NovelToon NovelToon

Badboy Sekolah Mendekati Ku

Bab 1 Rey dan Lizza

Lizza adalah seorang wanita cantik yang cerdas dan selalu menjadi pusat perhatian di kelasnya. Meskipun begitu, dia tidak suka banyak bicara dan cenderung lebih suka mengamati dari jauh. Kebanyakan orang mengira dia sombong karena sikapnya yang cenderung pendiam, tetapi sebenarnya Lizza hanya ingin menjaga jarak dari keributan dan drama yang tidak perlu.

Di sisi lain, Rey adalah seorang laki-laki nakal yang sering kali membuat masalah di kelas. Dia suka mengejek teman-temannya dan suka mencari perhatian dengan tingkah lakunya yang ceroboh. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada Lizza. Rey menyadari bahwa Lizza tidak seperti gadis-gadis lainnya yang selalu terlihat cemas dan memikirkan penampilan mereka.

Suatu hari, Rey mulai menggoda Lizza dengan leluconnya yang nakal, tetapi Lizza tidak memberikan reaksi apapun. Hal ini membuat Rey merasa penasaran dengan Lizza, dan dia mulai mengamati gadis itu dari kejauhan. Setiap kali Rey mencoba untuk mendekatinya, Lizza selalu berhasil melarikan diri dengan kecerdikannya.

Rey menjadi semakin tertarik pada Lizza dan akhirnya memutuskan untuk mengubah sikapnya yang nakal. Dia merasa bahwa dia harus menjadi lebih baik jika ingin mendekati gadis yang dia sukai itu. Rey mulai berbicara dengan baik pada teman-temannya, dan mencoba untuk menghindari masalah di kelas.

Lizza, pada akhirnya, melihat perubahan pada Rey dan mulai merasa lebih nyaman berada di dekatnya. Meskipun dia tetap pendiam seperti biasa, Lizza mulai merasa bahwa Rey adalah orang yang dapat dia percayai dan ajak bicara. Rey dan Lizza mulai menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang kehidupan dan mimpi mereka untuk masa depan.

Akhirnya, Rey mengungkapkan perasaannya pada Lizza, dan Lizza pun merasa bahwa Rey adalah orang yang tepat untuknya. Meskipun mereka sangat berbeda, mereka saling melengkapi satu sama lain. Mereka belajar dari kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan menjadi pasangan yang sempurna.

Rey sedang duduk bersama teman-temannya di kantin ketika Lizza lewat di depan mereka. Teman-teman Rey langsung berusaha untuk menarik perhatian Lizza dengan tingkah laku mereka yang konyol.

"Ssstt, Lizza, lihat ke sini! Rey sedang menunggumu," ucap teman Rey dengan nada berlebihan.

Rey merasa tidak nyaman dengan upaya teman-temannya untuk mencari perhatian Lizza, dan mencoba untuk memperbaiki situasi tersebut. "Hei, jangan seperti itu, guys. Lizza pasti akan terganggu dengan tingkah laku kita yang seperti itu," ucap Rey dengan suara tenang.

Namun, teman-teman Rey tidak mengindahkan ucapannya dan terus memperlihatkan tindakan yang tidak sopan. Rey mulai merasa kesal dengan tingkah laku teman-temannya dan mencoba untuk berbicara dengan Lizza.

"Maafkan mereka, Lizza. Mereka hanya ingin menarik perhatianmu," ucap Rey dengan nada lembut.

Lizza yang mendengar ucapan Rey, tersenyum dan menjawab, "Tidak apa-apa, Rey. Aku sudah terbiasa dengan tingkah laku mereka."

Rey merasa lega mendengar ucapan Lizza dan berjanji untuk tidak membiarkan teman-temannya mengganggu lagi. "Aku janji akan menjaga agar mereka tidak mengganggu lagi, Lizza. Kamu bisa tenang dan nyaman bersama kami," ucap Rey dengan tegas.

Lizza tersenyum dan merespon ucapan Rey dengan lembut, "Terima kasih, Rey. Kamu selalu menjadi teman yang baik dan bisa diandalkan."

Rey merasa senang mendengar ucapan Lizza dan merasa semakin yakin bahwa dia bisa menjadi seseorang yang istimewa bagi Lizza. Dia berjanji untuk selalu menjadi teman yang baik dan bisa diandalkan bagi Lizza.

Rey terus berusaha untuk mendekati Lizza dan menunjukkan perhatiannya kepadanya. Ia selalu menemani Lizza ketika Lizza butuh teman bicara, dan membantunya ketika Lizza membutuhkan bantuan. Meskipun ia sering kali masih tergoda untuk bersikap nakal, ia berusaha untuk menahan diri agar tidak membuat Lizza tidak nyaman.

Suatu hari, Rey mencoba untuk mengajak Lizza ke sebuah pesta di sebuah klub malam, tetapi Lizza menolak ajakannya dengan sopan. "Maaf, Rey. Aku tidak suka ke klub malam. Aku lebih suka tinggal di rumah dan menonton film," ucap Lizza dengan tegas.

Rey merasa kecewa karena Lizza menolak ajakannya, tetapi ia menghargai keputusan Lizza. "Tidak apa-apa, Lizza. Aku mengerti. Aku akan mengajakmu ke tempat yang lebih tepat lagi suatu saat nanti," ucap Rey dengan nada optimis.

Lizza tersenyum dan merespon ucapan Rey dengan lembut, "Terima kasih, Rey. Kamu memang selalu mengerti keinginanku. Aku senang kamu menjadi teman baikku."

Rey merasa senang dan merespon ucapan Lizza dengan tulus, "Aku senang menjadi temanmu juga, Lizza. Aku akan selalu ada untukmu kapan saja kamu butuhkan."

Lizza tersenyum dan merasa bahagia karena memiliki teman seperti Rey. Dia merasa bahwa Rey adalah seseorang yang bisa diandalkan dan membuatnya merasa nyaman. Mereka berjalan bersama dan tertawa-tawa hingga malam hari tiba. Rey merasa bahwa dia semakin dekat dengan Lizza dan berharap dapat menjadi seseorang yang lebih istimewa lagi bagi Lizza suatu saat nanti.

Suatu hari, ketika Lizza dan Seyla sedang berbincang-bincang di kelas, Seyla tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan yang membuat Lizza kaget. "Lizza, aku tidak suka dengan Rey. Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa berteman dengannya," ucap Seyla dengan suara tegas.

Lizza merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan Seyla, karena ia tidak pernah mengira kalau Seyla tidak suka dengan Rey. "Kenapa kamu tidak suka dengannya, Seyla?" tanya Lizza dengan nada penasaran.

Seyla menjawab dengan suara cemas, "Rey itu pria nakal, Lizza. Dia sering melakukan hal-hal yang tidak baik dan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Aku khawatir kamu terpengaruh oleh perilakunya."

Lizza merasa sedikit terdiam mendengar ucapan Seyla, karena ia tidak pernah memandang Rey sebagai pria nakal. "Aku tidak pernah merasakan perilaku buruk dari Rey, Seyla. Dia selalu bersikap sopan dan baik kepadaku," ucap Lizza dengan suara lembut.

Seyla merespon dengan tegas, "Tapi kamu harus hati-hati, Lizza. Pria seperti Rey tidak bisa diandalkan. Dia hanya akan membuatmu terluka."

Lizza merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Seyla, karena ia merasa Seyla menuduh Rey tanpa alasan yang jelas. "Aku tidak setuju dengan apa yang kamu katakan, Seyla. Rey adalah teman baikku, dan aku percaya dia tidak akan pernah menyakiti aku," ucap Lizza dengan suara tegas.

Seyla merasa sedikit terdiam mendengar ucapan Lizza, karena ia tahu kalau Lizza tidak akan mengubah pendiriannya. "Baiklah, Lizza. Tapi aku hanya ingin kamu berhati-hati dan tidak terlalu dekat dengan Rey," ucap Seyla dengan nada penyesalan.

Lizza merespon dengan sopan, "Terima kasih atas kekhawatiranmu, Seyla. Aku akan selalu berhati-hati dan berusaha untuk menjaga diri."

Seyla mengangguk dan mereka melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa. Meskipun ia tetap memiliki keraguan tentang Rey, Seyla tidak ingin memaksakan pendapatnya pada Lizza dan menghargai keputusan Lizza untuk berteman dengan Rey.

Seyla merasa sedikit cemas dengan hubungan persahabatan antara Lizza dan Rey. Ia sering memantau perilaku Rey dan mencoba untuk mencari tahu lebih banyak tentang dia dari teman-teman mereka yang lain. Seyla tidak ingin Lizza terluka karena berteman dengan seseorang yang mungkin tidak dapat diandalkan.

Suatu hari, ketika mereka berada di kantin, Rey mengajak Lizza dan Seyla untuk duduk bersama. Seyla merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rey dan mencoba untuk menjauh dari dia. Namun, Lizza meminta Seyla untuk tetap duduk dan berteman dengan Rey. "Ayo, Seyla. Rey adalah teman baikku. Aku yakin kamu akan menyukainya jika kamu mengenalnya lebih dekat," ucap Lizza dengan suara lembut.

Rey juga mencoba untuk membujuk Seyla agar merasa nyaman bersamanya. "Jangan takut dengan aku, Seyla. Aku hanya ingin berteman dengan kamu dan Lizza. Aku tidak akan pernah menyakiti kalian," ucap Rey dengan senyum lebar.

Seyla merasa sedikit ragu-ragu, tetapi ia merasa tidak enak hati jika menolak ajakan Lizza dan Rey. Akhirnya, ia setuju untuk duduk bersama mereka. Rey berusaha untuk mencairkan suasana dengan bercerita tentang kejadian lucu yang terjadi di kelas, dan mereka semua tertawa bersama.

Seyla merasa sedikit lebih nyaman dengan kehadiran Rey setelah mengenal dia lebih dekat. Ia merasa bahwa Rey mungkin tidak begitu buruk seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Namun, ia tetap berhati-hati dan memantau perilaku Rey agar tidak membuat Lizza terluka.

Lizza merasa senang melihat teman-temannya dapat berteman dengan baik, dan ia berharap hubungan persahabatan mereka akan semakin kuat di masa depan. Meskipun ada sedikit keraguan dari Seyla tentang Rey, Lizza yakin bahwa Rey adalah seseorang yang bisa dipercaya dan selalu bersikap baik kepadanya.

Rey merasa senang karena akhirnya berhasil membuat Seyla merasa nyaman dengan kehadirannya. Ia berusaha untuk membangun hubungan persahabatan yang baik dengan Seyla.

Rey: "Seyla, kamu tahu, aku sangat menghargai persahabatanku dengan Lizza. Aku akan selalu berusaha untuk menjaga baik-baik hubungan kami. Dan aku berharap kamu juga dapat menjadi teman baikku dan Lizza."

Seyla: "Ya, aku juga menghargai persahabatan kita, Rey. Tapi, kamu harus mengerti kalau aku sangat protektif terhadap teman-temanku. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka."

Rey: "Aku mengerti, Seyla. Dan aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah menyakiti Lizza atau kamu. Aku hanya ingin berteman dengan baik dan saling mendukung satu sama lain."

Seyla: "Baiklah, Rey. Aku akan mencoba untuk memberikan kesempatan padamu. Tapi, tolong jangan membuat Lizza terluka ya. Dia adalah teman yang sangat berarti bagi kami."

Rey: "Tentu, Seyla. Aku akan berusaha untuk selalu menjaga perasaan Lizza dan kamu. Kita semua harus saling mendukung dan membantu satu sama lain."

Lizza tersenyum melihat percakapan mereka dan merasa senang melihat teman-temannya semakin dekat. Ia berharap hubungan persahabatan mereka akan terus tumbuh dan bertahan lama.

Setelah pulang sekolah, Rey mengajak Lizza untuk pulang bersama dengan sepeda motornya. Lizza awalnya agak ragu-ragu, karena ia tidak terbiasa naik sepeda motor. Namun, Rey membujuknya dengan penuh semangat.

Rey: "Ayo, Lizza! Pulang bersama dengan sepeda motor pasti lebih cepat dan menyenangkan. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan mengemudikannya dengan baik."

Lizza: "Tapi, Rey, aku tidak terbiasa naik sepeda motor. Apa tidak berbahaya?"

Rey: "Jangan khawatir, Lizza. Aku akan menjaga keselamatanmu dengan baik. Dan kamu bisa percaya padaku, kan?"

Lizza akhirnya setuju untuk naik sepeda motor bersama Rey, meskipun Seyla agak ragu dan khawatir.

Seyla: "Kamu yakin, Lizza? Aku agak khawatir bila kalian berdua pulang bersama dengan sepeda motor. Apa tidak lebih baik pulang dengan angkutan umum?"

Lizza: "Tenang saja, Seyla. Aku akan baik-baik saja. Rey sudah berjanji akan menjaga keselamatanku dengan baik."

Seyla masih merasa agak ragu-ragu, tetapi akhirnya mengizinkan Lizza untuk pulang bersama dengan Rey.

Mereka berdua naik sepeda motor bersama-sama dan Lizza merasa sedikit tegang pada awalnya. Namun, Rey mengemudikan sepeda motor dengan hati-hati dan perlahan-lahan Lizza mulai merasa nyaman dan menikmati perjalanan pulang bersama Rey.

Ketika tiba di rumah Lizza, Rey menurunkan Lizza dengan lembut dan memastikan bahwa ia sudah tiba dengan selamat. Lizza merasa senang dengan pengalaman baru tersebut, dan berterima kasih pada Rey.

Lizza: "Terima kasih, Rey. Perjalanan pulang dengan sepeda motormu benar-benar menyenangkan. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya."

Rey: "Sama-sama, Lizza. Aku senang bisa membantumu. Dan jangan khawatir, aku akan selalu menjaga keselamatanmu jika kamu membutuhkanku."

Lizza tersenyum dan merasa beruntung memiliki teman seperti Rey, yang selalu bersedia membantunya dan menjaga keselamatannya.

Setelah Lizza sampai di rumah, Seyla langsung meneleponnya untuk memastikan bahwa ia sudah sampai dengan selamat.

Seyla: "Halo, Lizza. Sudah sampai rumah dengan selamat?"

Lizza: "Halo, Seyla. Sudah sampai. Terima kasih sudah khawatir."

Seyla: "Baiklah, aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Rey juga sudah pulang dengan selamat?"

Lizza: "Ya, Rey sudah pulang. Jangan khawatir, Seyla. Aku merasa aman dan nyaman bersama Rey."

Seyla: "Tapi, Rey itu nakal dan tidak bisa dipercaya. Aku khawatir kalau-kalau ada yang terjadi."

Lizza: "Rey mungkin terlihat nakal, tapi sebenarnya ia baik dan perhatian pada temannya. Aku merasa nyaman bersama Rey."

Seyla: "Baiklah, kalau kamu merasa nyaman bersama Rey, aku akan mencoba mempercayainya. Tapi, kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk meneleponku, ya?"

Lizza: "Oke, Seyla. Aku pasti akan meneleponmu jika ada apa-apa. Terima kasih sudah khawatir."

Setelah berbicara dengan Seyla, Lizza merasa senang bahwa temannya memperhatikan keselamatannya dan mencoba untuk memahami keputusannya untuk pulang bersama dengan Rey. Lizza merasa beruntung memiliki teman seperti Seyla yang selalu peduli dan mendukungnya.

Setelah Lizza selesai berbicara dengan Seyla, tiba-tiba ibunya memanggilnya untuk makan sore.

Ibu Lizza: "Lizza, ayo makan sore"

Lizza: "Baik, Ibu. Saya akan segera datang."

Lizza segera berjalan menuju ke ruang makan, di mana ibunya sudah menyiapkan makanan. Ibu Lizza adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat sayang pada anak-anaknya. Setiap hari, ia selalu memasak makanan yang lezat dan bergizi untuk keluarganya.

Ibu Lizza: "Lizza, bagaimana sekolahmu hari ini?"

Lizza: "Baik-baik saja, Ibu. Tadi kami belajar tentang sejarah Indonesia."

Ibu Lizza: "Bagus, kamu harus terus belajar dengan rajin agar bisa menjadi orang yang sukses di masa depan."

Lizza: "Ya, Ibu. Saya akan berusaha yang terbaik."

Saat makan sore, Lizza menceritakan tentang teman-temannya di sekolah, termasuk Rey. Ibu Lizza mendengarkan dengan seksama dan memberikan nasihat yang baik.

Ibu Lizza: "Lizza, kamu harus hati-hati dalam memilih teman. Jangan bergaul dengan orang yang tidak baik dan jangan mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif."

Lizza: "Ya, Ibu. Saya akan berusaha menjadi anak yang baik dan tidak mengikuti pergaulan yang buruk."

Setelah selesai makan, Lizza membantu ibunya membersihkan meja makan. Ia merasa bahagia bisa memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dalam segala hal.

Setelah selesai makan, Lizza kembali ke kamarnya untuk belajar. Ia mengambil buku-bukunya dan duduk di meja belajar. Ia menyalakan lampu di meja belajar untuk menerangi bukunya dan mulai mempelajari materi pelajaran yang sudah dipelajari di sekolah.

Sambil belajar, Lizza teringat akan apa yang sudah dikatakan ibunya tentang memilih teman dan jangan bergaul dengan orang yang tidak baik. Ia mengingat pesan itu dan memutuskan untuk tidak terpengaruh dengan pergaulan negatif. Lizza terus belajar dengan rajin, agar bisa mencapai cita-citanya menjadi orang yang sukses di masa depan.

Beberapa jam kemudian, Lizza merasa cukup lelah dan memutuskan untuk istirahat sejenak. Ia menarik selimut ke tubuhnya dan tertidur dengan nyenyak.

Keesokan paginya, Lizza bangun tepat pada waktunya dan merasa segar. Ia bersiap untuk pergi ke sekolah dengan semangat dan tekad yang tinggi untuk belajar dengan rajin. Setelah memberikan salam pada keluarganya, Lizza berangkat ke sekolah dengan penuh semangat.

Di sekolah, Lizza bertemu dengan Seyla seperti biasanya. Seyla melihat Lizza tampak bersemangat dan bertanya padanya.

Seyla: "Lizza, kamu terlihat sangat bersemangat hari ini. Ada yang spesial?"

Lizza: "Tidak ada yang spesial, kok. Aku hanya ingin fokus belajar dengan rajin dan mencapai cita-citaku di masa depan."

Seyla: "Wow, itu sangat bagus. Aku juga ingin seperti kamu. Tetapi, aku merasa sulit untuk fokus belajar karena terlalu banyak godaan dan pergaulan negatif di sekitar kita."

Lizza: "Ya, memang sulit. Tapi kita harus bisa menyeleksi teman dan memilih yang baik untuk kita bergaul. Jangan terpengaruh dengan pergaulan negatif dan tetap fokus pada cita-cita kita."

Seyla: "Kamu benar, Lizza. Aku akan mencoba untuk lebih fokus dan menyeleksi teman-temanku."

Saat itu, Rey datang menghampiri Lizza dan Seyla. Ia mencoba memperhatikan Lizza dan mengajaknya bicara.

Rey: "Hai, Lizza. Kamu terlihat sangat cantik"

Lizza merasa sedikit tidak nyaman dengan ucapan Rey, tetapi mencoba untuk tetap sopan.

Lizza: "Terima kasih, Rey. Kamu juga terlihat baik-baik saja hari ini."

Rey: "Ayo, Lizza. Bagaimana kalau kita makan siang bersama hari ini?"

Lizza merasa ragu, tetapi tidak ingin menolak permintaan Rey secara kasar.

Lizza: "Maaf, Rey. Aku sudah punya rencana untuk makan siang dengan Seyla hari ini. Mungkin lain kali saja, ya."

Rey: "oke, tidak masalah. Sampai jumpa, Lizza."

Setelah Rey pergi, Seyla bertanya kepada Lizza.

Seyla: "Lizza, apakah kamu merasa nyaman bergaul dengan Rey?"

Lizza: "Sejujurnya, aku merasa tidak nyaman. Tetapi aku mencoba untuk tetap sopan dan tidak ingin menolaknya secara kasar."

Seyla: "Aku mengerti. Tetapi, kalau kamu merasa tidak nyaman, jangan terus bergaul dengannya. Pilihlah teman yang baik dan nyaman untuk kamu bergaul."

Lizza: "Terima kasih, Seyla. Aku akan coba untuk lebih bijak memilih teman dan bergaul dengan orang yang baik-baik saja."

Setelah selesai belajar, Lizza, Seyla, dan Cessa pergi ke kantin untuk makan siang bersama. Mereka memilih meja yang cukup tenang dan mulai memilih menu makanan.

Seyla: "Aku pengen makan nasi goreng, kalian?"

Cessa: "Aku sih pengen makan mie goreng, tapi kalau kalian makan nasi goreng aku ikut saja."

Lizza: "Aku juga makan nasi goreng saja."

Setelah memesan makanan dan minuman, mereka mulai mengobrol tentang kegiatan di luar sekolah dan rencana untuk akhir pekan.

Cessa: "Kalian sudah tahu belum, besok ada pameran seni di galeri seni dekat sekolah kita. Aku sudah memesan tiket dan akan pergi dengan teman-teman dari kelompok seni."

Seyla: "Wah, itu keren banget. Aku belum pernah ke pameran seni. Kita bisa pergi bersama besok, Lizza."

Lizza: "Hmm, aku belum yakin bisa ikut besok. Aku masih ada tugas rumah yang belum selesai."

Seyla: "Ah, jangan gitu, Lizza. Kita bisa bantu mengerjakan tugasmu sebelum kita pergi ke pameran seni. Kan kita bisa saling membantu."

Cessa: "Iya, jangan sampai kamu ketinggalan kesempatan untuk melihat karya seni yang keren-keren besok. Aku yakin kamu juga bakal suka."

Lizza merasa senang dengan ajakan dari teman-temannya. Ia merasa bahwa mereka selalu peduli satu sama lain dan saling membantu. Ia pun mengambil keputusan untuk ikut ke pameran seni besok.

Lizza: "Baiklah, aku akan ikut besok. Terima kasih sudah mengajak, Seyla dan Cessa."

Seyla dan Cessa tersenyum puas dan mereka semua melanjutkan makan siang dan bercerita tentang acara yang akan datang.

Jam istirahat telah selesai, Seyla mengajak Lizza dan Cessa untuk segera masuk ke kelas. Mereka berjalan bersama ke arah pintu masuk kelas, tetapi di tengah perjalanan mereka dihentikan oleh salah satu teman sekelas.

Teman sekelas: "Hei, kalian. Tadi aku dengar kalian berencana untuk pergi ke pameran seni besok, kan?"

Lizza: "Iya, benar. Kenapa?"

Teman sekelas: "Hmm, sepertinya aku juga ingin ikut. Bisakah aku ikut bersama kalian?"

Cessa: "Tentu saja bisa, tapi kamu harus membeli tiket dulu. Aku rasa tiket masih tersedia, kok."

Seyla: "Ya, benar. Kamu bisa memesan tiket di internet atau langsung ke loket pameran seni besok pagi."

Teman sekelas: " terima kasih banyak. Aku akan memesan tiketnya segera."

Setelah berbicara dengan teman sekelas, mereka masuk ke kelas dan langsung duduk di kursi masing-masing. Saat itu, guru mereka masuk ke kelas dan memulai pelajaran hari itu.

Lizza, Seyla, dan Cessa saling menggoda dan tertawa kecil di antara pelajaran. Mereka sangat menantikan acara besok, pameran seni yang akan mereka kunjungi bersama. Mereka merasa senang bisa melakukan sesuatu yang berbeda di luar kegiatan sekolah mereka yang biasa.

Setelah pelajaran selesai, Lizza, Seyla, dan Cessa berjalan bersama keluar kelas. Mereka berbicara tentang rencana untuk pergi ke pameran seni besok dan berbagi pengalaman tentang pameran seni yang pernah mereka kunjungi sebelumnya.

Tiba-tiba, Rey datang dan menghampiri mereka. Lizza merasa sedikit gugup saat melihat Rey dan tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Rey: "Hai, Lizza. Kamu dan teman-teman berencana untuk pergi ke pameran seni besok, ya?"

Lizza: "Iya, benar. Kami akan pergi bersama."

Rey: "Bagus, bolehkah aku ikut bersama kalian?"

Seyla: "Maaf, Rey. Tapi kami sudah merencanakan ini dari awal dan kami hanya membeli tiket untuk kami bertiga."

Cessa: "Tapi tidak apa-apa, kan? Kamu masih bisa memesan tiket sendiri dan ikut bersama kami nanti."

Rey: "Oh, oke. Terima kasih, ya."

Lizza merasa sedikit lega bahwa Rey masih akan datang ke pameran seni besok, tetapi pada saat yang sama dia merasa sedikit canggung. Dia masih tidak yakin tentang perasaannya sendiri terhadap Rey.

Mereka berpisah dan Lizza kembali pulang ke rumah. Dia menghabiskan sisa malam dengan belajar dan menyiapkan diri untuk pameran seni besok. Dia berharap bisa menikmati waktu yang menyenangkan dengan teman-temannya dan mungkin bisa menyelesaikan kebingungan hatinya tentang Rey.

Hari berikutnya, Lizza, Seyla, dan Cessa bertemu di lokasi pameran seni yang telah mereka rencanakan. Setelah beberapa saat menunggu, Rey dan teman-temannya tiba juga di lokasi pameran seni. Lizza merasa sedikit tegang ketika melihat Rey, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang dan bersikap biasa saja.

Rey menghampiri mereka dan tersenyum: "Hai, kalian semua. Apa kalian sudah melihat karya seni yang menarik di sini?"

Cessa: "Belum, kami baru saja tiba. Bagaimana dengan kamu?"

Rey: "Aku sudah melihat beberapa karya seni yang keren. Kalau kalian mau, kita bisa lihat-lihat bersama."

Lizza dan teman-temannya setuju, dan mereka mulai berjalan-jalan di sekitar pameran seni. Mereka membicarakan setiap karya seni yang mereka lihat dan berbagi pendapat mereka tentang masing-masing karya.

Sementara itu, Rey terus mencoba memulai percakapan dengan Lizza. Dia bertanya tentang minat dan hobi Lizza, dan mencoba untuk menunjukkan minatnya pada hal-hal yang sama.

Lizza merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan Rey pada dirinya. Dia mencoba untuk tidak menunjukkan ketidaknyamannya, tetapi dia tahu dia harus segera menyelesaikan kebingungan hatinya tentang Rey.

Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya selesai melihat-lihat di seluruh pameran seni. Lizza dan teman-temannya memutuskan untuk pergi ke kafe untuk makan siang, sementara Rey dan teman-temannya memiliki rencana lain.

Lizza merasa lega ketika mereka berpisah dan dia bisa bernapas lega. Dia tahu dia harus menyelesaikan kebingungan hatinya tentang Rey sebelum menjadi lebih rumit lagi.

Sesampainya di kafe, Lizza dan teman-temannya memesan makanan dan minuman mereka. Mereka duduk di meja kecil dan mulai membicarakan kembali karya seni yang mereka lihat di pameran tadi.

Cessa: "Kalian suka karya seni apa yang paling kalian lihat tadi?"

Seyla: "Aku sangat menyukai lukisan abstrak itu. Bagaimana denganmu, Lizza?"

Lizza tersenyum dan mengangguk. "Aku juga menyukainya. Lukisan itu sangat mengesankan, meskipun sulit untuk dipahami."

Cessa: "Benar sekali, itu seperti ada pesan tersembunyi di balik semua warna dan bentuk yang digunakan."

Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Rey dan teman-temannya datang ke kafe tempat mereka berada. Rey melihat ke arah Lizza dan tersenyum.

Rey: "Hai, kalian masih di sini juga? Kalian tahu, kafe ini memiliki menu minuman yang luar biasa."

Seyla: "Ya, kami sudah memesan makanan dan minuman kami. Apa kalian ingin bergabung?"

Rey dan teman-temannya setuju untuk bergabung dan memesan minuman mereka sendiri. Mereka duduk di meja yang bersebelahan dengan Lizza dan teman-temannya.

Rey terus mencoba menarik perhatian Lizza dengan cara yang tidak sopan. Dia merangkul lengan Lizza dan mencoba membuat lelucon yang tidak lucu.

Lizza merasa tidak nyaman dan mencoba melepaskan diri dari pelukan Rey. Dia tersenyum sopan dan berusaha memperlakukan Rey dengan sopan, meskipun dia merasa tidak nyaman.

Sementara itu, Seyla dan Cessa merasa tidak enak hati dengan situasi yang terjadi. Mereka merasa tidak suka dengan cara Rey memperlakukan Lizza.

Setelah beberapa saat, Lizza dan teman-temannya memutuskan untuk meninggalkan kafe dan kembali ke rumah masing-masing. Lizza merasa lega dan senang ketika dia dan teman-temannya akhirnya bisa pergi dari situasi yang tidak nyaman itu.

Di rumah, Lizza mulai memikirkan kembali perasaannya tentang Rey. Dia tahu bahwa dia tidak merasa nyaman dengan cara Rey memperlakukan dirinya, dan dia tahu bahwa dia harus memutuskan apa yang sebaiknya dia lakukan tentang situasi itu.

Lizza masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu kecil di meja belajarnya. Ia duduk di kursinya dan mengambil buku-buku pelajaran dari tasnya. Namun, setelah membaca beberapa halaman, ia merasa sulit untuk berkonsentrasi.

Lizza merenung sejenak dan memikirkan semua yang terjadi hari ini. Ia masih teringat dengan wajah Rey di acara seni pameran tadi. Ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri, apakah dia juga menyukai Rey atau tidak.

Lizza mengambil ponselnya dan membuka aplikasi chatting. Ia memutuskan untuk berbicara dengan Seyla tentang apa yang terjadi di acara seni tadi. Setelah beberapa menit, Seyla merespon dan mereka mulai mengobrol.

Lizza mengutarakan perasaannya tentang Rey dan kebingungan yang dirasakannya. Seyla memberikan beberapa saran dan juga mengingatkan Lizza untuk tetap berhati-hati. Setelah mengobrol dengan Seyla, Lizza merasa lebih tenang dan memutuskan untuk melanjutkan belajarnya.

Ia membaca buku-buku pelajarannya dengan lebih fokus dan berhasil menyelesaikan beberapa tugas yang harus dilakukan. Setelah beberapa jam, Lizza merasa sangat lelah dan memutuskan untuk tidur. Ia mematikan lampu dan memejamkan mata, berharap untuk dapat tidur dengan nyenyak malam ini.

Lizza: Hey Seyla, kamu sudah pulang ya?

Seyla: Sudah, Lizz. Ada yang bisa dibantu?

Lizza: Iya, aku sedang bingung dengan perasaanku tentang Rey.

Seyla: Wah, ceritakan dong.

Lizza: Tadi di acara seni pameran, Rey datang dan mengajakku bicara. Aku merasa ada perasaan aneh terhadapnya tapi aku tidak yakin apa itu.

Seyla: Hmm, itu wajar Lizz. Tapi ingat, Rey termasuk cowok nakal di kelas kita. Kamu harus berhati-hati.

Lizza: Iya, aku juga merasa seperti itu. Tapi aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Seyla: Kamu bisa mencoba untuk berbicara dengannya lebih banyak, siapa tahu kamu bisa mengenalnya lebih baik.

Lizza: Hmm, mungkin itu bisa membantu. Terima kasih, Sey.

Seyla: Sama-sama, Lizz. Jangan lupa berhati-hati ya.

Lizza: Pasti, Sey. Aku akan berusaha untuk tetap waspada.

Lizza merasakan tubuhnya semakin lelah. Ia mulai merasa ngantuk dan menguap beberapa kali. Lalu, ia memutuskan untuk mematikan lampu dan segera berbaring di tempat tidurnya.

Lizza: (menguap) Ahh, rasanya ngantuk sekali. (mematikan lampu)

Setelah beberapa saat, Lizza mulai terlelap dalam tidurnya. Ia merasakan tubuhnya semakin santai dan otomatis ia terlelap dalam tidur yang nyenyak. Hanya suara gemericik air yang terdengar dari jendela yang terbuka dan suara jangkrik yang membuat suasana semakin tenang.

Keesokan paginya, Lizza bangun pagi dengan segar. Ia merasa sangat segar dan siap untuk menghadapi hari yang baru. Lizza segera bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lizza: (menggosok gigi) Ahh, rasanya segar sekali setelah tidur semalam. Hari ini pasti akan menjadi hari yang menyenangkan.

Setelah membersihkan diri, Lizza memutuskan untuk berpakaian dan menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Ia memilih pakaian yang simpel namun tetap terlihat cantik. Lalu, Lizza pergi ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama keluarganya.

Ibu Lizza: Selamat pagi, sayang. Sudah siap untuk pergi ke sekolah?

Lizza: Selamat pagi, ibu. Sudah siap. (sambil tersenyum)

Ibu Lizza: Bagus. Jangan lupa sarapan ya, sayang.

Lizza: Iya, ibu. Aku akan sarapan dulu.

Lizza dan keluarganya lalu duduk bersama di ruang makan dan menikmati sarapan pagi. Setelah sarapan, Lizza segera bersiap-siap dan berangkat ke sekolah dengan semangat yang tinggi.

Ketika Lizza tiba di sekolah, ia bertemu dengan salah satu teman Rey di gerbang sekolah. Teman Rey itu langsung mendekati Lizza dan berbicara dengannya.

Teman Rey: Hai, Lizza! Apa kabar?

Lizza: Hai, kabar baik. Bagaimana kabarmu?

Teman Rey: Baik-baik saja. Kamu baru saja sampai?

Lizza: iya, baru sampai.

Setelah berbicara dengan teman Rey, Lizza melanjutkan perjalanan ke kelasnya. Ia bertemu dengan Seyla dan Cessa di koridor dan bersama-sama masuk ke kelas. Sesampainya di kelas, mereka langsung duduk di bangku masing-masing dan menunggu guru datang.

Seyla: Bagaimana kabarmu, Lizza?

Lizza: Kabar baik, Seyla. Aku merasa sangat segar dan siap untuk belajar hari ini.

Cessa: Bagus. Apa yang kamu pelajari hari ini?

Lizza: Hari ini kita akan belajar tentang matematika. Apa kamu suka matematika?

Cessa: Tidak begitu. Tapi aku akan berusaha untuk belajar dengan baik.

Seyla: Sama seperti Cessa, aku juga tidak begitu suka matematika. Tapi aku akan mencoba untuk fokus dan belajar dengan baik.

Lizza: Bagus. Kita harus berusaha untuk belajar dengan baik agar bisa mendapatkan nilai yang baik juga.

Mereka terus mengobrol dan menunggu guru datang. Hari itu menjadi hari yang menyenangkan bagi Lizza dan teman-temannya, meskipun mereka harus belajar matematika. Mereka berharap bisa belajar dengan baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan di akhir semester.

Setelah selesai belajar di sekolah, Rey dan teman-temannya keluar dari gerbang sekolah dan menuju parkiran sepeda motor. Namun, di tengah perjalanan, mereka terlibat masalah dengan sekolah lain yang terletak di dekat sana.

Beberapa siswa dari sekolah itu menantang Rey dan temannya untuk berkelahi. Namun, Rey yang sebenarnya tidak suka kekerasan mencoba menenangkan situasi tersebut.

"Hey, tenang saja. Kita bisa menyelesaikan ini dengan cara yang lebih baik," ujar Rey dengan tenang.

Namun, siswa-siswa dari sekolah lain tersebut semakin tidak terima dan terus memprovokasi. Tanpa dapat menahan diri, salah satu teman Rey yang bernama Dika pun marah dan langsung menyerang.

Rey dan temannya berusaha menenangkan Dika dan menghentikan pertengkaran tersebut. Setelah berhasil menyelesaikan masalah, mereka akhirnya pulang dengan tenang, meskipun masih agak terganggu dengan kejadian tersebut.

Bab 2 Sekolah

Rey: "Tenang aja guys, jangan terlalu emosi. Kita harus menyelesaikan ini dengan cara yang baik-baik."

Teman Rey: "Gimana bisa tenang, mereka kan yang mulai duluan ngeganggu kita."

Rey: "Ya, tapi kalau kita balas nanti jadi makin parah. Coba kita pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini tanpa harus bertindak kasar."

Teman Rey: "Tapi gimana caranya?"

Rey: "Kita bisa minta bantuan pihak sekolah dan polisi untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau kita bertindak sendiri bisa berbahaya."

Teman Rey: "Baiklah, kita coba ajukan ke sekolah dulu."

Lizza: "Ternyata Rey punya ide yang baik. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan caranya yang benar."

Cessa: "Iya, kita harus menghindari tindakan yang kasar dan berbahaya."

Seyla: "Aku setuju, kita harus minta bantuan pihak yang berwajib untuk menyelesaikan masalah ini."

Rey: "Terima kasih teman-teman, aku jadi lebih tenang karena kalian mendukungku."

Rey merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut, terutama karena ia merasa bahwa dirinya dan teman-temannya lah yang memicu masalah tersebut. Meskipun teman-temannya terbawa emosi dan dipengaruhi oleh pihak sekolah lain, Rey tetap berusaha untuk menenangkan mereka dan mencari solusi yang tepat.

Rey memutuskan untuk berbicara dengan pihak sekolah lain dan mencari jalan keluar yang baik bagi kedua belah pihak. Ia juga berusaha untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada teman-temannya agar mereka tidak terus terbawa emosi dan membuat situasi semakin buruk.

Dalam proses menyelesaikan masalah ini, Rey belajar untuk menjadi lebih sabar dan bijaksana. Ia juga belajar untuk memahami perspektif orang lain dan mencari solusi yang baik bagi semua pihak yang terlibat.

Pada akhirnya, dengan usaha keras Rey, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik yang lebih besar. Rey dan teman-temannya juga belajar dari pengalaman ini untuk lebih bijaksana dalam bertindak di masa depan.

Lizza melihat situasi semakin memanas, dia merasa khawatir dan mencoba membantu Rey dan teman-temannya.

"Lizza, kamu kenapa ikut campur? Ini urusan kita sendiri," kata salah satu teman Rey.

"Lagipula, kamu kan cewek, jangan ikut-ikutan berantem. Biarin kami yang urusin," kata teman Rey yang lain.

Lizza tidak gentar dengan kata-kata mereka. "Saya tidak ingin melihat ada kekerasan atau pertumpahan darah di sekolah ini. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik dan damai."

Rey tersenyum pada Lizza, "Terima kasih sudah membantu, Lizza. Kamu sangat berbeda dari yang lain."

"Kamu berbeda dari mereka, Rey. Kamu punya hati yang baik dan peduli pada orang lain," jawab Lizza.

Akhirnya, Rey dan teman-temannya bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut dengan berbicara secara baik-baik dengan pihak sekolah lain. Tidak ada kekerasan atau pertumpahan darah yang terjadi.

Setelah semua selesai, Rey mengucapkan terima kasih kepada Lizza, "Terima kasih, Lizza. Tanpa bantuanmu, mungkin masalah ini tidak akan selesai dengan damai."

Lizza hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu berterima kasih, Rey. Ini bukan hanya tentang kamu atau teman-temanmu, tapi juga tentang keselamatan semua orang di sekolah ini."

Rey mengangguk setuju, "Kamu benar, Lizza. Kamu selalu berpikir tentang orang lain. Saya senang bisa berteman denganmu."

Lizza hanya tersenyum dan berkata, "Sama-sama, Rey."

Ketika Lizza sedang dirumah ibunya mengajak Lizza untuk membuat kue, Lizza dengan senang hati membantu ibunya membuat kue. Mereka memulai dengan mencampurkan bahan-bahan dan adonan kue.

Ibu Lizza: "Lizza, bisa tolong aduk adonan ini? Aku mau siapkan loyang."

Lizza: "Baik ibu."

Lizza dengan hati-hati mengaduk adonan kue tersebut. Ia berusaha agar adonan kue tercampur merata dan tidak ada gumpalan yang terbentuk.

Ibu Lizza: "Kamu pintar sekali memasak, Lizza. Di mana kamu belajar memasak seperti ini?"

Lizza: "Aku belajar dari ibu dan nenekku, ibu."

Ibu Lizza: "Ah, nenekmu memang pandai masak. Aku masih ingat rasanya masakan yang dibuat nenekmu dulu."

Lizza: "Iya, ibu. Aku juga selalu merindukan masakan nenek."

Mereka berdua tersenyum. Beberapa menit kemudian, adonan kue siap untuk dipanggang. Mereka memasukkan loyang ke dalam oven dan menunggu kue matang.

Setelah beberapa menit, aroma wangi kue mulai tercium di seluruh rumah. Lizza dan ibunya pun mengeluarkan kue dari oven dan membiarkannya dingin.

Ibu Lizza: "Lizza, tolong dekorasi kue ini ya. Kamu bisa menggunakan hiasan kue yang ada di sini."

Lizza: "Baik ibu."

Lizza mulai menghias kue dengan berbagai macam hiasan seperti buah-buahan dan krim kocok. Setelah selesai, mereka berdua mencicipi kue yang mereka buat bersama.

Ibu Lizza: "Enak sekali kue ini, Lizza. Terima kasih sudah membantu ibu membuatnya."

Lizza: "Sama-sama, ibu. Aku senang bisa membantu."

Mereka berdua tersenyum. Akhirnya, hari itu berakhir dengan penuh kebahagiaan dan kebersamaan.

Lizza duduk di meja belajarnya dan membuka buku pelajaran. Namun, matanya mulai terasa berat karena kurang tidur semalam. Dia memutuskan untuk istirahat sejenak sambil membuka aplikasi pesan singkat di ponselnya.

Tak lama kemudian, ia melihat pesan dari Rey. Isi pesan itu meminta maaf atas perilaku teman-temannya pada hari sebelumnya dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Lizza dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Lizza merasa lega dan tersenyum membaca pesan itu. Dia pun membalas pesan Rey, memberikan dukungan dan mengatakan bahwa dia selalu siap membantu teman-temannya jika ada masalah.

Setelah selesai membalas pesan, Lizza kembali ke buku pelajarannya. Walaupun masih merasa sedikit mengantuk, dia memutuskan untuk fokus belajar agar bisa mendapatkan nilai yang baik di sekolah.

Lizza merasa sangat panik ketika melihat jam di kamarnya menunjukkan pukul 7:30 pagi. Dia segera bangun dari tempat tidurnya, mencuci muka dan menggosok gigi dengan cepat, lalu mengenakan seragam sekolahnya.

Lizza lalu berlari ke dapur untuk sarapan, tetapi sayangnya ibunya sudah pergi kerja dan tidak ada makanan yang tersedia di dapur. Lizza merasa sedih dan khawatir akan terlambat ke sekolah.

Tiba-tiba, Lizza teringat bahwa Rey selalu membawa bekal ke sekolah. Dia pun memutuskan untuk menghubungi Rey dan meminta tolong.

Setelah beberapa kali mencoba menghubungi Rey, akhirnya Rey menjawab panggilan telepon Lizza. Lizza dengan cepat meminta bantuan Rey untuk memberinya makanan atau meminjamkan bekalnya.

Rey yang awalnya terkejut dengan panggilan Lizza, segera memenuhi permintaannya dan mengatakan bahwa dia akan membawa bekalnya ke sekolah Lizza dan menemuinya di gerbang sekolah.

Lizza sangat bersyukur karena Rey membantunya dan membawa bekal ke sekolah. Ketika mereka bertemu di gerbang sekolah, Lizza sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada Rey.

Dari kejadian tersebut, Lizza merasa bahwa Rey adalah teman yang sangat baik dan peduli terhadapnya. Dia merasa beruntung memiliki teman seperti Rey di sekolah.

Ketika jam istirahat tiba, Lizza sedang duduk sendirian di sudut kantin sambil memakan bekalnya. Tiba-tiba, Rey datang menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

Rey: Hai, Lizza. Apa kabar?

Lizza: Hai, Rey. Baik-baik saja. Terima kasih untuk makanannya tadi.

Rey: Sama-sama. Kamu suka?

Lizza: Iya, enak sekali.

Rey: Baguslah. Kamu sendirian di sini?

Lizza: Iya, sekarang aku sudah selesai makan. Teman-temanku sudah pergi.

Rey: Aku bisa bergabung denganmu?

Lizza: Tentu saja.

Mereka berdua melanjutkan makan siang mereka sambil bercakap-cakap. Rey bertanya tentang pelajaran di sekolah dan hobi Lizza. Lizza pun menceritakan tentang kegemarannya dalam membaca buku dan menulis cerita.

Rey: Kamu pasti pandai menulis, ya?

Lizza: Ah, tidak juga. Aku hanya menulis cerita untuk hobi saja.

Rey: Bagus, bagus. Aku suka orang yang kreatif. Aku sendiri tidak terlalu pandai dalam menulis.

Lizza: Apa hobimu, Rey?

Rey: Aku suka main bola dan mendengarkan musik.

Lizza: Oh, itu menarik. Aku tidak terlalu pandai bermain bola, tapi aku suka mendengarkan musik juga.

Rey: Kita punya kesamaan, ya. Mungkin suatu saat kita bisa mendengarkan musik bersama-sama.

Lizza: Siapa tahu.

Mereka berdua terus bercakap-cakap sampai waktu istirahat habis. Lizza merasa senang bisa berbicara dengan Rey tanpa merasa canggung. Tapi di dalam hatinya, ia masih merasa was-was dengan sikap Rey yang pernah nakal dan bertengkar dengan orang lain.

*****

Di hari Senin, saat jam pelajaran sedang berlangsung, terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa ada murid baru yang akan bergabung di kelas mereka. Rey dan Lizza merasa penasaran dan tak sabar menunggu murid baru tersebut datang.

Beberapa saat kemudian, pintu kelas terbuka dan masuklah seorang murid baru laki-laki. Dia terlihat tampan dan menarik perhatian banyak orang di kelas, termasuk Lizza. Rey merasa cemburu dan takut bila Lizza tertarik pada murid baru tersebut.

Selama pelajaran, Lizza terus memperhatikan si anak baru yang duduk di depannya . Walaupun dia mencoba untuk fokus pada pelajaran, pikirannya sering kali melayang dan teralihkan ke arah si anak baru yang sedang duduk didepannya

Rey yang duduk di belakang Lizza, juga memperhatikan perilaku Lizza yang sedikit berbeda dari biasanya. Dia merasa cemburu dan khawatir bahwa Lizza tertarik pada si anak baru.

Setelah pelajaran selesai, si anak baru memperkenalkan diri sebagai Adam kepada teman-teman sekelasnya. Dia terlihat santai dan mudah bergaul, sehingga cepat diterima oleh teman-temannya.

Lizza juga mencoba untuk mengobrol dengan Adam dan bertanya tentang dirinya. Rey melihat dari jauh dan merasa sedikit cemburu, tetapi dia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

Setelah pelajaran berakhir, Rey dan Lizza berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Rey akhirnya memutuskan untuk mengajak bicara Lizza mengenai perasaannya.

"Maaf kalau aku terlihat cemburu tadi," ujar Rey. "Aku tahu kita hanya teman, tapi aku tidak ingin kehilanganmu."

Lizza tersenyum lembut dan menepuk pundak Rey. "Kamu tidak perlu khawatir, Rey. Kita hanya teman, dan aku senang menjadi temanmu"

Rey merasa lega mendengar jawaban Lizza. Dia merasa lebih percaya diri dan bahagia karena Lizza masih mempertahankan persahabatan mereka.

Saat pulang sekolah Rey kembali mengajak Lizza untuk pulang bareng namun Lizza menolak ajakan itu Rey merasa kecewa saat Lizza menolak ajakannya untuk pulang bersama. Namun, dia memutuskan untuk tidak memaksakan kehendaknya dan sendiri pulang ke rumah.

Rey: "Lizza, kenapa kamu tidak mau pulang bareng aku?"

Lizza: "Maaf, Rey. Ibu sudah datang menjemputku"

Rey: "Oh, begitu ya. Baiklah, hati-hati di jalan ya, Lizza."

Lizza: "Iya, terima kasih. Sampai jumpa besok di sekolah."

Rey: "Sampai jumpa besok."

Sesampainya di rumah, Rey merenungkan tentang perasaannya pada Lizza. Dia menyadari bahwa dia sudah lama menyukai Lizza dan ingin mengungkapkan perasaannya padanya. Namun, dia takut jika Lizza tidak merespons perasaannya.

Di lain sisi, Lizza masih terus memikirkan anak baru tersebut. Dia merasa tertarik pada pria tampan itu dan ingin mengenalnya lebih jauh. Namun, dia juga merasa bingung karena sebelumnya dia sudah merasa nyaman dengan Rey.

Keesokan harinya, Rey dan Lizza bertemu di sekolah. Rey mencoba mengobrol dengan Lizza, tapi Lizza terlihat agak cuek.

Rey merasa sedih dan kecewa mendengarnya, tapi dia mencoba tetap berteman dengan Lizza. Dia berharap Lizza akan melihat bahwa dia adalah orang yang selalu ada untuknya, dan tidak hanya karena tampilan fisik.

Sementara itu, Lizza merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia merasa terdorong untuk mengenal anak baru tersebut, tapi dia juga merasa nyaman dengan Rey. Dia bertanya-tanya apakah dia harus memilih satu dari keduanya, atau apakah dia bisa mempertahankan kedua hubungan tersebut.

Ketika jam pelajaran pertama dimulai kelas lizza diperintahkan untuk mengerjakan tugas nya secara berkelompok, ketika kelompok sudah dibuat oleh Bu guru

Lizza merasa senang karena bisa berada di satu kelompok dengan Adam, dan Rey merasa cemburu melihat itu. Ketika mereka sedang mengerjakan tugas, Rey mencoba untuk mendekati Lizza.

Rey: "Lizza, boleh aku ikut membantu mengerjakan tugas kalian?"

Lizza: "Maaf Rey, kelompokku sudah terisi penuh. Tapi tenang saja, kamu pasti bisa menyelesaikan tugasmu sendiri dengan baik."

Rey: "Tapi Lizza, aku bisa membantu kalian. Aku punya banyak ide yang mungkin bisa membantu kelompokmu."

Lizza: "Terima kasih Rey, tapi aku sudah yakin dengan kemampuan kelompokku. Jangan khawatir, kamu pasti juga bisa menyelesaikan tugas kelompokmu dengan baik."

Rey merasa sedikit kecewa, tetapi ia juga mengerti bahwa Lizza harus memprioritaskan kelompoknya terlebih dahulu. Ia pun kembali ke tempat duduknya dan mencoba untuk fokus mengerjakan tugas sendiri.

Lizza agak gugup bekerja dengan Adam karena ia masih belum mengenalnya dengan baik. Namun, Adam terlihat sangat antusias dan pandai dalam mengerjakan tugas kelompok.

Beberapa hari kemudian, saat sedang istirahat di kantin, Lizza sedang makan siang bersama teman-temannya ketika Adam tiba-tiba duduk di meja mereka.

"Bolehkah saya bergabung dengan kalian?" tanya Adam sambil tersenyum ramah.

Lizza merasa sedikit gugup dengan kehadiran Adam, tetapi ia merasa senang karena akhirnya dapat mengenalnya lebih baik. Mereka semua setuju, dan Adam bergabung dengan mereka.

Saat berbincang-bincang, Lizza semakin terkesan dengan kepribadian Adam. Ia pandai bercerita dan memiliki banyak pengalaman menarik yang ia bagikan dengan mereka.

Ketika tiba waktunya untuk pulang, Adam bertanya apakah ia bisa pulang bersama Lizza.

"Bolehkah aku ikut pulang bersamamu?" tanya Adam dengan sopan.

Lizza merasa sedikit gugup, tapi ia tidak ingin terlihat kasar. Jadi, ia setuju. Lizza naik dimotornya Adam mereka bersama pulang ke rumah Lizza.

Di perjalanan pulang, mereka terus berbincang-bincang dan tertawa bersama. Lizza merasa nyaman dan senang berada di dekat Adam.

Setibanya di rumah, Lizza mengucapkan terima kasih kepada Adam karena telah menemaninya pulang.

"Terima kasih sudah menemaniku pulang, Adam," ucap Lizza sambil tersenyum.

"Sama-sama, Lizza. Aku senang bisa berbicara denganmu. Kita bisa berbicara lagi nanti," balas Adam.

Setelah itu, mereka berpisah dan masing-masing pergi ke rumah mereka. Lizza merasa senang dan gugup karena pertemuan itu, dan ia tidak sabar untuk bertemu dengan Adam lagi.

Keesokan harinya, Rey bertemu dengan Lizza di sekolah dan menyadari bahwa Lizza pulang bersama dengan Adam. Rey merasa cemburu dan khawatir bahwa Lizza mungkin tertarik pada Adam.

Rey: Hai Lizza, kamu kemarin pulang bareng siapa?

Lizza: Oh, aku pulang bareng Adam. Kami satu kelompok untuk tugas pelajaran.

Rey: Oh, begitu ya. Bagaimana rasanya bekerja sama dengannya?

Lizza: Sebenarnya dia cukup baik dan pandai dalam pelajaran, jadi kami bisa menyelesaikan tugas dengan cepat.

Rey: oh begitu.

Lizza: Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Rey. Dia hanya teman sekelompok saja.

Rey: Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin pastikan bahwa semuanya baik-baik saja antara kita.

Lizza: Tentu saja, semuanya baik-baik saja. Kamu bisa percaya padaku.

Rey merasa lega mendengar itu dan ia memutuskan untuk tidak khawatir lagi tentang Adam. Meskipun sebenarnya ia tidak rela bila Lizza semakin hari menjadi semakin dekat dengan Adam si anak baru itu.

Ketika jam istirahat tiba, Rey mengajak Lizza ke kantin untuk makan bersama, namun Lizza ternyata sudah diundang oleh Adam untuk makan bersama. Rey merasa kecewa dan kesal karena merasa Lizza lebih memilih bergaul dengan anak baru tersebut daripada bersama teman-temannya yang sudah lama.

Rey: "Lizza, kenapa kamu makan bareng sama Adam? Bukannya tadi aku udah ajak kamu ke kantin?"

Lizza: "Maaf Rey, Adam udah duluan ngajak aku. Dia kan masih baru, jadi aku nggak mau nolak ajakannya."

Rey: "Tapi aku kan udah duluan ngajak kamu. Kamu pikir aku seneng-seneng aja ngajak kamu?"

Lizza: "Maaf ya, Rey. Nggak ada maksud buat bikin kamu kesel. Besok aku makan bareng sama kamu aja ya."

Rey: "Iya, udah deh. Tapi jangan kebiasaan makan sama Adam terus. Kita kan udah temenan lama."

Lizza: "Oke, nggak akan kebiasaan kok. Tenang aja."

Rey melihat Lizza dan Adam sedang duduk bersama dan tertawa-tawa. Rey merasa kesal karena dia merasa Lizza terlalu asyik dengan Adam dan tidak lagi memperdulikan dirinya. Namun, dia memutuskan untuk menenangkan diri dan tidak menunjukkan kemarahannya kepada Lizza.

Setelah Lizza dan Adam pergi, Rey menghabiskan sisa istirahatnya dengan duduk sendirian di kantin. Dia berusaha untuk tidak memikirkan hal tersebut dan fokus pada tugas-tugas sekolahnya. Namun, tetap saja perasaan cemburu terus mengganggunya.

Setelah istirahat berakhir, Rey kembali ke kelas dan berusaha untuk memfokuskan pikirannya pada pelajaran yang sedang diajarkan. Namun, ketika pelajaran selesai, Rey tidak sabar untuk segera menemui Lizza dan membicarakan apa yang dia lihat di kantin tadi.

Ketika berjalan menuju kelas lizza melihat Rey sendirian Rey merasa kesal dan tidak nyaman dengan ulah siswi perempuan yang mencoba mengambil hatinya. Ia memutuskan untuk berjalan cepat ke kelas, tetapi siswi itu terus mengikuti dan menggodanya. Lizza yang melihat kejadian tersebut, langsung berdiri di depan Rey dan memberikan peringatan pada siswi perempuan tersebut.

Lizza: "Hei, kenapa kamu mengganggu Rey? Tolong jangan mengganggu lagi ya!"

Siswi: "Eh, ngapain sih Lo ikut campur? Aku kan cuma ingin dekat dengan Rey."

Rey: "Tidak perlu terlalu nge-push diri kamu seperti itu. Aku tidak tertarik."

Siswi: "Tapi aku bisa membuat kamu tertarik, tunggu saja."

Rey: "Tidak perlu, aku sudah punya pacar."

Setelah mendengar jawaban Rey, siswi itu akhirnya pergi dengan rasa kecewa. Lizza dan Rey kemudian pergi ke kelas dan melanjutkan kegiatan mereka seperti biasa. Rey merasa senang bahwa Lizza selalu memperhatikan dan melindunginya.

Ketika dikelas Rey selalu saja melihat pemandangan yang membuat hatinya kesal dengan kesabarannya yang sudah memudar akhirnya Rey mulai menghantam pipi Adam Ketika Rey dan Adam berantem di kelas, guru mereka segera memisahkan mereka dan memanggil orangtua mereka untuk menyelesaikan masalah ini. Lizza merasa sangat terganggu dengan situasi ini dan mencoba untuk menenangkan keadaan dengan cara meminta maaf pada keduanya dan menegur mereka untuk tidak berkelahi lagi.

Rey mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Adam dan keberadaannya dekat dengan Lizza. Setiap kali melihat Lizza berbicara atau tertawa dengan Adam, perasaan cemburu Rey semakin memuncak. Dia mulai merasa insecure dan khawatir Lizza akan meninggalkannya untuk Adam.

Rey mencoba untuk mengabaikan perasaannya, namun semakin lama semakin sulit untuk menahan perasaannya. Suatu hari, Rey memutuskan untuk berbicara dengan Lizza tentang perasaannya terhadap Adam.

"Sudah beberapa hari ini aku merasa cemburu dengan Adam," ucap Rey pelan saat mereka sedang berada di kantin sekolah.

Lizza terkejut mendengarnya. "Cemburu? Kenapa?" tanya Lizza.

"Aku khawatir kamu akan lebih suka berteman dengan Adam daripada aku," jelas Rey dengan jujur.

Lizza tersenyum lembut. "Kamu tidak perlu khawatir tentang itu, Rey. Kamu adalah teman terbaikku, dan aku tidak akan meninggalkanmu untuk orang lain."

Rey merasa lega mendengar itu. Dia tahu sekarang bahwa dia tidak perlu merasa insecure lagi, karena Lizza sudah memberikan jaminan tentang perasaannya.

"Makasih, Lizza. Kamu selalu bisa membuatku merasa lebih baik," ucap Rey sambil tersenyum.

Lizza tersenyum balik. "Kita ini sahabat, Rey. Selalu bisa mengandalkan satu sama lain."

Lizza merasa tidak enak hati setelah adanya pertengkaran antara Rey dan Adam di kelas. Namun, Rey tetap memaksa untuk pulang bersama-sama. Ketika berjalan pulang, suasana terasa canggung dan hening di antara keduanya.

Rey akhirnya memutuskan untuk meminta maaf atas tindakannya di kelas tadi. "Lizza, maaf ya tadi aku sempat berantem sama Adam. Aku nggak tahan liat dia terus deketin kamu," ucap Rey sambil menggenggam tangan Lizza.

Lizza merasa tersentuh dengan permintaan maaf Rey. "Enggak apa-apa Rey, aku juga minta maaf kalau tadi ada salahku. Aku nggak maksud bikin kamu kesal," balas Lizza dengan senyum.

Setelah itu, suasana menjadi lebih tenang dan mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang pelajaran dan kegiatan di sekolah. Rey juga bercerita tentang hobi barunya yaitu bermain alat musik dan mengajak Lizza untuk datang ke rumahnya untuk mendengarkan dia bermain musik.

Lizza merasa senang dengan ajakan Rey dan akhirnya mereka pun berpisah dengan senyum dan rasa lega setelah menyudahi hari yang canggung tersebut.

Ketika baru saja sampai dihalaman rumahnya Lizza terkejut mendapatkan pesan dari Seyla dan merasa tidak menyangka bahwa Adam mempunyai perasaan lebih terhadapnya. Lizza kemudian mulai merenung dan merasa bingung

Lizza turun dari motor yang mengantarnya pulang, ia merasakan kebingungan yang tak terbendung. Ia masih belum bisa memahami perasaannya terhadap Adam, dan bagaimana Rey akan merespons hal ini. Lizza berjalan menuju pintu gerbang rumahnya sambil merenungkan masalah yang ia hadapi.

Setelah membuka pintu gerbang, Lizza langsung menuju pintu utama rumahnya. Ia membuka pintunya dan terlihat ibunya sedang sibuk di dapur memasak makanan. Lizza langsung bergegas menuju dapur dan memeluk ibunya dari belakang.

"Ibu, Lizza pulang," ucapnya dengan lembut.

"Oh, Lizza sayang. Ibu senang kamu sudah pulang," kata ibunya sambil tersenyum.

Lizza merasakan kehangatan dalam pelukan ibunya. Ia merasa lega dan nyaman berada di pelukan sang ibu. Tapi, tiba-tiba saja Lizza teringat tentang Adam dan Rey.

Ibunya melihat wajah Lizza yang tampak sedih, "Ada apa, sayang?"

Lizza menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa, ibu. Aku hanya sedikit lelah saja."

"Mungkin kamu butuh istirahat. Sudah makan siang?" tanya ibunya.

Lizza mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelah itu, Lizza duduk di ruang makan dan mulai makan siang. Tapi, pikirannya terus saja melayang pada masalah yang belum terselesaikan.

Setelah makan siang, Lizza kembali ke kamarnya. Ia berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamar. Ia merenungkan lagi tentang Adam dan Rey, lalu teringat pesan dari Seyla tentang perasaan Adam padanya. Lizza semakin bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka. Ibunya masuk dan duduk di samping Lizza.

"Apa yang sedang dipikirkan, sayang?" tanya ibunya.

Lizza terdiam sejenak, lalu ia mulai menceritakan tentang masalahnya dengan Adam dan Rey. Ibunya mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa nasihat yang baik.

"Ingat, sayang. Kita harus memilih orang yang membuat kita bahagia dan nyaman. Jangan sampai terjebak dalam situasi yang merugikan dirimu sendiri," kata ibunya sambil memeluk Lizza.

Lizza tersenyum, "Terima kasih, ibu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang."

Dengan berani, Lizza memutuskan untuk mengambil langkah yang tepat. Ia memutuskan untuk meminta maaf pada Rey karena telah menyakiti perasaannya dan menyatakan bahwa dirinya hanya memandang Adam sebagai teman. Akhirnya, Lizza merasa lega dan tenang setelah mengambil keputusan tersebut.

Setelah Lizza sampai di rumahnya, ia masuk ke dapur dan mulai mencari bahan untuk membuat camilan. Dia menemukan beberapa bahan untuk membuat kue coklat, termasuk coklat batangan, tepung, gula, dan mentega.

Lizza mulai mencairkan coklat batangan dengan cara melelehkan di atas panci yang diletakkan di atas kompor. Setelah coklat batangan mencair, Lizza menambahkan mentega dan gula ke dalam panci dan mencampurnya dengan coklat yang sudah mencair.

Kemudian, Lizza menambahkan tepung ke dalam campuran coklat dan aduk sampai tercampur rata. Setelah adonan siap, Lizza menyiapkan loyang dan menyiraminya dengan sedikit minyak agar adonan tidak lengket.

Lizza menaruh adonan coklat ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Dia menunggu sekitar 20 menit sampai kue coklat matang dan mengeluarkan aroma yang harum.

Setelah kue coklat matang, Lizza mengeluarkannya dari oven dan membiarkannya dingin sebentar. Setelah kue coklat cukup dingin, Lizza memotongnya menjadi potongan kecil dan menempatkannya di atas piring.

Lizza merasa puas dengan hasil kue coklat yang ia buat dan memutuskan untuk mengirimkan foto kue tersebut ke Rey. Dia kemudian mengirim pesan kepada Rey, "Lihat, aku membuat kue coklat! Kamu harus mencobanya nanti!"

Rey merespons dengan senyum dan membalas, "Tentu saja, aku pasti akan mencobanya. Kamu memang pandai membuat camilan, Lizza."

Lizza tersenyum, merasa senang bahwa Rey menghargai kue coklat yang ia buat. Ia kemudian memutuskan untuk menikmati kue coklat bersama keluarganya, merasa senang dan bangga atas kreasi yang ia buat.

Lizza dan keluarganya sedang duduk di ruang keluarga, menikmati tayangan televisi. Televisi menampilkan film komedi yang cukup menghibur, sehingga seluruh anggota keluarga tertawa bahagia. Lizza merasa senang bisa bersama-sama dengan keluarganya seperti ini.

Tiba-tiba, Lizza teringat akan camilan kue coklat yang baru saja ia buat. "Mama, Papa, gimana kalau kita makan camilan kue coklat yang tadi aku bikin?" tanya Lizza sambil tersenyum.

Kedua orangtuanya sepakat dan dengan cepat, Lizza berlari ke dapur untuk mengambil kue coklatnya. Ketika Lizza kembali ke ruang keluarga, ia membawa sebuah nampan dengan kue coklat segar yang masih hangat.

Keluarga Lizza mulai memakan camilan kue coklat tersebut sambil tetap menikmati tayangan televisi. "Enak sekali Lizza, kamu memang pandai membuat kue ya," puji ibunya sambil tersenyum.

Lizza merasa bangga dan senang bisa membuat camilan kue coklat yang disukai oleh keluarganya. Ia terus berusaha untuk menjadi lebih baik dalam membuat kue, dan ingin suatu hari nanti dapat membuka sebuah toko kue sendiri.

Sambil menikmati kue coklat tersebut, keluarga Lizza bersenang-senang dan menikmati waktu bersama-sama di rumah. Itu menjadi malam yang menyenangkan bagi mereka.

Waktu sudah malam ibu menyuruh lizza untuk beristirahat karena besok kembali bersekolah, Lizza mengangguk mengiyakan permintaan ibunya dan bergegas menuju kamar. Sesampainya di kamar, Lizza segera mempersiapkan diri untuk tidur.

(Lizza masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu. Dia melihat ponselnya dan melihat pesan dari Seyla dan Adam pesan yang pertama ia buka adalah dari Seyla.)

Namun, sebelum ia benar-benar tertidur, ia memutuskan untuk membuka aplikasi chatting di ponselnya untuk melihat pesan dari teman-temannya.

Lizza melihat beberapa pesan dari Seyla, yang menanyakan bagaimana keadaannya hari ini dan cerita tentang anak baru di sekolah. Lizza membalas pesan Seyla dan menceritakan tentang Adam, anak baru yang duduk di sebelahnya dan ditempatkannya dalam kelompok untuk tugas sekolah.

Lizza juga menceritakan tentang Rey, temannya yang sudah lama dikenalnya dan menjadi sahabatnya. Namun, ia merasa bahwa Rey semakin cemburu terhadap Adam, yang mendekatinya belakangan ini.

Seyla pun memberikan beberapa saran kepada Lizza dan mengatakan bahwa ia harus memikirkan perasaannya terhadap Rey dan Adam dengan matang, serta memperhatikan perasaan mereka juga agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Kemudian setelah membalas pesan dari Seyla, Lizza membuka obrolan pesan dari Adam.

Adam: Lizza, maafkan aku kalau aku mengganggu hari-harimu. Saya tahu Rey dan saya saling berkompetisi, tapi aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman.

Lizza: Tidak apa-apa kok, Adam. Saya mengerti. Tapi, apakah kamu memang menyukai saya?

Adam: Iya, Lizza. Aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu. Tapi, aku tidak ingin membuat situasi tidak nyaman untukmu.

Lizza: Aku mengerti, Adam. Terima kasih sudah jujur.

(Lizza tersenyum dan mematikan lampu. Dia terus

memikirkan percakapan itu sebelum akhirnya tertidur.)

Mendapatkan saran dari Seyla, Lizza merasa lega dan tenang untuk bisa tidur. Ia mematikan lampu dan memejamkan mata, berharap bisa tidur dengan nyenyak dan merasa segar ketika bangun di pagi hari.

Waktu sudah pagi Lizza bangun lebih awal Lizza memutuskan untuk membuat pancake untuk sarapan paginya. Dia menyalakan kompor dan mulai mengocok adonan pancake. Setelah adonan selesai, dia mulai menggoreng pancake di atas wajan. Sementara pancake sedang digoreng, Lizza membuat segelas jus jeruk segar untuk menemani sarapan paginya.

Setelah pancake selesai digoreng, Lizza menata pancake di atas piring dan menuangkan sirup maple di atasnya. Dia kemudian membawa pancake dan jus jeruk ke meja makan dan mulai menikmati sarapannya.

Tiba-tiba, ibu Lizza masuk ke ruang makan dan melihat Lizza sedang sarapan sendiri. "Kamu sudah bangun lebih awal dari biasanya ya, sayang?" tanya ibu Lizza.

"Iya, Bu. Aku ingin membuat sarapan sendiri hari ini," jawab Lizza sambil tersenyum.

"Iya, aku lihat kamu membuat pancake. Kamu pasti belajar dari Seyla, kan?" tanya ibu Lizza.

"Iya, Bu. Seyla sering membuat pancake untuk sarapannya, dan aku ingin mencoba membuatnya sendiri," jawab Lizza.

"Iya, kamu pintar belajar memasak. Kamu bisa memasak makanan yang enak untuk keluarga kita suatu saat nanti," kata ibu Lizza dengan bangga.

Lizza tersenyum bahagia mendengar pujian dari ibunya. Dia merasa senang bisa membuat sarapan sendiri dan membuat ibunya bangga. Setelah sarapan, Lizza bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Lizza terkejut melihat Rey sudah ada di depan rumahnya dengan motor sport yang terlihat keren. "Rey, kok kamu tahu aku mau berangkat?" tanya Lizza heran.

"Aku bisa nebak, kamu pasti mau berangkat ke sekolah kan?" jawab Rey sambil tersenyum.

Lizza hanya bisa mengangguk, dan tanpa membuang waktu ia pun segera naik ke motor sport Rey. Sesampainya di sekolah, Lizza dan Rey langsung menuju ke kelas mereka. Tiba-tiba, Lizza teringat sesuatu dan bertanya kepada Rey, "Rey, kamu beneran nggak tahu kalo aku mau berangkat tadi pagi?"

Rey menggelengkan kepalanya, "Nggak. Aku hanya ingin mengajakmu berangkat bareng. Apa ada masalah dengan itu?"

Lizza tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada masalah. Terima kasih sudah mengajakku, Rey."

Rey hanya tersenyum dan membalas ucapan terima kasih Lizza. Mereka berjalan menuju ke kelas sambil bercerita tentang rencana mereka untuk liburan nanti. Hari itu berjalan dengan baik bagi Lizza, ia merasa senang bisa berangkat sekolah bareng dengan Rey menggunakan motor sportnya.

Membuat kue

Lizza sudah duduk di kursi kelasnya saat Seyla datang menghampirinya.

Seyla: "Hai Lizza, kamu sudah mengumpulkan tugas matematika kemarin kan? Aku masih belum selesai nih, bisakah kamu membantuku?"

Lizza: "Hai juga Seyla, sudah mengumpulkan kemarin kok. Tidak apa-apa, aku akan membantu mengerjakannya bersama-sama."

Seyla: "Terima kasih banget, Lizza! Kamu memang sahabat yang baik."

Lizza: "Sama-sama, kita kan teman. Kalau butuh bantuan tugas bisa minta tolong sama aku kok."

Seyla: "Iya, makasih lagi ya Lizza. Eh, kamu tahu gak siapa cowok baru yang duduk di belakang kita?"

Lizza: "Oh itu Adam, dia anak baru di kelas kita. Kenapa?"

Seyla: "Enggak apa-apa sih, cuma dia kayaknya sering banget memperhatikan kamu gitu. Aku jadi penasaran aja."

Lizza: "Serius? Aku aja tidak memperhatikannya."

Seyla: "Beneran deh, tadi waktu guru cerita dia selalu memperhatikan kamu. Tapi yaudah, tidak usah dipikirkan aja. Lebih baik kita fokus ke pelajaran ya."

Lizza: "Iya benar. Tugas matematika harus diselesaikan dulu, nanti kalau ada waktu kita bisa membicarakan hal lainnya."

Seyla: "Oke, deal!"

Kemudian Lizza dan Seyla fokus untuk menyelesaikan tugas matematika mereka sambil mendengarkan penjelasan dari guru. Meskipun sempat merasa penasaran dengan Adam, Lizza memutuskan untuk fokus pada pelajaran dan menyelesaikan tugasnya bersama temannya.

Lizza menjawab pertanyaan Seyla dengan sabar, mereka saling membantu memecahkan masalah dalam tugas yang diberikan oleh guru. Setelah beberapa saat, mereka kembali fokus pada pelajaran.

Namun, saat pelajaran hampir selesai, tiba-tiba seorang guru masuk ke dalam kelas dan memberitahu bahwa ada tugas tambahan yang harus dikerjakan dalam waktu satu minggu ke depan. Lizza dan Seyla saling bertatapan, tampak sedikit terkejut dengan tugas tambahan tersebut.

"Sey, kayaknya tugas kita semakin bertambah ya," ujar Lizza dengan raut wajah khawatir.

"Iya nih, kita harus lebih giat lagi mengerjakannya agar bisa selesai cepat," balas Seyla dengan semangat.

Lizza dan Seyla kemudian sepakat untuk membagi tugas dan bertemu di perpustakaan setelah pulang sekolah untuk membahasnya lebih lanjut. Mereka berdua yakin bisa menyelesaikan tugas tambahan itu dengan baik.

Setelah pelajaran selesai, Lizza dan Seyla berpisah dan menuju ke rumah masing-masing. Lizza merasa lega karena tugas tambahan itu bisa dikerjakan bersama Seyla yang merupakan teman yang selalu bisa diandalkan. Ia pun fokus pada pelajaran berikutnya dengan hati yang tenang.

Setelah selesai belajar, Lizza dan Rey berjalan menuju halaman sekolah. Rey mengajak Lizza untuk pulang bersama lagi, dan Lizza pun setuju. Mereka naik ke motor sport milik Rey dan berangkat menuju rumah Lizza.

Di dalam perjalanan, suasana terasa agak canggung. Rey terus memperhatikan Lizza dari sudut matanya, sementara Lizza terus sibuk dengan ponselnya. Setelah beberapa saat, Rey akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Ada apa sih, Lizz? Kenapa terus sibuk dengan ponsel?" tanyanya.

"Oh, tidak ada apa-apa, Rey. Cuma lagi chatting dengan teman," jawab Lizza singkat.

Rey agak kecewa dengan jawaban Lizza yang singkat, namun dia memilih untuk tidak memperpanjang lagi pembicaraan yang tidak penting. Setelah beberapa menit, mereka akhirnya tiba di depan rumah Lizza.

"Terima kasih, Rey. Sudah mengantarkan ku," ucap Lizza sambil membuka helmnya.

"Selamat beristirahat, Lizz. Sampai jumpa besok," balas Rey sambil menyalakan motornya.

Lizza pun masuk ke dalam rumahnya dan menyapa keluarganya. Setelah beberapa saat berbincang dengan keluarganya, Lizza mengambil buku-bukunya dan mulai belajar lagi di meja belajar di kamarnya.

Lizza merasa lelah setelah seharian beraktivitas di sekolah dan belajar di rumah. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di meja belajarnya, dia memutuskan untuk mandi sore sebelum mengerjakan tugas lainnya.

Ia berjalan ke kamar mandi dengan langkah pelan. Lampu di kamar mandi menyala dengan terang, menyejukkan dan menenangkan suasana. Lizza menyalakan air dan menunggu sejenak sampai suhu air sesuai dengan yang diinginkannya. Kemudian dia melepas baju dan celana, dan masuk ke dalam air yang sudah mengalir di bathtub.

Saat merendam tubuhnya, Lizza merasa sedikit kedinginan. Namun, suhu air yang perlahan naik membuatnya merasa lebih nyaman dan hangat. Ia merasakan rasa lega yang sangat menyenangkan dan merasa tubuhnya menjadi lebih rileks. Ia menutup mata dan merasakan sensasi yang sangat menyenangkan. Setelah beberapa menit, Lizza membuka mata dan memulai membersihkan diri dengan sabun dan sampo.

Setelah selesai mandi, Lizza keluar dari kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk yang sudah tersedia. Dia memakai baju tidur dan melanjutkan pekerjaannya di kamar. Lizza merasa segar dan rileks setelah mandi sore, membuatnya semakin semangat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menunggunya.

Lizza sedang asyik mempelajari buku-bukunya di atas meja di kamarnya. Dia sangat fokus pada pelajarannya sehingga dia tidak menyadari waktu berlalu. Tiba-tiba, ada ketukan di pintu kamarnya.

"Lizza, sayang, sudah sore. Ayo turun dan makan malam," kata ibunya dari luar.

Lizza mengangguk, "Iya, aku turun sebentar lagi."

Dia menutup bukunya dan merapikan mejanya sebelum beranjak dari kursinya. Setelah itu, dia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci tangan dan wajahnya. Setelah selesai, dia turun ke ruang makan.

Di ruang makan, Lizza melihat ibunya sudah menata makanan di atas meja makan. Ada nasi, sayur-sayuran, ikan goreng, dan sup ayam kesukaannya. Lizza merasa lapar dan dia senang melihat masakan itu.

"Makananmu sudah sajikan, sayang. Ayo makan," kata ibunya.

Lizza tersenyum dan duduk di kursi sebelah ibunya. Mereka berbincang-bincang sambil menikmati makan malam yang lezat. Setelah selesai makan, Lizza membantu ibunya membersihkan meja dan peralatan makan.

Setelah itu, Lizza kembali ke kamarnya dan melanjutkan belajarannya. Dia merasa senang karena sudah makan malam bersama ibunya dan kini bisa fokus pada pelajarannya lagi. Meski merasa lelah, Lizza tidak menyerah dan terus berjuang untuk mencapai mimpinya.

Lizza duduk di meja belajarnya dan dengan cermat meneliti setiap halaman bukunya. Sejak hari itu, Lizza memutuskan untuk lebih fokus pada belajar agar bisa meraih hasil yang baik di sekolah.

Tak lama kemudian, ibu Lizza kembali mengetuk pintu kamarnya untuk mengingatkannya sudah malam dan waktunya tidur. Lizza merasa sedih karena masih belum selesai dengan tugasnya.

Lizza tetap sibuk dengan bukunya hingga ibunya datang. "Lizza, sudah waktunya tidur. Besok masih ada pelajaran lagi," ujar ibu.

"Iya, tapi, aku masih belum ngantuk. Boleh aku belajar dulu sedikit lagi?" jawab Lizza.

Ibu tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, tapi jangan terlalu larut malam. Besok kamu akan merasa capek."

Lizza berterima kasih pada ibunya dan kembali fokus pada bukunya. Namun sebenarnya tak efektif, karena pikirannya masih dipenuhi dengan sejumlah hal yang dialaminya hari itu.

Beberapa saat kemudian, Lizza merasa tubuhnya mulai lelah. Ia menyimpan bukunya dan berbaring di tempat tidur. Meski ia sudah memejamkan mata, pikirannya tetap aktif dan tak bisa dengan segera tidur.

Ibu masuk ke kamar untuk memastikan Lizza sudah tidur, namun melihat bahwa Lizza tetap terjaga. Ibu memberitahu Lizza untuk tidur supaya bisa bangun lebih segar keesokan harinya. Akhirnya, Lizza tertidur pulas.

Lizza terbangun dengan perasaan segar dan siap menghadapi hari baru. Dia langsung beranjak dari tempat tidur dan ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri. Setelah mandi dan berpakaian, Lizza turun ke dapur dan menemukan nasi goreng dan jus buah yang disiapkan ibunya sebagai sarapan. Lizza menikmatinya sambil membaca koran pagi dan siapkan sekolah.

Ketika sampai di sekolah, Lizza langsung menuju ke kelasnya. Ia bertemu Seyla dan berbincang tentang tugas kemarin. Lizza merasa senang bahwa ia telah menyelesaikannya.

Ketika pelajaran dimulai, Lizza fokus dan mencatat pentingnya penjelasan dari guru. Setelah pelajaran selesai, Lizza berkumpul dengan teman-temannya di aula sekolah. Mereka bercerita tentang pengalaman akhir pekan dan merencanakan aktivitas untuk akhir pekan mendatang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!