NovelToon NovelToon

Perselingkuhan Berakhir Penyesalan

Bab 1 Kenyataan Pahit

Erlangga Saputra adalah seorang pengusaha kaya raya yang harus menelan pil pahit, setelah mengetahui wanita yang Ia cintai dan sudah membersamai nya selama sepuluh tahun terakhir nyatanya di vonis tidak bisa memberinya keturunan. Erlangga dilema, Ia tidak tau apa yang harus Ia lakukan. Sementara di lain pihak sang Ibu yang memang sudah berusia lanjut dan juga sakit sakitan, sangat ingin sekali mempunyai cucu sebelum tutup usia.

Bukan hanya itu, Ia bingung apa yang harus Ia katakan pada wanitanya itu. Cintanya begitu besar pada Istrinya. Sebenarnya Erlangga tidak begitu peduli walaupun tidak bisa memiliki anak langsung dari rahim Istrinya, toh mereka bisa mengadopsi anak dari panti asuhan. Tapi masalahnya kenapa baru sekarang ide itu muncul, kenapa bukan dari dulu.

Apa yang bisa Ia jadikan alasan agar Istri dan Ibunya bisa menerima semua rencananya.

" Erlangga, bagaimana hasil pemeriksaan rutin yang kalian jalani berdua, apa sudah ada kabar baik. " Tanya Bu Aminah, Ibu dari Erlangga Saputra.

" Uhuk, uhuk. "

Erlangga yang sedang menikmati makan malamnya langsung terbatuk batuk ketika mendengar pertanyaan Ibunya. Dengan cepat Kanaya menyodorkan segelas air pada suaminya.

" Sayang, hati-hati dong kalau makan, masa iya Ibu tanya gitu saja Mas jadi tersedak gini. " Protes Kanaya karena rasa cemas yang Ia rasakan.

Selera makannya tiba-tiba hilang setelah tersedak, akhirnya Erlangga pun menyudahi makan malamnya.

" Ibu, Erlangga ke atas dulu ya, ada yang harus Erlangga kerjakan. " Pamit Erlangga pada sang Ibu.

Pria itu beralih pamit pada Istrinya

" sayang, lanjutkan saja makannya, Mas mau kekamar duluan ya. " Erlangga mengelus kepala Kanaya dengan penuh kasih sayang.

Kanaya tersenyum dan mengangguk, lalu kemudian melanjutkan makan malamnya.

" Naya, ada apa dengan suami mu. Masa iya Ibu tanya begitu saja Dia sampai tersedak begitu. Apa jangan jangan Dia sudah tau hasil dari pemeriksaan kalian. Apa kamu tidak tau apa apa soal itu. "

Kanaya segera menyudahi makan malamnya dan meneguk air putih di hadapannya, Ia tersenyum pada wanita di depannya.

" Entahlah Ibu, tapi Kanaya belum mengetahui masalah itu. Soalnya Kanaya langsung ke butik setelah dari klinik Mas Dimas, coba nanti Naya tanya Mas Erlangga dulu ya, siapa tau Dia sudah mendapatkan hasilnya. "

Ibu Aminah mengangguk meskipun jujur Ia kecewa karena sampai detik ini pun harapannya belum juga terwujud.

Sementara Kanaya merapikan meja makan dan mencuci semua alat alat yang kotor bekas Ia memasak tadi. Setelah bersih Ia memilih naik menyusul suaminya yang sudah lebih dulu naik ke peraduan mereka itu.

Ia tersenyum melihat suaminya masih sibuk dengan laptopnya.

" Secangkir kopi untuk mu sayang,untuk pangeran ku. " Ucap Kanaya seraya meletakkan kopi kesukaan suaminya itu.

Erlangga tersenyum dan meraih tangan Kanaya, mengalungkannya di lehernya.

" Ada apa sayang, apa ada masalah. " Tanya Kanaya mencium rambut dan leher suaminya dari belakang.

Ahhh hmmm, racau Erlangga menerima perlakuan Istri tercintanya. Kanaya kembali memijit pelipis suaminya agar Pria itu merasa nyaman dan benar saja, Erlangga memejamkan mata, dirinya merasa lebih rileks, apalagi kepalanya Ia sandarkan pada dua benda kembar nan kenyal milik sang Istri.

" Sayang, apa aku boleh tanya sesuatu. " Tanya Kanaya pelan dan hati-hati.

" Emm. " Jawab Erlangga yang masih menikmati pijatan lembut tangan Istrinya.

Kanaya menghela nafas sebelum mengutarakan apa yang menjadi alasan keingin tahuannya itu.

" Apa Mas sudah mengambil hasil pemeriksaan kita kemarin dan bagaimana hasilnya. "

Lama Erlangga terdiam sebelum akhirnya Ia membuka mata dan langsung menghadiahi ciuman di bibir merah Istrinya.

Kanaya terkejut mendapatkan serangan mendadak dari suaminya, Erlangga bahkan menarik pelan tubuh Naya hingga duduk di pangkuannya.

Kanaya yang sebelumnya terkejut kini membalas ciuman panas suaminya, mereka salin menukar saliva hingga keduanya hampir kehabisan oksigen.

Hmmmmpptt ahhh, Kanaya mengambil oksigen sebanyak-banyaknya ketika pagutan mereka terlepas.

" Ada apa sayang, katakan padaku. Apapun hasilnya InsyaAllah aku akan tetap menerimanya. Apa hasilnya bagus atau di antara kita ada yang bermasalah. "Tanya Kanaya penuh selidik.

Erlangga berdiri dan menarik tangan Istrinya ke ranjang, Ia mulai membuka satu persatu kancing baju tidur Kanaya hingga menampakkan gunung kembar yang sedari tadi membuatnya nyaman.

" Beautifull. " Erlangga berdecak kagum melihat dua bongkahan kembar itu.

Meskipun sudah memasuki tiga puluh tahun namun benda kesukaannya itu masih nampak indah, mungkin karena hanya dirinya yang menikmati keindahan disana setiap malamnya jadi masih nampak indah. Erlangga menyembunyikan wajahnya disana, menikmati aroma tubuh sang Istri yang membuatnya selalu candu.

" Sayang, Mas belum jawab pertanyaan ku dan juga Ibu. Gimana hasil tesnya. "

Erlangga melepaskan baju tidurnya, sesuatu di bawah sana sudah meronta- ronta ingin keluar dari dalam sangkarnya.

" Maaf sayang, tapi Mas belum tau. Mas belum menemui Dimas, mungkin besok Mas akan menemuinya. " Jawab Erlangga.

Kanaya menarik nafas berat, matanya mulai berkaca- kaca. Ia kecewa pada suaminya karena suaminya ternyata membohonginya.

Sebelum naik ke kamar, Kanaya sudah menghubungi Dimas dan menanyakan hasil tes yang mereka lakukan. Dimas tidak mengatakan hasilnya secara detail, namun Dokter tampan itu mengatakan kalau hasilnya sudah Ia berikan pada suaminya.

" Sayang, kamu kenapa. Apa aku melakukan salah padamu. " Tanya Erlangga yang langsung cemas melihat raut wajah Istrinya.

Kanaya menggeleng pelan, Ia mencoba mengatur emosinya agar tidak terjadi perdebatan di antara mereka.

" Tidak apa apa sayang, Aku hanya rindu ingin punya momongan. Aku ingin ada benih yang tumbuh di rahim ini, Aku ingin jadi Istri yang sempurna. Bisa hamil dan melahirkan, bisa memberi kebahagiaan di rumah ini. " Jawab Kanaya kemudian

Akhirnya cairan bening jatuh juga dari sudut matanya, Ia tak mampu lagi menahan agar tidak turun.

" Husttt sayang, jangan menangis. Please, kamu kan tau kalau Mas tidak suka melihatmu menangis, lalu kenapa kamu menangis lagi sayang. " Erlangga menarik tubuh Istrinya mendekapnya dalam pelukan.

Ia segera mengusap air matanya yang juga tiba-tiba jatuh tanpa bisa di komando, Ia takut Istrinya melihatnya dan semakin curiga padanya.

" Ya Tuhan, kenapa Engkau uji kami dengan ujian yang begitu berat seperti saat ini. Hamba tidak tega melihatnya sakit hati, apalagi kalau sampai Ia tahu bahwa rahim nyalah yang bermasalah. Ya Tuhan, ampunilah dosa kami kalau dosa itu yang menjadi penghambat rezeki besar yang Engkau turunkan untuk kami dan sekiranya Engkau berkenan, hembuskanlah roh Suci di dalam rahim Istri tercinta hamba ini. Hamba tau tidak ada yang tidak mungkin kalau Engkau sudah berkehendak, hamba rela umur hamba berkurang asalkan Engkau menghadirkan kebahagiaan untuk kedua wanita yang Hamba cintai ini, Hamba mohon Ya Allah. " Jerit Erlangga dalam hati.

Ia benar-benar berharap ada keajaiban yang di berikan sang pemilik kehidupan kepada mereka saat ini, agar Ia selalu bisa melihat senyum kebahagiaan di wajah kedua wanita yang sangat Ia sayangi itu.

Bab 2 Melakukan Kewajiban

Malam yang awalnya penuh dengan kesedihan, berakhir dengan malam yang panas penuh dengan *******. ntah sudah berapa kali mereka mendaki puncak tertinggi himalaya dan akhirnya tumbang bersama- sama karena rasa lelah dan juga kepuasan tiada tara yang mereka rasakan.

Erlangga berharap akan ada keajaiban dari usaha yang mereka lakukan malam ini, Ia menatap wajah cantik Istrinya yang tidur dalam damai setelah bersusah payah melayani dirinya berkali- kali.

" Aku mencintai mu, sampai kapan pun dan akan tetap mencintai mu. Meskipun seumur hidup dirimu dalam kemandulan, aku akan tetap mencintai mu. " Monoloq Erlangga menatap wajah cantik Istrinya.

Karena ngantuk dan juga merasa lelah akhirnya Erlangga pun ikut masuk dalam selimut yang sama, Ia memeluk tubuh Istrinya, keduanya masuk dalam mimpi yang indah, untuk sesaat mereka melupakan semua masalah yang terjadi.

Seperti biasa, Kanaya yang memang sudah terbiasa bangun pagi sebelum adzan subuh perlahan mulai membuka mata. Ia tersenyum ketika melihat suaminya yang sedang memeluknya, perlahan Ia memindahkan tangan kekar itu yang masih mendekap tubuhnya.

" Mas, apa Mas masih akan tetap memperjuangkan hubungan ini kalau nanti ternyata hasil tes itu membuktikan kalau ada di antara kita yang bermasalah. Hati kecilku mengatakan kalau memang ada masalah yang kamu tutupi. Mas, kalau ternyata itu benar dan semua masalahnya ada padaku, aku ikhlas untuk melepaskan mu, asalkan kamu bahagia Mas. Tapi kalau masalah itu ada padamu, Aku berjanji akan tetap mendampingi mu sampai maut memisahkan kita. " Monoloq Kanaya.

Ia segera berlari ke kamar mandi karena takut suaminya tiba-tiba bangun dan melihatnya menitikkan air mata, pasti suaminya akan bersedih melihat Ia bersedih.

Kanaya mengguyur tubuhnya di bawah shower, membersihkan setiap lekuk lekuk tubuhnya agar tidak tersisa sedikit pun aktivitas panas mereka beberapa jam yang lalu.

Seperti biasa Ia segera menunaikan kewajibannya pada sang Khaliq, disana Ia bisa mengadukan semua kegundahan hatinya.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Kanaya segera berganti pakaian dan turun kelantai dua, dimana dapur berada. Sudah menjadi kebiasaan nya menyiapkan sarapan untuk suami dan juga Ibunya.

" Bi Nur, sarapan pagi ini kita mau bikin apa. " Tanya Kanaya ketika tiba di dapur.

" Eh Nyonya, kok sudah bangun jam segini. ini loh Nya, Bibi mau bikin nasi kuning, ikannya ada ikan gabus sama telur di masak merah sama balado, gimana menurut Nyonya. "

Kanaya tersenyum ramah, masakan itu adalah makanan kesukaan Ibu mertuanya. Maklum sang Ibu adalah keturunan dari pulau Borneo, jadi selalu suka dengan ikan gabus masak merah. Makan dengan nasi kuning, disantap selagi hangat pasti Ibunya akan merasa senang.

" Apa bumbunya sudah di olah Bi. " Tanya Kanaya lagi.

" Belum Nyonya, ini Bibi lagi kupas bawang. Cabe merah gedenya sudah Bibi rebus dan rendam itu tinggal di haluskan nanti sama bumbu yang lain. " Jawab Bi Nur sambil tangannya tetap melanjutkan aktivitasnya.

" Ya sudah Bi, Bibi fokus goreng saja ikan gabusnya itu takut gosong, nanti ini biar Aku saja. "

Bi Nur ingin menolak karena merasa nggak nyaman, namun Ia tahu watak majikannya itu. Akhirnya Bibi pun melepaskan apa yang di kerjakan saat ini dan fokus pada gorengan serta mengupas telur yang sebelumnya sudah di rebus.

Setelah selesai menata semua hidangan di atas meja, Kanaya mengetuk pintu kamar Ibu mertuanya seperti biasa.

" Assalamu'alaikum Ibu. " Kanaya mengucapkan salam sembari mengetuk pintu pelan.

Tidak lama terdengar jawaban dari dalam, menandakan kalau sang penghuni kamar itu sudah bangun. Ia membuka pintu yang memang tidak di kunci.

" Ibu, sarapan sudah siap. Kanay dan Bibi Nur buat nasi kuning sama ikan gabus masak merah kesukaan Ibu. Mau Kanaya bantu, Ibu mau langsung ke bawah atau mau mandi dulu. "

Ini adalah rutinitas Kanaya setiap harinya, Ia memang memutuskan untuk berhenti berkarir di kantor yang banyak menyita waktu. Tapi bukan berati Kanaya tidak bekerja, Ia punya butik yang cukup terkenal di kalangan sosialita namun semua Ia percayakan pada orang- orang kepercayaannya. Dirinya hanya memantau dari rumah saja atau sekali- kali mengunjungi butik kalau memang mengharuskan dirinya untuk datang kesana.

Ia ingin berkonsentrasi untuk mendapatkan buah hati dan juga merawat Ibu mertuanya yang sudah berusia senja.

" Erlangga sudah bangun belum Naya. " Tanya Ibunya.

" Oh, Kanaya belum lihat Mas Erlangga, setelah Ibu siap baru Kanaya ke kamar. "Jawab Kanaya lembut.

Ibu Aminah menatap wajah menantunya, Kanaya adalah menantu yang baik dan bisa di bilang, menantu idaman. Namun itu saja tidaklah cukup bagi seorang Aminah yang sangat menginginkan seorang cucu untuk penerus keturunan Wardhana.

" Sudah Naya, kamu bangunkan Erlangga saja. Ibu bisa sendiri, bilang padanya Ibu ingin sarapan bersama. "

Mendengar ucapan Ibu mertuanya, Kanaya tidak langsung pergi, Ia masih menghawatirkan kondisi Ibu mertuanya itu.

" Apa Ibu tidak apa-apa kalau Naya tinggal sendiri. Mas Erlangga pasti sudah bangun, biar Kanaya bantu Ibu saja ya !. " Bujuk Kanaya namun Ibu mertuanya menggeleng sebagai jawaban.

Akhirnya Kanaya pun mengalah, Ia keluar dari kamar Ibu mertuanya meskipun dengan hati was-was.

Krek  ! Bunyi pintu di buka oleh Kanaya.

Ia langsung tersenyum melihat sang suami yang nampak kesulitan memasang dasi, tanpa menunggu diminta Kanaya segera melakukan tugasnya yaitu dengan memasangkan dasi suaminya dengan benar.

" Ehm- ehm jangan terlalu dekat-dekat sayang, bisa- bisa kita ulangi satu ronde lagi seperti malam tadi. " Goda Erlangga pada Kanaya yang sedang serius memperbaiki dasi suaminya.

Kanaya mengibaskan tangannya di depan wajah suaminya, Ia heran dengan pikiran mesum suaminya. Selalu ************ saja yang di bahas kalau sudah berdua.

" Jangan ngawur Mas, di bawah Ibu sudah nungguin mau sarapan bareng. Bibi tadi masak nasi kuning sama lauk ikan gabus masak merah, yuk buruan sayang. Jangan biarkan Ibu terlalu lama menunggu kita. "

Kanaya menjauh mengambilkan sepatu untuk sang suami dan memakaikannya. Erlangga menatap wajah cantik Istrinya yang selalu telaten mengurus dirinya dan juga Ibunya itu, tidak pernah terdengar bibirnya mengeluh meskipun terkadang tingkah Ibunya seperti anak kecil.

" Sudah, biar Mas saja. Apa kamu tidak lelah mengerjakan semua hal seperti ini. " Erlangga menarik kakinya dan bermaksud memakai sendiri sepatunya.

Kanaya menatap wajah suaminya, seperti biasa Erlangga tidak bisa berkata melihat wajah teduh Istrinya.

" Nggak apa apa sayang, aku tidak lelah sama sekali. Ini kan sudah tugas ku untuk memastikan kalau penampilan Mas sudah rapi atau belum, justru kalau aku melewatkannya akan terasa aneh bagiku Mas. Sudah, Mas cukup diam dan.......... sudah selesai. "

Kanaya langsung berdiri setelah selesai memasang sepatu suaminya, Erlangga menghadiahi ciuman di kening Istrinya dengan tatapan penuh cinta.

" Tetaplah menjadi bidadari dihatiku sayang, meski apapun yang terjadi. Jangan pernah berubah atau berpikir untuk pergi menjauh dari  hidupku karena aku tak pernah bisa hidup tanpa mu. " Batin Erlangga.

Kanaya hanya bisa memejamkan mata, menikmati ciuman kasih sayang dari Pria yang sangat Ia cintai itu.

" Mas, sampai kapan Mas akan mencium ku. Kapan kita makannya kalau begini, kasihan Ibu, Ayo kita turun. "

Erlangga pun tersenyum dan menggandeng tangan Istrinya untuk turun kebawah, hatinya benar-benar bahagia pagi ini. Istri cantiknya selalu bisa menjadi moodboosternya di pagi hari sebelum melakukan aktivitas nya.

Bab 3 Mencari Jawaban Sendiri

Benar saja, wajah Ibu Aminah nampak begitu nampak berseri- sering ketika menikmati sarapan kesukaannya. Hal itu menandakan kalau sarapan pagi ini benar-benar sangat enak di lidah beliau.

" Ini enak banget Bi, Ibu jadi ingat masa- masa dulu waktu masih di banjarmasin. Setiap pagi Ibu bisa sarapan dengan nasi kuning, karena hampir tiap warung itu ada yang jual nasi seperti ini, tapi kalau disana selalu di bungkus, sedangkan disini Ibu bisa bebas nambah sepuasnya. " Bu Aminah tersenyum lebar.

Bi Nur, Kanaya dan juga Erlangga saling pandang. Mereka juga ikut tersenyum bahagia melihat wanita yang sangat di hormati di dalam rumah besar itu tertawa renyah.

" Iya Ibu, kalau Ibu mau Kanaya bisa buatkan nasi kuning ini setiap paginya untuk Ibu. Sekarang Ibu mau nambah lagi tidak biar Naya ambilkan. "Tawar Naya yang sudah siap ingin menyendok nasi kuning untuk Ibu mertuanya.

Bu Aminah langsung menolak karena sekarang perutnya sudah merasa kenyang, wanita itu sudah nambah sebanyak dua kali.

" Nggak usah Naya, ini sudah cukup. " Tolak Bu Aminah.

Akhirnya Erlangga dan juga Kanaya melanjutkan sarapannya sampai selesai, Kanaya mengantarkan suaminya sampai depan rumah dan menciumnya sebelum berangkat. Begitulah rutinitas yang sudah biasa Ia lakukan.

" Sayang, hari ini boleh nggak kalau aku pergi ke butik. Tadi Lia ada kirim pesan katanya ada yang harus di bicarakan, ada beberapa pelanggan yang memesan dalam jumlah besar tapi harus menunggu persetujuan dariku. Boleh nggak Mas, sebentar saja kok, kalau urusannya sudah kelar aku pasti langsung pulang. "

Erlangga tersenyum melihat wajah menggemaskan Istrinya, kalau sudah begini Ia tidak akan mungkin tega melarang keinginan Istrinya itu.

" Baiklah, pergilah sayang tapi ingat tetap hati-hati. Kalau sudah selesai langsung pulang, dan kalau ada apa-apa langsung hubungi Mas ya. " Erlangga menoel hidung mancung Istrinya.

Kanaya tersenyum senang, Ia bergelayut manja di lengan suaminya

" Makasih sayang ku, siap bos. Istri mu ini akan selalu hati-hati, ya sudah buruan berangkat takut terlambat. " Kanaya mengantarkan suaminya sampai ke mobil.

Ia melambaikan tangannya mengiringi kepergian suaminya.

" Dah sayang, kerja yang semangat dan cepatlah kembali. Aku menunggu mu di rumah. " Ucap Kanaya dengan senyum mengembang di bibirnya.

Kanaya bergegas masuk setelah mobil yang di kendarai suaminya menghilang di balik tikungan jalan. Ia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih rapi dan sopan ketika akan keluar rumah. Mengambil tas, ponsel dan juga kunci mobil miliknya beserta bar@ng berharga yang sekiranya di perlukan.

" Bi Nur, Aku ke butik sebentar dan sudah ijin sama Mas Erlangga. Tolong Bibi jaga Ibu ya selama Aku tidak ada, kalau Ibu tanya bilang saja Aku pergi ke butik sebentar. Oh ya, kalau ada apa-apa tolong telpon saja ya, jangan tunggu lama- lama. "

Setelah berpamitan Kanaya langsung menuju garasi, dimana tempat mobilnya terparkir rapi.

" Bismillah, semoga semuanya lancar. " Gumam Kanaya sembari menghidupkan mesin mobilnya.

Mobil melaju meninggalkan kediaman Wardhana. Di perjalanan Kanaya tiba-tiba dilema, semua yang Ia rancang dengan mantap sebelumnya tiba-tiba buyar.

" Apa aku ke rumah sakit saja dulu, ah tidak. Ke butik sajalah dulu, setelah itu baru aku ke rumah sakit " Gumam Kanaya.

Akhirnya Ia memutar tujuannya, setibanya di butik Ia di sambut dengan heboh oleh para karyawan yang memang sudah sangat merindukannya.

Kanaya memang adalah tipe bos yang sangat baik pada semua karyawan, itu sebabnya Ia di cintai semua karyawannya disana.

Setelah cipika-cipiki dan juga acara heboh hebohannya, Kanaya memanggil Lia untuk masuk ke ruangannya.

" Ada apa Naya, apa ada yang serius atau apa laporan yang aku kirimkan salah. "

Lia mendadak parno sendiri, soalnya Ia merasa tidak ada masalah atau kendala di butik mereka, semua bahkan bisa di kategorikan lancar.

" Tidak, tidak. Semuanya aman kok Lia, aku hanya ingin minta tolong padamu saja. "

Aulia akhirnya bisa bernafas lega karena ternyata masalahnya tidak semenakutkan seperti yang Ia duga.

Kanaya mengutarakan apa maksudnya pada orang kepercayaannya sekaligus sahabat terbaiknya itu

" Baiklah Naya, tenang saja semuanya akan aman. Tapi apa benar kamu tidak apa-apa, apa perlu aku antar, aku takut kamu kenapa-kenapa. "

Kanaya tersenyum seraya menggeleng pelan, bisa-bisanya sahabatnya itu menghawatirkan dirinya sedemikian rupa.

" Aku tidak apa-apa, aku bisa pergi sendiri. Oke makasih dan jangan lupa ya. " Kanaya kembali ke mobilnya

Ia melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit, hari ini Ia sudah bertekad untuk mengetahui hasil cek kesuburan keduanya pada beberapa waktu lalu.

Kanaya langsung memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk menemui Dokter Dimas, Dokter keluarga Wardhana.

" Saya ingin bertemu Dokter Dimas dan juga sudah buat janji sebelumnya, mohon maaf apa beliau ada di ruangannya. " Tanya Kanaya langsung pada resepsionis.

Suster mengangguk sebagai jawaban, karena memang Dokter yang di maksud kebetulan ada di tempat.

" Ada, mari saya antar. " Tawar Suster itu.

" Tidak perlu Sus, saya bisa jalan sendiri, terima kasih. "

Kanaya segera melenggang ke ruangan Dokter Dimas, Ia mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk.

Tok tok tok  ! Hanya ketukan pintu tanpa suara.

" Masuk. " Jawab suara dari dalam.

Kanaya membuka pintu dan masuk dengan perlahan, Dimas terkejut melihat siapa yang datang.

" Kanaya. " Batin Dimas.

" Hai Dimas, maaf mengganggu. "

Dimas tersenyum seraya

mempersilahkan Istri dari sahabatnya itu untuk duduk, Ia berusaha menutupi keterkejutannya.

" Hai juga, silahkan duduk. "

Kanaya mengangguk pelan dan duduk pada kursi tepat di depan Dokter Dimas.

" Ada apa Naya, kok tumben tiba-tiba kemari. Kamu kemari sama siapa, Erlangga mana. " Dimas langsung menodong Kanaya dengan berbagai macam pertanyaan.

Kanaya masih dengan senyum khasnya apalagi ketika melihat Dimas menoleh ke arah pintu masuk, Ia masih mengira kalau dirinya datang bersama Erlangga suaminya.

" Aku kesini sendirian Dim, tapi sudah ijin kok sama Mas Erlangga. " Jawab Kanaya.

Dimas mengangguk angguk pelan, Ia kemudian bertanya perihal kedatangan Istri dari temannya itu.

" Dim, sebenarnya aku kemari ingin memeriksa, memeriksa. .... Siapa tau ada kabar baik. Soalnya sudah beberapa hari ini aku merasa tidak enak badan dan suka mual tanpa sebab setiap kali mencium sesuatu yang menyengat. Aku ingin memeriksanya Dim, siapa tau aku hamil. Ini akan jadi hadiah terbesar untuk Mas Erlangga dan juga Ibu. "

Raut wajah Dimas langsung berubah karena jantungnya yang tiba-tiba berdegub kencang.

" Ada apa Dim, kenapa wajahmu pucat seperti itu. Sudah kaya habis lihat hantu saja, kenapa. ? Apa kamu tidak ingin melihat Istri dari sahabat mu ini bahagia. " Kanaya mengerucutkan bibirnya pertanda Ia sedang kecewa.

Dimas menatap wajah Kanaya, mencoba memastikan satu hal.

" Bukan begitu Naya, hanya saja aku... Aku bingung harus ngomong apa. "

Dimas bingung harus bersikap bagaimana saat ini.

" Ada apa sebenarnya Mas Dimas, apa yang membuat mu bingung. Katakan saja padaku ada apa sebenarnya. " Kanaya terus mendesak Dimas agar mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Dimas menghela nafas berat, sungguh Ia sulit untuk mengatakan hal yang begitu rumit itu.

" Apa Erlangga belum mengatakannya padamu mengenai hasil tes kalian berdua beberapa hari yang lalu. " Tanya Dimas.

Kanaya mulai memutar otaknya mencari cara agar Ia bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!