NovelToon NovelToon

Jodoh Untuk Kanaya

Bab 1 Pernikahan

Suara derap langkah kaki seorang gadis terdengar samar, memasuki gedung yang telah di sulap menjadi tempat pernikahan yang sangat megah .  Dia Kanaya fitriani,seorang gadis remaja yang baru saja lulus SMA dan baru beberapa minggu lalu mendaftarkan diri di fakultas ternama di kota Bandung.Naya lari tergopoh gopoh memasuki ruangan yang sudah ramai itu,tibalah dia di dekat para orang-orang yang telah duduk dengan rapi. Di Di tengah ruangan tampak seorang lelaki paruh baya memakai jas berwarna hitam dengan peci warna yang sama,duduk juga di depannya seorang lelaki yang sangat tampan memakai kalung bunga melati.

Bumi Mahesa Erlangga,demikian nama mempelai lelaki itu.Namun ada satu tanda tanya,sudah satu jam mereka menunggu sang mempelai perempuan hingga detik ini belum kelihatan. Para tamu yang hadir sudah mulai gusar,  demikian juga dengan mempelai pria.

“ Naya  kenapa baru datang neng? Tante sendirian dari tadi gak ada temen.” sahut seorang ibu  yang berdiri di belakang mempelai pria.

“ Maaf Tan, terlambat.Naya baru sampai dari Bandung dan langsung lari kesini. "ucap Naya dengan napas yang sedikit tersengal. Karena baru saja berlari.

“ Maafkan Tante ya lagi sibuk banget malah nyuruh kamu kesini. Terasa ada yang kurang kalau gak ada kamu nak.” ucap Bu Ningsih ibu dari mempelai pria.

“ Tan, ko acaranya belum mulai,mba Nesa belum datang?” Naya celingukan mencari mempelai wanita yang tidak terlihat

“ Masih di jalan , Tante juga udah cemas dari tadi nungguin, harusnya mempelai wanita datang lebih dulu daripada mempelai laki laki ini malah kebalik, gak ngerti Tante sama jalan pikiran Nesa."

“ Bagaimana ini Pak,apa acaranya akan berlanjut? saya harus segera ke kampung sebelah untuk menikahkan orang juga di sana.” tanya pak penghulu.

Bumi semakin dibuat panik dengan ucapan pak penghulu “ sebentar ya pak ,saya coba hubungi calon istri saya lagi” kemudian Bumi mengeluarkan benda pipih dari saku jasnya,mencari kontak Nesa dan langsung menghubungi, namun hingga beberapa saat,tidak ada sahutan dari seberang, malah nomernya tidak bisa di hubungi.

“ Ayo Nesa,kamu dimana ?” ucap Bumi semakin panik pasalnya beberapa tamu yang hadir sudah saling berbisik mempertanyakan acara yang belum juga di mulai .

Beberapa saat kemudian datang seorang laki - laki menghampiri pak Arif, ia memberikan sebuah amplop kemudian membisikan sesuatu di telinga Pak Arif. Pria paruh baya itu langsung menegang dan membulatkan matanya.

“ Benar yang kamu katakan itu?” ucapnya dengan nada tajam. Kemudian laki laki itu mengangguk.

Pak Arif memberi kode kepada bu Ningsih dan Bumi untuk berbicara empat mata di ruangan tertutup.

“ Pak mohon beri waktu sebentar lagi saya akan mengurus sesuatu dulu.” bisik pak Arif pada penghulu.

“ Baik pak, silakan.”

Di lantai dua,

“ Ada apa ini pah, kenapa kita di kumpulin seperti ini? Apa yang dia katakan pria tadi,kenapa papah terlihat sangat tegang?” tanya Bumi yang melihat  raut wajah Papahnya yang memerah dengan rahang yang sudah mengeras.

“Dengar Bumi, mulai saat ini lupakan Nesa , dia tidak akan datang kesini ,karena dia sudah kabur dengan pria lain ke luar negeri.” ucap Pak Arif dengan datar.

“ APA!!!!!” bu Ningsih dan Bumi sangat terkejut denagn kata - kata yang di ucapkan oleh pak Arif

“Pah jangan bercanda ini gak lucu lho?”  kata Bumi lagi.

“Papah gak bercanda Bum, ini fakta yang sebenarnya wanita itu tidak mau menikah denganmu, dia pergi dengan Aldo temanmu sendiri.”

sekali lagi Bumi di buat terkejut dengan fakta lainnya.

“Enggak  ini gak mungkin. Bagaimana bisa Nesa melakukan ini padaku, kami sepakat akan menikah hari ini dan membangun rumah tangga yang sakinah, ini pasti ada yang salah. Ia kan pah? Jawab pah!” tanya Bumi yang merasa kini dirinya begitu terpuruk , dia sangat patah hati karena kekasih yang paling di cintainya tega berkhianat padanya dan mencampakkannya.

‘” Pah apa ini benar ?” tanya bu Ningsih memastikan.

“ Benar mah , dia juga mengirim ini untuk Bumi, sepertinya memang ini sudah di rencanakan oleh mereka.” ucap pak Arif sambil memberikan sepucuk surat yang ia sembunyikan di saku celananya.

(Dear Bumi,

Maaf aku harus pergi mendadak disaat seharusnya aku ada di pelaminan bersamamu ,aku pergi untuk menggapai cita citaku ,kamu tahu kan impian terbesarku apa. Jadi maafkan aku sayang aku pergi hanya untuk sementara ,aku akan kembali setelah impianku sukses. Ini kesempatan langka untukku.aku mohon tunggu aku setelah itu aku janji kita benar benar akan menikah.

Dari orang yang sangat mencintaimu.

                                         Nesa)

Bu Ningsih membaca surat itu kemudian meremasnya kuat-kuat,sangat jelas tertulis jika Nesa pergi mengorbankan perasaan Bumi yang berharap banyak dengan pernikahan ini. Bu Ningsih langsung syock, di bawah para tamu undangan sedang menunggu sang mempelai untuk ijab qobul , dekorasi dan pesta telah siap.

” bagaimana ini Pah apa yang harus kita lakukan? kita tidak mungkin membatalkannya kan? akan sangat malu untuk keluarga kita jika sampai batal.” ucap bu Ningsih sambil terisak.

“ Papah juga gak tau Mah harus bagaimana.”

“Pah…pah dadaku pah…” tiba - tiba Bu Ningsih merasakan nyeri di area dadanya dan seketika itu juga beliau langsung pingsan.

“ Mah…mah… Bum ,mamah mu!!” teriak Pak Arief membuat suasana di ruangan itu menjadi kacau balau.

Bumi yang masih syock dengan kenyataan di tinggal sang calon istri kini harus melihat ibunya yang pingsan karena tidak kuat menanggung beban.

Di bawah Kanaya menunggu dengan cemas kenapa Tante Ningsih sangat lama. Dia kemudian berinisiatif untuk menyusulnya .

" Ceklek" pintu terbuka ,semua orang yang ada dalam ruangan itu menengok ke arah Kanaya yang sudah di depan pintu. Ia nampak kaget melihat Bu Ningsih yang terbaring di sofa.

" Lho Mas ,Tante kenapa ko berbaring? Tante sakit?" Tanya Naya sedikit panik. Sedang Bumi tidak menjawab apa-apa. Di masih butuh waktu untuk bisa sadar pada kenyataan.

" Dia pingsan Nay." Ucap Pak Arif.

" Ya ampun ko bisa?" Naya yang baru tahu kondisi Tante Ningsih ikutan panik dan khawatir. Dia lalu mengambil minyak kayu putih yang selalu tersedia di dalam tas selempangnya. Mengoleskan pada perut dan mendekatkan pada hidung Tante Ningsih ya.pak Arif melihat apa yang di lakukan oleh Kanaya sangat terharu . Gadis remaja itu dengan cepat bertindak untuk menyadarkan istrinya.sesuatu yang seharusnya sedari tadi ia dan Bumi lakukan. Namun karena panik dan syock mereka belum sempat melakukan apapun.

Bu Ningsih membuka matanya, setelah Naya mengoleskan minyak kayu putih pada permukaan hidungnya. Ia melihat sekeliling masih di tempat yang sama.itu artinya kejadian tadi bukanlah mimpi.

" Pah...Bum , gimana Nesa jadi datang gak?" Ucapnya lirih.

" Sudah ya mah jangan mikirin itu dulu mamah baru sadar sekarang." Ucap Pak Arif.

" Ia mah Papa benar." Lanjut Bumi.

Bu Ningsih menggeleng.

"Bum mamah minta kamu berjanji sama mama lupakan wanita itu.dia gak baik untuk kamu."

" Gak mah ,Nesa hanya ingin ngejar impiannya dulu aku akan nunggu dia mah "

" Gak nak ma-ma mohon." Ucap Bu Ningsih dengan terbata bata.

Bumi dan Pak Arif serta Naya kembali di buat panik

Bu Ningsih memberi kode pada sang suami agar mendekat

pak arief mendekat ,ia tahu istrinya ingin mengucapkan sesuatu namun sangat lemah. Akhirnya ia mendekatkan telinganya pada wajah sang istri.  Ia menegang saat sang istri membisikan sesuatu. Ia menatap Bumi yang berada di samping sang Mama sedari tadi sambil menangis , lalu menatap seorang gadis yang sedang memijit kaki istrinya. Ia menganggukan kepala pada sang istri.

“jika itu yang mama mau ,baiklah akan papah lakukan.” ucap pAK Arif

” Bum , Naya  ada yang ingin Papa bicarakan dengan kalian.” kata Pak Arif dengan serius.

“Apa pah?” tanya Bumi , sedang Naya langsung menghentikan kegiatannya, ia berdebar merasakan aura yang sangat tidak enak , menanti apa yang akan di ucapkan oleh Pak arif adalah sesuatu yang akan mempengaruhi hidupnya.

“Mama ingin Naya menggantikan Nesa untuk menikahi mu.” ucap Pak Arief.

“ APAAAA!!! “ ucap mereka serempak.

“ Gak mungkin Pah aku gak mau?” tolak Bumi.

“ Ayolah Bum , ini permintaan mamamu nak, coba kau lihat kondisinya sekarang.” ucap Pak Arief sambil pandangan mata menunjuk ke arah sang istri yang tengah terbaring .

“ Tapi Pah aku gak cinta sama Naya , mana mungkin kami menikah , lagipula Naya juga pasti gak akan bersedia menikah denganku .” tolak Bumi  yang di barengi anggukan juga oleh Naya.

" Ia Om, jangan bercanda dengan situasi ini. Kami tidak bisa menikah ,mas Bumi sangat mencintai mba Nesa, akupun gak mau masuk dalam hubungan mereka Om." Ucap Kanaya lagi.

"Om mohon Nay , kabulkan permintaan istri Om ,mungkin ini adalah permintaan terakhirnya." Ucap Pak Arif memohon pada gadis yatim piatu ini.

" Tapi Om."

" Nay ... Nay to-long kabulkan permintaan Tante Nay..!" Ucap Bu Ningsih dengan terbata bata dan sedikit lemah.

"Bum.. Mama mo-hon nikahi Ka-na-ya.!"  Lanjut Bu Ningsih pada sang putra .dia memegangi terus dadanya yang kembali merasakan sakit.

" Gak mah ,kita ke rumah sakit sekarang ya .mamah jangan mikir apa apa lagi Bumi gak mau mama sakit ayo mah." Bumi beranjak hendak mengangkat tubuh sang mama namun di cegah oleh Bu Ningsih.

" Ini permintaan Mama yang terakhir nak."

BAB 2 MASUK RUMAH SAKIT

" Saya terima nikah dan kawinya Kanaya Fitriani binti Suwardi Almarhum dengan seperangkat alat sholat dan perhiasan emas senilai 100 gram di bayar tunai."

kalimat sakral berkumandang indah di telinga orang-orang yang menyaksikan pernikahan itu .Kini Kanaya telah resmi menjadi nyonya Bumi Mahesa Erlangga  seseorang yang ia anggap bagai kakak untuknya.

Tak ada senyum bahagia antara keduanya , ini adalah pernikahan yang tak ada dalam pikiran Kanaya sedikitpun , menggantikan posisi Nesa yang tiba - tiba menghilang di hari besarnya .

Kanaya meraih tangan Bumi dan menciumnya. ini adalah tugas pertamanya sebagai seorang istri , meski sedikit canggung Bumi kemudian mencium kening Kanaya di hadapan semua tamu yang hadir. Proses ijab qobul telah selesai, pesta pernikahan akan di gelar malam nanti , namun saat ini kondisi Bu Ningsih sedikit menghawatirkan, tak ingin terjadi sesuatu dengan ibunya Bumi langsung melarikan Bu Ningsih ke rumah sakit terdekat.

" Nay ,kamu bisa pangku Mama kan, Mas akan nyetir sekarang.' ucap Bumi begitu mereka masuk ke dalam mobil ,

" Bisa Mas." Ucap Naya yang kini telah duduk di belakang sambil memangku kepala Bu Ningsih. sedang Bumi duduk di depan sambil melajukan kendaraanya dengan sangat sepat , tak ingin terlambat menolong sang Ibu.

" Nay...terimakasih sudah mau menikahi Bumi, jaga suamimu dengan baik ya." ucap Bu Ningsih lemah.

" Tante jangan banyak bicara ya, istirahat dulu , Tante harus sembuh ."

Bu Ningsih menggeleng ." Mama sudah tenang sekarang , anak Mama berada di tangan wanita yang tepat. Mama bisa pergi dengan tenang."

" gak Tan... gak boleh ngomong kaya gitu , Naya jadi sedih... pokoknya Tante harus sembuh ,harus bisa dampingi Naya pake toga lagi seperti sebelumnya." Kanaya terus terisak isak, wanita yang terbaring di pangkuannya adalah wanita yang selalu mendampingi dirinya setelah kematian Ayah dan Ibunya dulu.

Bu Ningsih adalah orang yang merawat Kanaya setelah orang tuanya meninggal 1 tahun lalu. Bagi Kanaya Bu Ningsih adalah ibu pengganti untuknya .karena wanita itu sangat memperhatikan dirinya.

Mobil berhenti di lobi Rumah Sakit.

Bumi berteriak memanggil team medis untuk membantunya membawa Bu Ningsih.Petugas berlarian membawa berangkar dan segera menangani ibu dari Bumi itu.Pintu ruang pemeriksaan tertutup.Bumi , pak Arief maupun Kanaya tidak di izinkan untuk ikut ke dalam. mereka hanya bisa menunggu di depan ruangan itu. Bumi mondar mandir di depan pintu, menanti dengan cemas Dokter yang tengah berusaha menangani ibunya, Ia ******* ***** ujung jarinya. Pak Arief yang melihat tingkah sang putra segera menegurnya.

" Duduklah Bum, jangan terus mondar mandir ,Papa pusing lihatnya." ujar Pak Arief.

" Aku gak bisa duduk dengan tenang Pah, jika Mama masih di dalam gak tau keadaannya bagaimana sekarang. Diliriknya kanaya yang kini telah resmi menjadi istrinya sedang duduk di ujung kursi dengan raut muka yang sama seperti dirinya , namun Kanaya sedikit lebih tenang di banding dirinya.

Setengah jam kemudian seorang dokter keluar ruangan, semua orang yang tengah menunggu langsung berdiri dan menghampiri sang dokter.

" bagaimana keadaan Mama saya dok?" tanya Bumi langsung.

" Beruntung kalian cepat membawanya kesini , jika tidak maka kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada beliau, namun yang harus saya katakan sekarang adalah jantung Bu Ningsih sedang tidak baik baik saja saat ini, Jika sampai besok keadaanya tidak juga membaik maka kemungkinan kita harus melakukan operasi. Saat ini Bu Ningsih dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh obat , dan akan kami pindahkan ke ruang perawatan. Hanya itu yang bisa saya sampaikan, saya permisi." Ucap Dokter.

" Baik dok, terimakasih." sahut Bumi dan juga Pak Arief.

dua orang perawat mendorong berankar Bu Ningsih menuju ruangan VIP, sengaja Pak Arief memesan ruangan itu agar istrinya bisa istirahat dengan tenang tanpa gangguan dari pasien lain.Kanaya dengan duduk di samping ranjang sambil memegangi tangan sang Ibu mertua.

" Tante  cepat bangun, jangan sakit ya, Naya sedih lihatnya." ucap Kanaya lirih.

Bumi hanya berdiri mematung melihat wanita belahan jiwanya tengah terbaring tak berdaya, semua karena Nesa yang membatalkan pernikahan mereka begitu saja , hingga membuat Ibunya jatuh sakit.

Ia mengepalkan tangannya kuat - kuat, jika sampai Ibunya meninggal maka ia tidak akan bisa memaafkan wanita itu.Persetan dengan cita - cita Nesa , ini sudah sangat keterlaluan. Wanita itu bukan hanya mempermainkan dirinya namun juga mempermainkan keluarga besarnya.

Pesta pernikahan megah yang jadi impian Nesa , telah Bumi wujudkan namun Perempuan itu malah pergi di mana hari itu mereka seharusnya berada di pelaminan.

Bumi tidak akan memaafkan wanita itu sekarang yang telah memporak- porandakan seluruh hatinya saat ini.

***

Keesokan harinya,

Kanaya tertidur disisi ranjang Bu Ningsih sambil terus memegangi tangannya yang tak terpasang selang infus, sedang Bumi berbaring di sofa panjang. Pak Arif semalam pulang ke rumah membereskan kekacauan akibat ulah Nesa. Resepsi yang telah siap dengan segala dekor dan catering. harus ia batalkan ,dan memerintahkan Wo jika ada tamu undangan yang terlanjur hadir  untuk memberitahu mereka jika pengantin tidak bisa duduk di pelaminan karena mendadak mendapat musibah.

Bu Ningsih membuka matanya, ia tersenyum melihat Kanaya yang terus menemani dirinya sepanjang hari itu .

" Nay... bangun nak?" Bu Ningsih menggoyang - goyang tubuh itu dengan pelan.

Naya terbangun saat merasa tubuhnya seperti adan yang menyentuh. Ia langsung terkejut ternyata Bu Ningsih telah sadar.

' Tan... Tante udah sadar? mana yang sakit Tan... aku panggilkan dokter ya." Naya langsung berdiri ia menoleh ke belakang dan melihat Bumi masih tertidur, Naya segera membangunkannya.

" Mas... bangun, Tante udah sadar."

Bumi langsung terlonjak karena kaget dan berdiri.

" Ada apa Nay?"

" Tante udah bangun Mas.."

"Benarkah?"

"Ia "

Bumi langsung menghampiri sang Ibu yang kini tengah menatapnya.

" Ma... Mama udah bangun? mana yang sakit ma , Bumi panggil dokter ya..." Bu Ningsih menggenggam erat tangan Bumi mencegahnya untuk pergi .

"Gak perlu Bu, Istrimu sudah melakukannya." ucapnya lirih.

menyebut kata istri seketika Bumi tersadar dan melirik ke arah wanita yang tadi membangunkannya , namun tidak ada di ruangan itu. Kanaya benar benar sigap, begitu Ibunya sadar ia langsung membangunkan Bumi dan setelahnya langsung lari mencari Dokter.

Tak butuh waktu yang lama, gadis itu telah kembali dengan Dokter dan seorang perawat .

" Kami akan periksa dulu kondisi Ibu , mohon tunggu di luar sebentar ya." ucap sang perawat  mengusir secara halu penghuni ruangan itu.

Bumi dan Kanaya hanya bisa melihat aktifitas Dokter yang tengah memeriksa ibunya lewat kaca kecil , itupun tidak bisa terlihat sepenuhnya karena tertutup tirai.

" Mas , Tante akan baik baik saja kan? Naya sangat cemas."

" Mas pun berharap demikian Nay , semoga Mama cepat sembuh aku harus segera menyusul Nesa ..

"Deghhhh!"

BAB 3

Pernikahan sejatinya adalah menyatukan dua insan yang saling mencintai dalam satu ikatan suci, namun apa jadinya jika di pernikahan ini dilakukan karena terpaksa, apalagi dari pihak suami yang belum selesai dengan kisah masa lalunya.

Kanaya harus menerima dengan lapang dada apabila Bumi akan mencari tunangannya, setelah ibu mereka sembuh dan keluar dari rumah sakit. Karena ia sangat tahu bahwa di hati seorang Bumi Mahesa Erlangga tidak ada cinta untuknya.

" Mas akan mencari Mba Nesa kemana?" pertanyaan ini yang mampu terlontar dari mulut gadis remaja itu.Bumi yang sedari tadi mengintip Dokter yang tengah memeriksa keadaan Ibunya, Kemudian menoleh kearah Kanaya.

" Bukan urusanmu, tugasmu hanya menjaga Mama!" Jawabnya sedikit ketus.

" Maaf Mas."

Tak ada lagi suara antara Bumi dan Naya, kini keduanya hanya memikirkan keadaan orang tua yang tengah berjuang di dalam sana.

Tak berapa lama Dokter dan perawat keluar, Bumi dengan tidak sabar langsung menanyakan kondisi sang Mama.

"Bagaiman keadaan Mama saya sekarang Dok?"  tanya Bumi.

sang Dokter tampak datar menatap kedua pasangan pengantin baru itu, bahkan kalung bunga melati masih terpasang di leher Bumi dengan bunganya yang sudah rontok sana sini.Begitupun dengan Kanaya masih menggunakan Kebaya putih tulangnya.

" Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian , bisa ikut saya ke ruangan?" ucap Dokter itu kemudian,

Pikiran Bumi kalut, apa yang akan Dokter sampaikan padanya, apakah terjadi sesuatu yang serius dengan sang Mama,terlebih setelah Dokter keluar, dirinya maupun Naya tidak di izinkan masuk dulu kedalam ruang rawat.

"Apa ini sangat serius Dok?" Akhirnya suara itu terlontar dari mulut Kanaya ,seolah mewakili Bumi yang sedari tadi hanya diam mematung.

Dokter mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.Setelahnya Ia berjalan menuju ruangannya dengan Kanaya dan Bumi dibelakangnya.

Suasana masih hening, ketika tiga orang dewasa itu telah berada di ruangan sang Dokter.

Bumi tampak duduk dengan tegang, sedang Kanaya dalam kecemasannya ia menggetar getarkan kedua kakinya ke lantai ,dan menggigit gigit ujung bibirnya.

' Bu Ningsih memang sudah sadar, Namun seperti yang saya sampaikan kemarin keadaan jantungnya sedang tidak baik - baik saja. Kabar gembiranya adalah untuk sekarang tidak perlu dilakukan operasi apabila kondisinya sudah stabil beliau bisa pulang dan rawat jalan.Namun harus diingat Beliau tidak boleh kelelahan dan yang terpenting adalah buat selalu dia senang dan bahagia.Jangan sampai emosi mempengaruhi jantungnya." Ucap Sang Dokteri menerangkan tentang keadaan Bu Ningsih.

" ingatkan dia untuk selalu meminum obatnya dan lakukan hal hal yang bisa membuatnya bahagia, apapun itu." ujar sang Dokter lagi.

" Baik Dok, akan saya ingat semua pesan Dokter. Apa ada lagi yang harus saya lakukan untuk Mama saya Dok?" tanya Bumi lagi.

"Untuk sementara hanya itu yang bisa saya sampaikan, semoga setelah ini Bu Ningsih segera sembuh.'

" Terimakasih Dok, kalau begitu kami permisi"

" Ia silakan."

Bumi dan Kanaya keluar dari ruangan Dokter, sebelum masuk kembali ke ruangan Bu Ningsih, Bumi mengajak Kanaya ke taman di dekat gedung rumah sakit. Ia ingin membicarakan sesuatu yang serius kali ini demi kesembuhan sang Mama.

"Duduklah Nay." pinta Bumi, saat ini keduanya tengah berada di dekat sebuah kursi kayu nan panjang, dengan pemandangan di belakangnya sebuah air mancur kecil , di sekelilingnya di tumbuhi pepohonan kecil.

Setelah mendapat perintah dari Bumi ,Wanita itu kemudian mendaratkan bokongnya yang empuk di kursi kayu itu.Menanti setiap kata demi kata yang akan terucap dari mulut sang suami.

" Apa yang Mas ingin bicarakan? apa ini sangat penting?"wanita itu melirik kearah Bumi yang juga ikut duduk di sebelah kiri Naya.

" Mengenai pernikahan kita Nay." jawab Bumi singkat.

Kanaya sadar suatu saat ini pasti akan di bahas oleh mereka saat ini.Ia sendiri tidak berharap banyak pada pernikahan yang sejatinya dilakukan agar keluarga tidak kena aib para tukang julid dan media sosial tentunya.

" Aku tau,Mas sangat terpaksa dengan ikatan ini, Namun untuk sekarang aku menolak untuk bercerai darimu Mas, aku hanya ingin melihat Tante sehat kembali Mas, jadi aku mohon Mas bertahan sebentar lagi sampai Tante benar benar pulih dan kuat menerima kenyataan yang ada.

" aku pun tak sebodoh itu Naya." Bumi kemudian pergi meninggalkan Kanaya seorang diri di bangku taman.

Kanaya menjatuhkan air matanya seketika, benteng kokoh pertahanannya runtuh , sedari kemarin ia berusaha untuk tidak menangis di hadapan Bu Ningsih maupun Bumi.Dipaksa menikahi pria yang tidak pernah mencintainya sungguh sangat menyakitkan untuknya,apalagi sikap Bumi kini sangat berbeda meskipun pernikahan mereka baru berumur satu hari, Namun Kanaya punya firasat jika kedepannya nanti ia harus mempersiapkan mentalnya.

Kanaya menyusul Bumi yang kini sudah berada di dalam kamar rawat sang Mama.Ia kemudian kembali duduk di kursi dekat ranjang Bu Ningsih, wanita paruh baya itu tengah tertidur,setelah Perawat memberikannya obat.

" Sebaiknya kamu pulang dan istirahat dirumah Nay, kamu juga butuh membersihkan diri.Biar aku yang jaga Mama disini." ucap Bumi tiba - tiba.

Kanaya menggeleng pelan." Mas boleh aku minta sesuatu?"

Bumi mengerenyitkan dahi."Apa?"

"Boleh aku telepon Bibi untuk membawakan baju ganti kesini,Aku tidak ingin beranjak satu meter pun dari sini Mas." ucapnya lirih.

Bumi menghela napasnya hanya itu permintaan Kanaya?

" baiklah biar Mas yang menghubungi Bibi untuk membawakan baju untuk kita, Mas juga tidak mau beranjak dari sini sebelum Mama benar benar pulih."

Bumi mengambil ponsel di dalam saku jasnya, namun ternyata ponselnya kehabisan daya,dan ia tidak membawa carger.

' Nay, Mas pinjam ponselmu sebentar, punya Mas mati."ucapnya.

Kanaya kemudian mengambil ponsel dari dalam tasnya dan memberikannya pada Bumi.Pria itu langsung menerima.

Ia menghidupkan layar ponsel saat akan membukanya, ia terpaku melihat tampilan gambar yang terpampang jelas di layar ponsel milik Kanya.Bumi melirik kearah Kanaya sebentar lalu kembali fokus pada benda berbentuk segi panjang itu.Tak ingin membuang waktu banyak ia segera menghubungi kontak Bibi dan meminta Asisten rumah tangganya itu untuk membawakan bajunya dan juga baju Kanya.

setelah selesai Bumi langsung memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"ini ponselmu." kembali bersikap dingin itu yang Bumi lakukan saat ini pada Kanaya, tidak ada sepatah katapun yang terucap setelah ini.Kanaya memaklumi itu semua , mungkin karena  hubungan mereka yang terlalu mendadak hingga menyebabkan kecanggungan antara keduanya. Namun Kanaya tidak memperdulikan itu semua, baginya saat ini ia ingin merawat Bu Ningsih dengan baik dan menjaganya. Sedang Bumi kini menatap wanita itu dengan tajam, entah apa yang dilihatnya tadi, namun mulai detik ini akan ada perubahan besar pada wanita itu.

" Aku tak menyangka Naya..."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!