'Seorang pendosa belum tentu di tempatakan di golongan orang-orang munafik, tidak ada yang tau bagaimana isi hati seseorang" -riri-can
🌾🌾🌾
Disha baru saja bergabung sarapan pagi dan mendapat tatapan sinis dari kedua saudaranya.
Disha adalah anak kedua dari tiga bersaudara, mereka bertiga bukanlah saudara seperti pada umumnya. Nyatanya ketiganya saling menjatuhkan, terlebih kedua saudaranya itu begitu gelap mata pada harta, kadang membuat Disha geram dengan harta hal itu.
Seandainya dirinya memiliki saudara yang baik dan perhatian maka beda pula ceritanya, entah kenapa kedua saudaranya selalu mencemooh dirinya dengan perkataan kasar dan mengatakan jika dirinya adalah anak hasil selingkuhan.
Disha paham mereka berbuat sedemikian karena memang benar jika dirinya adalah putri hasil dari hubungan gelap Duanda dengan seorang wanita bayaran yang bernama Mila. Mila menolak kehadiran dirinya dan memberikan Disha pada Duanda pada saat berusia 5 tahun.
Disha masih mengingat dengan jelas bagaimana istri sah dari Duanda menolaknya saat itu. Bahkan Maria dengan teganya mengirimkannya saat itu ke panti asuhan tetapi Duanda kembali menjemputnya membuat rumah tangga Duanda saat itu terserang badai yang sangat besar.
Beruntungnya Duanda bisa mengatasinya, dengan perjanjian jika nama keluarga Duanda tidak melekat pada ujung nama Disha.
Disha adalah korban dari keegoisan Duanda dan Mila, kehadirannya merupakan bencana bagi keluarga Duanda sehingga keluarga Duanda satu pun tidak ada yang menyukainya.
'Ehemm... Pa, sebentar lagi pembayaran UKT apa bisa papa lebihin uangnya buat beli tas yang Fara incar?" ujar Fara dengan wajah memohon
Fara adalah mahasiswa semester 4 yang satu universitas dengan Disha, bedanya Disha mendapatkan beasiswa sedangkan Fara tidak.
'Berapa yang kamu butuhkan?" tanya Duanda menatap putri bungsunya itu
'Hanya 30 juta pa" Fara melirik Disha sinis
'Baiklah nanti papa transfer ke rekening kamu" Duanda sekilas melihat Disha yang fokus pada makanannya
'Aku juga dong pa, Gea juga pengen beli baju soalnya Gea udah 3 hari nggak belanja" rengek Gea yang merupakan anak sah pertama Duanda
'Baiklah nanti papa kirim, dan kamu Disha apa tidak butuh sesuatu?" tanya Duanda melihat Disha yang ingin berbicara tetapi langsung di potong Maria
'Sudahlah pa, papa kan tau sendiri jika anak haram tidak mendapatkan harta dari ayah biologisnya, bahkan di dalam agama pun anak haram ada di nasab ibunya jadi sudah jelas jika Disha tidak boleh papa nafkahi" ujar Maria dengan menghina Disha
'Lagian dia numpang di rumah ini saja sudah syukur" sambung Maria menatap tajam Disha yang diam saja
Duanda melotot pada Maria, menurutnya perkataan istrinya sudah begitu menusuk pada Disha, Duanda sadar jika semua ini terjadi karena perbuatannya sendiri, seandainya waktu bisa di putar maka Duanda lebih memilih tidak bermain dengan Mila sehingga Disha tidak akan pernah lahir ke dunia ini.
'Disha tidak ada pembayaran pa, lagian Disha dapat beasiswa" jawab Disha dengan nada tegas seolah mengejek kedua saudaranya yang tidak pernah mendapatkan beasiswa
Gea dan Fara melotot marah karena merasa di ejek oleh Disha yang merupakan anak haram.
'Cih! Hanya anak haram belagu banget. Sadar diri dong! kamu itu adalah putri wanita malam! wanita penggoda!" hardik Fara
Disha menutup matanya menahan rasa sakit di uluh hatinya, perkataan tajam itu sudah berulangkali Fara ucapkan padanya tetapi rasanya masih begitu sakit di hatinya.
'Fara! hentikan!" teriak Duanda
'Aku sudah kenyang, permisi" pamit Disha segera meraih tas nya
Disha menghidupkan motor maticnya yang merupakan hasil kerja kerasnya yang bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan selama hampir 3 tahun.
Disha sadar jika dirinya tidak akan berhak mendapatkan harta dari Duanda karena secara agama dirinya bukanlah tanggung jawab Duanda melainkan tanggung jawab ibunya.
'Sebentar lagi, hanya sebentar lagi kamu akan keluar dari kekejaman ini, sabarlah Disha" Disha menguatkan dirinya sendiri
Disha tengah magang di salah satu perusahaan ternama, kampus merekomendasikan dirinya untuk magang di perusahaan itu karena nilai-nilai Disha di atas rata-rata bahkan nilainya selalu sempurna sehingga dirinya di terima magang di perusahaan yang bergerak dalam bidang desain bangunan.
'Astagaa! Bahkan besok gue harus bimbingan, susah bener dah harus kesana kemari, mana tabungan semakin menipis" runtuk Disha
Disha memutuskan untuk berhenti di restoran itu karena fokus pada skripsinya dan magangnya, dan beruntungnya perusahaan tempatnya magang memberikan gaji pada anak magang dengan catatan mereka harus bekerja seperti karyawan pada umumnya.
Gaji itu lumayan untuk kebutuhannya terlebih di semester akhir ini pengeluarannya berkali-kali lipat dari sebelumnya membuatnya harus irit.
Disha sampai di perusahaan itu langsung duduk di kursinya, memeriksa beberapa desain yang dikirim oleh bagian desain untuknya.
'Bersabarlah Disha menjadi seorang arsitek tidak akan mudah, butuh usaha yang keras" Disha menyemangati dirinya
'Pagi Disha" sapa Juna yang merupakan satu divisi dengannya
Juna merupakan anak magang juga dari universitas lain, di perusahaan itu ada tiga orang anak magang dan mereka di tempatkan di bagian pemeriksaan, tugas itu sangatlah berat karena itu merupakan hasil akhir.
'Pagi juga Jun" balas Disha kembali fokus pada kerjaannya
'Tumben cepat?" Juna kepo pada Disha
'Huss... nggak usah sibuk urusi urusan orang, sana ke kursi lo" usir Disha yang tidak mau di ganggu untuk hari ini
Jujur saja Disha merasa hari ini terasa suram, hatinya begitu gelap dengan semua cemooh saudaranya.
'Santai dong, sepulang kerja nanti divisi kita ngadain makan-makan, lo ikut nggak?" tanya Juna
'Gue masih sibuk ngurusin skripsi gue Jun, lain kali aja" tolak Disha halus
Disha juga ingin ikut tetapi tugasnya lebih penting, nanti setelah skripsinya sudah selesai maka Disha akan makan sepuasnya.
'Alah gitu aja alasannya, kita udah hampir 2 bulan magang tapi lo nggak pernah ikut makan-makan, ntar yang lain mikir kalau lo itu sombong" Juna mengeluarkan pendapatnya
'Udahlah Jun, jangan ganggu gue dulu lagi fokus ini, sana pergi aja" usir Disha
Akhirnya Juna memilih pergi ke merjanya yang sesekali melirik Disha yang masih fokus pada beberapa desain yang harus di periksa.
Disha paham jika ucapan Juna tadi merupakan hal yang harus di waspadai karena kerja antar sesama divisi merupakan hal terpenting apalagi komunikasi yang baik harus terjalin erat agar bisa saling terbuka tetapi Disha merasa dirinya tidak layak untuk bersama dengan yang lainnya, menurutnya kedatangannya hanya akan memperkeruh suasana.
Disha memilih untuk diam saja, padahal di dalam hatinya begitu ingin, statusnya berbeda dengan yang lainnya membuatnya minder.
🌾🌾🌾
Umm.... Ini novel ke sekian author, semoga kalian suka dengan novel author yaa....
riri-can
'Jangan pernah menceritakan kisah keluarga bahagia kalian pada seorang anak yang tidak mempunyai keluarga utuh, kalian pasti melihatnya hanya tersenyum padahal dalam hatinya begitu hancur"-riri-can
🌾🌾🌾
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan waktunya sudah sesuai dengan waktu pulang jam kerja.
'Lo beneran nggak mau ikut?" tanya Juna kembali
'Enggak Juna, gue ada urusan penting, lain kali saja" tolak Disha merapikan beberapa barangnya
Beberapa anggota divisi pemeriksaan menatap Disha, ada yang mencemooh ada juga yang maklum karena sekarang Disha sedang sibuk-sibuknya.
Disha pamit pulang terlebih dahulu dari yang lain, motornya ada di parkiran khusus roda dua.
Disha merasa begitu malas untuk pulang ke rumah mewah itu, di rumah itu Disha merasa selalu berhadapan dengan beberapa siluman.
Disha paham bagaimana perasaan mereka saat mama mereka sendiri di selingkuhi oleh ayah mereka sendiri dan parahnya selingkuhannya sudah memiliki anak, tetapi Disha juga korban disini. Seharusnya dia juga marah tetapi mengapa rasanya begitu sulit, Disha merasa jika kesalahan kedua orang tuanya di limpahkan padanya yang sama sekali tidak mengerti apa-apa.
Sesampainya di rumah mewah itu, Disha segera memasukkan motor maticnya ke garasi rumah.
'Pasti mereka sedang makan malam" guman Disha menatap jam yang melingkar di tangannya
'Sebaiknya gue masuk sebentar lagi, takut ganggu keharmonisan keluarga ini" Disha memilih duduk di kursi yang ada di depan rumah
Setengah jam Disha duduk di luar dan sibuk dengan pikirannya tanpa mengetahui jika Duanda membuka pintu rumah.
'Loh? Disha? ngapain kamu duduk disini? apa sudah makan?" tanya Duanda menatap Disha yang kaget
'Ehhh... Disha tadi kelelahan jadi duduk sebentar, dan Disha sudah makan kok tadi bareng teman-teman pa" Disha sengaja berbohong agar Duanda tidak banyak bertanya lagi
Jujur saja melihat Duanda, hati Disha terasa sakit, andai dirinya tidak lahir ke dunia ini pasti dia tidak akan di cemooh.
'Kenapa masih di luar? Ayo masuk sebentar lagi sepertinya akan turun hujan" Duanda menatap Disha dengan tatapan bersalahnya
Duanda mengaku jika dirinya adalah pria yang egois, dulu karena gelap mata dirinya selingkuh dengan seorang wanita malam naasnya hubungan mereka membuahkan hasil yaitu seorang anak yang tidak lain adalah Disha, perselingkuhan itu di ketahui oleh Maria dan mengancam akan bercerai jika Duanda tidak segera meninggalkan selingkuhannya itu, Duanda sangat mencintai Maria sehingga tidak mau Maria meninggalkannya alhasil Duanda meninggalkan Mila yang pada saat itu tengah hamil tua, setelah Disha berusia 5 tahun, Mila menyerahkan Disha pada Duanda.
Kehadiran Disha di biduk rumah tangga Duanda menjadikan bumerang yang begitu besar karena seluruh keluarga Duanda maupun Maria tidak menerima Disha, bahkan mereka sepakat untuk tidak memberikan apapun untuk Disha.
Disha tetap bertahan di rumah itu karena masih membutuhkan tempat berteduh, uang penghasilannya sebagai seorang pelayan di sebuah cafe nyatanya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, andai dirinya tidak mendapatkan beasiswa pasti Disha akan tidak bisa bertahan hidup.
'Papa duluan saja, Disha masih mau duduk disini" Disha tersenyum palsu pada Duanda
Senyuman manis Disha begitu menyayat hati Duanda, akibat ke egoisannya dulu seseorang yang tidak tau apa-apa harus menanggung derita yang begitu berat.
'Apa kuliahmu lancar?" tanya Duanda kembali
'Umm... sejauh ini baik-baik saja pa" Disha tidak mau menceritakan penderitanya selama ini pada Duanda karena tidak mau di cap sebagai anak yang manja
'Baiklah papa masuk terlebih dahulu, jangan lama-lama di luar karena cuacanya dingin" Duanda tidak tahan melihat tatapan mata Disha yang selalu terlihat menderita
'Baik pa" balas Disha
Disha menatap langit yang sepertinya akan menurunkan hujan, andai hidupnya tidak penuh lika-liku pasti akan terasa damai.
'Hufff... sebaiknya gue masuk" putus Disha masuk ke dalam rumah
Pagi harinya jam 10 pagi Disha bersiap-siap setelah membantu beberapa pelayan membersihkan rumah.
Hari ini Disha akan melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya di universitas.
Disha sudah mendapatkan surat ijin dari perusahaan bahwasanya dia melakukan bimbingan.
Disha memilih jeans putih dengan sweater rajut berwarna baby pink, kemudian memakai sneaker putihnya.
Penampilannya terlihat sederhana tidak seperti mahasiswa lainnya yang begitu glamor karena Disha sadar tujuannya kuliah bukan unruk pansos melainkan mencari ilmu.
Setelah membawa beberapa buku referensi dan proposalnya Disha segera berangkat menggunakan motor maticnya.
Sekitar 15 menit menempuh perjalanan menggunakan motornya akhirnya Disha sampai di universitas ternama itu.
Disha segera menuju ruang dosen dimana dia dan dosen pembimbingnya melakukan janji temu.
Setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk akhirnya Disha masuk.
Disha menyerahkan skripsinya dan bersiap-siap menerima masukan dari dosen pembimbingnya.
'Sejauh ini sudah bagus Disha hanya saja jangan menggunakan kata yang berulangkali, lihatlah di bagian ini sudah kamu ketik kata ini dan disini kamu ketik lagi, menurut ibu itu tidak penting, tetapi semuanya sudah bagus tinggal bagian ini saja" dosen pembimbingnya menyerahkan proposal Skripsi Disha yang hampir rampung
'Terimakasih buk" ucap Disha merasa senang karena proposal skripsinya di setujui
'Ngomong-ngomong saat sidang nanti usahakan jangan gugup saat di tanya, okay, untuk hari ini cukup sampai disini, jika masih ada yang kurang di mengerti silahkan japri ibu saja" jelas dosen pembimbingnya
Disha segera pamit setelah skripsinya di setujui oleh dosen pembimbing, tujuannya sekarang adalah perpustakaan karena dia masih membutuhkan beberapa referensi untuk penelitiannya.
Setelah mengisi formulir untuk masuk akhirnya Disha bisa masuk ke dalam.
Perpustakaan itu terlihat sepi bahkan tidak ada orang, Disha merasa jika setiap yang namanya perpustakaan pasti orang-orang malas untuk memasukinya, Disha juga termasuk orang-orang yang malas untuk masuk ke perpustakaan kecuali ada hal yang di butuhkan seperti sekarang.
Disha mengeluarkan laptopnya dan buru-buru mengetik apa yang menurutnya penting.
Disha masih terus mengetik hingga kesadarannya kembali saat perutnya berbunyi.
'Astagaaa! Sampai lupa makan, jam berapa sekarang?" Disha menatap jam tangannya yang sekarang menunjukkan pukul 7 malam
Disha melototkan matanya karena kaget melihat jam itu, pantas saja perutnya berbunyi.
' Ya ampun.... lupa waktu gue gara-gara ngerjain skripsi" guman Disha segera membereskan semua barang-barangnya
Disha menatap sekeliling yang terlihat sunyi, entah kenapa hari ini Disha merasa aneh dengan perpustakaan itu karena beberapa tempat terlihat gelap hanya beberapa saja yang di hidupkan lampunya.
Disha tidak melihat penjaga perpustakaan lagi, biasanya penjaganya masih berjaga hingga jam menunjukkan pukul 8 malam, Disha merasa takut sekarang.
Dengan cepat Disha membuka pintu tetapi pintunya tidak mau terbuka.
'Mati, jangan bilang gue terkunci disini?" Disha kembali mencoba membuka tetapi tidak bisa
'Percuma kamu terus mencoba membukanya, pintunya sudah di kunci dari luar" ucap seseorang tiba-tiba membuat Disha kaget
🌾🌾🌾
Susah juga yaaa berada di semester akhir, author juga pernah terkunci di ruang kelas saat tengah sibuk ngerjain tugas tetapi untungnya saat itu ada anak kuliah malam yang datang sehingga author bisa bebas.
Semoga kalian suka yaa...
riri-can
'Di balik kata anak yang hebat ada orang tua yang hebat juga, nyatanya kata-kata itu tidak akan berpengaruh padaku" -Disha
🌾🌾🌾
'Percuma memaksa untuk membukanya, pintunya sudah di kunci dari luar" ucap seseorang itu kembali
Disha merasa takut sekarang karena mendengar suara itu tentunya itu adalah suara milik laki-laki.
Disha berpikir jika dirinya terkurung bersama seorang laki-laki, entah kenapa perasaan Disha tidak enak sekarang.
Terlihat seorang pria yang terlihat begitu tampan membuat Disha melototkan matanya.
'Lo siapa?" tanya Disha di sela-sela keterkejutannya
Pria itu tersenyum manis mendengar pertanyaan Disha, tetapi pria itu segera menghilangkan senyumannya dengan raut wajah dinginnya.
'Kok bisa pintunya di kunci?" Disha masih kaget
'Bisa saja, ada orang yang menguncinya dari luar" balas pria itu acuh membuat Disha kesal
Disha segera meraih ponselnya, mencoba menghubungi seseorang yang masih berada di kampus.
Sebentar lagi anak kuliah malam berdatangan membuatnya bisa bernafas lega, karena beberapa temannya ada yang kuliah malam.
Disha menatap pria yang masih duduk di kursi dengan santainya padahal Disha sudah ketakutan setengah mati.
Tiba-tiba pintu perpustakaan di buka dari luar, Disha berpikir jika beberapa orang itu tentunya akan menolong mereka tetapi betapa terkejutnya Disha saat mereka mengucapkan kata-kata yang begitu kotor.
'Itu mereka, pasti mereka baru saja berzina di sini!" tuduh seorang wanita membuat Disha melotot
'Astagaaa! Padahal saya hanya meninggalkan perpustakaan sebentar dan kalian sudah berani melakukan hal yang begitu menjijikkan disini" sahut penjaga perpustakaan membuat Disha terkejut
'Sebenarnya ada apa ini? Gue sedari tadi hanya mengerjakan tugas skripsi, jangan seenaknya menuduh!" kesal Disha karena merasa di fitnah
'Alahhh! Paling cuma alasan, lihat noh penampilannya, pasti habis berzina!" tuduh mereka kembali
Disha menyentuh rambutnya yang ternyata sudah berantakan karena tadi dia begitu pusing dengan skripsinya sehingga membuatnya mengacak-acak rambutnya tanpa sadar.
'Ini tidak seperti yang kalian pikirkan, gue sedari tadi duduk di sana ngerjain tugas, pas gue sadar gue segera siap-siap untuk pulang tapi pintunya malah di kunci dari luar" Disha tidak mau namanya tercoreng
'Kalau nggak percaya tanya aja sama dia" Disha menatap pria tampan itu yang hanya terdiam membuat beberapa orang tersenyum sinis pada Disha
Mereka berpikir keterdiaman pria itu menandakan jika Disha dan pria itu benar-benar melakukan hubungan yang tidak pantas, padahal pria itu diam karena malas untuk berbicara dan menjelaskan.
Nyatanya apa yang di lihat mereka begitu beda dengan apa yang terjadi, begitulah hidup yang sesungguhnya, sebaik apapun kamu pasti bakalan ada yang tetap benci.
'Kenapa cuma diam! ayo bilang sesuatu!" Disha rasanya mau menangis karena di hakimi oleh mereka
'Udahhh... bawa aja ke ruang dekan, mereka itu adalah hama yang bisa membuat nama kampus jelek, dasar sekumpulan ke*bo!" teriak seorang laki-laki
'Tunggu dulu, ini tidak seperti yang kalian kira!" Disha memberontak karena dia tidak melakukan apapun seperti yang di tuduhkan pada mereka
Dunia ini memang kejam, beberapa orang mengatakan jika kamu diam saat di tuduh maka sebenarnya kamu adalah orang yang benar karena tidak melakukan kesalahan tetapi pada kenyataannya jika kamu diam maka kamu akan di tetapkan sebagai tersangka, makanya selagi kamu masih bisa mengelak tetap pertahankan itu.
Disha terus memberontak saat akan di bawa ke ruang dekan, sedangkan pria tampan itu malah diam saja.
Sesampainya di ruang dekan keduanya di adili, bahkan pihak keluarga di panggil membuat Disha begitu takut.
Sekitar setengaj jam dua keluarga berkumpul di ruang dekan.
Duanda dan Maria menatap Disha yang terlihat sesenggukan, terlebih Maria yang begitu ingin melenyapkan Disha dari muka bumi ini karena menganggap jika Disha adalah hama di keluarganya.
Sedangkan pihak dari pria tampan itu menatap pria tampan itu dengan tatapan senyum tulus seolah mereka percaya dengan apa yang ada di hati putra mereka.
Sedari tadi Disha tidak mengangkat kepalanya setelah kedatangan Duanda dan Maria.
Disha secara perlahan menatap orang-orang yang ada di ruangan itu, matanya membulat melihat seorang wanita berjilbab lebar, terlihat begitu cantik dan anggun di sampingnya terlihat pria yang sepertinya merupakan keturunan dari arab tetapi entahlah Disha tidak bisa membedakan pria dari negara arab, Dubai dan turki karena Disha berpikir sama saja.
'Jadi maksud kami memanggil tuan tuan dan nyonya nyonya karena masalah anak kita ini, mereka ketahuan melakukan hubungan yang tidak terpuji di perpustakaan" jelas dekan membuat semuanya yang ada di ruangan itu terkejut
'Astaghfirullah!" ucap pria arab itu dan wanita berjilbab itu
'APA BENAR BEGITU DISHA?!" Maria menatap tajam Disha
'B..bukan seperti ini ma, mereka hanya salah paham" Disha mau menjelaskan tetapi dekan langsung angkat suara
'Maaf atas semuanya, jika kejadian ini diketahui oleh orang-orang luar maka citra kampus ini akan rusak, sebaiknya kita ambil jalan tengah saja, bagaimanapun mereka melakukan tindakan yang tidak terpuji, sebaiknya kita menikahkan mereka saja, sehingga orang-orang yang mengetahui kejadian ini paham dengan ikatan keduanya nanti" jelas dekan membuat Disha melotot
Disha tidak mau menikah apalagi menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenal.
Kenapa tidak ada yang percaya padanya, padahal kejadian yang sebenarnya bukan seperti itu.
'Baiklah pak, secepatnya kami akan menikahkan putra putri kami" putus pria keturunan arab itu
Setelah berunding akhirnya semuanya boleh pulang berbeda dengan Disha yang mendapatkan tamparan dari Maria di dalam mobil.
PLAK
'Dasar anak haram! kenapa kamu tidak mati saja hah!" maki Maria membuat Disha takut
Disha melirik Duanda yang hanya diam, Disha begitu kecewa karena Duanda sepertinya mempercayai tuduhan itu.
'Ibu sama anak sama saja. Dua-duanya pel*acur! Apa segitu hinanya kamu sehingga melakukan itu di perpustakaan?!" Maria menjambak rambut panjang Disha yang hanya bisa memohon untuk di lepaskan
'Ini semua salah papa! Andai waktu itu tidak menjemput anak pel*acur ini pasti kejadian ini tidak membuat malu keluarga kita, dasar ja*lang!" Maria masih terus menjambak rambut Disha sehingga terlihat beberapa helai rambut rontok
Disha terus memohon untuk di lepaskan tetapi Maria terus menjambaknya karena dia di dalam hatinya begitu benci pada Disha.
Sesampainya di rumah Maria segera menyeret Disha dan mengurungnya di gudang membuat Disha takut.
'Mengapa tidak ada yang percaya hiks.. hiks.. semuanya salah paham" isak Disha di dalam gudang
Disha masih sesenggukan di dalam gudang hingga terdengar Fara yang tertawa kuat di depan pintu.
'Kasihan deh di paksa menikah, makanya jangan coba-coba memprovokasi gue!" Fara pergi begitu saja meninggalkan Disha yang terkejut
Ternyata kejadian ini sudah direncanakan, dan pelakunya adalah Fara.
🌾🌾🌾
Guys.... yang broken home kalian harus kuat yaa... Karena kita juga berjuang bersama kok hehe..
Semoga kalian suka dengan novel author jangan lupa untuk like, komen and Vote ya. Tapi author tidak memaksa juga kok hehe.
riri-can
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!