NovelToon NovelToon

Rumah Merah

Sepuluh bulan yang lalu..

Kejadian di Surabaya sepuluh bulan yang lalu telah menyita perhatian masyarakat sepenuhnya dan ahirnya satu persatu para pelaku kejahatan dibawa kepengadilan dan sudah dijatuhi hukuman seumur hidup.

Dariopun diberikan cuti panjang oleh jajaran kepolisian karena trauma yang dulu telah membekas didirinya begitu juga Pak Narto, pak Bira dan semua anggota tim penyerbu mendapatkan cuti panjang..

"Pak Dario rencana mau kemana cuti panjang ini?" Tanya pak Narto ketika selesai diberikan briefing oleh pak rachim selaku Kabareskrim pusat.

"Aku mau istirahat kerumah kakek diMalang pak"

"Lho saya juga mau kerumah kakek di Malang, Nanti kalau Ada waktu saya mampir pa kesana main"

"Monggo, tapi rumah kakek saya didesa banget Pak..tapi monggo..ini saya kirimkan sharelok whatsApp alamatnya"

"Njjih suwun lho"

"Oke kapan saja mampir pak,kita bincang bincang ditempat kakekku sambil ngopi"

Itulah pembicaraan terahir sebelum mereka berpisah. Dario masih ingat pembicaraan itu ketika ia didalam sebuah kendaraan yang membawanya kedesa Pujon Kidul, Malang.

Ia mengenang kembali perkenalannya dengan sosok halus bernama Nuri yang dulunya pernah menjadi salah satu korban pembunuhan.

Setelah kejadian demi kejadian hingga ahirnya ia dan timnya berhasil menumpas kelompotan pengikut setan diSurabaya dulu sosok itu seperti menghilang begitu saja.

Semoga arwahnya tenang setelah semua masalah itu terungkap dan sisa oelakunya tertangkap. Itulah pemikiran Dario.

begitu banyak pengalaman yang ia dapati, semuanya kembali terbayang tanpa sadar Dario terlena dan tidur.

"Pak! Pak..kita sudah sampai diMalang"

Dario tergugah ketika Pak supir membangunkan dirinya. Ia menoleh kekiri dan Kanan ternyata semua penumpang sudah turun hanya tinggal dia sendirian.

"Ya ampun! Maaf Saya ketiduran, terima kasih mas!" bergegas ia menbereskan tas dan turun.

"Ini pak kopernya" ucap sang supir sambil menyodorkan tas koper kecil.

Sengaja Dario tidak memesan grabcar ia memilih berjalan kaki, udara pagi itu cukup cerah namun tidak panas.

Ahirnya setelah ia berjalan melangkahkan kakinya cukup jauh Dario berhenti disebuah kedai warung Kopi, sambil memesan makanan ringan ia duduk memperhatikan lalu lalang orang yang sibuk dengan kehidupan mereka.

"Aku rasa ini adalah libur panjangku selama karirku dikepolisian, aku akan menghabiskan waktu cutiku dengan mbah Suryo kasihkan dia sudah cukup tua" pikirannya.

"Mas, monggo mie rebusnya" tiba tiba seorang bapak pemilik Warung menyodorkan sebuah mangkuk mi panas lengkap dengan daging tetelannya.

Ketika sedang lahapnya ia menyantap datanglah 2 orang laki laki paruh baya.

"Weh mas Sugik monggo" ucap sang pemilik Warung.

"Biasa pak, 2 kopi sama ubi rebus" ucapnya tanpa memperhatikan sekeliling ia langsung duduk tidak jauh dari tempat Dario.

"Pusing kepalaku gimana ya?" Tanya orang itu kepada temannya.

"Lho ada apa tho mas Sugik?" Kata Pak tua.

"Ini lho pak, tunggakan Pinjol sekarang sudah mau ahir bulan belom keliatan Wang pembayarannya"

"Berapa tho kalo boleh tau? Besar apa jumlahnya?"

"Ya lumayan 3 juta"

"Kenapa ga ke ibu Mon aja, dia kan gampang..aku aja pernah ngambil juga saratnya gampang orangnya baik dan ga pernah memburu customer lagian"

"Lha ini Si Imron juga nyarankan gitu, aku lagi mikir..punya nomor kontaknya?"

"Ada, bentar aku buatkan kopinya dulu"

Pembicaraan itu Dario dengar dengan jelas karena dia duduk tidak jauh dari mereka, masalah Pinjol memang telah menjadi wabah yang berbahaya.

"Selamat pagi mas, keliatannya dari luar kota? Baru sampai?" tiba tiba orang itu bertanya kearah Dario.

"Iya mas, baru saja"

"Tujuan kemana kalau boleh tau?"

Dario berpikir sejenak, ia tidak terbiasa dengan basa basi. Tapi mengingat dia sedang dalam liburan santai saja iapun menjawab.

"Pujon mas, kerumah kakek"

"Ealah, Saya juga kesana, mau kerumah mertua..diMojokerto masnya dimana?"

"Saya Batu mas"

"Kalau mau bisa bareng sama Saya, Daripada order grab ikut saya saja"

Lho..apakah warga Malang sangat ramah dan membantu seperti ini?

"Oh gitu ya..kalau tidak merepotkan boleh juga"

Jawab Dario sambil tersenyum.

"Monggo..kebetulan teman saya Imron mau ketempat lain, saya sendirian. Ikhlas ko ga usah bayar apa apa "

Dario bersukur ternyata masih banyak orang baik dunia modern ini.

Itulah awal pertama kali ia berkenalan dengan mas Sugik, awal dari perjalanan hidup barunya diwilayah Malang.

...~...

Kini sudah berjalan 2 minggu semenjak ia berada dirumah kakeknya, kehidupan yang sederhana tapi menyenangkan. Justru dengan keserdehanan itulah yang membuat pikirannya tenang dan melupakan segala problema dan trauma yang ia alami sebelumnya.

Semenjak ia diantar kerumah kakeknya oleh Sugik sudah dua kali Sugik mampir kerumah kakeknya, ia bahkan kaget setelah mendengar langsung dari Dario bahwa teman barunya ini bekerja dikepolisian sebagai reserse.

"Bagaimana dengan hutangmu? Semua beres?"

"Ya lumayan pinjaman Pinjol sudah selesai, aku pake duitnya bu Mon. Tapi meskipun Pinjol selesai sekarang ganti utang ketempat lain hehe"

"Asalkan pembayaranmu tepat waktu aku rasa tidak ada masalah"

"Ya betul betul..kapan Nanti aku kenalkan sama bu mon siapa tau dia bisa membantu kalau Ada masalah keuangan"

"Wah terima kasih mas, tapi aku rasa tidak perlu dikenalkan. Saya paling takut sama pinjam meminjam"

"Oh nggeh ga apa apa"

"Assalamualaikum!" tiba tiba ada suara orang diberanda luar.

Dario dan Sugik sama sama menoleh kejendela kaca.

"Eh! Ya ampun..sebentar mas ya" Dario bangkit dan berjalan kedepan membuka pintu rumah.

"Lho lho! Ko bisa sampe sini?! Apa kabar pak?"

Ternyata tamunya adalah pak Narto salah satu anggota tim serbu waktu penumpasan dirumah Ratna dulu.

"Haha! Aku sengaja membuat kejutan! Kalau aku bilang duluan,nanti sampeyan siapkan macem macem!" jawab Pak Narto sambil memeluk Dario.

"Ayok masuk..kebetulan ada temen juga didalam"

"Malam ini Ga langsung pulang tho?"

"Belum tau liat dulu Nanti, masalahnya aku dapet kabar dari Nuri"

Dario berhenti sejenak sambil memegang tangan pak Narto.

"Maksudnya gimana? Ada bisikan dari Nuri?"

"Iya betul bahkan sudah 2 Kali kita komunikasi"

"Oke oke..Ga usah dibahas didalam dia ga tau apa apa, malam ini nginep saja disini,kita bicara panjang tentang Nuri. Soalnya sudah lama sekali semenjak masalah Surabaya beres Nuri seakan menghilang gitu saja"

"Itulah, aku juga kaget..aku pikir dia sudah Selesai dan kembali kepalanya. 2 Hari yang lalu dia mengontakku dan bertanya kenapa tidak bisa menghubungi sampeyan"

"Lho ko aneh ya..aku padahal ga buat apa apa, malahan aku pikir juga gitu Nuri sudah pindah alamnya..ya udah Nanti dibicarakan"

Dario mengajak masuk kedalam dan memoerkenalkan kepada Sugik.

"Wah Alhamdulillah aku punya 2 temen polisi sekarang! Kenalkan saya Sugik pak!"

Ketiganya akrab saling bercerita, sampai jam menuju makan siang sugikpun pamit pulang.

...~...

rencana ke Jogja.

"Bagaimana pak? Ayo sambil minum Kopi kita duduk dibawah pohon sana" ucap Dario sambil menunjuk kepekarangan depan rumah.

Pak Narto menggelar nafas panjang sebelum memulai ceritanya.

"Pertama datangnya 2 malam yang lalu, saya padahal baru mau tidur. Sampe agak loncat saking kagetnya. Soalnya sudah agak lama Dia menghilang iya kan? Dia bilang..Pak kemana Dario? Saya bilang lho kan sedang pulang kerumah kakeknya diMalang..kenapa ga langsung saja kontakan?"

"Lho ya sama,aku juga sudah lama ga dapet berita apa dari dia" ucap Dario sambil nyruput Kopi panas.

"Katanya dia ga bisa kontak, entah kenapa pokonya ga bisa kontak..dia bilang gini..itu iblis turun lagi bahkan sekarang mengadopsi seorang wanita menjadi pemimpin barunya dan dia berada disini"

"Maksudnya disini dimana?"

"Aku terus tanya kan kepadanya, disini itu dimana? Katanya dia bilang ya dikota Malang..lha, ko kebetulan kita sedang diMalang, dia bilang wanita ini jauh lebih berbahaya dari yang sebelumnya bahkan dia seperti ratunya dibumi!"

"Wah brengsek! Padahal aku lagi baru cuti!"

"Lha..aku ya sama..Nuri bilang bahwa sekarang berbeda dengan yang dulu, ini benar benar sudah dikawinkan dialam halus mereka,.iih mengerikan!"

"Apa Ada ciri cirinya? Bagaimana kita tau dimana orang ini berada?"

"Kata Nuri, Dario sendiri akan menemuinya kalau waktunya tiba"

"Hmm gitu? aneh ya.."

"Aneh dan mengerikan. Nah pada bisikan ke dua Nuri bilang bahwa sampeyan musti sangat berhati hati, dia juga bilang aku juga berhati hati karena kali ini adalah waktu pembalasan mereka. Mereka dendam karena dalam pertempuran kemarin kita menggagalkan"

"Pak Narto..guru sampeyan ada dimana? maksudnya posisinya ada dimana?"

"Beliau diJogja, sebagai ustad biasa membimbing murid murid SMP belajar mengaji, kenapa?"

"Aku perlu ketemu dengan beliau minta petunjuknya"

"Itu memang langkah Bagus! Nggeh kalau ada kesempatan besok kita kesana bagaimana? keJogja ketempat beliau"

"Boleh, kita pake kereta saja kesana besok"

...~...

Mulai siang, sore hingga larut malam mereka terus membahas mengenai setan iblis dan ratunya yang menurut Nuri berasal dari manusia biasa.

Menjelang subuh ahirnya pak Narto ijin istirahat tidur, Dario sendiri masih belum bisa menutup mata dan tidur, pikirannya kepada sosok setan yang akan melakukan penyerangan kepadanya tapi yang lebih aneh kenapa Nuri tidak bisa menghubungi dirinya?

Jam 7 tepat pagi itu pak Narto bangun ia sempat bertemu dengan kakeknya Dario yang akan berangkat kepasar.

"Mbah, Saya dan Pak Dario akan ke Jogja mau sowan ketempat guru ngaji saya..pamit nggeh"

"Oh ngeten nggih, ya silahkan biar Ada kegiatan positip juga buat Dario. Hanya saja, Saya perlu mengambil sesuatu dari dirinya"

"Ambil apa mbah?" Tanya pak Narto.

"Semenjak Dario bercerita tentang kisah kerjanya dulu di Surabaya saya telah menanamkan sebuah jimat dibadannya agar dia tidak bisa diganggu ielh mahluk halus"

Dheg..Pak Narto baru sadar kenapa Nuri tidak bisa menghubungi Dario. Ya karena adanya penghalang yang ditempatkan pada tubuh Dario.

"Oalah mbah..hehe, apa bisa dicabut mbah, soale Dario akan ke pesantren takutnya guru Saya menolak kehadiran Pak Dario apabila menyimpan sesuatu ditubuhnya"

"Bisa, saya bisa mencabutnya..coba Saya ta bicara sama Dario agar jimat bisa ditarik keluar"

Pak Narto langsung membangunkan Dario dari tidurnya.

'Pak Dario, bangun pak"

Ia memutar tubuhnya diatas tempat tidur, perasaannya masih agak males. tapi setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 7.30 ia langsung bangun.

"Ada sesuatu pada dirimu pak, barusan Saya ngobrol sama simbah"

"Maksudnya apa?"

"Ternyata kenapa Nuri tidak bisa kontrakan karena simbah menaruh jimat ditubuhmu. Simbah rupanya memagari tubuhmu agar tidak bisa diganggu mahluk halus'

"Pantesan Nuri Ga bisa datang, rupanya ini penyebabnya..Baik, aku siraman sebentar" ucap Dario sambil mengucek ucek rambutnya.

Dengan langkah gontai Dario berjalan kearah kamar mandi.

...~...

Rumah diatas bukit itu terasa terasing dari rumah penduduk lainnya. bangunan tua yang berlantai 3 berdiri diatas sebuah tanah berukuran 800 meter.

Dihalaman depan tumbuh berbagai macam pohon besar, ada beberapa pohon jati yang umurnya mungkin sudah tua terlihat dari batang pohonnnya yang besar dan ada juga tertanam sebuah pohon beringin yang akarnya menjulur kemana mana dari jauh apabila malam tiba pohon itu seperti raksasa yang sedang berdiri.

Beberapa area disekitar pohon pohon besar itu nampaknya tidak terurus banyak sekali rumput liar menjulang tinggi, menambah suasana agak menyeramkan.

Pintu gerbang depan untuk masuk kepekarangan juga terlihat tua, warna catnya sudah pudar dan hanya ada penerangan satu lampu disudut pager pintu gerbang itu. Sebuah lampu yang redup bukan lampu yang terang.

Banyak warga disekitar situ tidak berani lewat depan rumah besar itu, apabila hendak melewati mereka lebih baik berjalan memutar daripada harus melewati depan rumah itu.

Mereka menyebutnya rumah hantu merah karena memang cat tembok rumah itu semuanya berwarna merah tua. tidak ada satupun warga yang tau kapan bangunan itu dibangun, bahkan Pak Taji sebagai orang yang paling tua tinggal didesa itu mengatakan bahwa semenjak jaman belanda rumah itu sudah ada.

Tanpa dapat terlihat orang diluar rumah, siang itu seorang wanita sedang berjalan kearah halaman belakang. Ia mengenakan pakaian semacam gaun panjang berwarna ungu. Sebuah blazer berwarna hitam dikenalkan menutupi kaos polo hitam.

Wajahnya cukup cantik namun pucat, bibirnya terlihat kering seperti orang yang sedang melakukan puasa. Ia tidak mengenakan make up dan rambutnya digelung keatas sekenanya.

Dikebun belakang ia memotong 3 tangkai bunga Melati merah dan juga beberapa bunga Bouganville.

Dengan langkah santai kembali masuk kedalam rumah, didapur ia mengeluarkan sebuah vas kaca dan mengisinya dengan air keran. Semua bunga bunga itu ia atur divas hingga terlihat cantik dan diletakkan diatas meja makan.

Wanita itu berjalan kearah sebuah kran yang ada didekat dapur, dengan sebuah gelas ia mulai mengalirkan cairan dari kran.

Cairan itu berwarna merah kental, setelah kurang lebih gelas berisi setengahnya. Ia meminumnya perlahan lahan.

Aaahh...terdengar suaranya puas.

Seakan sebuah minuman segar, cairan berwarna Merah tua itu ia teguk sepenuhnya. Dengan menggunakan bagian atas tangannya ia menyeka bibirnya.

Ia berjalan melewati sebuah tangga yang terlihat menuju kebawah, sedikit melirik ia tersenyum, Namun mengabarkan untuk turun kebawah.

Masih dengan langkah santai ia menuju kearah kamar mandi.

Disana ia melepaskan semua pakaiannya dan berdiri didepan kaca besar, seakan kagum dengan bentuk tubuhnya ia menghampiri sebuah bathtub besar diujung kamar mandi dan mulai mengalirkan air hangat.

Seluruh tubuhnya ia basuh dengan air hangat yang sudah tercampur dengan campuran bunga melati. Ia merendamkan tubuhnya kedalam air hingga semuanya berada didalam bahkan wajahnyapun ikut tenggelam.

Entah kenapa ia tidak merasa tenggelam, kini sudah lima belas menit ia tenggelam didalam air. Seakan tubuh yang mati wanita itu berdiam didalam air, sekali sekali gelembung udara naik keatas permukaan air dan pecah keudara mengeluarkan bau wangi.

"Bangunan istriku" terdengar suara berat dan serak dikamar mandi...

...~...

Kiyai Rohmat Baco.

"Tubuhmu sudah bertambah kuat berkat minum darah manusia istriku" suara itu terdengar menggema diruang kamar mandi.

Wanita itu berdiri diatas bathtub, ia memandang dan tersenyum kepada sosok laki laki muda berbadan tegap seperti seorang atletik. Wajahnya campuran wajah Italia dan Europa sangat eksotik memang.

"Aku akan menanamkan benihku, sudah saatnya kau mempunyai keturunanku" ucap laki laki super keren itu, ia tidak mengenakan apa apa hanya sebuah Jubah berwarna Merah yang menutupi bagian belakang tubuhnya.

Wanita itu keluar dari bathtub, tubuhnya terlihat sangat padat berisi meskipun wajahnya pucat tapi ia mempunyai tubuh bak bidadari. Rambutnya tebal dan hitam pekat sebahu.

Laki laki itu menggandeng tangan kiri sang wanita dan mereka berjalan keluar dari kamar mandi menuju kekamar tidur. wanita itu berjalan dengan wajah tertunduk dan senyum tersungging seolah oleh gadis perawan yang akan memasuki kamar pengantin dimalam pertama.

"Anak kita akan menjadi pemimpin dunia, ia akan menjadi raja di raja hehe..hemmmm" ucap laki laki itu sambil mengelus pipi wanita itu.

Kamar tidur wanita itu didominasi warna Merah tua dan hitam bahkan lampu meja disamping tempat tidurpun warna kapnya merah tua.

Dengan lemah lembut ia mendorong tubuh wanita itu keatas tempat tidur besar dan empuk, wanita itu terduduk dipinggir tempat tidur dan mulai merangkak ketengahnya. Diikuti oleh sang laki laki dan dalam waktu singkat mereka melepaskan dahaga cinta yang membara.

...~...

Tepat jam 8 malam kereta Gajayana masuk kestasiun Jogjakarta, Kota Jogja saat itu sedang giat dengan berbagai kesibukannya.

Dari stasiun Tugu, mereka harus melakukan perjalanan dengan bis umum kearah desa Randusari, disanalah pesantren Al Hikmah Jawawi yang dipimpin Kiyai Rohmat Baqo berada. Kiyai Rohmat adalah guru spiritual Pak Narto. Sudah dari semenjak 15 tahun yang lalu ia belajar mengaji dan seterusnya setelah enam tahun disana ia diangkat menjadi salah satu murid kesayangan Kiyai Rohmat. Dan kiayi Rohmat sangat bangga bahwa kini murid kesayangannya berkarir dikepolisian.

"Assalamualaikum!" ucap Pak Narto ketika menginjak ruang santri dilantai dasar. Serentak beberapa santri yang sedang bercengkrama menjawab dan menyambut dua tamu asing itu.

"Saya panggil mbah yayi dulu Pak, silahkan duduk pak" ucap seorang santri.

Tidak berapa lama muncul seorang tua yang berjalan dengan tongkat, meskipun sudah berumur tapi ia masih lincah. Jenggot putih panjang menghiasi wajahnya.

Pak Narto langsung berdiri dan mencium tangan Kiyai Rohmat. Dario yang melihat kedatangan Pak Kiyai ikut berdiri dan juga mencium tangan orang tua itu dengan penuh hormat.

"Ya Allah.. Alhamdulillah anakku kembali, lho ini siapa?"

"Ini yang Saya pernah ceritakan beberapa waktu lalu, beliau selain teman juga boleh dikata atasan saya"

"Weleh..weleh, ayok masuk kekamar saya..kita ngobrol disana sambil ngopi" Kiyai Rohmat menggandeng tangan kanan Pak Narto, Dario berjalan mengikuti mereka.

...~...

"Hmm..berbahaya sekali, saya sudah melihat keberadaan sosok sosok itu..mereka akan mengacaukan keselarasan manusia, tapi saya juga berjumpa dengan arwah seorang wanita. Rupanya disalah satu ruang hidup kalian dia hadir dan mampu berinteraksi.." Kata Pak Kiyai sambil menganggukan kepalanya.

"Betul Yayi, namanya Nuri dan sosok inilah yang pertama kali hadir didalam kehidupan Pak Dario"

Kiyai Rohmat menoleh kearah Dario dan tersenyum, ia menggenggam telapak tangan Dario dan berkata..

"Malam ini kalian istirahat yang tenang, Mandi dulu makan malam bersama para santri. Nanti malam jam 12 kita bertiga shalat. Insya Allah Saya akan menolong kalian dalam menerangi setan setan jahat itu"

...~...

"Istriku, kamu punya berapa pasukanmu sekarang?"

"Sampai hari ini sudah Ada 25 orang, mereka aku tempatkan dikamar bawah. Ada 2 orang berasal dari daerah sini sisanya dari Semarang dan juga Salatiga"

"Bagus! Tambah terus sampai banyak,kita perlu banyak pasukan..dibawah ada berapa?"

"Masih ada stok 3 mayat, pasukanmu akan mencari lagi korban selanjutnya"

Laki laki ganteng itu mengusap rambut istrinya dan mengecip lembut bibir yang merekah.

"Aku akan pergi, sampai jumpa dilain waktu. Jangan lupa perbanyak pasukanmu"

Ia mengenakan Jubah merahnya berjalan kearah jendela dan terbang menghilang dikegelapan malam.

Wanita itu tidak melihat bahwa ketika laki laki keren itu naik keatas genteng ia telah berubah menjadi sosok hitam besar, dari punggungnya 2 sayap lebar membentang. Wajah yang ganteng telah berubah menjadi wajah yang menakutkan dengan dua tanduk yang menonjol keluar diatas batik kepalanya yang botak.

kuku kuku tangan dan kakinya kini memanjang.

Dari arah sebelah kiri satu sosok yang tidak kalah besar terbang menghampiri, mereka terbang melesat diudara.

"Aku pikir kau tidak mau mendampingimu lagi Alexir!"

"Bagaimana bisa?! Lord Karatzi adalah pemimpinku! Aku akan selalu disampingmu"

Keduanya melesat terbang tinggi diangkasa yang gelap..

...~...

Jam 12 Dario dan pak Narto shalat bersama di imami oleh Kiyai Rohmat Baqo. Setelah shalat Kiyai Rohmat membacakan dia dan diyiupkan kekening Dario dan pak Narto.

"Besok kalian pulang kerumah kakemu diMalang, Biarkan Narto disini bersamamu beberapa hari" ucap pak Kiyai.

"Njjih suwun sanget mbah Yayi"

Jam 1 Dario baru bisa tidur, ia terlelap hingga keluar suara ngoroknya. Didalam alam mimpi itulah Nuri menghampirinya. Nuri nampak berbahagia bisa bertemu kembali dengannya.

"Sampai jumpa esok Hari, aku akan menghubungimu seperti biasa..kini istirahatlah sahabatku"

Jam 5.30 pagi keesokan harinya Dario tergugah oleh ramainya suara santri yang hilir mudik, maklum ia dan pak Narto tidur bersama sama para santri.

"Pak Narto, tadi aku mimpi ketemu sama Nuri"

"Alhamdulillah..berarti kalian sudah bisa saling kontakan, Pak Dario maaf saya tidak bisa Antar pulang"

"Njjih ga apa apa, Saya berterima kasih sudah dipertemukan dengan mbah Yayi. Saya akan Mandi dan pamit kembali ke Malang"

Pak Narto menganggukan kepala..

"Sebaiknya shalat subuh dulu, agar pikiran dan hatimu tenang"

...~...

Perjalanan pulang ke Malang seakan begitu cepat, tidak terasa sebentar lagi akan sampai distasiun kereta kota Malang.

"Dario.."

Kaget, Dario menoleh kekiri dimana ia mendengar bisikan.

"Nuri??"

"aduuh sudah sekali untuk masuk dan menghubungimu..tadi malam aku mencoba masuk dimimpi dan ternyata berhasil, dari sana aku tau bahwa jiwamu sudah terbuka kembali"

"Kenapa? Kangen ya hehe" bisik Dario bercanda.

"Iya sedikit..kamu sudah mendengar berita dari pak Narto?"

"Sudah..tadi malam aku juga dipertemukan dengan mbah Yayi guru spiritual Pak Narto"

"Wah guru yang hebat, aku sendiri sudah dihubungi lewat bathinnya. Dia berpesan kepadaku agar selalu mendampingi dan menjagamu"

"Alhamdulillah..Ada cewe cantik menjagaku hehe"

"Santai..aku akan selalu menjaga dirimu, tapi sosok ini sekarang kenapa menjadi lebih menakutkan ya..aku pernah melihat dia disarangnya bersama 2 wakilnya. Iih mengerikan, aku minta kamu berhati hati ya"

"Baik Nuri terima kasih ya"

...~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!