Fadli Akram I’tisham itulah nama lengkap ku, semua orang memanggilku dengan panggilan Fadli dan hanya seseorang yang aku cintai dalam diam saja yang memangil ku dengan panggilan Akram.
Aku punya satu adik laki-laki namanya Fadhlan Arkhan Fathurrahman, biasa di panggil Fadlan. Fadlan bersekolah di salah satu sekolah bergengsi bersama dengan adik laki-laki bos ku.
Aku terlahir dari keluarga biasa di kampung, karana keadaan ekonomi yang sulit aku pun pergi ke kota untuk mencari keberuntungan. Dan akhirnya perjuanganku ga sia-sia, aku berhasil menjadi karyawan di salah satu perusahaan terbesar di negara ini, dan secara bertahap aku menjadi sekertaris nya.
Hari-hari berlalu, aku juga sudah berhasil membuka usaha sendiri, usaha yang sekarang sedang di jalankan oleh orang tuaku, Farras Barra Nurohman dan ibuku Zaina Qiana Aqilah.
Bos ku beberapa kali bertanya kenapa ga keluar dari kantor? Kamu kan bisa memperbesar usahamu kebanding terus di sini?tanya nya kepada ku, yang hanya ku jawab dengan senyuman saja.
Sejujurnya aku ingin berkata, bahwa aku tetap bertahan karena rasa cinta ini yang belum terungkapkan. Aku masih belum memiliki nyali yang besar untuk berbicara nya, hal yang membuat hatiku sakit pada akhirnya datang.
Ada seorang pria yang sedang dekat dengan bosku dan satu minggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan, sakit? Tentu saja. Hatiku sakit saat mendengar berita itu, berita nya sudah tersebar ke mana-mana, namun ada satu hal yang membuatku sedikit berharap.
Berita tentang pernikahan bosku memang sudah tersebar, namun nama calon pendamping bosku belum ada yang tau kecuali keluarga inti. Dari situlah aku tak pernah absen untuk berdo'a kepada tuhan, agar pernikahan itu tetap terjadi namun yang menjadi pendamping bosku adalah aku.
Nama bos ku adalah Makailah Jihan Fakhirah biasa di panggil Jihan, namun berbeda denganku yang memanggil nya dengan panggilan Fakhira. Adyatma Mahavir Bagaskara, Syakayla Laiqa Suniyyah, adalah ayah dan ibu Fakhira, terkahir adiknya yaitu Abdiel Justin Baskara.
Kami mengenal sudah cukup lama dan kami sekeluarga juga terbilang sangat akrab, jika saja aku lebih dulu melamar Fakhira mungkin pernikahan yang akan datang akan menjadi pernikahan ku dan Fakhira.
Nama perusahaan keluarga Fakhira adalah MJS begitu yang orang-orang ketahui, perusahaan yang sudah berdiri di beberapa negara. Di perusahaan yang di pimpin Fakhira terdapat beberapa aturan namun yang paling mencolok yaitu, ga boleh ada lawan jenis yang berjarak kurang tiga langkah darinya jadi harus lebih.
Setiap orang yang berhasil memasuki perusahaan MJS pasti di tanya soal agamanya dulu, jika orang tersebut beragama Islam maka ia akan di tempatkan di perusahaan yang berbeda dengan agama yang lain. Kenapa? Karana menurut Fakhira menjadi seorang pemimpin itu besar tanggungjawab nya.
Bukan hanya untuk mengembangkan perusahaan namun ia juga harus, memimpin bawahnya, contohnya kaya gini nih. Setiap agama kan pasti ada perbedaan yah, nah ini yang menjadi inti utamanya. Fakhira hanya takut karena mereka terlalu fokus bekerja sehingga melupakan kewajibannya sebagai seorang yang beragama.
Karena tempatnya di bedakan, peraturannya juga pasti berbeda. Waktu istirahat juga pengambilan libur, itu di sesuaikan dengan agama nya masing-masing. Misal untuk agama Islam setiap waktunya beribadah maka mereka akan melakukan secara bergantian, begitupun dengan waktu ibadah agama yang lain.
Selain untuk menghormati antar-agama, Fakhira juga memiliki toleransi yang besar terhadap agama-agama yang ada di dunia. Fakhira selalu menginginkan keseimbangan, contohnya kesuksesan untuk di dunia dan juga akhirat.
Nama Fakhira tentu saja sangat di kenal banyak orang namun nga sama wajahnya, Fakhira sangatlah cantik. Namun kecantikannya itu jarang sekali terumbar, jika ada satu saja foto wajahnya yang terdapat di media sosial. Maka kurang dari satu jam foto tersebut akan hilang begitupun dengan media yang berani-berani menyebarkan nya tanpa seizin Fakhira.
Di usianya yang baru memasuki umur 22tahun, Fakhira sangatlah hebat dalam mengembangkan perusahaan nya, Fakhira sangat terkenal akan pencapaiannya. Banyak sih yang membuatnya terkenal, tapi yang paling terkenal itu adalah sifatnya yang dingin dan tak tersentuh kecuali keluarga nya.
Itu yang membuat ku semakin hari semakin mengaguminya, apalagi dengan kesederhanaan nya, walaupun Fakhira keluarga yang berada hidupnya selalu sederhana. Ia tinggal di rumah tingkat dua bersama dengan keluarganya.
Terkadang aku selalu iri, kenapa dia bisa sehebat dan sekuat itu? Ia berjuang sendirian dengan di bekali semangat yang luar biasa dari keluarga. Ini nih yang selalu bikin aku pikir-pikir lagi kalo mau mengungkapkan perasaan, takut ga di terima sih. Selebihnya aku percaya diri, untuk menafkahinya aku sanggup.
Oh yaa, laki-laki yang sedang dekat dengan Fakhira sekaligus calon suaminya, ah aku sangat kesal jika mengingat hal itu. Haikal Fathan Ghazawan, ayahnya Hadwan Harsa Haryaka dan ibunya Maryam Khalisa, Fathan merupakan pewaris tunggal dari pasangan pa Harsa dan bu Khalisa.
Jika mereka benar-benar akan bersatu, mereka sungguh pasangan yang akan terus-menerus mendapatkan tatapan iri dari orang lain. Umurnya sama dengan ku yaitu 26th, Fathan tampan tapi tetap saja lebih tampan diriku.
Mereka baru dekat satu bulan belakangan ini, namun dengan langsung mereka akan melaksanakan acara pernikahan. Semenjak dari sana suasana hatiku selalu berubah-ubah, aku selalu senang saat berada di ruangan yang sama dengan Fakhira, tentu saja bukan hanya aku. Tapi juga ada sepupunya yang telah menikah yaitu Najma Adiba Orlin.
Fakhira tak pernah satu ruangan dengan lawan jenis kecuali keluarga nya mungkin, selalu saja ada orang lain antara aku dan Fakhira. Jika Orlin ga hadir maka satu karyawan lain akan di panggil nya, Fakhira tak pernah membiarkan kesempatan untuk berdua satu ruangan dengan ku.
Aku juga selalu merasa kesal dan marah saat Fathan berkunjung ke kantor Fakhira, bagaimana ga marah orang datangnya ada hampir tiap hari. Pernah suatu hari karena terlalu marah aku ga ngerjain pekerjaan dengan baik, jadinya Fakhira menyuruhku pulang dan beristirahat.
Tapi walaupun begitu Fakhira tetap menjaga sikapnya, selalu ada orang lain juga, jika Fathan berkunjung. Itu yang membuat ku sedikit lebih lega ya walaupun kenyataannya setiap hari hatiku selalu merasa sesak saat Fakhira mengucapkan beberapa kata kepadanya.
Sudah yah pembahasnya, sekarang mari kita kembali ke dunia nyata. Menghadapi realita yang ada dan menerima nya dengan lapang dada, hari ini masih pagi sebentar lagi aku akan berangkat ke kantor. Tolong do'a kan aku supaya tiba di kantor nanti aku ga mendapatkan hal yang membuatku kesal atau marah.
Akram menutup bukunya, tempat yang selama ini selalu ia jadikan sebagai tempat curhat dan tempat penerimaan emosi yang Akram rasakan.
"Abanggg, aku nebeng yah ke sekolah."teriak Fadlan, Arkam menutup telinga nya dengan mata terpejam.
"Kamu jangan teriak-teriak!! Abang kan cuma beberapa langkah dari tempat kamu."omel Arkam, Fadlan memang tinggal bersama Arkam. Arkam tak memberikan nya izin jika Fadlan tinggal di apartemen sendirian.
"Hehe, maafin. Abisnya sih abang kalo di panggil pelan suka ga nyaut ."kata Fadlan dengan terkekeh pelan, Arkam menatapnya datar.
"Ayo bang."Arkam menarik baju Fadlan saat ia akan keluar dari rumahnya, Fadlan menatap Arkam bingung saat Arkam memberinya uang merah tiga lembar.
"Apa nih bang? buat jajan aku?"tanya Fadlan dengan senang.
"Ga, ini buat ongkos kamu ke sekolah. Abang sibuk kamu berangkat sendiri aja."jawab Arkam.
"Loh, ya nga bisa gitu dong bang. Aku ga mau ya naik bis apalagi angkutan umum."kata Fadlan sinis.
"Kenapa ga mau?"tanya Akram heran.
"Ckk, abang gimana sih. Aku kan ganteng banget, kalo nanti aku telat datang ke sekolah karena di kerumuni cewek gimana? Kan ga estetik bang." jawab Fadlan dengan bersungguh-sungguh.
"Percaya diri sekali kamu."kata Arkam sinis. Fadlan mengambil uang dengan kasar setelah itu berlari keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Arkam.
Arkam menatapnya malas, ia langsung mengunci pintu setelah itu keluar menuju mobilnya yang telah terparkir. Ceklek, pintu mobil terbuka.
"Astagfirullah."Arkam memegang dadanya dengan terkejut.
"Hehe, terkejut ya bang?"tanya Fadlan yang ternyata sudah berada di dalam mobil, Arkam mengusap wajahnya.
"Turun!!"
"Ga mau bang."
"Turun Fadlan!!"
"Ga mau!!"
Arkam membuka pintu belakang mobilnya setelah itu menarik Fadlan, Fadlan berbalik dan memeluk kursi mobil dengan erat. Arkam menarik kali Fadlan, Fadlan melihat ke arah Arkam dengan mata berkaca-kaca.
"Ckk, di depan sana turun."Arkam memasuki mobilnya lalu menjalankan nya, Fadlan tersenyum manis setelah itu kembali serius.
"Nga bang, pokonya anterin aku ke sekolah."
"Gaa. Jalan aja, lagian cuma berapa ribu cm sih."
"Ckk, kali ini aja bang. Yahh, plis."
"Gaa! Kali ini-kali ini. Dulu juga bilangnya gitu, lagian kan kita ga searah."
"Ayolah bang, sebentar doang."
"Gaa."
"Fadlan bilangin bunda lohh."Fadlan mengancam Arkam, Arkam berdecak kesal terpaksa ia harus mengantarkan adik nakalnya ke sekolah.
Fadlan menyodorkan tangannya pada Arkam setelah sampai di depan gerbang sekolah, Arkam menerimanya. Cup, Arkam membulatkan matanya saat Fadlan mencium pipinya.
"Fadlan!!"tekan Arkam dengan marah, ia langsung menggosok pipinya dengan tisu basah, Fadlan berlari ke dalam sekolah.
"Pipi abang tambah berisi, aku suka." Arkam memukul setirnya dengan tersenyum menahan amarah.
"Argh, ya Allah kenapa sih ngasih aku adik modelannya kaya Fadlan. Untung aku orangnya sabar, jadi masih ada kesempatan untuk Fadlan tinggal bersamaku sebelum ku tendang keluar." gumam Arkam sambil menjalankan mobilnya.
Hal yang tak jauh berbeda pun di alami oleh Fakhira, Fakhira menatap tajam sang adik yang telah membangunkan nya dengan tak sabar.
"Pagi kakakku tersayang, gimana nyenyak ga tidur nya?"tanya Justin yang baru sampai di meja makan.
"Menurutmu?"tanya balik Fakhira dingin.
"Ya jelas, engga lah. Hahaha,umhh." Justin membulatkan matanya saat sebuah roti menutupi mulutnya.
"Mulut kamu kalo ga di sumpel ga bakalan diem."
Justin menguyah rotinya, setelah selesai ia langsung berkata kepada ayahnya yang baru saja ikut bergabung bersama mereka.
"Ayah, liat kaka udah aniayanya aku."ucap Justin dengan mata berkaca-kaca, Bagas menyipitkan matanya ke arah Fakhira.
"Kaka? Minta maaf sama adik."kata Bagas, Fakhira memutar bola matanya malas, gini nih kalo anak sama bapak udah satu jalan.
"Ngapain orang yang ga salah minta maaf."kata Fakhira, Justin menatap Bagas penuh harap.
"Ka kamu itu sebagai seorang kaka harus mengalah sama adik."Fakhira menghiraukan Bagas yang sedang berceramah, membahas hal yang sudah di bahas sebelumnya. Fakhira tersenyum tipis setelah melihat ke datanggan Kayla yaitu ibunya.
"Ayah, sekali kali anak nakal harus di beri pelajaran. Contohnya usir dari rumah selama satu tahun"
"Kaka!"tekan Bagas, Fakhira segera mengubah ekspresi setelah Kayla mendekat.
"Bunda, ayah galak!"kata Fakhira dengan ekspresi wajah ketakutan, Kayla membulatkan matanya setelah itu memelototi Bagas.
"Ayah!!"
"Iya bunda?"tanya Bagas dengan canggung.
"Kamu apain anak bunda?"
"Ga di apa-apain bunda."jawab Bagas dengan was-was, Fakhira kembali menyakinkan Kayla.
"Bohong bunda, tadi-tadi ayah-"
"Sutt, udah jangan di lanjutin." Kayla menepuk-nepuk punggung Fakhira.
"Ayah?"tanya Kayla meminta penjelasan.
"Ayah ga ngapa-ngapain kaka, coba aja tanya sama adek."jawab Bagas sambil mengedipkan matanya beberapa kali pada Justin.
"Ia bunda." Bagas mengusap dadanya, namun ia langsung membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Justin selanjutnya.
"Tadi ayah, udah nindas kaka. Adik ga bisa bantu soalnya adik ga mau ngelawan orang tua."kata Justin dengan penuh sesal.
"Penghianat."lirih Bagas dengan kecewa.
"Ayah?"tanya Kayla dengan kesal.
"Bukan aku bunda."jawab Bagas dengan ragu-ragu
"Tidur di luar."Kayla duduk sambil mengambil roti.
"Apa? Ga bisa gitu dong bunda."kaget bagas.
"Yeay, akhirnya. Nanti malem bunda tidur sama adik yah? Xixi udah lama banget ga tidur sambil peluk bunda."kata Justin dengan semangat.
"Kamu!! Selain penghianat kamu juga ternyata menusuk ayah dari belakang."kata Bagas dengan kesal.
"Ayah, adik ga bermaksud seperti itu. Adik hanya kasihan sama bunda kalo harus tidur sendiri, makanya adik dengan sukarela menawarkan diri." kata Justin yang membuat jiwa ke posesif pan Bagas semakin menjadi.
"Pergi sana, ternyata bener kata kaka mu. Anak nakal seperti mu harus di beri pelajaran."Bagas mendekati Kayla setelah itu memeluk nya dari belakang.
Membuat Fakhira dan Justin mengalihkan pandangannya dengan kesal, sarapan pagi di rumah mereka pun segera di mulai.
Di kantor, Akram berjalan menuju ruangannya. Ceklek pintu terbuka, ternyata belum ada siapa-siapa di dalamnya. Akram berjalan ke arah meja kerjanya ia langsung bekerja.
Ceklek, seorang gadis cantik memakai gamis berwarna hitam biru yang lengkap dengan memakai sarung tangan dan kaus kakinya memasuki ruangan, namun baru tiga langkah ia berhenti.
"Apa Orlin belum datang?"
"Belum nona Fakhira."
"Baiklah saya akan menunggu di luar."
Akram menghela nafasnya, kapan ia bisa bebas dekat dengan Fakhira tanpa adanya batasan. Tanpa ada jarak di antaranya, tanpa ada halangan yang membuatnya seperti sesosok asing.
"Bu Orlin juga kemana yah."batin Akram.
Beberapa menit berlalu akhirnya Orlin datang, ia masuk bersama dengan Fakhira. Akram melihat ke arah Fakhira selama dua detik setelah itu menunduk kan pandangannya.
Hening melanda suasana mereka, sampai suara dering hp membuyarkan keheningan tersebut.
"-----"
"Waalaikumussalam."
"-----"
"Ya."
"-----"
"Naik lah dan hati-hati."
"-----"
Akram mengepalkan tangan nya di atas meja, Akram sangat tau siapa yang menelepon Fakhira tadi.
"Huh, pasti orang nya sebentar lagi ke sini."batin Akram, tak lama seseorang yang di maksud Akram memasuki ruangan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Tuh kan bener."batin Akram.
"Siang semua."kata Fathan dengan tersenyum tipis.
"Siang."jawab Orlin.
"Padahal masih pagi, orang masih jam setengah sepuluh."gumam Akram yang masih dapat di dengar Fathan.
"Wahh, sekertaris Akram bagaimana kabarmu hari ini?"tanya Fathan sambil mendekati meja kerja Akram.
"Buruk, sangat buruk apalagi setelah kedatangan anda."jawab Akram menatap tajam Fathan.
"Wahaha, ternyata kabarmu sangat baik yah. Ah sudah dulu ya ngobrol nya, aku akan mengobrol dengan calon istriku dulu."kata Fathan dengan terkekeh pelan.
"Sabar Akram, dia hanya satu langkah di depanmu." Batin Akram.
Fathan itu tau kalo Akram menyukai Fakhira, terbukti dari sikapnya jika Fathan datang berkunjung maka perubahan ekspresi wajahnya sangat terlihat.
"Pagi calon istri, kamu lagi ngapain."kata Fathan kepada Fakhira, Fakhira melihat ke arah Fathan sekilas setelah itu berhenti mengerjakan pekerjaannya.
Akram yang melihat dan mendengar itu langsung memakai, headset earphone bluetooth. Ia akan mendengarkan sholawat untuk penyejuk hatinya yang sedang panas.
"Kerja."kata Fakhira.
"Aku sengaja belum makan dari pagi, supaya bisa makan bareng kamu."kata Fathan dengan semangat.
"Memberi kode ya."batin Fakhira.
"Sudah sarapan?"tanya Fakhira.
"Belum."jawab Fathan malu.
"Hmm, duduk lah di sana." Fathan mengangguk setelah itu berjalan menuju sofa yang terletak dekat dengan meja Akram. Fakhira mengirim pesan kepada seseorang.
"Hai, lagi ngapain?"tanya Fathan sambil duduk di depan Akram.
"Kerja."jawab Akram ketus.
"Ohh, biasa aja dong jawabnya aku kan cuma nanya."Akram tak mengindahkan ucapan Fathan.
"Ngomong-ngomong Fakhira makin hari makin cantik yah, berkharisma. Beruntung banget kan yang jadi suami nya suatu hari nanti."kata Fathan dengan tersenyum lebar, Akram mengambil botol yang berada di atas mejanya setelah itu meminumnya sampai tersisa setelah.
"Hm."dehem Akram, walaupun Akram memakai headset tapi sholawat yang ia dengarkan sangat bervolume kecil, sehingga ucapan di sekitarnya masih dapat di dengar.
"Wajah kamu emang suka merah yah, kamu pake pemutih?"tanya Fathan polos, Akram mengebrak mejanya. Ia tak pernah memakai produk apapun untuk wajahnya, wajahnya memerah karena ia sedang menahan amarah.
"Sek Akram, ada apa?"tanya Fakhira, Akram melihat ke arah Fakhira dengan malu sambil menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada apa-apa nona, saya hanya sedang berusaha untuk mengusir nyamuk yang menggangu saya."jawab Akram yang di angguki Fakhira.
"Lanjutan pekerjaan mu!"
"Baik nona." Akram kembali duduk, Fathan menatapnya dengan senyuman mengejek. Akram mendengus kesal.
"Pergi sana."kata Akram ketus.
"Nga ah, mending di sini aja liat kamu lagi kerja."
"Bilang aja kalo mau ganggu!"
"Terserah apa katamu sekertaris Akram."
Ceklek, semua orang melihat ke arah seseorang yang membuka pintu, seorang karyawan masuk.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Permisi nona, pesanan yang nona pesan sudah tiba."
"Bawa masuk."
"Baik nona."
Dua orang memasuki ruangan dengan masing-masing paperbeeg di tangannya.
"Kita makan bersama terlebih dahulu."Fakhira berjalan ke arah meja dekat sofa tersebut dengan di ikutin Orlin, Akram, dan Fathan.
Posisi duduk, Fakhira dan Orlin satu sofa. Di depannya terdapat Akram dan Fathan, mejanya itu ada dua sehingga jarak duduknya lebih jauh.
"Makanlah." Semuanya mengangguk, mereka sudah terbiasa makan bersama.
"Fathan jangan menambahkan pedas ke makanan mu!"kata Fakhira yang di angguki Fathan. Akram mengalihkan pandangannya.
"Kenapa sih, cuma mau makan aja harus nemuin hal yang bikin kesel dulu."batin Akram.
Mereka makan bersama, waktu jam kantor telah usai Akram sedang bersiap-siap untuk pulang.
"Masih jam empat lebih."gumam Akram.
Ting, suara pesan masuk. Di ikuti oleh suara telpon yang berdering, Akram mengangkat nya.
"Assalamualaikum bang."
"Waalaikumussalam, ada apa?"
"Aku belum pulang sekolah, tadi ada rapat osis."
"Terus?"
"Abang jemput yah? Kalo ga abang jemput nanti aku pulangnya ke sore an."
"Hmm, abang pesenin taksi online."
"No, aku maunya abang yang jemput."
"Gaa, kamu kan bisa pulang sama Justin."
"Aelah bang, bentaran doang ko. Sekalian beli rujak yah, taman jam segini rame loh bang, banyak yang jualan."
"Di mana sekarang?"
"Kelas bang sekarang menuju gerbang."
"Ya, abang ke sana sekarang."
Tut, panggilan berakhir. Akram keluar dari kantor dan langsung menuju sekolah Fadlan.
"Abang sini."teriak Fadlan ketika melihat mobil Akram.
"Kalo bukan karena rujak, mana mau aku jemput Fadlan."gumam Akram.
"Lohh, Justin juga ikut?"tanya Akram saat melihat Fadlan dan Justin memasuki mobilnya.
"Iya hehe, tadinya mau ajak ka Jihan cuma ya bang Akram tau sendiri lah."jawab Justin dengan cemberut, sebenarnya Justin sengaja tidak membawa motor ke sekolah agar pulangnya bisa di jemput Fakhira dan jalan-jalan bersama, namun ya seperti biasanya Fakhira selalu menolak.
"Eum, yaudah sekarang kita mau ke mana nih."kata Akram.
"Langsung ke taman aja bang, nyari jajanan."kata Fadlan, Akram mengangguk. Sampai di taman Fadlan dan Justin langsung keluar untuk berburu jajanan.
"Justin mau beli boneka monyet ga? Lumayan loh buat koleksi."kata Fadlan, Justin tampak berfikir sambil melihat boneka monyet dengan ukuran kecil.
"Nga ah, ukuran nya kecil. Nanti aja aku beli di tokonya langsung."kata Justin, Fadlan mengangguk.
Jika kalian berfikir bahwa Justin mengoleksi boneka monyet maka jawaban kalian sepenuhnya salah, Justin memang selalu membeli boneka monyet, setelah itu kembali ia jual dengan harga yang lebih tinggi dari harga aslinya. Bisa di bilang bisnis juga kali ya.
"Ke sana yuu, katanya ada yang jualan mie pedas. Laku banget."Fadlan menarik Justin menuju sebuah tempat yang ramai pembeli.
"Fadlan ke mana ya."gumam Akram.
"Nah itu mereka, huh. Tau-tau aja makanan yang lagi viral."kesal Akram sambil berjalan menuju Fadlan dan Justin yang sedang mengantri.
"Ehh, abang!! Apa an sih main tarik-tarik aja, tuh liat tempat aku kan jadi di isi orang."kesal Fadlan.
"Salah kamu, ningalin abang."kata Akram acuh.
"Kaka."teriak Justin kepada seseorang yang tengah memegang boneka monyet berukuran sedang.
"Fakhira?"batin Akram.
"Kaka katanya sibuk, tapi apa ini? Jalan-jalan sendiri an ga ngajak-ngajak."kata Justin merajuk.
"Nih, tadinya sibuk tapi ke inget kamu yang suka sama boneka monyet, makannya kaka sengaja beliin."kata Fakhira sambil memberikan bonekanya kepada Justin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!