NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta, Ibu Anakku!

1. Malapetaka

Berlibur ke Pulau Dewata adalah impian setiap orang, tempat refreshing yang seharusnya menjadi penenang hati dan pikiran. Kini berbanding terbalik untuk seorang Audrey.

Malam pertama di Pulau Dewata, Audrey Camilla yang baru genap berusia 20 tahun, saat ini sedang merayakan hari ulang tahunnya bersama dengan keempat sahabatnya.

Mereka menginap di sebuah Resort yang terdapat di salah satu Pantai yang sangat terkenal di Pulau ini. Malam setelah perayaan, Audrey memutuskan untuk memesan satu kamar khusus untuk dirinya sendiri. Sedangkan keempat sahabatnya memilih memesan dua kamar, yang masing-masing dihuni oleh dua orang.

Akan tetapi saat sedang terlelap di dalam mimpi, tiba-tiba suara ketukan pintu membuat Audrey terkejut dan bangun dari ranjangnya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Ish, siapa sih malam-malam begini ganggu orang tidur aja?" gerutunya sambil beranjak dari ranjang dan berjalan dengan gontai menuju ke arah pintu.

Ceklek!

Brugh!

"Aww!!" pekik Audrey, yang merasa terkejut saat tiba-tiba tubuh kekar menindih tubuhnya.

"Ish, kamu siapa sih? Datang-datang langsung nyelonong masuk dan main tubruk aja!" maki Audrey, saat dirinya mencoba untuk mendorong tubuh kekar yang menindihnya.

"Ih, awas! Kamu berat banget tau. Aku jadi susah bernapas nih." maki Audrey lagi.

Tiba-tiba saat dia mencoba untuk mendorong tubuh yang menindihnya, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Sehingga membuat Audrey membelalakkan mata, saat pergerakannya ditahan oleh tangan tersebut.

"Ssttt! Diamlah, Sayang! Malam ini aku akan membuatmu terpuaskan oleh permainan panas kita." kini terdengar sangat jelas suara serak seorang laki-laki, yang saat ini sedang berada di atas tubuh Audrey.

Bau alkohol tiba-tiba menyeruak dan menerobos masuk ke dalam hidung Audrey, dan saat itu juga dia langsung memahami situasi yang sedang mengancamnya

"Si-siapa kamu?" tanya Audrey dengan gugup.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Audrey, kini laki-laki asing itu langsung membungkam bibir Audrey dengan bibirnya.

Saat itu Audrey memberontak dan mengerahkan seluruh tenaganya. Akan tetapi semua itu hanya sia-sia, semakin Audrey memberontak maka semakin liar gerakan laki-laki asing itu.

Dengan gerakan tiba-tiba, kini tubuh Audrey seperti melayang dan dihempaskan dengan kasar ke atas ranjangnya.

"A-apa yang kamu inginkan? To-tolong pergi dari kamarku! Pergiiiii!" usir Audrey kepada laki-laki asing tersebut.

Akan tetapi bukannya pergi, justru laki-laki asing itu langsung mengungkung tubuh mungil Audrey. Kedua tangannya pun mengunci pergerakan gadis mungil itu.

"Pergiiii!!! Lepaskan aku!! Pergiii!!!"

Audrey pun terus memberontak, tetapi percuma dan sia-sia saja. Karena tenaganya tidak sebanding dengan laki-laki asing itu.

Saat cahaya remang-remang mulai memperlihatkan sosok laki-laki asing itu, Audrey Camilla langsung menghafalkan wajah sosok laki-laki asing tersebut.

Dengan gerakan cepat, laki-laki asing itu langsung ******* bibir Audrey dengan kasar. Tangan kekarnya pun tak ingin tinggal diam, karena dengan satu tangannya saja dia bisa menggenggam kedua tangan mungil seorang Audrey Camilla.

"Eemmpphhht...."

Sreett!

Perlahan satu tangannya mengoyak pakaian Audrey, sehingga saat ini bagian atas tubuhnya terpampang jelas dua jelly kenyal tanpa penutup.

Dengan gerakan lincah, kedua jelly tersebut berhasil diraup dengan rakusnya oleh laki-laki asing itu.

Saat dalam diri Audrey menolak setiap sentuhan tersebut, kini berbanding terbalik dengan tubuhnya yang justru menginginkan hal yang lebih.

Sudah merasa puas dengan kedua jelly Audrey, laki-laki asing itu langsung turun ke bawah menuju ke surga dunia dan mengoyak kembali penutupnya.

Kemudian dengan gerakan cepat, laki-laki asing itu langsung melepas seluruh pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

Samar-samar terlihat tubuh atletis dan roti sobek yang saat ini terpampang di depan wajah gadis polos itu.

Tanpa aba-aba, laki-laki asing itu langsung melakukan penyatuan dengan sangat kasar. Sehingga membuat Audrey terpekik dan merintih karena kesakitan.

Dengan rakusnya kini laki-laki asing itu ******* kembali bibir dan memilin jelly kenyal Audrey. Dengan gerakan cepat dan kasar, kini air mata Audrey mengalir dengan derasnya.

Menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Audrey pun merutuki laki-laki asing itu. Karena dia telah merenggut paksa mahkota yang selama ini dia jaga. Bahkan kekasihnya saja, tidak pernah dia biarkan sedikitpun untuk menyentuh mahkota yang sangat berharga itu.

Saat tiba di puncaknya, Audrey mencakar punggung laki-laki asing itu dengan kuku-kukunya yang sangat tajam. Namun semua itu, justru membuat hentakan semakin liar dan keras, dan bagian bawah pun saat ini seperti mengalir sesuatu yang terasa sangat asing.

Tak berselang lama kemudian, tubuh laki-laki asing tersebut langsung ambruk dan menindih kembali tubuh mungil Audrey.

Dengan sekuat tenaganya dia mencoba untuk menyingkirkan tubuh kekar itu dari tubuhnya. Audrey hanya bisa menangis dalam diam, karena penyesalan pun saat ini sudah sangat terlambat.

Selang beberapa menit kemudian, kini tubuh kekar tersebut langsung terkulai lemas tepat di samping Audrey. Hanya dengkuran halus yang saat ini keluar dari bibir laki-laki asing itu.

Dengan isakan tangis pilu, Audrey kembali merutuki dan memakai laki-laki asing tersebut dengan sumpah serapah yang dia lontarkan. Meskipun laki-laki itu sama sekali tidak mendengarnya.

Saat dia mencoba untuk bangun dari ranjangnya, kini seluruh tubuhnya terasa remuk dan nyeri dibagian bawahnya. Perlahan dia mencoba untuk bangun dan berjalan tertatih-tatih, menuju ke arah kamar mandi dan berniat untuk membersihkan diri sebelum keluar dari kamar itu.

***

Tok...

Tok...

Tok...

Setelah selesai mandi dan membereskan seluruh pakaiannya. Audrey langsung menuju ke kamar sahabatnya, tetapi dia tidak menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya.

Meskipun salah satu sahabatnya menaruh rasa curiga, karena melihat sesuatu yang janggal dari cara berjalan gadis itu.

"Kamu beneran tidak apa-apa, Drey?" tanya Reva yang saat ini sedang menatap penuh selidik kepada Audrey.

Dengan gerakan cepat, Audrey pun menggelengkan kepala dan memaksakan seulas senyum di kedua sudut bibirnya.

Karena tidak mungkin baginya, menceritakan tentang kejadian yang baru saja dia alami, dengan sosok laki-laki asing yang sama sekali tidak dia kenali.

"Tidak. Aku hanya merasa kesepian saja di kamar sendirian. Apa kalian keberatan jika aku berada di kamar ini?" tanya Audrey sambil menatap secara bergantian kedua sahabatnya.

"Tentu saja tidak, Drey. Bukankah sejak awal, kami memang meminta kamu bergabung bersama, tetapi kamu sendiri yang menolaknya 'kan?" ucap Sandra sambil terkekeh.

"Baiklah. Ini sudah larut malam, lebih baik kita lanjutkan kembali mimpi kita yang tertunda." ucap Reva sambil merebahkan tubuhnya di samping Audrey.

Tanpa ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bermimpi kembali, kini kedua sahabat Audrey langsung terlelap di dalam mimpinya masing-masing. Hanya Audrey yang masih terjaga, dengan pikiran yang sangat dipenuhi oleh rasa sesal dan amarah.

***

Keesokkan harinya...

Saat laki-laki asing itu terbangun dari tidurnya, dia pun langsung menyadari sesuatu. Saat matanya mulai mengelilingi setiap sudut ruangan, yang ternyata kamar yang saat ini ditempati bukanlah kamarnya.

"Sial! Aku dimana sekarang? Mengapa aku bisa berada di kamar ini?" umpat laki-laki asing itu.

Aaron Vincent Rich (25 tahun) adalah nama laki-laki asing yang telah merenggut paksa mahkota seorang gadis lugu yang bernama Audrey Camilla.

Dia adalah CEO di Rich's Company, yang sangat terkenal arogan dan dingin bahkan dia sangat sulit tersentuh.

Saat matanya menangkap bercak darah yang menempel di sprei, dia pun langsung menyadari bahwa ada sosok gadis yang semalam baru saja dia tiduri.

Tetapi sangat aneh, baru kali ini dia merasakan sebuah penyesalan. Karena gadis itu ternyata masih suci dan dialah orang yang telah merenggut kesucian gadis itu.

Tanpa ingin membuang-buang waktu, Aaron langsung menghubungi asisten pribadinya, Arzen Freddy.

"Cepat Anda cari tau siapa gadis yang menempati kamar no. 6! Saya ingin informasi secara detail tentang gadis itu, secepatnya!" titah Aaron dengan tegas.

Tut...

Tut...

Tut...

Setelah mendapatkan jawaban, Aaron langsung memutuskan panggilan tersebut.

"Saya pasti akan segera menemukanmu!"

2. Menghilang

Setelah kejadian di Resort , tepat saat berlibur di Pulau Dewata. Audrey Camilla yang awalnya adalah seorang gadis ceria dan periang, kini sikapnya berubah drastis setelah kejadian malam itu. Perubahan Audrey kini menjadi tanda tanya besar untuk keluarga dan keempat sahabatnya.

Karena Audrey saat ini menjadi sosok yang sangat pendiam dan lebih memilih menyendiri. Bahkan, dia juga jarang sekali ikut berkumpul dengan keempat sahabatnya.

Satu bulan kemudian, setelah malapetaka di Resort itu. Audrey memutuskan untuk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orangtuanya, dia pergi saat mengetahui bahwa di dalam rahimnya, telah hadir sosok nyawa yang ingin hidup bersama dengannya.

Bahkan, keempat sahabatnya pun tidak mengetahui tentang kepergian Audrey, saat orangtua Audrey menanyakan perihal tentang kepergian putri kesayangan mereka.

"Apa kalian yakin? Jika kalian tidak mengetahui tentang kepergian Audrey?" tanya Tante Rosalina Wijaya, ibunda dari Audrey.

"Iya, Tante. Bahkan sebulan terakhir ini, kami juga jarang sekali berkumpul dengan dia. Karena Audrey selalu beralasan sibuk dengan aktivitas barunya, dan lebih senang menyendiri." ujar Shania, salah satu sahabat Audrey.

"Em, apakah Om dan Tante juga merasakan sebuah perubahan dari sikap Audrey? Setelah kami pulang berlibur dari Pulau Dewata?" tanya Reva dengan ragu-ragu.

Karena memang hanya Reva yang menyadari perubahan tentang Audrey, dia adalah satu-satunya sahabat Audrey yang sudah mengetahui bagaimana sosok seorang Audrey. Bahkan, masalah percintaan Audrey pun Reva juga mengetahuinya, dia juga mengenal sosok laki-laki yang berhasil mencuri hati sahabat dekatnya itu.

Rafa Wiguna, sosok laki-laki yang lemah lembut dan penyayang. Laki-laki itu juga berhasil menaklukkan hati seorang Audrey, setelah perjuangan panjang yang di lalui oleh Rafa.

"Tunggu! Apa aku harus menghubungi Rafa, Tante?" tanya Reva dengan hati-hati.

"Rafa? Siapa dia?" tanya Om Riki Arya Wijaya, ayah dari Audrey.

"Em, dia kekasih Audrey, Om." jawab Reva dengan gugup.

"Apa kamu mencurigai laki-laki itu?" tanya Om Riki lagi.

"Entahlah, Om. Karena setau kami, selama ini Rafa selalu menjaga dan melindungi Audrey. Bahkan untuk bertindak sejauh itu pun kami juga ragu. Tetapi alangkah baiknya, jika kita juga bertemu dengan Rafa. Agar semuanya jelas dan tidak terjadi kesalahpahaman lagi, Om." usul Reva dengan mantap.

"Oke, beritahu dia untuk datang ke Resto ini, sekarang juga!" titah Om Riki dengan tegas.

Sedangkan Sandra dan Maura hanya terdiam, sambil bergidik. Saat melihat sorot mata Om Riki, yang saat ini sedang memendam amarah yang sangat besar.

Setelah setengah jam menunggu kedatangan Rafa, kini Om Riki langsung berdiri saat mengetahui jika laki-laki jangkung yang berada di depannya itu adalah Rafa, kekasih putrinya

"Dimana kamu sembunyikan putri Saya Audrey Camilla?" tanya Om Riki sambil menarik kerah baju Rafa dan mencengkeramnya dengan erat.

Sedangkan Rafa yang baru saja datang hanya menatap kebingungan, karena dia tidak tau menahu tentang pembahasan mereka sebelumnya.

"Maaf, maksud Om bagaimana? Ada apa dengan Audrey? Karena sudah seminggu ini, Saya sudah tidak bertemu dengannya lagi. Bahkan terakhir kali kami melakukan panggilan video dia memutuskan sepihak hubungan kami, dan Saya pun juga bingung kesalahan apa yang telah saya lakukan? sehingga dia memutuskan hubungan kami secara sepihak dan tanpa memberikan alasan yang jelas kepada Saya." ujar Rafa dengan suara serak.

Sedangkan Om Riki yang mendengar penjelasan Rafa, perlahan mulai mengendurkan cengkeramannya.

"Bahkan Saya selalu mencoba untuk menghubungi Audrey, Om. Saya juga ingin meminta penjelasan darinya, mengapa dia tega mematahkan hati Saya. Tolong percayalah, Om! Saya benar-benar mencintai putri Anda. Bahkan, Saya rela jika saat ini juga harus menghalalkannya sebagai pendamping hidup Saya. Karena dunia Saya benar-benar runtuh, saat Audrey memutuskan hubungan kami." ujar Rafa sambil menatap sendu ke arah Om Riki.

Terasa sangat lemas dan bergetar seluruh tubuh seorang Riki Arya Wijaya. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, kini dia terduduk di kursi yang berada di Resto tersebut.

Bagai di hantam ribuan batu besar, saat seorang Ayah kehilangan sosok putri yang sangat dia sayangi dan cintai. Sedangkan Rosalina Wijaya semakin histeris karena belum mengetahui titik terang tentang keberadaan putri kesayangannya.

Untung saja, Riki memesan private room  yang kedap suara. Karena sejak awal dia sudah mengantisipasi terlebih dahulu, sebelum kejadian ini terjadi.

Akhirnya suasana kembali hening, saat ini hanya suara isakan tangis dari Rosa dan sahabat putrinya. Mereka pun sibuk dengan pikiran masing-masing.

***

Sedangkan yang mereka pikirkan, saat ini sedang berada di sebuah desa terpencil yang sangat jarang orang kunjungi.

Suasana pedesaan yang masih terasa sangat segar dan asri. Membuat sosok Audrey Camilla merasa betah saat tinggal di sana, bersama dengan sepasang suami-istri yang sudah renta namun semangat hidupnya yang sangat tinggi.

"Apa kamu yakin ingin tinggal disini, Nak? Apa kamu tidak akan merindukan orangtua dan orang-orang yang menyayangimu?" tanya sang Kakek, yang bernama Trisno.

"Sejujurnya aku juga berat meninggalkan mereka, Kek. Tetapi aku juga tidak ingin membuat aib untuk orang-orang disekitar ku, apalagi orangtuaku. Pasti mereka akan sangat malu jika mengetahui aku hamil tanpa seorang Ayah. Bahkan aku sendiri tidak mengetahui, tentang seluk-beluk dan identitas Ayah dari janin yang aku kandung saat ini. Jadi aku memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari mereka, dan aku harus membuang jauh-jauh semua mimpiku." ujar Audrey sambil menghela napas panjang.

Nenek Ganda yang baru saja datang pun sempat mendengar ucapan Audrey. Kemudian Beliau langsung menghampiri Audrey, setelah memberikan dua gelas air minum kepada Audrey dan Kakek Trisno.

"Jangan pernah berpikir jika titip Tuhan itu sebuah musibah, Nak! Bahkan kami saja yang hanya memiliki satu orang anak, merasa kebingungan saat dia pergi jauh ke luar pulau untuk meraih cita-citanya. Dia hanya pulang setahun sekali jika memungkinkan, kadang juga bisa dua sampai tiga tahun lamanya. Syukuri apa yang telah menjadi milikmu saat ini. Karena suatu hari nanti kamu pasti akan menyadari, betapa bersyukur kamu memilikinya sebagai teman di kala kesepian datang menyelimuti hatimu." ujar Nenek Ganda dengan penuh kasih sayang.

Betapa beruntungnya Audrey saat ini, bertemu dengan orang asing yang mau menampungnya. Bahkan, bersedia untuk membantu dan menjaga janin yang masih berada di kandungannya.

Entah mengapa, dia juga tidak rela jika harus kehilangan janin yang dikandungnya saat ini. Sehingga sampai sekarang dia masih tetap kekeuh untuk mempertahankan janin ini. Meskipun dia tidak mengenali siapa penanam benih di rahimnya, dan dia pun berharap agar mereka tidak akan pernah bertemu kembali.

"O, iya, Nak. Nanti jika kamu tinggal di sini, kamu hanya akan memakan makanan hasil dari perkebunan kami saja. Karena jika kita ingin memakan makanan yang sedikit enak, kita harus menyeberangi sungai di sebelah barat, agar kita bisa sampai di kota. Bisa saja kita melewati jalur darat, tetapi itu bisa memakan waktu selama dua hari jika tidak ada kendala." ujar Nenek Ganda lagi.

Audrey pun hanya tersenyum, dan merasa sangat bersyukur telah dipertemukan oleh Kakek Trisno dan Nenek Ganda. Mereka yang telah menyelamatkan nyawanya dan janin yang berada di dalam kandungannya, akibat kecelakaan yang beberapa hari yang lalu menimpanya. Sehingga dia bisa sampai di desa terpencil ini, karena pertolongan malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuknya.

3. Siapa Gadis Kecil itu?

Tujuh Tahun Kemudian..

Di lain pihak, seorang Aaron merasa frustrasi. Karena sampai selama tujuh tahun terakhir ini belum berhasil menemukan sosok gadis, yang sudah dia renggut kesuciannya. Bahkan dia juga kehilangan jejaknya, yang ikut menghilang bagai ditelan bumi.

"Argh! Siapa sebenarnya sosok Audrey Camilla itu? Mengapa dia bisa menghilang dalam sekejap, bagai butiran debu yang terhempas badai? Dimana sebenarnya keberadaan gadis itu? Dan apa yang telah terjadi setelah malam itu kepadanya?"

Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di pikiran seorang Aaron Vincent. Bahkan, hingga saat ini, dia masih melajang. Karena terakhir kali dia berhubungan dengan seorang wanita, dia hanya berhubungan dengan sosok seorang gadis yang bernama Audrey.

Yang hingga saat ini pula, menjadikan hidupnya bagai diombang-ambingkan oleh sosok gadis misterius itu.

"Huh! Benar-benar bisa gil* aku kalau terus begini. Dengan cara apa lagi, aku mencari gadis misterius itu?" keluh Aaron sambil mengacak-acak rambutnya.

Akhirnya Aaron memutuskan untuk keluar dari kantornya untuk mencari udara segar. Kepalanya terasa hampir meledak, bahkan dia juga hampir gil*. Karena selalu gagal dalam melakukan penyelidikan, kepada sosok gadis misterius itu.

"Tolong, cancel jadwal Saya hari ini sampai jam makan siang nanti! Karena Saya ingin pergi sebentar." titah Aaron kepada sang sekretaris.

"Baik, Pak. Tetapi nanti jam 2 kita ada rapat dengan Wijaya Group di Resto Nirwana." ucap sang sekretaris kepada Aaron.

"Baiklah. Setelah makan siang, Saya akan kembali ke kantor." ujarnya sambil berjalan kemudian berlalu meninggalkan sang sekretaris di meja kerjanya.

***

Di sepanjang perjalanan, Aaron mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hingga akhir dia tiba di sebuah taman kota, lalu dia pun memutuskan untuk berhenti di taman itu untuk sejenak.

Entah mengapa, hatinya tergerak dan ingin sekali untuk mengunjungi taman itu. Bahkan, sebelumnya dia lebih menyukai bar sebagai pelampiasan rasa bersalahnya, daripada menikmati keindahan alam disekitarnya.

Tap...

Tap...

Tap...

Kini langkah kaki panjang disertai suara sepatu pantofel pria formal itu, terdengar sangat pelan. Saat ini Aaron menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di taman itu.

Brugh!

Argh!

"Hiks... Hiks... Hiks... Sakit. Mommy! Cimmy jatuh!" teriak gadis kecil disela tangisnya.

Tanpa sengaja, gadis kecil itu berlari dan menabrak Aaron yang sedang berdiri di samping anak tangga.

Aaron pun terkejut, dia pun langsung menghampiri gadis kecil itu, dan membantunya untuk bangun dan menuntunnya ke sebuah bangku yang berada di taman tersebut.

Saat melihat dengan jelas wajah gadis kecil itu, Aaron pun terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna. Karena saat itu, dia seperti melihat dirinya di masa kecil, mereka bagai pinang terbelah dua.

'Astaga! Mengapa gadis kecil ini sangat mirip sekali denganku? Siapa sebenarnya gadis kecil itu?' batin Aaron.

"Hiks... Hiks... Hiks... Mommy? Sakit, Mom!" rintih gadis kecil itu sambil terus memanggil Ibunya.

Saat sang gadis kecil itu terus memanggil Ibunya, tiba-tiba muncul seorang wanita yang masih terlihat muda sambil membawa beberapa barang ditangannya.

"Astaga! Cimmy? kamu kenapa, Sayang?" tanya wanita muda sambil menghampiri sang gadis kecil.

Sedangkan Aaron hanya terdiam, sambil menatap lekat wajah wanita asing dan sang gadis kecil, yang berada tepat di hadapannya.

"Maaf, Bu. Apa ini putrinya?" tanya Aaron kepada wanita asing itu.

Saat sang wanita mendongakkan kepalanya, tiba-tiba dia pun terjengkang ke belakang, ketika melihat sosok yang berada di depannya.

Ya, wanita itu adalah Audrey Camilla. Dia memutuskan untuk kembali ke kota, tempat dimana seharusnya dia berada. Akan tetapi keberadaannya saat ini belum diketahui oleh orangtua maupun sahabat-sahabatnya.

Audrey pun terperangah saat melihat sosok yang dulu membuat hidupnya hancur, bahkan dia harus pergi meninggalkan rumah, agar dia bisa merawat putrinya. Bahkan selama tujuh tahun, dia harus menahan rasa rindu kepada orang-orang terkasihnya.

"Maaf, Bu. Apa Anda tidak apa-apa?" tanya Aaron lagi.

Kini Audrey langsung menetralkan kembali pandangannya kepada Aaron. Sosok yang selama ini dia benci, harus dia temui di kota yang sama dengannya saat ini.

"Iya, Pak. Dia putri Saya." jawab Audrey dengan suara datar.

"Oh, maaf kalau begitu. Tadi dia tidak sengaja menabrak Saya, sehingga dia terjatuh dan kakinya juga terluka." ujar Aaron, menjelaskan perihal yang terjadi kepada sang gadis kecil.

"Tidak apa-apa. Terimakasih sudah menolong putri Saya. Kalau begitu, Saya permisi! Karena Saya harus segera pergi sekarang." ujar Audrey sambil menggendong putri kesayangannya.

Saat Audrey hendak melangkahkan kakinya, Aaron pun memanggil dan menghampirinya.

"Tunggu!"

"Apa perlu Saya mengantar putri Anda untuk berobat?" tanya Aaron, sambil berbasa-basi.

Dengan sopan Audrey pun menolak tawaran Aaron.

"Maaf, Pak. Bukannya Saya menolak tawaran baik dari Anda, Saya rasa tidak perlu. Karena ini hanya luka kecil, jadi biarkan Saya sendiri yang mengobati luka putri Saya." tolak Audrey dengan sopan.

Aaron pun tertegun dengan penolakan Audrey. Biasanya setiap wanita tidak pernah sekalipun menolaknya, bahkan mereka akan senang hati menerima tawaran seorang Aaron.

"Baiklah. Em, kalau Saya menawarkan diri untuk mengantarkan Anda, apakah Anda juga akan menolaknya?" tanya Aaron dengan penuh harap.

Sesaat Audrey pun terdiam sambil menimbang-nimbang penawaran Aaron. Akan tetapi saat dia teringat kembali, saat malapetaka itu terjadi. Audrey pun kembali menolak tawaran dari Aaron.

"Mohon maaf sekali lagi, Pak. Saya tidak bisa menerima tawaran seorang pria asing. Karena Saya pernah mengalami kejadian yang benar-benar sangat buruk, saat Saya bertemu dengan orang asing. Mohon maaf dan terimakasih sebelumnya." ujar Audrey dengan seulas senyum tipis.

Degh!

Ucapan Audrey baru saja membuat Aaron tertegun kembali. Karena dia menjadi teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia terbangun dari tidurnya. Dia yang berada di kamar asing, dan juga dia menemukan bercak darah. Tetapi anehnya, dia tidak menemukan sosok gadis itu, hingga tujuh tahun ini.

Akan tetapi, dia menaruh rasa curiga kepada gadis kecil yang sangat mirip dengannya. Bahkan Ibunya juga mengatakan jika dia pernah mengalami kejadian yang sangat buruk dengan pria asing.

Di situlah Aaron semakin yakin. Bahwa sosok wanita asing itu adalah orang yang dia cari, selama tujuh tahun belakangan ini. Dan sosok gadis kecil itu, dia yakini adalah benih yang dia tanam di dalam rahim wanita itu.

Dengan cepat dia pun menghubungi detektif profesional, yang saat ini menjadi kaki tangan kanannya. Dia adalah Rider Vanderson .

"Hallo?"

".........."

"Tolong kamu cari informasi tentang seorang gadis kecil dan Ibunya. Fotonya sudah Saya kirimkan. Saya ingin informasi itu secepatnya! Jika bisa, hari ini juga Saya akan menunggunya." titah Aaron dengan tegas.

"..........."

Tut...

Tut...

Tut...

Setelah mendengar jawaban dari asisten pribadinya, Aaron pun langsung memutuskan panggilan tersebut.

Ya, Aaron diam-diam telah mengambil foto gadis kecil dan Ibunya tadi. Bahkan bukan hanya satu, tapi beberapa. Meskipun foto itu tidak terlalu jelas, tetapi dia bisa mengingat dengan jelas wajah mereka.

"Aku yakin. Kamulah orang yang selama ini aku cari. Kita tunggu saja, Sayang. Jika semua informasi sudah aku dapatkan, dan ternyata kamulah orang itu. Maka aku tidak akan pernah melepaskanmu dan putri kita." gumam Aaron sambil menyeringai.

"Aku akan berusaha untuk mendapatkan mu dan memiliki mu kembali, Sayang." gumam Aaron lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!