NovelToon NovelToon

Ternyata Mereka Duo Luar Biasa

Bab 1 Error

"Semuanya satu juta delapan ratus enam puluh lima ribu rupiah Bu," ucap seorang perempuan yang berseragam seorang kasir bertuliskan nama departemen store terbesar di kota ini.

Di depan kasir tersebut terdapat seorang wanita cantik bergaya feminin dengan seorang anak laki-laki tampan dan seorang anak perempuan cantik. Wanita tersebut menyerahkan sebuah kartu debit pada kasir tersebut seraya berkata,

"Ini Mbak. Saya bayar pakai ini ya."

Kasir tersebut menerima kartu debit dari wanita cantik itu dan segera melakukan transaksi pada mesin EDC sesuai dengan nama bank yang tertera pada kartu debit tersebut.

"Silahkan Bu pin nya," tukas kasir tersebut sambil mengarahkan mesin EDC pada wanita tersebut.

Wanita itu menekan angka pada mesin EDC tersebut untuk memasukkan pin nya. Kemudian dia tersenyum dan berkata,

"Sudah Mbak."

Beberapa detik kemudian kasir tersebut mengernyitkan dahinya ketika membaca tulisan pada layar mesin EDC tersebut.

"Maaf Bu, kartu debitnya tidak bisa digunakan. Mungkin ada kartu yang lainnya?" tanya kasir tersebut sambil menyerahkan kartu debit itu kembali pada si pemilik kartu debit tersebut.

"Hah?! Apa?! Tidak bisa digunakan?" tanya wanita tersebut terlihat kaget mendengar perkataan kasir yang sedang menangani transaksi belanjanya.

"Iya Bu, maaf sekali lagi, apa Ibu memiliki kartu lain? Atau mungkin bayar cash saja Bu?" tanya kasir itu kembali sambil tersenyum.

"Kok bisa sih? Coba deh Mbak diulangi lagi," ujar wanita tersebut sambil mengernyitkan dahinya.

Kasir tersebut menarik kembali tangannya yang masih memegang kartu debit milik wanita yang sedang bertransaksi dengannya. Kemudian dia mengulanginya lagi dengan memasukkan chip pada mesin EDC bank yang sesuai dengan kartu debit itu.

"Maaf Bu, kartunya masih tidak bisa digunakan," ucap kasir tersebut sambil menyerahkan kembali pada wanita itu.

"Kok aneh? Sinyalnya kali mbak ya?" tanya wanita itu seolah tidak terima jika kartu debitnya tidak bisa digunakan.

Kasir tersebut tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berkata,

"Maaf Bu, saya tidak tau Bu."

"Ya sudah, saya coba bayar pakai QRIS saja ya," ujar wanita tersebut masih mempertahankan keinginannya membayar dengan fasilitas dari bank tersebut.

Matanya terbelalak ketika melihat m-banking miliknya tidak bisa digunakan. Hanya ada tulisan error di sana.

Kedua anaknya yang berada di sampingnya mengetahui perubahan ekspresi wajah mamanya. Mereka saling menatap seolah bertanya melalui mata mereka. Dan keduanya pun sama-sama menggedikkan bahunya, seolah tahu apa yang ditanyakan oleh mata yang menatapnya.

"Ada apa Ma?" tanya anak laki-laki yang masih berseragam sekolah dan bertuliskan nama di dadanya, Adelio Putra Atmaja.

"Iya, kenapa sih Ma?" tanya anak perempuan yang juga masih memakai seragam sekolah yang sama dengan anak laki-laki tersebut, bahkan badge kelas mereka pun sama dan bertuliskan nama pada dadanya, Adelia Putri Atmaja.

"M-banking nya gak bisa dipakai. Ada tulisan error malahan," jawab mama dari dua anak kembar tersebut.

"Ya udah deh Ma, pakai kartu lain aja," ujar Adelio seolah tidak sabaran.

"Iya Ma, pakai kartu lain aja. Tuh, kartu Mama masih banyak berderet. Gunakan saja salah satunya Ma. Kita sudah laper banget ini pulang sekolah," sambung Adelia dengan sedikit merengek.

Mama si dua anak kembar itu pun mengeluarkan kartu debit lain dan menyerahkannya pada kasir tersebut. Kasir tersebut menukar kartu debit yang ada di tangannya dengan kartu debit yang ada ditangan wanita itu.

Kasir itu melakukan kembali transaksi dengan menggunakan kartu debit yang baru saja diberikan oleh wanita itu. Setelah itu kasir tersebut kembali mempersilahkan wanita itu untuk memasukkan pin debitnya.

Bibir kasir tersebut melengkung ke atas ketika tertera tulisan sukses pada layar mesin EDC yang digunakannya.

"Sudah berhasil Bu pembayarannya. Ini kartunya," ucap kasir tersebut sambil tersenyum dan memberikan kartu debit milik wanita tersebut yang bertuliskan nama si pemilik kartu, Ayana Safira.

Wanita yang bernama Ayana itu mengangguk dan tersenyum manis pada kasir tersebut seraya menerima kartu debit miliknya yang di berikan oleh si kasir.

Kasir tersebut memberikan beberapa kantong belanja yang berlogo departemen store itu seraya berkata,

"Ini barang belanjaannya Bu. Terima kasih."

Ayana beserta Adelio dan Adelia terbelalak ketika membalikkan badannya dan melihat betapa panjangnya antrian yang ada di belakangnya.

"Ma, sepertinya ini semua karena Mama," ucap lirih Adelio sambil berjalan cepat membawa empat buah kantong plastik yang berisi barang belanjaan mereka.

"Iya Ma, sepertinya ini karena Mama yang terlalu lama bertransaksi di kasir tadi," sambung Adelia yang berkata lirih dan berjalan cepat mengikuti kakaknya sambil membawa empat kantong plastik yang berisi barang belanjaan mereka.

Ayana menghela nafasnya melihat sikap kedua anak kembarnya. Dia tersenyum sambil berjalan cepat dengan membawa empat kantong belanja yang berisi belanjaan mereka.

"Adelia... Adelio... Sebentar, Mama mau ke sana," panggil Ayana dengan sedikit keras agar kedua anaknya yang berada di depannya bisa mendengarnya.

Adelia dan Adelio menghentikan langkahnya. Mereka menoleh ke belakang, di mana mamanya berada.

"Mau ke mana lagi sih Ma?" tanya Adelio dengan memajukan bibirnya, tanda bahwa dia sedang kesal saat ini.

Ayana menunjuk ke arah sisi kanannya menggunakan dagunya, di mana terdapat beberapa mesin ATM yang bertuliskan nama masing-masing bank.

"Ngapain lagi Ma? Biasanya Mama juga paling gak suka bawa uang cash banyak-banyak," ucap Adelio sambil berjalan menghampiri mamanya, diikuti oleh Adelia.

"Mama mau ambil uang di bank yang tadi. Mama penasaran saja, kenapa tadi kartu debit dan m-banking Mama gak bisa digunakan," jawab Ayana setelah kedua anaknya itu berdiri di depannya.

Ayana berjalan menuju deretan mesin ATM yang berjajar dengan tulisan masing-masing Bank. Dia masuk pada bilik ATM sesuai dengan bank yang tertera pada kartu debit tersebut.

"Loh... loh... ini kenapa sih? Kenapa bisa begini? Kok gak bisa? Ada apa sih?" tanya Ayana dengan paniknya.

Merasa mamanya terlalu lama berada di dalam bilik ATM tersebut, Adelia masuk untuk menyusul mamanya.

"Ma, lama banget sih. Buruan dong, Adel kuadrat lapar nih," rengek Adelia ketika masuk ke dalam bilik tersebut.

"Adelia, coba nih lihat. Kenapa gak bisa ya? Dari tadi tulisannya gini. Yang rusak mesin ATM nya atau gimana?" tanya Ayana sambil memencet angka pin untuk melihat saldo miliknya.

"Ah... ini error kayaknya Ma dari pusat. Mama tanya ke customer service aja deh Ma, kenapa kartu Mama gak bisa digunakan," jawab Adelia dengan entengnya sambil menarik-narik baju mamanya, layaknya anak kecil yang sedang menginginkan sesuatu.

Ayana menghela nafasnya sambil mengeluarkan kartu ATM nya dari mesin tersebut. Dia berjalan keluar dengan tangannya yang ditarik oleh Adelia.

"Kita makan di mana?" tanya Ayana sambil berjalan di antara kedua anak kembarnya.

"Di restoran biasanya aja deh Ma. Lio ajak Papa ya Ma, biar Papa datang ke restoran seperti biasanya," jawab Adelio yang masih membawa beberapa kantong plastik belanjaan mereka tadi.

"Ide yang bagus. Ya sudah, kabari Papa sekarang," ujar Ayana dengan antusias.

Adelio berhenti dan meletakkan semua kantong plastik yang dibawanya di lantai. Kemudian dia mengambil ponselnya dalam saku celananya dan menghubungi papanya.

Setelah selesai menghubungi papanya, dia mengambil semua kantong belanjaannya tadi dan kembali berjalan bersama dengan mama serta adik kembarnya menuju mobil mereka.

"Mama tuh heran, kenapa ya kartu debit Mama gak bisa melakukan transaksi apa pun. Sampai-sampai ambil uang pun gak bisa. Kenapa ya?" tanya Ayana yang terlihat sedang berpikir.

"Apa mungkin Ma, kartu Mama diblokir sama Papa?" celetuk Adelio dengan entengnya.

"A-apa?! Diblokir?!"

Bab 2 Keluarga Luar Biasa

Rafael dengan senyum bahagianya masuk ke dalam restoran melangkahkan kedua kakinya yang ringan menghampiri istri tercintanya dan kedua anak kembarnya.

"Halo kesayangan Papa semuanya...," Seru Rafael ketika masuk ke dalam ruangan VIP restoran yang biasanya mereka datangi.

Semua pasang mata mengarah padanya. Dalam hatinya berkata,

Kenapa mereka semua melihatku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?

Rafael melihat dirinya dari bawah hingga berakhir di dadanya. Kemudian dia kembali berkata dalam hatinya,

Enggak ada yang salah. Lalu kenapa mereka melihatku seperti itu?

Rafael mengacuhkan perasaan herannya itu. Dia tetap berjalan menghampiri istri dan kedua anak kembarnya sambil tersenyum manis pada mereka.

Dia duduk pada kursi yang ada di dekat istrinya dan berkata,

"Apa kalian semua sudah menunggu lama? Maaf ya Papa terkena macet tadi."

Semuanya hanya diam, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Rafael pada mereka bertiga.

Merasa tidak ada yang menjawabnya dan merasakan situasi yang aneh saat ini, Rafael tersenyum kaku dan berkata,

"Bagaimana belanja kalian? Apakah menyenangkan?"

Bukannya jawaban yang didapatkan oleh Rafael, dia malah mendapatkan tatapan tajam dari istrinya.

Seketika Rafael menelan ludahnya melihat tatapan tajam dari istrinya yang seolah menghunusnya.

"Sayang, Ay, ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Rafael dengan gugup dan terbata-bata.

Adelio dan Adelio menahan tawanya. Mereka berdua hanya menyaksikan tingkah lucu kedua orang tuanya seperti biasanya. Mereka tidak mempunyai pikiran buruk tentang kedua orang tua mereka. Menurut mereka, itulah cara kedua orang tua mereka menyatakan cinta dan kasih sayang mereka.

Ayana mendekatkan badannya pada suaminya. Dia menatap tajam kedua mata suaminya yang berada dekat dengannya dan berkata,

"Menyenangkan. Sangat... sangat menyenangkan. Hingga aku malu di depan banyak orang."

"Malu? Kenapa Ay?" tanya Rafael sambil mengernyitkan dahinya.

Ayana semakin mendekatkan wajahnya pada wajah suaminya. Bahkan tatapan tajamnya itu seolah sudah benar-benar menusuk ke dalam mata suaminya. Dalam posisi seperti itu dia berkata,

"Karena ulahmu."

"Hmmm?! Aku? Kenapa aku?" tanya Rafael sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.

"Iya. Karena kamu memblokir kartu debit ku di Bank XYZ, aku tidak bisa menggunakannya ketika membayar di kasir. Pasti semua orang mengira jika kartu debit yang aku gunakan tidak ada saldonya. Ah... Sebel pokoknya... Malu...!" ujar Ayana dengan menggenggam kuat-kuat kedua tangannya di hadapan Rafael.

Rafael kembali menelan ludahnya melihat kekesalan istrinya. Terlebih istrinya itu seolah mengatakan jika dirinyalah sebagai seorang suami yang telah memblokir kartu debit milik istrinya yang khusus digunakan untuk berbelanja.

"Tapi aku gak pernah memblokir kartu debit maupun kartu kredit mu Sayang. Mungkin mesin EDC nya atau sinyalnya aja yang sedang bermasalah. Atau mungin server nya yang sedang bermasalah," tukas Rafael dengan sungguh-sungguh.

"Bohong!" sahut Ayana dengan cepatnya dan masih menatap tajam pada suaminya.

Rafael menghela nafasnya yang sangat berat. Baginya, kekesalan dan kemarahan istrinya lebih menyulitkan baginya dibandingkan dengan pekerjaan yang sudah menumpuk banyak. Diraihnya kedua tangan istrinya dan menatap dengan lembut pada istrinya itu seraya berkata,

"Aku berani bersumpah Sayang. Aku gak pernah melakukan itu. Lagi pula buat apa aku melakukannya? Bukankah selama ini aku gak pernah melakukan hal itu?"

"Ya mungkin saja agar aku dan anak-anak lebih berhemat lagi," jawab Ayana dengan entengnya.

Merasa kekesalan istrinya semakin besar, Rafael berusaha dengan sangat keras untuk bisa membujuknya. Diraihnya kedua tangan Ayana dan diciumnya. Kemudian dia berkata,

"Ay, jangan ragukan aku. Aku bersumpah gak pernah lakukan itu."

"Lalu, kenapa m-banking dan kartu debit gak bisa digunakan? Bahkan aku mencoba transaksi di mesin ATM pun gak bisa," ujar Ayana dengan sewotnya.

Rafael tetap bersikukuh tidak melakukan apa pun pada rekening istrinya. Dia masih berusaha keras untuk membujuk dan merayu istrinya agar tidak lagi kesal dan marah padanya.

Mereka berdua tidak pernah sungkan memperlihatkan keromantisan mereka di hadapan kedua anak mereka. Bahkan mereka berdua selalu saja mengumbar keromantisan mereka berdua di hadapan semua orang, sehingga membuat orang lain iri melihat keromantisan mereka berdua.

Tiba-tiba mata Adelio terbelalak melihat berita yang beredar di beberapa media sosial miliknya. Kemudian dia berkata,

"Ma, Pa, sepertinya ini memang error dari pusat bank nya deh."

Sontak saja Ayana dan Rafael menoleh ke arah Adelio yang berada tepat di hadapan mereka.

"Apa maksudmu Boy?" tanya Rafael pada putranya, Adelio.

Adelio meletakkan ponselnya di atas meja, tepat di hadapan Ayana dan Rafael seraya berkata,

"Coba Mama sama Papa lihat ini."

Rafael mengambil ponsel milik Adelio dan melihatnya. Ayana pun ikut melihat apa yang ditunjukkan oleh putra mereka.

Mata mereka berdua terbelalak membaca berita tentang bank yang mereka ributkan sejak tadi. Ayana segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mencari berita tentang bank tersebut.

Dia menghela nafasnya dan menoleh ke arah suaminya yang duduk di sebelahnya. Kemudian dia berkata,

"Sepertinya Papa memang gak bohong."

Rafael mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya, kini dia menatap istrinya yang sedang tersenyum padanya. Dia pun membalas senyuman istrinya itu dengan senyuman manisnya.

"Wah... Parah... ternyata sudah lebih dari dua belas jam error nya. Lihat ini, kasihan nasabahnya. Mereka lebih kesulitan dari pada Mama. Bahkan ada yang gak bisa makan karena karena gak memiliki uang cash. Masih banyak lagi kesulitan mereka yang lain, bahkan ada yang gak bisa pulang ke rumah yang ada di luar pulau karena uangnya ada di rekening bank itu tadi, sedangkan urusannya sangat mendesak, orang tuanya sedang sakit dan mencarinya. Parah banget gak sih Kak?" tanya Adelia sambil menghadap ke arah Adelio yang dipanggil kakak olehnya.

"Ck! Gimana sih tim IT nya mereka? Kenapa bisa separah ini? Error selama satu jam saja sudah bisa dikatakan parah dan merugikan nasabah, bagaimana bisa ini hingga berjam-jam?" omel Adelio yang terlihat sangat kesal membaca berita tersebut.

Ayana dan Rafael saling menatap. Mereka bingung dengan kekesalan hati dari kedua anak kembar mereka.

"Sudah aku putuskan, Adelio akan menjadi seorang ahli IT hebat yang bisa menangani masalah-masalah seperti ini. Tentunya, aku akan menjadi hecker jenius yang ditakuti oleh semuanya," ujar Adelio dengan sangat yakin dan bersungguh-sungguh.

"Adelia juga sudah memutuskan akan menjadi banker hebat dan tentunya cantik dibandingkan banker yang lain," ujar Adelia dengan sangat yakin dan sungguh-sungguh, tidak mau kalah dari saudara kembarnya.

"Hah?! Kenapa kalian jadi begini? Apa kalian bersungguh-sungguh?" tanya Rafael yang tidak yakin dengan perkataan kedua anak kembarnya.

"Mereka masih labil Pa, biarkan saja mereka punya impian sebanyak mungkin," sahut Ayana sambil meraih gelas minumnya.

Adelio dan Adelia saling menatap. Mereka saling mengangguk dan berkata bersamaan,

"Siapa bilang kami bercanda dan tidak sungguh-sungguh?"

Bab 3 Payung Cinta

Seorang gadis cantik memandangi hujan yang turun dengan derasnya dari dalam mobil yang sudah berada di parkiran depan kantornya.

"Ck! Tumben sekali sih pagi-pagi udah hujan deras begini. Mana aku gak bawa payung lagi. Nyesel banget payungnya aku keluarkan kemarin, jadi lupa kan belum aku masukin lagi," gerutu gadis tersebut disertai helaan nafasnya.

Gadis tersebut melihat dirinya sendiri dan kembali menghela nafasnya. Dia mengacak-acak rambutnya seraya berkata,

"Bagaimana ini? Seragam sudah aku pakai, sedangkan aku juga lupa membawa baju ganti. Pasti basah kan ya kena air hujan yang deres banget itu?"

Tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari ponsel gadis tersebut. Gadis itu segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mengarahkan layar ponsel tepat mengarah padanya ketika melihat nama sang mama pada layar ponselnya sedang melakukan panggilan video padanya.

"Mama... anakmu dalam kesulitan," ucap gadis tersebut sambil memperlihatkan puppy eyes nya.

Sudah Mama duga. Pasti kamu gak bawa payung dan baju ganti. Benar kan? tanya sang Mama yang terlihat sedikit kesal pada layar ponsel gadis itu.

Gadis tersebut menganggukkan kepalanya sambil memperlihatkan wajah sedihnya dan berkata,

"Adelia harus gimana Ma?"

Bagaimana lagi? Kamu harus menghubungi temanmu yang sudah datang dan minta bantuannya untuk memberikan payung padamu. Cepatlah Lia, sebentar lagi kamu akan telat masuk kerja, ujar sang Mama dari seberang sana yang terlihat sedang sibuk memotong sayuran di dapur.

"Baiklah Ma," ucap Adelia lirih disertai helaan nafasnya.

Setelah itu Adelia menekan tombol merah untuk mereka mengakhiri panggilan telepon video tersebut. Dia menatap bangunan besar yang ada di depannya sambil menghubungi seseorang menggunakan ponselnya.

Namun, dari beberapa nomor yang dihubunginya, tidak ada satu pun yang menerima panggilan telepon darinya, sehingga semua telepon tersebut hanya berakhir menjadi panggilan tidak terjawab.

"Sudahlah, lebih baik aku berlari masuk saja. Palingan juga basah semua," ujar Adelia disertai helaan nafasnya.

Diraihnya tas miliknya yang berada di kursi sampingnya. Setelah itu dia membuka pintu mobilnya dan bersiap untuk lari menembus derasnya hujan menuju kantornya yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Mata Adelia terbelalak ketika dia keluar dari dalam mobil, ada sebuah payung yang melindunginya dari derasnya hujan. Adelia menoleh ke arah orang yang sedang memayunginya. Dia terpanah melihat seorang laki-laki tampan, memakai seragam security bertuliskan namanya, Arion, sedang tersenyum padanya.

"Silahkan Mbak, saya antar ke dalam. Hati-hati Mbak. Agak ke sini, agar tidak basah," ucap Arion sambil memayungi dirinya dan Adelia dalam satu payung.

Adelia pun lebih mendekat pada Arion. Kini mereka berjalan dengan sedikit berjarak. Merasa bahunya sedikit terkena air hujan, Adelia bergerak lebih menengah, sehingga tangannya berdempetan dengan tangan Arion.

Mereka berdua terlihat salah tingkah di tengah derasnya hujan yang seolah menjadi saksi mereka berdua.

"Terima kasih, nanti aku pasti akan membalas kebaikanmu," ujar Adelia ketika mereka sudah berada di depan kantor bank swasta yang menjadi tempat kerja mereka.

"Tidak usah Mbak, ini sudah menjadi tugas saya untuk membantu karyawan yang membutuhkan bantuan," tukas Arion sambil tersenyum pada Adelio.

Adelia tersenyum melihat ketulusan hati Arion yang terlihat jelas di matanya. Kemudian dia berkata,

"Saya tidak suka berhutang budi dengan orang lain."

Seketika Arion terperangah mendengar perkataan Adelia. Dia tidak pernah bertemu dengan perempuan sepertinya. Dia pun tersenyum dan berkata,

"Kalau begitu, Mbak Adelia bisa mentraktir saya makan siang."

"Kok kamu tau nama saya?" tanya Adelia sambil mengernyitkan dahinya.

"Itu Mbak, maaf saya lancang melihatnya," jawab Arion sambil menunjuk name tag yang sudah dipasang oleh Adelia sejak berangkat dari rumah, seperti kebiasaannya setiap hari.

Adelia terkekeh melihat name tag miliknya yang ditunjuk oleh Arion. Kemudian dia berkata,

"Baiklah, aku akan mentraktir kamu makan siang. Aku akan masuk dulu. Terima kasih Arion."

Arion terkesiap mendengar namanya disebut oleh perempuan cantik yang selalu menjadi perbincangan orang seluruh kantor karena kecantikan, kepintaran dan sikap baiknya pada semua orang.

Senyum Arion tidak pernah pudar. Dia sangat bahagia sekali pagi ini. Perempuan yang selalu menjadi penyemangat paginya hanya dengan melihat senyumnya, kini secara nyata lebih dekat dengannya.

Di dalam ruangan kantornya, Adelia tanpa sadar selalu tersenyum. Entah mengapa senyuman dari Arion selalu terlintas di matanya. Hingga pekerjaannya sedikit terganggu karena mengingat janji makan siang bersama dengan Arion.

Setiap beberapa menit sekali Adelia selalu melihat ke arah jam yang terlilit di tangan kirinya. Dia menghela nafasnya ketika mendapati jam makan siang masih kurang beberapa jam lagi.

Beberapa detik kemudian dia menghentikan pekerjaannya. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berkata,

"Lia... Lia... Kenapa kamu jadi seperti ini? Hanya sebagai tanda ucapan terima kasih saja, kenapa kamu jadi berlebihan begini? Aneh sekali, kenapa aku sangat menantikan makan siang ini?"

Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan pada ponsel Adelia. Dia terhenyak dari pikirannya. Segera diraihnya ponsel yang ada di mejanya. Dia tersenyum melihat pesan yang dikirimkan oleh mamanya.

Ternyata mamanya itu sangat mengkhawatirkannya. Ayana menanyakan tentang keadaannya yang diyakini mamanya, Adelia berlari masuk ke dalam kantornya dengan menerjang hujan yang sangat deras sekali pun. Karena mamanya tau betul jika putri kesayangannya itu tidak mau menyusahkan orang lain.

Adelia segera membalas pesan mamanya. Memang setiap jam kerja, mamanya tidak pernah melakukan panggilan telepon padanya, mamanya itu hanya mengirimkan pesan jika di jam kerja karena dia tidak mau mengganggu pekerjaan putrinya.

Beberapa detik setelah Adelia membalas pesan mamanya, dia kembali mendapatkan pesan masuk dari mamanya.

Rupanya mamanya itu ingin tau tentang orang yang memayungi putrinya. Adelia tersenyum dan membalas kembali pesan mamanya.

Detik, menit dan jam berlalu tanpa sadar setelah Adelia terlampau fokus pada pekerjaannya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak dikenalnya.

Maaf Mbak Adelia, saya Arion. Sepertinya siang ini saya tidak bisa menerima balasan ucapan terima kasih dari Mbak Adelia. Mungkin lain kali saja Mbak. Atau jika Mbak Adelia tidak keberatan, nanti sepulang kerja saja kita makan bersama.

"Apa ini? Apa dia mengajakku kencan untuk makan malam? Bagaimana bisa dia mendapatkan nomor HP ku?" celetuk Adelia sambil menatap layar ponselnya.

Tiba-tiba pintu ruangan Adelia terbuka, dia menoleh ke arah pintu tersebut untuk mengetahui siapa yang membuka pintu ruangannya.

Masuklah seorang perempuan yang tidak asing baginya sedang tersenyum padanya sambil berjalan masuk menghampirinya.

"Makan siang yuk Lia... Jangan kerja terus, nanti kamu cepat kaya. Kasihan kan aku yang gak rajin ini," rengek perempuan yang memakai seragam sama dengan Adelia dan ber name tag Mia.

Adelia terkekeh mendengar rengekan dari sahabatnya itu. Mia, sahabat Adelia semenjak di bangku kuliah. Mereka lolos seleksi bersama ketika melamar kerja di bank swasta tersebut.

Adelia mengambil dompet dan ponselnya, kemudian dia merangkul pundak sahabatnya itu seraya berkata,

"Mau makan di mana sahabatku? Sahabat kaya mu ini akan mentraktir mu."

Seketika mata Mia berbinar. Kemudian dia melepaskan tangan Adelia yang berada di pundaknya dan menarik tangan Adelia untuk segera berjalan keluar kantor seraya berkata,

"Akan aku tunjukkan tempat makan yang ingin aku kunjungi siang ini."

Adelia hanya terkekeh sambil berjalan dengan tangannya yang masih ditarik oleh Mia. Di depan kantornya, Adelia sempat bertatap mata dengan Arion yang tersenyum dan mengangguk hormat padanya.

Mia mengikuti arah pandang Adelia. Dia mengernyitkan dahinya ketika melihat seorang security bank tempat mereka bekerja sedang tersenyum pada Adelia. Kemudian dia berkata,

"Lia, apa kamu kenal sama security yang sepertinya sedang tersenyum padamu?"

Seketika Adelia terkesiap. Dia baru menyadari jika di sampingnya ada Mia yang siap mewawancarainya jika dia mengetahui apa yang terjadi di antaranya dengan Arion. Dia segera mencari akal agar Mia, sahabatnya yang kepo itu tidak lagi menanyakan tentang hal itu.

Tiba-tiba terbersit di kepala Adelia untuk bertanya sesuatu pada Mia.

"Mia, kenapa teleponku tadi pagi gak kamu angkat?" tanya Adelia sambil menatap tajam pada Mia, sehingga membuat Mia meringis ketakutan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!