatan rukun, semua bersatu padu bekerja serasa itu keluarga sendiri. Tidak ada bayaran untuk mereka paling hanya makan dan setiap yang membantu saat perayaan pernikahan , keluarga yang di rumah diantar makanan lengkap semua yang di masak, istilahnya keluarga yang di rumah pun mendapat jatah makanan. Istilahnya di kampungku adalah

," Tonjokan".

Aku melihat sungguh lebih luar biasa biaya pernikahan ini dibandingkan di gedung yang acaranya hanya 2 jam cukup. Saat perayaan pernikahan kami 3 hari 3 malam, 1 hari menjelang acara, 1 hari di hari H, dan 1 hari setelah acara, karena masih mengalir saja tamu undangan yang datang.

Saat aku menikah di rias oleh teman ibu yang seorang anggota DPRD. Beliau orangnya rendah hati, begitu dekat dengan ibu. Pada saat itupun aku tahu,beliau tidak mau dibayar jasanya merias pengantin. Ibuku seorang sangat sederhana , rendah hati tapi pemikirannya luar biasa walaupun bukan sarjana. Beliau mengatakan bahwa,

"Seorang istri harus bekerja, dengan pertimbangan akan dihormati keluarga suami dan juga saat suaminya bermasalah kita sebagai istri masih kuat berdiri tegak ".

Ayah PNS yang gajinya pada waktu itu tidak terlalu besar masih mengelola sawah sebagai tambahan pemasukan keluarga itupun belum cukup tapi Ibu dan ayah mampu menyekolahkan keenam anaknya sampai jenjang kuliah karena Ibu tidak berpangku tangan. Beliau saat anak- anak masih kecil menjahit di pasar, Ibu berangkat pagi pulang menjelang magrib.

Pada saat anak - anak mulai remaja, Ibu banting stir dengan berdagang beras, telur dan makanan ternak. Ibu membeli jatah beras PNS di Rumah Sakit, sekolah dan kantor. Beras- beras tersebut di jual ke pasar, saat pulang membawa beras yang kualitasnya bagus dan disetor ke warung - warung. Di rumah ibu membuka toko beras, telur dan makanan ternak.

Hari yang ditunggu tiba, kita persiapan untuk pemberkatan nikah di Gereja. Saat kami memasuki gedung gereja disambut grup paduan suara yang merdu. Kami duduk berdua di depan altar dengan penuh khidmat, ada perasaan bahagia, dan hati ini bergetar saat mengucapkan janji pernikahan kami ,

" Saya mengambil engkau menjadi istri/ suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu sehat maupun sakit, saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus ".

Aku membaca janji nikah ini dengan terbata - bata dan berkaca kaca, janji yang diucapkan bukan hanya di bibir tetapi di lakukan dan diimani selama hidupku.

Lagu, "Berbahagia "

berkumandang dengan sangat merdu dalam gedung gereja yang kokoh menjulang tinggi, terdengar seolah paduan surgawi. Lirik lagu ini selalu terngiang di telinga,

" Berbahagia bergembira tiba saatnya berserah setia, Berbahagia bergembira sehidup semati kan berjanji , "

. Lagu ini mengiringi acara tukar cincin kami menggema membahana seisi gereja. Pastur berkhotbah kepada kami untuk selalu menghadirkan Tuhan dalam hidup pernikahan kami. Pastur berkata ,

" Doakan selalu doa Salam Maria dalam mengarungi bahtera rumah tangga kalian".

Saat acara sungkeman orang tua , kami sangat terharu, dan yang paling sedih Andre karena yang hadir dari Toraja hanya Mama dan kak May saja, sementara untuk pengganti ayahnya yang sudah meninggal yaitu saudaranya yang masih muda dari dirinya sendiri.

Kakak sulung Andre yang laki- laki tidak bisa hadir karena istrinya sedang sakit, seharusnya beliaulah pengganti ayah kandungnya. Adat sungkeman ini sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua. Mempelai meminta maaf dan izin untuk menjalani kehidupan baru.

Saat itu mama mertuaku menangis, sementara suami Tante Ina tidak bersedia karena gak bersedia memakai baju Jawa itu sebenarnya hanya alasan karena saksi pernikahan kami bukan orang Jawa dan memakai Jas tidak harus pakaian adat Jawa. Akhirnya saudara Andre yang masih muda bersedia menggantikan peran ayah kasihan kepada mama Andre.

Saat sungkeman kepada orang tua, diiringi lagu ,

" Berkatikah Ibu, Ayah ":,

karangan Totok Pujianto. Terdengar merdu dinyanyikan,

" Bapa yang di Surga kami berdua, bersujud di depanMu di Altar mulia. ( suara Wanita) .Dilanjutkan paduan suara Pria,

" Saling mengucap kata, bersumpah setia, ingin hidup berdua dengan penuh cinta".

Saat turun mobil menuju rumah, kami disambut dengan tari -tarian, mengiringi kami menuju rumah. Sungguh sangat meriah untuk ukuran orang kampung seperti kami. di depan rumah kami , ayahku menyewa Pranata Cara yang bagus untuk MC pernikahan kami. Sebelum mengawali tugasnya, Pranata Acara menari yang sangat lucu sehingga membuat tertawa para hadirin, ini acara pernikahan terbesar di keluarga kami. Tamu yang datang dari Jakarta 1 bus sendiri dan mereka menginap seadanya di saudara- saudara kami.

Sebelum masuk ruang resepsi, kami mengadakan beberapa prosesi ,seperti " Menginjak telur ", acara ini diharapkan kedua mempelai mempunyai keturunan, juga tanda kesetiaan istri kepada suaminya ditandai dengan membasuh kaki suami dengan air setelah menginjak telur .

Adat Jawa yang tidak terlupakan olehku adalah ayahku mengendong kami dengan selendang yang di taruh di pundak oleh ibu, ibu berjalan dibelakangnya sebagai arti kedua orang tua seharusnya menunjukkan jalan kehidupan bagi kedua mempelai sedangkan ibunya mendukung kami dari belakang menuju pelaminan.

Saat acara suap - suapan sangat berkesan juga, acara ini mempunyai arti suami istri harus hidup rukun, kerjasama, dan saling membantu. Ternyata rangkaian acara tidak sampai disitu saja,masih ada acara,

"Kacar Kucur " ,

yaitu pengantin laki- laki mengucurkan beras yang ditadah oleh pengantin perempuan sebagai simbol memberi nafkah kepada istrinya.

Bagi ayahku pernikahan ini pastilah kebanggaan sampai titel kami berdua disebut - sebut oleh MC. Kepala Desa juga diundang dan memberikan sambutan , ternyata beliau di undang ke acara karena teman sekolah ayahku.

Aku adalah anak kesayangan kedua orang tuaku, bahkan kedua orang tuaku sangat menjaga pergaulanku dengan teman- teman.

Aku ingat saat sahabatku datang ke rumah untuk mengajak naik gunung, ibuku sungguh tidak memberikan ijin karena takut di gunung terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku tidak bebas bergaul dengan siapa saja, lebih banyak waktu di rumah seperti gadis pingitan.

Semua orang berpesta pora, makan- makan dengan diiringi lagu - lagu nostalgia yang dinyanyikan oleh dua biduan yang diiringi dengan organ tunggal.

Tamu- tamu berdatangan bergantian tidak henti - hentinya. Pakaian pengantin kami juga berganti dua kali yang membuat acara lebih menjadi lebih lama. Semua acara pernikahan berjalan lancar, tanpa ada kendala sesuai dengan harapan kami. terasa lega perasaan kami, semua acara berjalan lancar tanpa ada kendala,senyum puas tersungging di kedua pipi orang tuaku.

Jika mengingat pernikahan adik bungsuku ikut sedih juga. Ibu sudah meninggal dan tidak ada yang mengurusi segala ***** bengek pernikahan maka pikiran adikku nikahnya di gedung saja serba praktis.

Dan kami enam bersaudara tinggal di Jakarta. Semua undangan datang ke gedung yang semuanya sudah diurusi pihak EO, hal itu membuat ayahku saat itu sedikit tersinggung. Beliau mengatakan tidak menghormati tetangga, tidak,

" nguwongke tetangga".

Pemikiran kami tidak ingin merepotkan ayah, tapi pemikiran kami berbeda dengan pemikiran ayah kami. Bagi orang kampung menikah akan lebih baik di rumah karena waktunya bisa lama tidak dibatasi waktu, pesta pernikahan seperti pesta warga

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!