NovelToon NovelToon

Nona Mia

NAMAKU MIA

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan lobi sebuah gedung perkantoran.

Seorang wanita berpenampilan anggun mengenakan setelan baju kerja berwarna biru lembut turun dari dalam mobil.

Kaca mata hitam yang melekat di wajah mulus wanita itu ia lepaskan, menampilkan paras ayu yang nyaris tanpa cela.

Wanita itu berjalan masuk ke lobi gedung perkantoran tersebut. Tas mahal yang berwarna senada dengan bajunya, ia tenteng di lengan sebelah kiri.

Semua orang yang berpapasan dengan wanita tersebut segera menunduk hormat saat wanita berusia dua puluh lima tahun tersebut melintas dan berjalan menuju ke arah lift.

Beberapa pegawai yang hendak naik ke dalam lift segera mengurungkan niatnya dan mempersilahkan wanita tersebut untuk naik terlebih dahulu.

*****

Hai,

Namaku Mia.

Aku cantik, tentu saja. Lihatlah bagaimana para pria itu memandang dan mengagumi parasku yang cantik. Tak jarang, aku melihat para wanita yang langsung memasang wajah masam jika berpapasan denganku atau melihat pria mereka memandangku tanpa berkedip.

Mereka iri padaku?

Sudah tentu.

Aku bukan wanita sembarangan.

Aku tidak hanya cantik.

Aku juga kaya dan tentu saja aku cerdas.

Lihatlah gedung pencakar langit ini. Ini milikku. Aku bos di perusahaan ini.

Saat usiaku tujuh belas tahun, kakek menghadiahkan kepadaku sebuah perusahaan kecil atas namaku.

Dan dalam waktu delapan tahun aku sudah membuatnya menjadi sebesar ini.

Kalau aku bukan gadis yang cerdas, tak mungkin aku bisa melakukan itu semua.

Bukankah begitu?

Oh, ya. Jangan lupakan peran mama Alina dan papa Andri dalam karier bisnisku.

Kalian mengenal mereka?

Ya, mama Alina sang CEO cantik di perusahaan milik kakek yang akhirnya menikah dengan papaku, papa Andri yang saat itu adalah sekretaris sekaligus asistennya.

Lalu aku?

Akulah the next CEO cantik di perusahaan ini.

Apa aku juga akan jatuh cinta pada sekretaris pribadiku?

Hahaha...

Tidak!

Aku lebih suka mempekerjakan sekretaris wanita, bukan pria.

Lagi pula, aku tidak mungkin menjalin hubungan dengan karyawanku. Itu sungguh akan merusak image diriku sebagai pimpinan tertinggi.

Aku akan menikah dengan lelaki tampan, berkelas dan tentu saja kaya suatu hari nanti.

*****

Lift yang membawa Mia sudah sampai di lantai paling atas gedung tersebut, tempat di mana ruangan Mia berada.

Mia melangkahkan kakinya keluar dari lift.

Di lantai tersebut hanya ada satu ruangan, yaitu ruangan Mia.

Ada juga pantry kecil dan meja untuk sekretaris Mia tepat di depan ruangannya.

Jangan lupakan satu set sofa mewah yang ada di sudut lantai tersebut, yang biasanya digunakan sebagai tempat tamu bisnis atau klien yang menunggu untuk bertemu dengan Mia.

Mia berjalan dengan angkuh masuk ke dalam ruangannya.

Sapaan dari Fera, sang sekretaris juga Mia abaikan.

Sudah merupakan hal yang biasa.

Hampir semua karyawan di perusahaan itu tentu saja sudah paham dengan sifat Mia yang satu ini, sombong dan angkuh.

Segalanya bisa di beli dengan uang,

Prinsip itulah yang selalu dijadikan peganga pn oleh seorang Mia.

Fera menyusul masuk ke dalam ruangan Mia untuk membacakan jadwal bos nya hari ini.

Mia sudah duduk di kursi kebesarannya dan sedang meneriksa beberapa berkas yang pagi tadi memang sudah Fera siapkan.

Secangkir teh hijau hangat juga sudah tersaji di meja kerja milik Mia. Fera sudah hafal dengan semua kewajiban yang hrus ia lakukan sebelum Nona Mia datang. Tidak ada satu hal pun yang boleh terlewat, jika Fera tidak mau di tendang dari jabatannya sebagai sekretaris Mia

Semuanya harus sempurna tentu saja.

Mia memang memberikan gaji tinggi kepada sekretarisnya, bahkan tak jarang Mia memberikan beberapa barang branded yang tak dia inginkan kepada sang sekretaris.

Namun tentu saja itu sepadan dengan kerja keras yang harus diemban oleh sekretarisnya.

Tak jarang mereka kadang harus lembur atau siap siaga kapanpun Mia menelepon.

Fera baru enam bulan bekerja sebagai sekretaris Mia.

Fera sendiri mendengar dari beberapa karyawan yang lain kalau sekretaris Mia yang sebelumnya tidak pernah bertahan lebih dari setahun. Entah apa alasannya.

"Pria yang kemarin menjemputmu, apa itu pacarmu" tanya Mia tiba-tiba pada Fera yang sedang fokus pada tablet di tangannya.

Fera tersentak dengan pertanyaan dari sang atasan.

Baiklah, sejak kapan bosnya ini suka mengurus urusan pribadi karyawannya.

"Dia kakak saya Nona," jawab Fera berbohong.

Hey, Fera tidak bodoh.

Selentingan kabar mengenai Mia yang suka menghancurkan hubungan sang sekretaris dengan pacarnya pernah mampir di telinga Fera.

Awalnya Fera memang enggan mempercayainya.

Lagipula CEO kaya dan cantik seperti Mia, mana mungkin melakukan hal konyol seperti itu.

Namun pertanyaan dari Mia barusan sepetti sebuah pukulan telak bagi Fera. Mungkin kabar burung itu memang benar adanya.

Fera sendiri sudah mewanti-wanti sang pacar, Arga untuk tak perlu mengantar jemputnya ke kantor.

Mereka biasa bertemu di kafe yang berjarak beberapa meter dari gedung kantor tersebut.

Fera tidak mau Mia melihat Arga dan bertanya macam-macam tentang pacarnya tersebut.

Namun kemarin sore dengan pedenya Arga menjemput Fera dan menunggu di depan lobi kantor.

Ah, sialan!

Dan lihatlah sekarang, Mia benar-benar menanyakan tentang Arga.

Huh,

Semoga dengan kebohongan Fera kali ini, hubungannnya dengan Arga tidak akan ada masalah dan tetap akan berda di jalan yang benar.

"Kakak? Berarti tidak ada masalah kan jika aku mendekatinya dan menjadikannya pacarku" ucap Mia dengan senyuman simpul yang terlihat begitu menakutkan bagi Fera.

Bahkan wajah Fera sudah merah padam sekarang.

'Dasar bodoh, seharusnya ku katakan saja kalau Arga itu sopirku atau pembantuku. Bodoh bodoh bodoh' Fera merutuki kebodohannya sendiri.

"Dengar, aku tidak mau kerjamu berantakan hanya karena kamu sibuk pacaran. Aku tidak melarangmu memiliki pacar, tapi satu hal yang perlu kamu tahu semua laki-laki itu brengsek dan suka selingkuh. Kau tidak percaya? Maka aku akan menunjukkan padamu betapa brengseknya seorang laki-laki itu" entah wejangan macam apa yang sebenarnya sedang disampaikan oleh Mia.

Bukankah ini hanya hal kecil yang seharusnya tak perlu Mia besar-besarkan?

Fera masih menunduk. Gadis itu bahkan bingung harus bersikap bagaimana karena mendadak bosnya mengurusi urusan pribadinya.

Apa bosnya ini sedang kurang kerjaan sekarang?

Baiklah, sekarang Fera percaya sepenuhnya tentang Mia yang suka menghancurkan hubungan percintaan sekretarisnya.

Mungkin Mia ingin Fera mengabdi sepenuhnya pada Mia dan perusahaan ini tanpa memikirkan tentang pacar, kekasih, suami, atau percintaan.

Dan Fera yakin hanya orang gila yang akan melakukan itu semua.

Apakah Fera akan menjadi orang gila itu?

Tentu saja tidak.

"Saya paham, Nona. Saya akan secepatnya mengakhiri hubungan saya dengan pria itu. Dan Nona tak perlu khawatir, saya akan terus memberikan pekerjaan terbaik saya untuk Nona dan perusahaan ini" dan ini sungguh merupakan satu rangkaian omong kosong yang pernah keluar dari mulut Fera.

Mungkin setelah ini Fera akan jadi penjiat untuk bosnya ini demi gaji tinggi dan bonus-bonus lain yang setiap bulan ia terima.

Tapi mengakhiri hubungannya dengan Arga?

Hohoho, tidak ada sama sekali di pikiran seorang Fera.

Fera tetap akan menjalin hubungan dengan Arga.

Lagi pula sepuluh jam sehari berada di samping Mia, Fera rasa sudah lebih dari cukup.

Fera juga berhak punya kehidupan pribadi dan menjalin hubungan cinta.

Bukan begitu?

Dan jika pundi-pundi rupiah di tabungannya sudah penuh, Fera akan langsung resign dari perusahaan bodoh ini. Fera akan langsung terbebas dari atasan mengerikan macam Mia, lalu menikah dengan Arga dan hidup bahagia.

Biarlah bosnya ini saja yang menjomblo selamanya, dan menua tertimbun berkas-berkas perusahaan.

MIA

*****

Jika novel lain biasanya tokoh utama itu cenderung ke sifat baik hati, lemah lembut, penyayang, dan sifat sifat baik lainnya.

Di sini author tampilkan tokoh utama yang ngeselin, egois, bikin sebel, bikin emosi, pokoknya gak banget deh.

Hahahaha.

Jangan lupa mampir juga di karya saya "NATASYA" buat ngikutin kisahnya Tasya dan Dion. Khusus yang itu up nya setiap hari ..

Happy reading 😙

PACAR BARU KYARA

Mobil yang membawa Mia baru saja tiba di halaman rumah papa Andri

Rumah yang tak terlalu besar namun selalu penuh dengan kehangatan.

Sejak menikah, mama Alina memilih untuk tinggal di rumah ini ketimbang di rumah kakek yang lebih besar dan luas.

Apalagi setelah kakek meninggal, rumah besar itu hanya jadi rumah kosong tanpa penghuni.

Ya, meskipun Mia tahu kalau mama Alina masih berkunjung ke sana sesekali untuk sekedar menengoknya.

Sepertinya mama Alina berniat untuk menjual rumah besar itu.

Mia sendiri hanya seminggu sekali pulang ke rumah papa Andri. Mia punya apartemen sendiri di pusat kota tak jauh dari kantornya.

Dan di rumah ini selain mama Alin dan papa Andri, ada Kyara yang merupakan adik tiri Mia.

Kyara adalah putri kandung mama Alin dan papa Andri.

Kyara lahir dua tahun setelah pernikahan mama Alin dan papa Andri.

Sifat Kyara tak jauh berbeda dari mama Alin. Kecuali sikap keras kepalanya tentu saja. Tak jarang Mia dan Kyara terlibat pertengkaran hanya karena masalah sepele.

Tapi meski begitu, Mia tetap menyayangi adiknya tersebut.

*****

"Sore, Ma" sapa Mia pada mama Alin yang sedang duduk di teras rumah sambil membaca majalah. Sepertinya wanita paruh baya itu sedang menikmati suasana sore yang syahdu.

"Hai, Mia. Gimana kabar kamu?" Mama Alin beranjak dari duduknya dan cipika-cipiki dengan putri sambungnya tersebut.

"Mia baik, Ma." Jawab Mia seraya mendaratkan pinggulnya di kursi teras yang ada di samping mama Alin.

"Bagaimana di kantor? Apa semua baik-baik saja?" Tanya mama Alin berbasa-basi.

"Ya, semuanya berjalan lancar. Proyek lancar, kerjasama dengan para klien juga lancar" cerita Mia berusaha antusias.

Senyuman langsung terkembang di bibir mama Alin. Terselip rasa bangga tentu saja di hati mama Alin.

Putrinya ini memang wanita cerdas, tak salah memang jika ayahnya dulu memilih Mia yang menjadi penerus di perusahaan besar itu.

Sekilas memang aneh, mengingat Mia bukanlah cucu kandung dari Pak Hendra, ayah Alina.

Namun pak Hendra sangat menyayangi Mia. Pak Hendra juga pernah berkata jika Mia itu gadis cerdas, dan suatu saat akan jadi CEO yang hebat.

Dan, lihatlah sekarang. Seolah apa yang dulu dikatakan oleh Pak Hendra, kini menjadi kenyataan.

Di tangan Mia, perusahaan itu berkembang dengan sangat pesat.

"Ma!" Teguran dari Mia membuat lamunan Alin tentang sang ayah buyar seketika.

"Iya, Mia." Alina menyembunyikan rasa kagetnya.

"Apa papa belum pulang?" Tanya Mia selanjutnya.

Alina menggeleng.

"Sepertinya papa kamu lembur hari ini. Kyara juga belum pulang kuliah" jawab Alina.

Namun, baru saja Alina menyelesaikan kalimatnya, terdengar deru motor yang masuk ke halaman rumah mereka.

Terlihat Kyara yang membonceng di jok bagian belakang.

Dan yang duduk di depan?

Entahlah, orang itu mengenakan helm fullface. Jadilah Mia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Kyara turun dan menyapa mama serta kakaknya tersebut.

"Sore mama..." sapa Kyara girang.

Merasa di abaikan, Mia berdehem sedikit keras.

"Eheem"

"Sore juga kakak tercinta. Tumben pulang?" Sapa Kyara dengan nada sinis.

"Kyara!" Tegur mama Alin karena putri kecilnya itu sudah bersikap tak sopan pada Mia yang jelas-jelas lebih tua dari Kyara.

Pria yang tadi mengantar Kyara, sudah melepas helm nya dan turun dari motor. Sekarang ikut ke teras menyapa dan mencium punggung tangan mama Alin.

"Sore, tante" sapa pria itu sopan.

"Sore Gio." Mama Alin menjawab sapaan dari pria yang ternyata bernama Gio tersebut.

Mia memperhatikan Gio dari ujung kaki hingga ujung kepala sambil bersedekap.

'Hmmm, boleh juga selera Kyara. Tapi sepertinya terlalu tua untuk Kyara. Mungkin akan lebih pantas jika aku yang menjadi kekasih pria itu' gumam Mia dalam hati.

Mia mengulurkan tangannya pada Gio, membuat pria itu sedikit bingung dan salah tingkah.

"Aku Mia. Kakaknya Kyara. Kau tidak ingin menyapaku?" Ucap Mia dengan nada pongah.

Terdengar dengkusan dari Kyara.

Kakaknya ini, selalu saja bersikap ingin di hormati, ingin di hargai, dan ingin menang sendiri.

Gio menjabat tangan Mia dan memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan, saya Gio, Kak" Gio menyapa Mia dengan nada sopan.

"Kalian teman kuliah?" Tanya Mia mulai kepo.

"Sebenarnya saya dosen dari Kyara" jawab Gio sedikit tersipu malu.

Mia tersenyum simpul,

"Ayo ngobrol di dalam saja" ajak Alina pada kedua putrinya dan teman laki-laki Kyara tersebut.

Kyara dan Gio segera mengekori Alina masuk ke dalam rumah.

Sementara Mia masih berdiri bersedekap sambil memandang sinis ke arah Gio dan Kyara.

Mia mengeluarkan ponsel dari tas mahal yang sedari tadi ia bawa.

Menekan nomor prioritas yang ada di layar ponselnya,

"Halo, aku ingin kamu cari semua info mengenai Gio. Dosen di kampus Kyara" Mia bicara dalam satu kalimat panjang.

"..."

"Aku tidak mau tahu. Cari sekarang. Namanya Gio" Mia mulai kesal karena sang bawahan yang mencari alasan. Mia langsung memutuskan sambungan telepon.

Setelah menyimpan kembali ponselnya Mia bergegas masuk ke dalam rumah kedua orang tuanya tersebut.

Mama Alin, Kyara, dan Gio sedang mengobrol di ruang tengah.

Mia merasa malas untuk bergabung. Jadi Mia memutuskan untuk masuk ke kamarnya saja.

Mungkin ia akan berendam atau sekedar bersantai di atas ranjangnya yang empuk.

Ini weekend dan Mia sedang menikmati hari bersantainya.

*****

"Kakakmu tadi mana? Kok gak keliatan?" Tanya Gio sambil celingukan.

Bukannya menjawab, Kyara malah berdecak kesal.

"Ngapain sih nyariin kak Mia. Kita itu gak level ngobrol sama dia" jawab Kyara denagn nada ketus.

"Kok gitu?" Gio mengernyit bingung.

Hanya ada Kyara dan Gio sekarang di ruangan tersebut. Mama Alin sedari tadi pamit pergi ke dapur, entah sedang membuat apa.

"Udahlah, kita bahas yang lain aja, Beb. Gak usah bawa-bawa kak Mia. Aku tu males ngomongin dia" Kyara mulai merajuk. Gadis remaja yang kini sudah beranjak dewasa tersebut bergelayut manja di pundak sang pacar.

"Hmmm, kamu mau bahas apa?" Gio mengusap lembut rambut Kyara.

Dan semua adegan itu tak lepas dari penglihatan Mia yang kini berdiri pongah di lantai dua rumah tersebut.

Mia berdecak,

"Heh, dua anak manusia yang sedang kasmaran. Seperti tidak tahu tempat saja. Dasar kekanakan" gumam Mia pada dirinya sendiri.

"Mia, kamu mau makan apa malam ini?" Entah darimana datangnya, tiba-tiba mama Alin sudah berdiri di dekat Mia.

"Mama kenapa tidak menegur mereka berdua ?" Mia menunjuk dengan dagunya Gio dan Kyara yang kini sedang rangkul-rangkulan seperti remaja yang sedang kasmaran di sofa ruang tamu.

Alin tertawa kecil,

"Mereka tidak ngapa-ngapain, Mia. Kenapa harus di tegur?" Jawab mama Alin sambil terkekeh.

"Atau jangan-jangan kamu cemburu. Cobalah luangkan sedikit waktu untuk memikirkan pacar, Mi. Kamu itu sudah dewasa dan cukup umur untuk menikah" saran mama Alin pada putrinya tersebut.

Mia berdecak,

"Mia masih ingin bekerja dan tidak mau memikirkan soal cinta. Semua laki-laki itu sama. Kecuali papa tentu saja" jawab Mia diplomatis.

"Jangan berburuk sangka seperti itu." Mama Alin memperingatkan.

Mia hanya mendengus.

"Memangnya sejak kapan mereka berdua berpacaran?" Tanya Mia lagi.

"Siapa? Kyara dan Gio?" Mama Alin balik bertanya.

Mia mengangguk.

"Baru beberapa bulan. Mama lupa tepatnya kapan" jawab mama Alin.

Mia hanya berdecak.

"Baiklah, mama akan siapkan makan malam. Kamu mau membantu?" Tanya Mama Alin sekali lagi.

Membantu memasak?

Yang benar saja. Masak di dapur adalah hal terakhir yang mungkin Mia lakukan jika semua perusahaanya sudah bukan miliknya lagi.

Mia paling anti masuk ke dapur.

Meskipun di apartemennnya ada dapur yang lumayan luas, namun tetap saja Mia jarang menyentuhnya atau mungkin tidak pernah sama sekali.

Uangnya terlalu banyak jika hanya untuk membeli makanan atau sekedar membayar asisten rumah tangga untuk membantunya mencuci piring dan membersihkan apartemennnya.

Ayolah,

Jika kalian punya uang banyak kalian pasti akan melakukan hal yang sama.

"Mia akan istirahat di kamar, Ma. Nanti Mia akan turun saat makan malam" jawab Mia sedikit malas.

Alin menarik nafas panjang,

"Baiklah kalau begitu. Istirahatlah!" Tukas Alin sambil berlalu meninggalkan Mia yang masih menatap sinis kepada Kyara dan Gio di bawah sana.

SEMUA PRIA ITU SAMA

Mia tersenyum simpul setelah menerima semua informasi mengenai Gio, pacar sang adik.

Benar dugaan Mia, Gio tidaklah sepolos penampilannya.

"Heh, dasar pria. Di mana-mana sama saja" gumam Mia sambil berdecak.

Mia membuka pintu ruangannya dan memutuskan untuk pulang sedikit cepat hari ini.

Ada satu hal yang ingin Mia lakukan sore ini.

"Selamat sore nona Mia, anda sudah akan pulang?" Tanya Fera sopan.

"Ya, aku tidak ingin menua di kantor ini." Jawab Mia sambil berlalu dari hadapan sekretarisnya tersebut.

Fera menunggu hingga bosnya tersebut menghilang ke dalam lift sebelum akhirnya gadis itu bersorak gembira.

"Huh, akhirnya aku tidak perlu lembur. Serjng-sering saja seperti ini. Aku juga tidak ingin menua di kantor bodohmu ini, nona Mia" Fera bergumam pada dirinya sendiri sambil sesekali mencibir atasannya yang kini sudah pergi entah kemana.

Fera membereskan meja kerjanya sambil bersenandung kecil.

Fera sungguh tak sabar untuk pergi nonton bersama Arga malam ini.

Mia baru saja keluar dari lift, saat netranya menangkap sosok yang tidak asing yang kini sedang duduk di kursi yang ada di lobi kantor tersebut.

Mia berjalan dengan anggun dan menghampiri pria tersebut.

"Kau Arga?" Tanya Mia to the poin.

Pria bernama Arga tersebut sedikit tersentak saat melihat wanita yang anggun dan cantik tersebut menyapanya dengan suara lemah lembut.

"I...iya. Dan nona?" Arga langsung salah tingkah.

Tentu saja Arga tahu jika yang berdiri di depannya ini adalah seorang CEO perusahaan ini yang cantik dan masih muda.

Arga sering mendengar saat Fera membicarakan atau menggerutu tentang bosnya ini. Fera selalu mengatakan jika bosnya ini adalah seorang wanita yang angkuh, egois, sombong, dan hal buruk lainnya.

Tapi kini ucapan Fera hanya terasa seperti angin lalu bagi Arga. Ternyata nona Mia tak seburuk yang dibicarakan oleh Fera.

Lihatlah sekarang, bahkan nona Mia menyapanya dengan ramah dan hangat.

Dan suara lembutnya...

Ah...

Arga benar-benar akan meleleh setelah ini.

"Apa kau ada acara malam ini? " tanya Mia masih dengan nada lembut merayu dan terdengar mendayu-dayu.

Sesaat Arga lupa kalau dirinya sudah mempunyai seorang pacar yaitu Fera yang merupakan sekretaris dari Mia.

"Aku...aku tidak ada acara nona." Jawab Arga dengan mimik wajah yang menurut Mia sungguh menjijikan.

Apa semua pria hidung belang selalu bersikap seperti ini jika berhadapan dengan wanita berkelas seperti Mia?

Heh,

Kini Mia semakin yakin kalau semua pria itu sama.

Mereka semua playboy.

Jadi akan lebih baik jika kalian tidak perlu menjalin hubungan dengan seorang pria sebelum menyesal di belakang karena mereka pasti akan menyakiti hati kalian.

"Aku ingin mengajakmu makan malam, atau mungkin kita bisa nongkrong di bar" Mia semakin melembutkan suaranya. Nada merayu masih mengiringi setiap kata dalam kalimat yang Mia ucapkan. Membuat Arga semakin kehilangan fokusnya.

"Saya free malam ini nona. Saya bersedia menemani anda" jawab Arga penuh semangat.

"Bagus. Aku akan menunggumu. Sampai jumpa" jari-jari lentik Mia membelai wajah Arga yang kini terlihat melongo.

Arga berulang kali menepuk wajahnya sendiri.

"Apa aku sedang bermimpi? Nona Mia mengundangku makan malam? Aku pasti sedang bermimpi" Arga masih bergumam sendiri.

Pria itu sepertinya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.

"Yang, sayang!" Panggil Fera pada Arga yang kini sedang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Apa pacarnya ini memang sudah gila?

"Yang! Arga!" Baiklah sekarang Fera mulai kesal.

Fera menepuk bahu Arga dengan keras dan pria itu langsung tersentak kaget.

"Fera, sejak kapan kamu di sini?" Tanya Arga salah tingkah. Buyar sudah semua lamunan Arga tentang Nona Mia.

"Sejak tahun kemarin!" Jawab Fera ketus.

"Kamu ngapain senyum-senyun sendiri seperti orang gila begitu?" Tanya Fera sambil bersedekap kesal.

"Tidak ada apa-apa. Kau sudah selesai bekerja?" Arga berbasa-basi demi menutupi rasa gugupnya.

Fera berdecak,

"Ya. Ayo pulang atau mungkin kita bisa mampir nonton ke bioskop. Kita sudah lama tidak berkencan, Ga" Fera sudah bergelayut manja sekarang di lengan Arga. Padahal jelas-jelas tadi dirinya kesal dan marah-marah pada Arga.

Dasar wanita, cepat sekali berubah-ubah moodnya.

"Aku ada meeting di kantor malam ini, Fer. Jadi kita tidak bisa menonton" jawab Arga berbohong.

Meeting?

Hahahaha, meeting dengan nona Mia tentu saja.

"Sejak kapan kamu meeting malam-malam?" Fera mulai curiga.

Baiklah sekarang Arga bingung harus mencari alasan apalagi. Sepertinya Fera mulai curiga.

"Eeeeee... ini kan sudah masuk akhir tahun, Fer. Jadi bos minta kami untuk meeting malam ini karena bos baru saja kembali dari dinas luar kotanya" huh, kenapa Arga harus mengarang cerita seindah ini demi makan malam bersama nona Mia.

Apa Arga sudah tergila-gila dengan nona Mia sekarang?

Fera berdecak kecewa.

"Baiklah kalau memang begitu. Mungkin kita bisa nonton lain kali" tukas Fera dengan nada penuh kekecewaan.

Arga merangkul pacarnya tersebut,

"Maaf ya sayang, lain kali aku akan menyempatkan waktu untuk nonton bersamamu" rayu Arga dengan nada bersungguh-sungguh.

Meskipun masih kecewa namun Fera memaksa untuk tetap tersenyum.

Dua sejoli itu pun berjalan keluar dari lobi dan meninggalkan gedung kantor tersebut.

*****

Mia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mama Alin pasti marah jika tahu Mia menyetir mobil sendiri.

Heh, mama sambungnya itu selalu saja memanjakan dan mengkhawatirkan Mia, sekalipun Mia sudah dewasa sekarang.

Jalanan sore ini sedikit padat dan Mia harus menghela nafas beberapa kali karena jalan mobilnya sedikit tersendat.

Gedung apartemennya sudah terlihat sekarang, Mia sedikit menarik nafas lega.

Namun saat akan berbelok ke basement gedung, tiba-tiba...

"Bruuuk"

Entah darimana datangnya ada sebuah motor yang tiba-tiba menabrak body mobil mewah Mia. Sepertinya motor sialan itu sengaja memotong jalan dan menyelip lewat trotoar.

'Dasar pengendara tak tahu diri' umpat Mia kesal.

Wanita itupun segera turun dari mobilnya dan menghampiri pengendara motor yang jatuh tersungkur diatas aspal tertimpa motornya sendiri.

Sepertinya seorang kurir makanan, terlihat dari box makanan yang ada di jok belakang motor.

Pengendara yang jatuh tadi berusaha untuk bangun dengan di bantu beberapa orang yang melintas. Mia hanya bersedekap dan menatap penuh emosi ke arah pemuda tersebut.

"Hati-hati, nona kalau mau berbelok!" Ujar pemuda itu setelah berhasil bangkit berdiri.

Mia berdecak tak percaya,

"Kau yang seharusnya hati-hati. Ini pintu masuk menuju basement" jawab Mia dengan nada galak.

"Heh, galak sekali" gumam pemuda tersebut.

"Ganti rugi!" Mia menengadahkan tangannya meminta uang ganti rugi kepada pemuda tadi.

"Apa? Aku yang terluka di sini. Seharusnya aku yang minta ganti rugi pada anda" pemuda tadi merasa tak terima dan membalas kata-kata Mia dengan jawaban yang tak kalah ketus.

"Kau tidak lihat? Mobil mewahku lecet sekarang dan itu akibat dirimu yang naik motor tanpa menggunakan matamu dengan benar" Mia menunjuk-nunjuk ke arah wajah pemuda tadi.

Wajah putih Mia sudah merah padam sekarang karena marah.

Pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke arah Mia untuk membisikkan sesuatu,

"Hey nona galak dan sombong, anda tahu kan jika aku berteriak sekarang orang-orang akan langsung mengeroyokmu karena aku yang terluka di sini. Bisa saja aku membuat tuduhan kalau anda yang menabrakku. Tentu saja orang-orang akan lebih percaya kepadaku." Pemuda itu mulai mengancam Mia.

Dan Mia yang tadi bersikap pongah kini mulai merasa takut.

"Dasar pria brengsek" dengus Mia kesal.

Dan pria tadi hanya tersenyum puas melihat wajah kesal Mia.

Mia sudah berbalik dan akan masuk kembali ke dalam mobilnya, namun pemuda tadi kembali memanggilnya.

"Hei nona kaya. Aku minta uang ganti rugi dan uang untuk berobat" ujar pria tadi dengan nada mengejek.

Terang saja hal itu membuat Mia semakin kesal saja.

Dia yang menabrak kenapa dia yang minta ganti rugi?

Dasar pria mata duitan.

Namun karena kesal Mia malah merogoh tas mahalnya dengan kasar dan mengeluarkan segenggam uang lembaran merah dari dalam sana.

"Ambil ini! Dasar laki-laki brengsek mata duitan" Mia melemparkan uang tadi ke arah wajah pemuda sialan tersebut.

Sambil bersungut-sungut Mia kembali masuk ke dalam mobilnya dan segera memacunya masuk ke basement gedung apartemen.

"Sial banget aku hari ini. Dari planet mana coba laki-laki brengsek kayak gitu." Gumam Mia masih merasa kesal.

Senja mulai datang menjelang. Semburat oranye tampak jelas di kota yang kini jalan-jalannya di penuhi oleh berbagai jenis mobil dan kendaraan lain.

Pemuda yang tadi menabrak mobil Mia tersenyum licik sambil memunguti uang yang tadi di lempar oleh Mia.

Tak apa dia kena omel bosnya hari ini karena pizza yang ia bawa dan seharusnya ia antar ke pelanggan rusak parah.

Toh uang di tangannya saat ini sudah lebih dari gaji harian yang biasa ia terima.

"Hahahaha, lain kali aku mungkin akan menabrakmu lagi nona kaya" ujar pemuda tadi setengah berteriak. Ia pun segera memacu motornya mengabaikan rasa sakit di sikunya karena terjatuh dan berciuman dengan aspal.

*****

cewek sombong ketemu cowok mata duitan 😩

Happy reading 😙

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!