NovelToon NovelToon

Kesayangan Ceo

Bab 1

Di sebuah kota jakarta di kawasan terpencil di pinggiran kota, dengan sebuah kampung yang di penuhi padatnya penduduk.

Kampung yang terkenal kumuh di kalangan mereka para orang kaya, di kampung itu terdapat satu keluarga sederhana yang tidak terlalu miskin ataupun kaya. Kesederhanaan yang membuat keluarga itu rukun dan harmonis, pasangan dari Arya Admaja dan Safira Admaja yang telah memiliki seorang anak laki-laki berusia 25 tahun yang bernama Marcelino Admaja.

Arya dan Safira sangat bangga terhadap anaknya Marcel, pasalnya Marcel di usianya yang menginjak 21 tahun sudah memilki gelar S2 dengan jurusan bisnis manajemen.

"Sayang aku tak menyangka Marcel menuruni kepintaranmu," kata Safira.

Arya mengangguk dan tersenyum, "aku sudah yakin jika bibit unggul yang ku miliki akan menurun padanya."

"Ck, apa sebaiknya kita beritahukan semuanya pada Marcel, ku rasa ini sudah waktunya, lagipula kau sudah sangat lelah bukan? dan lagi Marcel, ia sudah bekerja dengan baik walau hanya sebagai karyawan biasa di perusahaan."

"Kau benar, dan juga aku memang sudah merencanakan hal ini, terlebih aku bersyukur dengan kesederhanaan ini bisa membuat pribadi Marcel yang sangat baik tidak seperti ku, di umur Marcel atau bahkan mungkin sejak kecil, aku sudah menjadi pria yang sombong dan angkuh, dan beruntung aku mendapatkanmu, hingga aku bisa berubah."

Safira tersenyum "aku lebih beruntung mendapatkanmu."

Arya mengecup sekilas kening istrinya itu dan tersenyum, "baiklah kita beri tahu semuanya setelah Marcel pulang dan ku harap Marcel tidak akan marah dengan apa yang kita sembunyikan selama ini." Safira pun mengangguk setuju dan sama berharap dengan suaminya.

Sore hari di salah satu Kafe di kota Jakarta.

"Apa maksudmu Amara, mengapa kau ingin putus denganku, bukankah kita selama ini baik-baik saja?" tanya seorang pria yang terkejut dengan permintaan kekasihnya yang meminta putus darinya tanpa sebab.

"Memang benar kita tidak memiliki masalah apapun, tapi ini sudah menjadi keputusanku, Marcel kau tahu kau, hanyalah pria yang ku manfaatkan, kau pria pintar dalam bidang akademik, jadi aku memanfaatkan hal itu, selebihnya aku tidak tertarik sama sekali padamu, kau tahu jika aku terus menerus bersamamu aku mungkin tidak akan bahagia, kau pria miskin yang tidak memiliki apapun dan hanya bekerja yang hanya sebagai karyawan biasa dengan gaji yang sangat sedikit, ah ya kelebihan mu selain pintar kau tampan," Kata Amara dengan jujur pria yang berada di hadapannya, yang bernama Marcel.

Amara sudah memiliki gelar S1 nya dan itu semua berkat Marcel, yang membantu Amara dalam membuat skripsi, ataupun tugas-tugas yang di berikan oleh dosennya.

Marcel menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kalimat yang di lontarkan oleh Amara, "kau bohongkan? aku tidak percaya kau berkata seperti itu !"

Amara berdecih, "aku tidak perduli kau percaya atau tidak! " jawabnya, setelah itu ia melihat ke arah pintu masuk kafe dan Amara pun tersenyum dan membuat heran Marcel.

"Marcel, aku sudah memilki pria yang lebih pantas bersamaku, pria kaya yang bisa membuatku bahagia karena dia bisa membelikan apapun yang aku mau," ucapnya dengan tersenyum pada pria yang menghampirinya dan lalu mengecup kepala Amara.

Marcel mengepalkan kepalan tangannya dan menatap tajam dua manusia di hadapannya.

"Baby aku sudah terlalu lama menunggumu di luar dan itu membuatku kesal !" ucap pria yang menatap Amara yang terlihat begitu memuja.

"Aku sudah selesai sesaat sebelum kau datang, kalau begitu ayo kita pergi."

Marcel berdecih, "ku harap kau akan menyesal telah mengkhianati ku."

Amara berdiri dan pinggangnya yang di rangkul oleh kekasihnya, "kau bercanda, menyesal? hahaha omong kosong!"

"Sudahlah sayang jangan peduli kan dia, ayo kita pergi aku sudah mengingingkanmu," ujar kekasihnya sambil mengecup leher Amara.

"Alan, sabarlah sayang, ini tempat umum," ucap Amara.

"Kalo begitu cepatlah !" Amara mengangguk dan mencium sekilas bibir kekasihnya di hadapan Marcel, tanpa rasa malu bahkan hingga semua orang di kafe itu melihatnya.

"Tunggulah di mobil aku akan segera menyusul," pria itu mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Marcel dan Amara, memberi kesempatan pada Amara agar membuat Marcel tidak lagi mengejarnya.

Sebelum pergi kekasih Amara, menatap sinis ke arah Marcel bahkan dengan tatapan yang terlihat menghina darinya, Marcel mengontrol emosinya, ia tidak ingin bertindak bodoh hanya demi wanita yang bahkan tidak menghargainya sama sekali.

"Dia Alan kekasihku, seorang Direktur di perusahaan ternama Admaja Company, jadi kau mengerti bukan jika kau jauh berada di bawahnya," ucap Amara sinis setelah kepergian Alan, dengan dada yang di busungkan seolah bangga jika dirinya berhasil mendapatkan Alan.

Berbeda dengan Marcel, la hanya karyawan biasa di salah satu anak cabang perusahaan Will Company, perusahaan yang tadi sebutkan oleh Amara, tentu sangat beda jauh dengan statusnya.

Marcel berdecih dan berdiri menatap nyalang pada Amara bahkan kini ada rasa jijik padanya, wanita yang selama ini dia sayang dan cinta sudah berubah menjadi benci, karena kini la melihat Amara wanita yang tidak jauh berbeda dengan wanita ****** di luar sana, yang memberikan tubuhnya hanya demi harta.

"Kau tahu Amara, aku menyesal pernah mempunyai rasa cinta ini untuk mu, kau tahu kau tidak lebih dari seorang ******."

Amara tertawa, ia tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Marcel, "terserah apa yang kau katakan, ku harap kau tidak lagi mencari ku, hubungan kita selesai sampai disini," setelah mengatakan itu Amara pun pergi meninggalkan Marcel dengan amarah yang memuncak.

Marcel benar-benar menyesal pernah mencintai wanita seperti Amara. Sakit hati, tentu Marcel rasakan, namun kini Marcel benar-benar mendapatkan pelajaran berharga dari kisah nya bersama Amara.

Marcel pun memutuskan keluar kafe dan pulang kerumahnya, dengan menaiki motor matick yang di berikan oleh ayahnya.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, Marcel kau sudah pulang ?"

Marcel mengangguk menghampiri ibunya yang sedang menonton TV di ruang tengah, Marcel duduk di samping ibunya dan mencium tangannya, "dimana ayah ?" tanya Marcel.

"Ayah sedang keluar mengurus sesuatu, kau mau makan ?" tawar Safira pada anaknya.

Marcel menggeleng, "aku belum lapar," jawabnya dengan terlihat sendu.

Safira melihat kesedihan pada mata Marcel, "ada apa ? ceritalah pada ibumu ini."

Marcel menatap ibunya, Marcel ragu apakah dia harus bercerita.

"Apa ini tentang Amara?" tanya Safira kembali menebak, membuat Marcel tersentak dan akhirnya mengangguk.

Ibunya, Safira memang mengetahui hubungan Marcel dengan Amara, bahkan Safira sudah bisa menebak bagaimana sifat asli dari Amara, namun Safira tidak pernah mengatakan apapun, walau kadang terlihat jelas jika Amara di bawa Marcel kerumahnya, terlihat sangat tidak nyaman bahkan terlihat jijik, namun wanita itu pintar menyembunyikan ekspresinya pada Marcel.

Bab 2

"Dia memutuskan hubungan kami, Bu ternyata dia hanya memanfaatkan ku saja, Amara dia lebih memilih pria kaya untuk bersama dengannya," ucap Marcel yang akhirnya bercerita pada ibunya.

Marcel, la memang tidak pernah menutupi apapun pada ibunya atau bahkan ayahnya ia selalu bercerita apapun itu, karena itu membuat mereka selalu rukun.

Safira tersenyum, "ibu sudah duga ini sejak lama, namun ibu tidak memberitahumu, agar kau tahu sendiri, dan lagi kau mungkin tidak akan percaya jika ibu yang mengatakannya padamu," Marcel mengangguk tersenyum, padahal dalam hatinya Marcel mungkin akan lebih mempercayai kedua orang tuanya.

"Marcel, masih banyak di luar sana wanita yang jauh lebih baik dari Amara maka kau tidak perlu bersedih lagi."

Marcel mengangguk,"aku tidak menyesal putus dengan Amara bu, aku hanya kecewa dengan diriku sendiri, yang bisa di butakan oleh cinta begitu saja."

Safira tersenyum, " istirahatlah, dan nanti saat makan malam ayah dan ibu akan membicarakan sesuatu padamu, dan kami harap kau tidak akan kecewa ataupun marah," ucap Safira pada Marcel.

Mereka sudah memutuskan untuk memberitahukan semuanya pada Marcel hari ini juga.

Marcel mengerenyitkan dahi, "apa itu bu ?" tanya Marcel penasaran.

"Nanti kau akan tahu" jawabnya singkat.

Makam malam tiba, Arya, Safira dan Marcel sudah berada di meja makan, memakan makanan yang telah di masak oleh Safira, tidak ada percakapan sampai mereka selesai makan malam.

"Marcel, ibu sudah mengatakan bukan jika kami akan memberitahukan mu sesuatu dan kami harap kau tidak akan marah ataupun kecewa," ucap Arya dan Marcel pun mengangguk dan membuatnya semakin penasaran dengan apa yang akan di katakan kedua orang tuanya.

"Dengar nak, apapun nanti yang akan kau dengar ini demi dirimu untuk kebaikanmu," kata Safira menambahkan, mewanti - wanti Marcel agar tidak salah paham.

"Aku mengerti, insya allah Marcel tidak akan marah atau kecewa," jawab Marcel yang membuat Arya dan Safira tersenyum.

"Kami menyembunyikan sesuatu yang besar pada mu, dengan satu alasan yang mungkin akan kau mengerti dengan sedirinya," ucap Arya.

"Menyembunyikan sesuatu, alasan ?" heran Marcel semakin tidak mengerti.

"Marcel, kau sudah dewasa, kau sudah menginjak usia 25 tahun bahkan kau sudah S2 di umur yang masih muda, 21 tahun. Kami bangga padamu, dan ayah harap kau bisa mencerna apa yang akan ayah katakan dengan baik." Marcel mengangguk mendengarkan apa yang ayah katakan padanya.

"ADMAJA COMPANY, itu perusahaan ayah dan akan menjadi perusahaan mu kelak," ucap Arya langsung pada Marcel, yang membuat Marcel terdiam dan menatap ayahnya tidak percaya.

Melihat Marcel terdiam ayahnya kembali melanjutkan ucapannya, "kami sengaja hidup sederhana agar bisa membentuk mu menjadi pribadi yang lebih baik, kau tahu dengan begini, dengan hidup sederhana kita akan tahu begitu banyaknya manusia yang bermuka dua.

Marcel kau adalah seorang tuan muda, seorang anak dari pemilik perusahaan dari ADMAJA COMPANY, dengan berbagai bisnis di dalamnya, dengan cabang perusahan yang sudah bertambah ke berbagai negara.

Kau pewaris satu-satunya perusahaan yang kakek dan nenekmu bangun sejak NOL," jelas Arya yang membuat Marcel semakin termenung karena terkejut.

"Marcel, apa kau kecewa nak?" tanya Safira.

Marcel menggelengkan kepalanya, "aku hanya masih belum bisa percaya semua ini, ini sangat membuatku terkejut, bu."

Safira dan Arya tersenyum,"Marcel besok kita akan pindah dari sini, sudah saatnya kau di kenal oleh para bawahan mu, ayah sudah lelah dengan pekerjaan di kantor, dan ayah harap kau mau melanjutkan, untuk menjadi pemimpin di ADMAJA COMPANY."

Marcel terdiam, Benarkah semua ini ucap Marcel di hati nya, yang masih belum mempercayai hal ini sepenuhnya.

Marcel menatap kedua orang tuanya lekat," ayah, ibu, jika benar apa Marcel bisa?"

"Kau anak kami yang pintar, tentu kau pasti bisa sayang," jawab Safira dan di angguki oleh Arya.

Pagi hari keluarga Admaja sudah bersiap untuk kembali ke dunianya, tidak banyak barang yang mereka bawa, hanya barang-barang yang penting saja.

Marcel sejak semalam ia tidak tidur dengan nyenyak, setelah kehilangan kekasihnya, namun kini ia malah mendapatkan sebuah jackpot, entah Marcel harus senang atau pun bersedih, terlebih dengan tanggung jawab yang akan di pikul oleh nya kelak, tapi Marcel sudah putuskan, untuk menjalani kehidupan ini sebaik mungkin, terlebih kedua orang tuanya yang sudah banyak berharap padanya.

"Kau tidak ingin berpamitan pada temanmu?" tanya Safira pada Marcel, yang tengah mengecek barang yang akan di bawa olehnya.

Marcel menggelengkan kepalanya, "temanku hanya Reno, dan dia sedang bekerja di kota, mungkin aku akan bertemu dengannya disana nanti," jawab Marcel dan Safira pun mengangguk mengerti.

Marcel memang tidak terlalu banyak bergaul dengan siapapun, kecuali Reno teman dekatnya sejak kecil, dan Reno bekerja di sebuah Kafe di kota Jakarta sebagai pramusaji.

Keluarga Admaja telah meninggalkan rumah di kampungnya, mereka menaiki mobil yang dikendarai oleh Arya, mobil biasa yang tidak terlalu mahal dan mencolok agar tidak menimbulkan kehebohan di kampungnya.

Mereka tidak mengatakan apapun tentang jati diri mereka pada warga sekitar, biarlah waktu yang akan menjawabnya

Mereka hanya berkata untuk pindah ke kota karena ada pekerjaan disana, ucap mereka ketika saat mereka berpamitan pada sekitar warga disana.

Sekitar 2 jam mereka dalam perjalanan, memang cukup jauh dari kampung nya hingga sampai di kawasan perumahan elit yang kini akan Marcel tempati,terlebih jalanan kota yang selalu macet.

Marcel sepanjang jalan hanya terdiam, masih mencerna semuanya, hidup nya berubah dalam waktu kurang dari satu hari.

"Kenapa sayang?" tanya Safira mengagetkan Marcel.

Marcel tersenyum,"tidak bu, aku hanya masih tidak percaya dengan semuanya, hidup ku berubah hanya dalam waktu kurang dari satu hari ," jawab Marcel.

Safira dan Arya tersenyum dan mereka saling pandang, tentu mereka mengerti dengan apa yang Marcel rasakan.

Tak lama mereka pun sampai di sebuah mansion besar, dan mungkin itu adalah salah satu mansion yang paling besar di antara yang lainnya.

Lagi-lagi Marcel tercengang dengan apa yang ia lihat, ayahnya benar-benar sangat kaya raya, terbukti dengan sebuah mansion yang akan mereka tempati.

Pintu mobil terbuka oleh salah satu pengawal di sana, Marcel dan kedua orang tuanya turun dari mobil, Arya dan Safira terkekeh melihat ekspresi Marcel yang terkejut dan terlihat mematung di tempat.

"Marcel ayo!" ajak Safira untuk memasuki mansionnya.

Marcel menghela napasnya dan mengikuti langkah kedua orang tuanya.

"SELAMAT DATANG TUAN, NYONYA DAN TUAN MUDA ," ucap serempak para maid disana.

"Terimakasih, Marcel kemari!" panggil Arya pada Marcel untuk menghampirinya.

Bab 3

"Dia Marcel anakku, perlakukan dia seperti kalian perlakukan ku," ujarnya pada para Maid, dan meraka pun mengangguk.

"Baik tuan," ucap mereka serempak.

"Agus, antar tuan muda mu ke kamar nya untuk beristirahat," perintah Arya pada Agus kepala para maid.

"Baik tuan, mari tuan muda," ajaknya pada Marcel sambil membawa koper yang ada sisi Marcel, Marcel pun melangkah mengikuti Agus.

"Aku harap Marcel bisa secepatnya beradaptasi dengan kehidupan barunya," ucap Safira.

Arya tersenyum, "jangan khawatir, bukankah putra kita anak yang pintar."

"Kau benar," jawab Safira sambil tersenyum.

"Ini kamar anda Tuan Muda Marcel, "ucap Agus pada Marcel.

Agus Sambil membawa koper Marcel dan di letakkan nya di dalam kamarnya dekat dengan lemari pakaian.

Marcel mengangguk," terimakasih."

Agus tersenyum dan mengangguk,"tuan muda beristirahatlah, nanti saat makan siang aku akan kemari lagi, dan jika tuan jika memerlukan bantuan ku, tuan tinggal menekan tombol ini, nanti aku atau maid yang lain akan langsung kemari, " Ujarnya pada Marcel sambil menunjuk tombol di dekat meja yang ada di dekat ranjangnya.

Marcel mengangguk, lagi - lagi ia tercengang untuk memanggil para maid saja sudah ada tombol untuk memanggil mereka, tapi itu masuk akal, pikir Marcel, karena dengan mansion sebesar ini, akan sulit jika dirinya mencari atau memanggil seseorang.

Agus pun keluar setelah menjelaskan beberapa hal pada Marcel, Marcel pun menatap sekeliling kamarnya setelah kepergian Agus, kamar yang luas, lebih besar dari kamar nya di kampung, yang bahkan tidak ada apa- apanya dengan yang kini ia tempati, di kamar ini bahkan ada televisi berukuran besar dan kamar mandi pribadi di dalam kamarnya, Marcel pun melangkah ke arah balkon dan mendapati pemandangan yang menyegarkan mata, sebuah taman di bawah sana yang bersih dan indah.

Marcel mengingat Amara, ia lalu terlihat tertawa sinis mengingat perkataan Amara kemarin padanya, jika dia hanyalah pria miskin yang tidak pantas untuknya.

"Amara, ku kira saat ini kaulah yang tidak pantas bersanding denganku!" gumam Marcel.

Marcel dan keluarganya kini tengah makan siang di meja makan, saat tengah makan mereka tidak ada yang berbicara, karena itu adalah salah satu yang sudah menjadi kebiasaan keluarga Admaja sejak lama.

"Marcel apa kau siap? besok kita akan ke perusahaan," tanya Arya pada Marcel setelah selesai makan siang.

"Ayah, bisa kan besok lusa, aku harus ketempat kerja ku lebih dulu," pinta Marcel, karena ingin berpamitan dan mengajukan surat pengunduran diri.

"Tidak perlu, biar asisten ayah yang mengaturnya, jika kau hanya ingin membuat surat pengunduran diri," jawab Arya yang sudah tahu niat Marcel.

Marcel terdiam, dan setelah itu ia pun mengangguk, Marcel tidak bisa membantah ayahnya.

"Baguslah, persiapkan dirimu, kau akan segera memimpin, menjadi CEO di Admaja Company," ujar Arya pada Marcel, Safira tidak ikut campur dalam hal ini, ia hanya bis menyimak, biarlah Arya yang memberikan instruksi pada Marcel, dan Marcel hanya bisa pasrah, dan mengikuti perintah dari Ayah Arya.

Di perusahaan tempat Marcel bekerja, "dimana Marcel? apa dia bolos?" tanya seorang manager disana pada karyawan lainnya yang satu devisi dengan Marcel.

"Kami tidak tahu pak," jawab salah satu karyawan mewakili untuk menjawab.

"Ck, anak itu, mentang - mentang dia akan di promosikan di kantor pusat, sudah berani bolos," decak kesal meneger nya dan lalu pergi dari devisi tempat Marcel bekerja.

Setelah kepergian Marcel, teman-teman di devisi nya mulai terdengar sedikit riuh, mereka saling bertanya tentang Marcel yang tidak biasanya bolos kerja.

"Tidak biasanya Marcel bolos, apa dia sakit?" tanya salah satu karyawan wanita bernama Reni.

"Apa kau khawatir pada Marcel?" tanya temannya lagi bernama Wina pada Reni.

"Ch, aku hanya bertanya bukankah dia karyawan yang paling rajin disini," kilahnya.

"Berhenti membicarakannya, aku malah senang dia tidak bekerja, dengan begitu mungkin akulah yang akan di promosikan, untuk bekerja di kantor pusat," ucap Johan yang kesal karena Marcel selalu menjadi pembahasan mereka, entah itu positif ataupun negatif.

Reni tertawa mendengar Johan mengatakan hal itu, "kau, kau hanya bermimpi, kualifikasi mu sangat beda jauh dengan Marcel."

"Ch, tau apa kau, sebelum Marcel datang akulah yang terbaik disini," ucap Johan kesal, yang memang saat sebelum Marcel belum bekerja, Johan memang paling unggul dalam pekerjaannya, namun sifat sombongnya lah yang membuat semua orang tidak menyukainya, berbeda dengan Marcel yang ramah dan rendah hati pada siapapun.

Johan sangat kesal dengan hal ini, sejak dulu Johan mengklaim Marcel sebagai musuhnya, karena menurutnya Marcel selalu merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya termasuk kabar tentang Marcel yang akan di promosikan di kantor pusat atau lebih tepatnya Johan yang sangat iri dengan pencapaian yang di peroleh oleh Marcel.

Ck, Marcel ada atau tidak adanya kau disini, mereka selalu membelamu, lihat saja kau akan ku buat, kehilangan pekerjaan disini!

batin Johan dan menatap ruang menegernya hingga ia berdiri dan melangkah menemui menegernya.

Tok tok tok..

"Masuk!" sahut seseorang dari dalam.

"Paman, kau sibuk,"tanya Johan, yang ternyata dia menghampiri manager, dan itu adalah pamannya.

Suatu keberuntungan untuknya karena meneger nya adalah paman dari Johan, Johan berpikir bisa memanfaakan hal ini.

"Apa kau tidak punya mata?" kesalnya, karena di hadapannya penuh dengan tumpukan map - map yang sedikit berantakan.

"Ada perlu apa kau menemuiku, apa pekerjaan mu sudah selesai?" lanjutnya.

"Belum, tinggal sedikit lagi, paman tak bisakah kau berikan promosi jabatan itu padaku, bukankah pekerjaanku cukup bagus, lagi pula dia sudah tidak lagi kompeten, karena berani bolos padahal pekerjaan sudah sangat menumpuk,"bujuknya.

Pamannya menatap kesal pada Johan, "kau pikir itu mudah, bukan aku yang merekomendasikan Marcel."

"Aku tahu, tapi bukankah paman bisa membuat Marcel di pecat, dengan alasan Marcel tidak tanggung jawab dengan pekerjaannya,"jawab Johan.

Pamannya menatap Johan dengan sedikit senyuman, dan membuat Johan mengerti, "jika itu berhasil paman tidak perlu risau, aku akan memberikan apapun yang paman mau, bukankah gaji di pusat lebih besar?"

Mendengar hal itu paman nya terdiam, memang benar apa yang di ucapkan Johan, namun itu akan sangat sulit, terlebih untuk bisa bekerja di kantor pusat yang membutuhkan kualifikasi yang tinggi, dan perusahaan Admaja Company, bukan perusahaan yang bisa di suap karyawannya.

"Akan aku usahakan, namun aku tidak berjanji, semua tergantung keputusan di atas," ucap pamannya.

"Baiklah, semoga itu bisa, aku menantikan hal ini," setelah mengatakan hal itu, Johan kembali ke devisi nya untuk bekerja kembali.

"Ck, anak itu, jika bisa mungkin aku yang akan lebih dulu bekerja disana!" decak kesal paman Inya Johan, meneger di perusahaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!