"Kapan kau akan membawa calon istrimu kesini Gala?" todong Raka sang ayah ketika semua anggota keluarga tengah berkumpul untuk sarapan bersama.
"Uhuk...uhuk... Uhukkk" Galaksi tersedak seketika mendengar ucapan sang ayah. Bosan rasanya setiap kali pulang kerumahnya selalu ditanya tentang pernikahan.
Maulindya, Bundanya menyodorkan segelas air putih untuk diminum nya. Sebenarnya dia juga tak tega dengan nasib anaknya yang selalu saja menjadi buah bibir di luar sana. Galaksi yang tak pernah dekat dengan wanita manapun baik semasa sekolah hingga sekarang setelah menjadi seorang CEO muda digosipkan jika dia memiliki kelainan orientasi seksual.
"Apa ayah tidak bosan menanyakan hal yang sama berulang kali kepadaku? Bukankah sudah kukatakan tidak mudah mencari seorang gadis yang bisa mengerti dan menerima dirinya ini Yah," ucap Galaksi sambil menghela nafas panjang.
"Kakakmu saja Andromeda sudah menemukan pasangannya. Masa kamu mau kalah dengan kembaranmu itu. Apakah kamu tidak ingin membangun keluarga kecil mu sendiri dan hidup bahagia?"
Andromeda adalah kembaran Galaksi. Mereka terlahir kembar namun memiliki wajah yang berbeda dan tentu saja karakter yang sangat berbeda jauh. Andromeda memiliki sifat dingin, waspada, jenius dan sulit didekati tetapi dia sangat peduli dengan orang yang disayangi. Sedangkan Galaksi terkenal dengan sifatnya yang pecicilan, ambisius, galak dan tegas tetapi dia juga mudah bergaul dengan siapa saja.
"Ka Andro beruntung Yah, bisa menemukan berlian di galian pasir. Sedangkan aku, gadis mana yang tidak mendadak mesum jika bertemu denganku. Mereka tidak ada yang tulus yah. Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup, jadi aku ga boleh salah pilih. Wanita yang akan aku jadikan istri harus bisa tulus mencintai aku apa adanya," ucap Galaksi dengan sungguh sungguh.
"Kalo begitu segeralah mencarinya," perintah sang ayah
Galaksi melongo mendengar jawaban sang ayah yang selalu saja menggampangkan segala urusan.
"Apa ayah pikir mencari seorang calon istri semudah membeli sukro di warung tetangga?" rasanya Galaksi ingin melemparkan gelas yang ada di depannya.
"Kamu saja yang membuat nya menjadi sudah Nak." Lagi-lagi sang ayah dengan entengnya berbicara seperti itu.
"Apa ayah pikir aku tidak berusaha yah, bahkan aku sudah mencari hampir kesemua tempat tetapi tak ada yang cocok dengan kepribadianku," ujar Galaksi mulai kesal
"Itu semua karena kamu melihat sesuatu yang jauh dari mata kamu padahal jodoh itu takkan pernah jauh dari sekeliling kita," ucap Raka
"Bagaimanapun jika nanti aku salah pilih istri yah?"
"Itu akan menjadi resiko mu, ayah ga akan ikut campur," jawab Raka dengan santai.
"Bagaimana jika ternyata istri Gala nanti matre? Bagaimana jika istri Gala tidak bisa ngapa-ngapain," Gala masih berusaha mencari cara agar ayahnya tidak selalu mendesaknya segera menikah.
"Kalo matre bagus dong, ga sia-sia selama ini kamu bekerja, uang kamu banyak ga akan habis 7 turunan. Kalo istri kamu ga bisa ngapa-ngapain masih ada agensi ART yang bisa kamu sewa. Sudah lah Gala tak usah di bikin sulit, ayah yakin jika jodoh mu ada disekitarmu. Tak perlu kamu cari yang cantik, pintar, rajin, atau kaya. Kami akan menerima calon istri mu apapun kekurangannya. Yang pasti jika kamu sudah dekat dengan jodohmu, alam kan memberikan sebuah kode untukku. Percaya sama ayah," ucap Raka dengan panjang lebar.
Galaksi hanya mendengus kesal, lagi-lagi dia harus kalah dengan semua perkataan ayahnya yang sok bijak itu.
"Percaya sama ayah bikin Gala sial. Terakhir percaya sama ayah, Gala malah di kejar banci kaleng," gerutu Galaksi
"Hahahahaha, itu salah kamu sendiri. Tapi habis itu kamu malah ga sengaja bertemu dengan investor kan, yang sekarang menjadi investor terbesar diperusahaan kamu," ucap Raka sambil terkekeh
"Au ahh, lama- lama Gala bisa somplak kalo ngedengerin perkataan ayah yang ajaib."
Galaksi memutuskan untuk langsung masuk kekamar nya. Pikirannya sudah jenuh dengan rutinitas sehari-hari di kantor sedangkan dirumahnya tak bisa tenang karena selalu di recokin dengan urusan nikah.
Galaksi yang sukses dengan karir nya tidak berbanding lurus dengan percintaan nya. Tak pernah Galaksi berpacaran walaupun banyak gadis cantik dan kaya bersedia dengan suka rela menawarkan diri sebagai kekasihnya. Tetapi insting Gala yang terlalu kuat selalu bisa membaca niat jelek dari lawan jenisnya yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.
"Apa gue cari aja yang mau kawin kontrak ya? Bisa pecah ini kepala jika tiap hari ditanyain kapan kawin. Emangnya gue kucing yang doyan kawin," gerutu Galaksi sambil memandangi langit -langit kamarnya.
Suasana di kantor PT Bima angkasa masih cukup sepi, belum terlalu banyak karyawan yang datang ke kantor karena memang masih sangat pagi yaitu pukul 07.00 sedangkan jam masuk kantor adalah pukul 08.00. Hanya ada beberapa office boy dan office girl yang datang lebih awal untuk membersihkan kantor.
Tidak biasanya Galaksi datang lebih awal ke kantor hal tersebut membuat Junaedi atau yang sering di panggil Eddy cukup kelimpungan. Apalagi semalam Eddy begadang menyebabkan dia bangun kesiangan.
Beberapa karyawan yang sudah datang menyapa dan tersenyum kepada Galaksi sang CEO sekaligus presiden direktur diperusahaan nya. Di kantor Galaksi dikenal sebagai sosok atasan yang galak dan tegas, tak segan-segan Galaksi memberikan SP kepada karyawan yang melakukan kesalahan bahkan tak jarang berakhir dengan pemecatan.
Dengan langkah yang terburu-buru Eddy berjalan menuju ke ruangan atasannya karena Galaksi sudah menunggunya dari tadi.
Hosh
Hosh
Hosh
Eddy menarik napas nya perlahan untuk mengaturnya setelah ngos-ngosan akibat berjalan cepat. Eddy langsung disuguhi dengan raut wajah Galaksi yang suram.
"Kenapa lagi lo? Kesambet apaan sih tumben -tumbenan jam segini udah ada di kantor. Itu muka kenapa lagu madesu begitu bikin suasana kantor jadi suram," ucap Eddy sambil duduk di kursi depan meja Galaksi
"Jaga sopan santun nya ya, jangan seenaknya!!" Ucap Galaksi dengan tegas.
"Ya elahh Galaksi, masih jam tujuh lebih sepuluh menit, belum masuk jam kerja. Santai dikit kenapa. Lama-lama wajah lo keriputan marah-marah mulu. Bakalan susah dapetin istri yang baik hati kalo lo masih galak-galak kayak gitu," ucap Eddy dengan santai.
Suasana hati Galaksi yang tidak baik semakin menjadi buruk setelah mendengarkan perkataan assisten sekaligus sahabat nya itu. Diluar kantor mereka akrab layaknya sahabat tetapi jika di kantor mereka bekerja secara profesional.
"Junaediii!!!!" seru Galaksi.
Bila Galaksi sudah menyebutkan nama lengkap Eddy pasti dia sedang kesal. Bagaimana tidak, baru saja turun dari kamar nya dan ingin menikmati secangkir kopi hitam malah di todong pertanyaan kapan menikah dan membawa calon istrinya kerumah. Sudah pasti mood Galaksi di pagi itu langsung ambyar, kesal pastinya. Sang ayah memang lain dari pada yang lain, tak pernah bosan bertanya tentang hal yang Galaksi sendiri tidak tau kapan ada jawabannya.
"Yes, Boss!" jawab Eddy.
Galaksi menghela napas panjang, tubuhnya disandarkan ke kursi kebesarannya.
"Apa Sarah sudah datang?" tanya Galaksi
"Sepertinya sebentar lagi datang, memangnya ada apa bos?"
"Nanti jika Sarah sudah datang, suruh dia masuk keruangan saya dan bacakan agenda untuk hari ini. Dan kamu Eddy, silahkan kembali ke meja kerja kamu dan jangan lupa saya tunggu laporan tentang proyek pembangunan di Blok A segera," ucap Galaksi memberikan perintah
"Siap boss," ucap Eddy kemudian meninggalkan ruangan atasannya.
Tok
Tok
Tok
Tak lama setelah Eddy meninggalkan ruangan tersebut, seseorang mengetuk pintu dari luar
"Masuk!!" ucap Galaksi
Ternyata Sarah yang baru saja di tanyakan oleh Galaksi kepada Eddy sudah datang. Dia masuk kedalam ruangan tersebut dengan langkah yang melenggak lenggok sambil membawa buku agenda. Pakaian Sarah hari ini cukup terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuhnya terutama bagian dadanya yang sebesar buah jeruk bali.
"Selamat pagi Pak Galaksi, sekarang saya akan bacakan agenda untuk hari ini. Jam 9 ada pertemuan dengan kontraktor di Resto West art, kemudian dilanjut jam 1 siang meeting dengan departemen pemasaran dan jam 3 ada janji bertemu dengan perwakilan PT Edison Tbk untuk membahas kerjasama. Seluruh agenda sudah saya bacakan, apakah akan ada perubahan Pak?" ucap Sarah dengan suara yany sengaja di buat supaya terdengar seksi.
"Tidak ada dan terima kasih. Kamu bisa kembali ketempat kerjamu," ucap Galaksi tanpa melihatnya wajah Sarah sedikit.
"Apa bapak mau saya sediakan kopi seperti biasa?" Sarah masih mencob mencari perhatian Galaksi.
"Boleh seperti biasa gulanya satu sendok saja, jangan terlalu panas," jawab Galaksi
"Baik pak akan saya buatkan segera," ucap Sarah sambil meninggalkan ruangan atasannya. Tentu saja dengan langkah yang melenggak lenggok kan pantatnya.
Galaksi memijat ruang diantara alisnya, bosan rasanya melihat tingkah laku Sarah yang selaku kegenitan dan berusaha menggodanya setiap kali ada kesempatan. Ingin rasanya Galaksi mengganti sekretaris nya tapi jika hal itu terjadi berarti Sarah adalah sekretaris ke 26 yang di pecat dalam kurun waktu 2 tahun kebelakang. Galaksi sebenarnya ingin mencari sekretaris laki-laki namun tidak ada yang gerak dan kerjanya selincah perempuan.
Setelah menunggu kurang lebih 10 menit akhirnya Sarah kembali sambil membawa segelas kopi untuk Galaksi.
"Ini Pak silahkan di minum kopinya selagi panas," ucap Sarah dengans sedikit mendesah, tentu saja sambil mencondongkan tubuhnya agar bagian dadanya terlihat.
"Silahkan kamu boleh keluar," ucap Galaksi dengan dingin.
Sarah terpaksa mengikuti perintah dari atasannya karena tidak ingin kena marah akibat suasana hati Galaksi yang sedang buruk. Begitu keluar dari ruang atasannya dan menutup pintu, Sarah langsung melampiaskan rasa kesalnya dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Tentu saja itu dapat dilihat secara langsung oleh Eddy yang mejanya tepat berada di depan ruangan Galaksi.
"Napa lagi lo, keluar ruangan malah mesem gitu, kena omel pak Galaksi?" tanya Eddy
"Pak Galaksi jangan-jangan belok ya, body gue yang bohay gini masa dia ga tertarik sih?" keluh Sarah
"Hahahaha, kalo mau menggoda pak Gala dengan pakaian lo yang seperti itu salah sasaran lo, yang aja pak Gala jijik sama lo," balas Eddy sambil menahan tawanya
"Ehhh ini pakaian mahal lo jangan salah kira ya, ini khusus dibelikan oleh mantan boss gue yang dulu. Kayanya gue terlihat sangat seksi kalo pakai pakaian seperti ini," ucap Sarah dengan percaya diri sambil memperlihatkan bentuk tubuhnya yang bohay
"Mantan bos lo yang tua bangka itu, yang punya istri 3 terus kepalanya botak di belakang?? Hahahaha itu sih karena sifatnya mata keranjang, bisa-bisanya lo kena perangkap bos mesum, hahahaha." Ucap Eddy di iringi gelak tawa hingga perutnya terasa sakit akibat menahan tawa.
Sarah dengan hati yang dongkol kembi ke meja kerjanya. Dia memikirkan cara lain untuk menjerat Pak Galaksi agar jatuh kedalam pesonanya.
Kring
Kring
Terdengar bunyi telepon dari meja Eddy dan segera dia mengangkat nya.
"Hall-"
"Segera siapkan file dan dokumen untuk pertemuan kontraktor. Jangan sampai ada yang ketinggalan. Dan sampaikan ke Sarah jika ingin ikut dalam pertemuan segera ganti pakaiannya dengan yang lebih layak. Saya tidak ingin melihat dia kembali menggunakan baju yang kekecilan seperti itu kecuali dia sudah bosan dan ingin bekerja di tempat lain." Ternyata Galaksi yang menelepon Eddy
"Ba-"
Tuutt ...
Tuutt...
Lagi-lagi Galaksi selalu main sambar dan tutup teleponnya pada Eddy belum selesai berbicara. Pandangan Eddy langsung terarah ke Sarah yang sedang sibuk merias bibirnya dengan pewarna merah cabe. Teringat pesan Galaksi yang membuatnya semakin tertawa.
"Sarah lo di minta ganti baju jika ingin ikut ke pertemuan nanti dengan kontraktor. Terus pak Galaksi juga berpesan jika masih ingin bekerja disini jangan menggunakan pakaian model itu lagi," ucap Eddy
"Lo bohong ya??"
"Kalo ga percaya silahkan tanya Boss Gala, paling setelah ini lo segeda di damprat keluar perusahaan, jadi gembel deh lo,hahahahha" Eddy tertawa melihat wajah Sarah yang merah padam.
"Terus nasib gue gimana ini gue ga ada baju lain, kalo pulang juga percuma baju-baju kerja gue semuanya kayak gini," keluh Sarah, kepalanya mendadak pening dengan permintaan atasannya yang satu itu.
"Itu sih derita lo," celetuk Eddy, membuat Sarah semakin kesal.
"Dasar Junaedi sialan banget sih lo!! Awas ya nanti, gue akan balas," ucap Sarah dengan emosi
"Balas aja kalo lo bisa wleee," ucap Eddy sambil menjulurkan lidahnya meledek Sarah.
Eddy segera mempersiapkan semua keperluan, jangan sampai ada yang tertinggal terutama dokumen kontrak kerja sama dengan kontraktor.
.
.
Galaksi dan Eddy berjalan menuju lift, hanya berdua meninggalkan Sarah karena tidak menemukan baju pengganti. Saat baru beberapa langkah berjalan keluar dari lift tidak sengaja kaki Galaksi menendang sebuah ember yang berisi air. Sehingga sepatu basah terkena cipratan air yang tumpah.
Galaksi melihat sekeliling lobby untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab untuk kekacauan yang baru saja terjadi. Galaksi terpaksa menunda pertemuan nya dengan kontraktor dikarenakan sepatunya basah.
"Siapa yang sudah meletakkan ember disini??!!!" Teriak Galaksi terdengar hingga ke seluruh sudut lobby.
Seorang gadis datang dengan tergopoh-gopoh sambil membawa peralatan kerjanya apalagi kalo bukan pengepel lantai. Dia mendengar keributan di lobby ketika sedang membersihkan area pojok dekat meja resepsionis. Hari ini dia bertugas untuk mengepel area lobby dan membersihkan kaca dan pintu masuk.
Mendengar seseorang berteriak di lobby membuat gadis itu segera menghampiri orang tersebut. Matanya seketika membola ketika melihat area yang baru saja selesai dia bersihkan sudah dipenuhi oleh genangan air yang berasal dari ember yang dia gunakan sebagai tempat air guna membersihkan area lobby.
Galaksi merasa sangat kesal ketika mendapati sepatunya basah akibat dia tidak sengaja menendang sebuah ember yang terisi oleh air. Padahal sebentar lagi Dia memiliki janji bertemu dengan kontraktor dan terpaksa harus ditunda akibat sepatunya yang basah. Tidak mungkin juga galaksi memaksakan pergi dengan kondisi sepatu yang basah. Bisa saja hal tersebut akan membuat kakinya masuk angin atau kedinginan, pikir Galaksi.
Eddy yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa mengelus dada. Setelah ini pasti akan ada tragedi yang lebih parah Apalagi sudah mengganggu kepentingan Galaksi.
"Maaf Pak ini lantai kenapa bisa basah begini? Padahal baru saja saya selesai mengepel nya dengan kinclong dan wangi. Sekarang saya harus kembali mengepelnya agar tidak membuat celaka karyawan disini karena terpeleset. Bisakah lain kali bapak lebih hati-hati ketika berjalan," ucap Rumi menasehati.
Ya, dia adalah gadis yang bekerja sebagai office girl di perusahaan milik Galaksi. Mendengar hal tersebut Galaksi langsung memelototkan matanya, baru kali ini dia mendapati karyawan berani menasehati dirinya. Eddy yang ada dibelakang Galaksi memandang gadis tersebut dengan tatapan rasa kasihan karena berfikir gadis tersebut akan mendapatkan kesialan seumur hidupnya.
"Apa kamu selalu ceroboh seperti ini ketika bekerja?" tegas Galaksi
"Saya sudah bekerja sebaik mungkin, saya sudah memberikan tanda hati-hati lantai licin dan meletakkan ember di sebelahnya. Bagaimana bisa bapak berjalan tidak menggunakan mata dengan baik?" Ucap Rumi tanpa rasa takut sama sekali.
Dia belum menyadari jika sedang berhadapan dengan CEO sekaligus presiden direktur di tempatnya bekerja saat ini. Rumi memang baru 2 bulan bekerja dan belum banyak mengenal karyawan di tempat kerjanya yang sekarang.
"Apa kamu tidak tau siapa saya?" tanya Galaksi dengan angkuhnya.
"Maaf ya bapak, saya memang tidak mengetahui siapa anda. Tetapi kalaupun Anda adalah orang penting atau atasan saya sekalipun anda tetap salah. Karena di sini saya sudah bekerja dengan baik dan Anda yang berjalan tidak dengan hati-hati," jawab Rumi dengan santai.
Jika dia benar Rumi memang tidak pernah takut. Dan selalu menjunjung tinggi kebenaran walaupun harus berhadapan dengan orang yang paling berkuasa sekalipun. Bagi Rumi kebenaran adalah mutlak, berlaku untuk siapa saja tidak dibedakan berdasarkan harkat dan derajatnya.
"Cari mati juga ya itu cewek, belum tau Galaksi bisa bikin dia di pecat dan membuat gadis itu tidak di terima bekerja di manapun," gumam Eddy dalam hati.
Galaksi berusaha menahan amarahnya yang sudah sampai di ubun-ubun. Baru kali ini dia berhadapan dengan karyawan yang berani menegur dan menasehati dirinya. Padahal selama ini jika dia sudah berbicara tegas karyawan tidak berani membantah dan menundukkan kepalanya. Tapi berbeda dengan yang dilakukan oleh Rumi, Dia tidak takut sama sekali.
"Gara-gara ember sialan kamu ini sepatu saya jadi basah Padahal saya sedang ada pertemuan penting dengan klien. Gara-gara kamu perusahaan kita akan terancam bangkrut jika pertemuan kali ini gagal. Apa kamu siap menghadapi konsekuensinya?" Galaksi berusaha untuk mengintimidasi nya.
"Maaf Pak saya tidak terima jika bapak menyalahkan saya karena itu semua karena kecerobohan bapak yang tidak hati-hati ketika berjalan. Jadi apa yang terjadi dengan bapak bukanlah salah saya sepenuhnya," jawab Rumi dengan tegas. Dia tidak terima jika di salahkan begitu saja.
Galaksi memejamkan matanya dan memijat ruang diantara kedua alisnya. Ternyata gadis ini tidak bisa digeretak sama sekali seperti karyawan lainnya. Galaksi menarik salah satu sudut bibirnya, seperti menemukan sesuatu yang menarik.
"Lalu bagaimana dengan sepatu saya yang basah? Saya tidak mungkin datang bertemu dengan klien dengan kondisi sepatu saya yang basah. Apa kamu ingin perusahaan ini bangkrut dan karyawan si PHK hah!!" ucap Galaksi dengan ekspresi wajah galaknya. Dia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh gadis tersebut.
"Saya akan bantu mengeringkan sepatu anda Pak," jawab Rumi.
Galaksi tersenyum tipis di sudut bibirnya tanpa ada satupun orang yang menyadarinya. Tapi lain halnya dengan Eddy, Dia sedikit mencurigai Galaksi ingin bermain-main dengan gadis tersebut. Tidak biasanya Galaksi membuang-buang waktunya yang berharga untuk meneladani seorang karyawan rendahan, pasti ada sesuatu yang direncanakan oleh Galaksi.
"Oke baiklah lakukan dengan cepat karena saya tidak punya banyak waktu. Kamu hanya punya waktu setengah jam untuk mengeringkan sepatu milik saya. Jika gagal maka kamu akan langsung saya pecat," ucap Galaksi dengan lantang. Dia lalu membalikan badannya dan berjalan masuk ke dalam lift bermaksud kembali ke ruangan kerjanya.
"Eddy ikuti gadis itu dan segera bawa ke ruangan saya," ucap Galaksi memberi perintah.
.
.
Tak lama setelah galaksi masuk ke ruangannya, Rumi dan Eddy datang menyusul. Ternyata Rumi membawa sebuah hair dryer yang akan digunakan untuk mengeringkan sepatu milik atasannya.
Tanpa banyak bicara Galaksi langsung menyerahkan sepatunya yang basah kepada Rumi untuk dikeringkan. Tak lupa Rumi menyiapkan semir sepatu yang akan dia gunakan setelah sepatunya kering agar terlihat lebih kinclong.
Galaksi memperhatikan apa yang di lakukan oleh Rumi. Galaksi mulai tertarik pada hal-hal yang tidak biasanya dia perhatikan. Tiba-tiba muncul sebuah ide dalam pikirannya untuk menggangu pekerjaan Rumi.
"Saya haus," ucap Galaksi
Rumi menghentikan pekerjaannya dan mematikan alat hair dryer tersebut.
"Bapak ingin saya buatkan minum?" tanya Rumi
"Hemm, saya ingin kopi hitam. Tidak terlalu manis tetapi pahitnya pas di lidah. Airnya panas tapi ketika saya minum lidah saya tidak kepanasan tetapi bukan hangat juga. Apa kamu paham dengan permintaan saya?" Ucap Galaksi
"Paham bapak, saya akan buatkan segera." Rumi menyerahkan sepatu dan hair dryer tersebut kepada Galaksi. Dan bodohnya Galaksi menerimanya tanpa bantahan seperti terhipnotis begitu saja.
"Ini bapak lanjutkan dahulu sementara saat saya membuat minuman untuk bapak agar cepat kering. Dan tolong kerjakan dengan benar jika bapak tidak mau sepatu nya rusak," ucap Rumi.
"Ingat selama saya pergi ke pantry, Bapak jangan pergi kemana -mana, jangan sampai saya keliling perusahaan, naik turun tangga atau masuk kedalam toilet untuk mencari Bapak. Saya tidak ingin nantinya kopi buatan saya berkurang kadar kenikmatannya," lanjut Rumi
Galaksi hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan Rumi pergi menuju pantry untuk membuatkan kopi pesanan Galaksi.
Eddy yang sedari tadi masih berada di ruangan tersebut hanya bisa melongo melihat Galaksi mematuhi perintah gadis tersebut seolah-olah atasan sekaligus sahabatnya itu berubah menjadi seorang yang penurut.
Tiba-tiba saja Galaksi menyadari apa yang dia lakukan. Lantas dia meletakkan sepatu dan hairdryer tersebut diatas meja kerjanya.
"Sialan gue dikerjain sama karyawan gue sendiri!!!" Umpat Galaksi
Eddy tak bisa lagi menahan lebih lama tawanya. Eddy dengan puas menertawakan Galaksi yang bisa-bisanya dikerjai oleh gadis tersebut. Seperti ada kekuatan sihir yang membuat Galaksi patuh terhadap segala perintah gadis tersebut.
Taklama kemudian Rumi kembali masuk kedalam ruangan tersebut dengan membawa secangkir kopi hitam yang masih mengeluarkan asap. Aroma kopinya keluar dan terhirup oleh Galaksi.
"Silahkan pak, dicicipi pasti ketagihan." Rumi menyimpan secangkir kopi tersebut diatas meja kerja Galaksi.
Galaksi segera mengambil kopi tersebut karena penasaran dengan aroma dan rasanya. Pertama-tama Galaksi menghirup aroma yang dikeluarkan oleh kopi tersebut, ternyata sungguh nikmat dan menenangkan. Lalu bibirnya di tempelkan ke ujung cangkir tersebut untuk menyeruput sedikit dari cairan kopi tersebut.
Semua rasa langsung menguar jadi satu dalam mulut Galaksi. Panasnya pas, manis dan pahitnya juga pas bersatu menjadi rasa kopi yang luar biasa. Belum pernah dia merasa kopi seenak ini. Walaupun rasa manisnya lebih dari rasa manis kopi yang dia minum tapi entah mengapa Galaksi sangat menyukainya.
"Bapak ini sepatunya sudah kering dan sudah saya semir. Lihatlah keliatan seperti baru," ucap Rumi dengan bangga.
Galaksi hanya memutar bola matanya dengan malas, dia masih belum move on dari kenikmatan rasa kopi buatan Rumi.
"Mulai besok kamu bertugas membuatkan saya secangkir kopi begitu saya masuk keruangan ini. Kamu tenang saja mengenai tugas tambahan ini akan ada tambahan gaji untuk kamu,"
Rumi tersenyum bahagia mendengar jika dia akan mendapatkan tambahan gaji itu artinya dia bisa menyisihkan uangnya lebih banyak dari biasanya.
"Dan satu lagi, jangan panggil saya dengan sebutan Bapak karena saya bukan bapak kamu. Panggil saya Tuan!!!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!