Gadis cantik yang bernama Aluna sagita itu adalah pasangan dari Tuan Reyhan dan Mamah Mentari, mereka adalah pasangan yang begitu sulit untuk mendapatkan restu dari orang tuanya Reyhan yang seorang pebisnis terhandal di kota ini. Jadi untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya Reyhan lera melakukan apapun termasuk keluar dari kediaman rumahnya demi sang pujaan hatinya itu.
Mentari adalah seorang gadis yang penumpang di rumah yang selalu menjadi pengganti dari sosok sang ayah yang entah siapa dan rupa sang ayah tersebut, ibu kandungnya yang menyembunyikan semuanya dengan rapih membuat Mentari sampai bosan menanyakan hal itu. Tapi, ia tak ingin memaksakan jika melihat raut wajah sang ibu jika ia membahas soal Ayah.
Mentari adalah anak dari seorang pembantu di kediaman pak Ibrahim yang menjadi sosok ayah pengganti bagi dirinya, ia bersyukur karena masih ada seorang pria yang lera membagi waktu dan kasih sayang untuknya.
Mentari dan Reyhan yang saling mencintai itu tak mudah untuk mendapatkan restu dari Papahnya Reyhan, ia tak ingin menerima gadis itu karena tak sepadan dengan derajatnya dengannya. Reyhan yang mati-matian untuk mempertahankan hubungannya dengan sang kekasih, ia sempat kehilangan jejak sang kekasih yang entah kemana keberadaannya. Tapi ia bersyukur atas kejadian itu sang Papah pun bisa membuka hatinya dan memberikan restu setelah sang kekasih menolongnya saat kecelakaan itu.
Beberapa bulan tak bertemu, ia di pertemuan dengannya saat Reyhan sudah pasrah dengan hidupnya saat itu. Dan, ia bersyukur karena telah di pertemukan lagi dengan pujaannya itu dan restu pun ia dapatkan dari sang Papah yang keras kepala itu.
Pasangan itu memiliki seorang putri cantik dan imut yang ia namakan Aluna sagita itu, dengan paras yang cantik tapi penampilannya yang tomboy membuat Mamah Mentari menggelengkan kepalanya. Ia selalu memperingati dan menyuruh mengubah penampilannya tapi hasilnya nihil karena keras kepalanya seperti Papah mertuanya itu yang sudah tiada.
Papan Reyhan yang tak mempermasalahkannya, ia hanya ingin melihat sang putri tumbuh dengan kesenangannya tanpa tekanan darinya asal di batas yang wajar menurut Reyhan.
"Pah, Papah tuh harus tegas dong, itu anak perempuan bukan laki. Kok penampilannya seperti cowok sih, dengan penampilannya seperti itu." omel Mamah Mentari yang selalu tak suka dengan penampilan sang putri satu-satunya itu. Ia ingin seperti anak teman-temannya dengan gaya yang modis dan anggun.
"Biarin saja sih, Mah. Yang penting Aluna tak melakukan apapun." jawab Papah Reyhan yang sudah berulang kali mengatakan itu dan itu sudah hal biasa.
Mamah Mentari membuang napasnya dengan perlahan, ia melirik kearah putrinya yang sedang sarapan dengannya.
"Lun, apa kamu gak ingin seperti anak tetangga di sebelah kita apa? Jangan seperti itu terus, Mamah tuh pusing liat penampilan mu seperti itu." tanya Mamah Mentari, melihat perubahan sang putri di saat sekolah dasar membuat Mentari jadi pusing untuk menghadapinya. Tapi, ia pun selalu pasrah jika sang putri merengek meminta di belikan sepeda motor sport pada suaminya itu.
"Mah, Mamah tenang saja ya? Luna bisa jaga diri baik-baik kok, Luna kan nyaman dengan penampilan sekarang, jadi cewek tuh ribet, Mah." jawab Aluna sambil menyuapkan roti itu pada mulutnya.
"Ribet gimana? Memang kamu tuh cewek, Lun." balas Mamah Mentari, ia tak habis pikir dengan jawaban sang putri yang selalu menyahut omongannya.
"Ribet, Mah. kalau pake dress, tahu sendiri kan jika Luna pergi kemana-mana bawa si jaguar." jawab Aluna lagi, ia memanggil kendaraan kesayangan itu dengan si jaguar teman yang selalu mengantarkan kemana pun ia pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kalau gini caranya sih, kapan punya cucunya dari kamu ..
Ada yang mau baca kelanjutannya dari kisah Revan dan Aluna gak ya? Si gadis tomboy yang keras kepala yang susah untuk mengubah penampilannya itu..
Yuk kepoin yuk, biar ramai...
Jangan lupa like dan komen ya kak 🤗🤗🤗
Selesai sarapan bersama, Aluna pun bergegas menuju tempat parkiran motor kesayangannya yang sudah di panaskan terlebih dahulu oleh supir pribadinya sang Papah. Ia pun menaiki dan memerintahkan penjaga gerbang itu untuk membukakan gerbang tersebut.
"Siap, Neng. Laksanakan." sahut penjaga tersebut sambil mengangkat tangan seperti hormat pada pada sang empunya. Dan penjaga itu pun mendorong gerbang tersebut.
"Terimakasih, Mang." ucap Aluna, ia pun melajukan kendaraannya dengan cepetan sedang membuat menjaga itu menggelengkan kepalanya saking was-was nya melihat majikannya itu selalu mengebut di jalanan yang sudah terbiasa.
Jalanan yang begitu ramai oleh mengendarai lain pun membuat Aluna sesekali memelankan laju kendaraannya. Ia pun tak ingin membahayakan keselamatan dirinya atau orang lain karena ke kelalaiannya. Tiga puluh menit pun ia sampai di universitas Gunadarma di mana ia menuntut ilmu, Aluna pun memarkirkan sepeda motornya dan turun.
Aluna yang melihat teman dekatnya itu segera menghampirinya dengan berlari akan mengerjainya. Setelah sampai di belakang teman itu Aluna menoleh dan ingin tahu yang sedang temannya itu lakukan. Ide untuk membuat ia kaget pun terbesit dalam pikirannya.
"Dor...," teriak Aluna sambil menepuk pundaknya dengan kencang membuat sang empunya begitu kaget dan..
Prang...
Sebuah ponsel yang ada di tangan temannya pun terjatuh ke lantai membuat yang punya langsung menoleh saking marahnya dengan wajah kesalnya.
"Alunaaaaaaa...," teriak Hesti melihat ponselnya terjatuh dari tangannya.
"Up, sorry." ucap Aluna, ia pikir tak akan terjadi dan ia hanya ingin mengagetkan temannya saja.
Hesti menahan kesalnya pada temannya itu dan melirik kearahnya dengan tatapan tongkol menahan kesalnya.
Aluna yang di tatap pun menjadi takut dan ia pun berlari sekuat tenaga untuk menghindari amukan dari temannya itu.
"Mau kemana kamu, Lunaaaaa. Gantiin ponsel ku," teriak Hesti yang melihat temannya berlari untuk menghindari dengannya yang sudah kesal. Pasalnya temannya itu selalu melakukan kesalahan yang sama dan kesekian kalinya ia mengganti ponsel barunya itu.
Aluna pun berlari dengan kencangnya karena ia tak ingin tertangkap oleh temannya itu, bukan ia tak mampu membelikan sebuah ponsel baru pasalnya ia akan di marahi oleh Mamahnya karena ada notifikasi transaksi pengeluarannya. Dan, Luna pun memilih berlari ketimbang di marahi oleh Mamahnya itu.
Saat berlari dan tak melihat ke arah depan ketika Aluna menengok ke belakang ia bertabrakan dengan seseorang yang entah itu siapa?
Brukk...
Luna yang menabrak seorang pria yang ia dengar suara rintihannya dan Luna pun ingin membantu orang itu untuk berdiri tapi pria itu pun menepisnya dengan tatapan tajamnya.
"Aw," rintih pria yang bernama Revan yang akan terjatuh segera ia bangun dan melihat siapa yang telah menabraknya.
Belum sempat Revan memarahi orang yang telah menabraknya, seseorang yang sedang berteriak memanggil nama yang entah itu siapa?
"Maaf, Kak. Aku buru-buru, sekali lagi aku minta maaf," ucap Aluna yang buru-buru ingin meninggalkan orang yang telah ia tabrak, ia ingin menghindari amukan dari temannya itu.
Belum sempat Aluna berlari nyatanya tangannya dicekal oleh pria yang ia tabrak tadi dengan begitu kencangnya membuat Aluna menoleh ke tangannya dan menatap wajah pria itu.
"Lepas gak?" bentak Aluna, ia seorang gadis yang nakal tapi masih menjaga harga dirinya terutama bagian tubuh yang tak pernah sembarangan orang pegang.
"Gak," jawab pria itu yang tersenyum penuh arti.
"Aku buru-buru, ada yang harus aku hindari." ucap Aluna yang memberontak pada pria itu, tapi lagi lagi tenaga yang tak kuat seperti pria itu hanya bisa pasrah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.......
Enak saja, kamu harus tanggung jawab karena bikin aku malu...
"Enak saja, kamu harus tanggung jawab karena sudah bikin aku malu," sahut pria itu yang masih mencekal pergelangan tangannya.
Aluna tak menghiraukan ucapan pria itu ia malah melirik kearah di mana temannya itu sedang mengejarnya dan sebentar lagi akan sampai padanya. Mau tak mau pun Aluna melakukan itu pada pria itu.
"Aw," pekik pria itu sedang kesakitan karena ia di gigit di bagian tangannya.
Aluna pun memanfaatkan kondisi tersebut dan ia pun segera kabur dari hadapan pria itu untuk menghindari amukan temannya itu.
"Dasar cewek aneh," umpat pria itu sambil memegang tangannya.
Hesti yang baru datang dengan napas yang tersengal karena mengejar temannya itu yang tak punya akhlak itu.
"Ngapain di lepaskan sih, susah tuh dapat dia lagi," omel Hesti yang memandang kearah dengan di mana temannya sudah berlari dengan jauhnya.
Revan pun melihat kearah di mana seorang wanita juga yang ia baru kenal mengomel tak jelas.
"Apa urusanku?" ucap Revan yang menatap cewek itu.
Hesti pun melirik kearah pria itu dan ia begitu kaget dan kagum dengan sosok pria yang baru ia lihat.
"Masya Allah, ganteng banget." puja Hesti yang tak berkedip saat melihat pria tampan yang ada di hadapannya sekarang. Ia pun lupa dengan temannya itu dan fokus pada pria ini.
Revan pun mengernyitkan dahinya lalu meninggal cewek tersebut. Baru pertama kalinya ia menginjakkan kakinya untuk meneruskan studinya di universitas ini. Tapi yang ia dapatkan adalah malu dan wibawa sebagai seorang pria dingin itu harus sirna gara-gara seorang gadis yang ia tak kenal.
Lain dengan Hesti ia masih terdiam dan memandang ciptaan Tuhan yang sempurna itu, ia baru melihatnya dan mungkin dia adalah mahasiswa baru di kampus ini.
Beberapa detik pun ia tersadar saat bayangan pria itu telah hilang dari pandangannya dan baru menyadari jika ia sedang mengejar temannya itu.
"Astaghfirullah, baru ingat kan jika aku lagi mengejar setan kecil." gurutu Hesti yang mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan temannya itu.
.
.
.
Di tempat lain, Aluna mengoptimalkan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat. Ia berlari menghindar amukan dari temannya itu membuat ia kehausan.
"Aus banget," ucap Aluna yang menelan ludahnya karena tenggorokan begitu kering.
"Mau minum?" tawar seseorang yang entah itu siapa? Tapi, ia pun mengambil dan meminumnya tanpa melihat seseorang yang telah memberikan.
Minuman rasa jeruk itu pun menyegarkan tenggorokannya dan memberi sensasi yang sejuk saat ini ia sedang kehausan.
"Aus banget ya?" tanya pria itu yang sedang memperhatikan Aluna lagi minum.
"Hem," jawab Aluna dengan berdehem. Ia pun terdiam saat ia mengenal suara tersebut bagai tak asing di telinganya.
Aluna pun menoleh sedikit demi sedikit untuk melihat orang yang telah memberikan minuman tersebut pada dirinya dan betapa kagetnya ia melihat sosok pria yang barusan ia tabrak.
"Astaghfirullah," sahut Aluna yang menjatuhkan minuman itu, rasa kaget yang luar biasa.
"Kenapa?" tanya pria itu.
Aluna pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum manis untuk mencari cara agar ia bisa kabur dari hadapan pria itu. Namun idenya yang ingin kabur darinya pun pria itu sudah mengetahuinya dan menarik tas yang sedang gadis itu pakai.
"Mau lari kemana?" tanya pria itu yang tak lain adalah Revan.
"Aku kebelet, pengen pipis." alasan Aluna agar terhindar dari pria itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan banyak alasan, dan jangan lari dari tanggung jawab...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!