Ada seorang gadis desa, dari keluarga sangat biasa. Karena masalah ekonomi keluarga, yang memaksanya merantau ke Negeri Jiran Malaysia.
Bukan cuma karena keterbatasan ekonomi saja. Namun di tambah lagi pendidikan yang kurang memadai sehingga ia memilih menjadi TKW di Negeri Jiran Malaysia sana.
Nama nya Elmira, anak dari keluarga bapak Muhidin, yang tinggalnya di daerah Cianjur. Ia sosok yang bertanggung jawab, penyabar. Jujur, dan lembut.
Usia Elmira saat ini sekitar 22 tahun. Anak pertama dari tujuh bersaudara.
Elmira dengan adik-adik nya hanya beda usia tiga tahun, yang bungsu baru menginjak 3 tahun.
Hari ini Elmira mau berangkat ke Jakarta untuk di medikal. Nanti setelah lulus baru akan di berangkatkan ke Malaysia.
"Bapak, Umi, doakan Mira ya? semoga di Jakarta Mira lancar medical nya. Biar segera terbang." Mira memeluk umi dan juga bapak nya bergantian, air mata pun menghiasi di pipi mereka. Adik-adik Mira pun semuanya menangis! seakan tak rela melepas kepergian kakak sulung nya.
Umi Diah memeluk erat Mira. "Umi tak bisa mencegah mu, pergi neng. Walau Umi tak rela kamu pergi jauh-jauh," bu Diah mengusap air matanya.
"Umi, jangan menangis. Mira janji Mira akan secepatnya kembali kita pasti akan berkumpul lagi." Elmira tersenyum getir dan mengusap air mata Uminya.
Ia harus tegar kuat, demi membantu keuangan keluarganya. Demi membantu biaya sekolah adik-adik, agar dapat terus melanjutkan sekolah. Jangan seperti dirinya yang hanya tamatan SMP.
Pak Muhidin seorang tukang buruh tani di sawah orang. Dan uminya buruh nyuci itupun kalau ada yang suruh.
Sebelumnya Mira bekerja di sebuah toko baju namun karena toko itu bangkrut. Mira menjadi nganggur, mencari ke tempat yang lain. Tak ada satupun yang menerimanya! dengan alasan belum membutuhkan pegawai baru.
Kebetulan ada penyalur yang menawarkan kerja jadi TKW di Malaysia sana. Setelah berpikir panjang dan berulang-ulang. Mira memutuskan untuk menerima tawaran itu.
Ia merasa kasian kepada orang tuanya! yang serba kekurangan. Mana adik-adik nya masih membutuhkan biaya yang banyak. Mira berniat ingin meringankan beban kedua orang tuanya.
"Ya sudah, hati-hati ya, dan ingat selalu di mana pun kamu berada jangan pernah meninggalkan sholat yang lima waktu. sesibuk apapun itu." pesan Pak Muhidin ke Elmira, dan Elmira pun mengangguk.
"Iya Pak, Mira akan selalu mengingat pesan Bapak."
"Mira jangan lupa selalu kirim kabar ke rumah ya? karena Umi akan khawatir." tutur bu Diah.
"Iya Umi, Mira pasti akan mengirim kabar pada Umi dan Bapak." Mira mencium tangan umi dan bapaknya. Lalu menghampiri adik-adiknya yang berderai air mata.
"Kak jangan pergi, jangan tinggalkan kami kak."kata adik-adik Mira bergantian.
Walau sedih mendengar ucapan adik-adiknya barusan. Mira harus kuat tak boleh terlihat menangis di mata adik-adiknya.
Mira tersenyum menatap mereka semua.
"Dengar kakak dek! jangan membuat Umi dan Bapak marah ya? kalian harus nurut, dan membantu beliau. Belajar yang bener! agar menjadi orang yang sukses, nanti kakak kirimkan uang untuk membantu membeli keperluan kalian sekolah." tutur Mira berpesan pada adik-adiknya.
"Tapi kak?" timpal adiknya.
"Sekarang kakak harus pergi, sudah siang nih. Jangan lupa pesan kakak ya dek?" Elmira menoleh bu haji yang sudah lama menunggu di depan. Bu haji adalah orang yang menawarkan Mira pekerjaan itu.
"Umi, Bapak, Mira berangkat dulu ya?" ucap Mira pada kedua orang tuanya. Setelah Mira mencium tangan kedua orang tua, dan mencium si bungsu yang ada di pangkuan uminya.
Mira pergi meninggalkan keluarga yang sangat di sayangi nya. Pak Muhidin dan Bu Diah hanya menatap berat putri sulungnya. Sementara adik-adik Mira.
"Kakak cepat kembali kak," sambil melambaikan tangan.
Mira yang sudah masuk mobil menoleh kearah keluarga! tak lupa balas melambaikan tangan. Kemudian mobil melaju pergi meninggalkan tempat itu. tujuan Jakarta.
Hening ... di dalam mobil Mira menyandarkan bahunya ke kursi mobil. Pandangannya keluar jendela mobil, sesekali mengusap air mata yang terus mengalir!
Bagi Mira Ini kali pertama dia meninggalkan keluarga besar dan Kampung halamannya. Karena sebelumnya paling meninggalkan sewaktu kerja dari pagi sampai sore saja lalu balik lagi.
Namun kali ini sangatlah berbeda. Mungkin kali ini akan bertahun-tahun ia tidak bertemu keluarga tercintanya.
"Kamu mau makan dulu Mir? ini sudah setengah dari perjalanan?" tanya Bu haji memecah lamunan Mira.
Mira menggercapkan matanya! dan menoleh bu haji yang duduknya di depan bersama supir.
"Eh ... Mira gak lapar Bu, biar nanti saja!" Mira mengalihkan pandangannya ke arah jendela melihat kuda-kuda besi yang sibuk berlalu-lalang.
Selama perjalanan Mira tak banyak bicara. Hingga sampailah dia di depan gedung yang Bu haji bilang itu! tempat selama Mira di karantina. Mira keluar dari mobil melihat ke arah gedung disitu ada tulisan PT. Mitra muda XX yang ada di daerah Jakarta.
"Mari masuk Mir." ajak Bu haji yang duluan berjalan di buntuti oleh Mira membawa tas berisi pakaian.
Setelah di dalam, masuklah ke suatu ruangan! yang di sana ada beberapa tempat tidur dan di dalamnya banyak perempuan mungkin mereka juga calon TKW, sama seperti Mira.
"Kamu sementara tinggal di sini untuk di proses Mir, kamu ikutin aja prosesnya. nanti setelah beres semua prosesnya. Baru kamu akan di terbangkan," tutur Bu haji.
"Iya bu!" sahut Mira mengangguk.
"Satu lagi, jangan pernah keluar tanpa ijin saya." Tambah Bu haji lagi.
"Iya baik bu," jawab Mira mendudukkan tubuhnya di tempat tidur.
"Sudah! saya pergi dulu ya Mir," pamit Bu haji, meninggalkan Mira di ruang itu. Bu haji melangkah sembari menyalami perempuan di situ yang memanggil Bu haji dengan sebutan madam,
Mira menebar senyuman pada orang-orang di sana. Mereka mendekati Mira dengan ramah, saling menyapa satu sama lain.
"Kamu tujuan bekerja ke Negeri mana dek?" sapa perempuan yang usianya sekitar tiga puluh tahunan itu.
"Mau ke Negeri Jiran mbak," sahut Mira dengan ramah.
"Panggil aja aku teh Cucu." Kata Cucu menjabat tangan.
Mira mengangguk, dan menyambut tangan Cucu. "Aku Elmira teh! dari Cianjur," tambah Mira.
"Oh, teteh dari Subang." Tambah Cucu.
"Teh maaf, kalau toilet/kamar mandi di mana ya?" tanya Mira.
"Tuh sebelah sana Mir." Jawab Cucu menunjuk ke arah toilet.
"Terima kasih, teh?" Mira senyum ramah.
Mira melangkah ke arah toilet. Badan terasa gerah, mau mandi dan belum salat, magrib ....
,,,,,
Terima kasih kepada yang sudi mampir di tulisanku ini. Mohon dukungannya. Jangan lupa like, komentar sebanyak-banyaknya. Agar aku tambah semangat menulis.
Tak lama kemudian Elmira keluar dari kamar mandi, sudah berganti baju dan kerudung pashmina nya. Lalu ia salat magrib, setelah itu ia membereskan alat sholat ia simpan di atas tempat tidur.
Ia melirik yang lain, ada yang sedang membaca. Belajar bahasa, ada yang sedang beres-beres. Ada juga yang main handphone aja.
Ada juga yang sedang masih salat. Ia melirik teh Cucu, dia sedang tiduran sambil membaca buku. Mira mendekatinya, dan duduk di atas tempat tidur Cucu.
"Teh Cucu lagi apa?" tanya Mira sembari tersenyum manis.
"Ini membaca buku panduan memasak hi ... hi ... hi ..." sahut teh Cucu sambil bangun dari tidurannya. Dan duduk di samping Mira.
"Oh, teh Cucu sudah lama di sini?" Mira mengalihkan pandangannya ke setiap tempat di situ.
"Em. Ada, lah kira-kira dua mingguan," jawab teh Cucu.
"Emang teh Cucu, tujuannya kemana?" tanya Mira.
"Maunya sih Singapore Mir, tapi gak tahu juga." Kata Cucu menoleh ke sembarang tempat.
"Och, Teh bukannya Singapore dan Malaysia itu berdekatan?" Mira menatap ke arah Cucu.
"Iya katanya sih, aku juga baru mau kesitu hi ... hi ... hi ..." sahut Cucu tertawa.
"Emang sebelumnya teh Cucu kerja di mana? Mira penasaran.
Cucu berpikir sejenak, lalu ia menjawab pertanyaan dari Mira. "Sebelumnya, aku kerja di Jakarta. Sempat di perumahan jadi asisten, tapi cuma beberapa bulan aja. Aku ingin mendapat uang yang lebih banyak, aku mempunyai anak perempuan yang usianya baru dua tahun." Ujar Cucu menghela napas dalam-dalam dan menghembuskan dengan panjang.
Mira yang mendengarkan cerita Cucu begitu serius dan antusias. "Suami teh Cucu kerja apa emangnya?" tanya Mira lagi, tambah penasaran dengan kisah teman barunya itu.
"Ia, tukang ojek, tapi sekarang cuma sebagai mantan! dia selingkuh di saat aku bekerja di Jakarta." Cucu menunduk.
Mira mendekati dan mengusap bahu Cucu. "Yang sabar ya teh, terus putri teteh tinggal sama siapa sekarang ini?" tambah Mira.
"Shila. Sama neneknya, Ibu aku." jawab Cucu mengusap air matanya.
"Em ... yang sabar ya teh! semoga kedepannya, teteh temukan kebahagian yang lebih dari sebelumnya," ujar Mira menguatkan Cucu, yang lain pun yang mendengarkan ikut terharu.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 07.30 wib. Mereka mengerjakan salat isha, lalu mereka mencari makan, di sekitar gedung itu.
Setelah selesai makan, karena merasa capek, ngantuk pun sudah menyerang. Akhirnya Mira membaringkan tubuhnya di atas kasur, membuka lipatan selimut dan memakainya. Mira pun tak butuh waktu lama untuk tertidur lelap.
...----------------...
Selang dua hari, bu haji datang lagi. Kini Mira tengah bersih-bersih bersama yang lainnya. Dan bu haji menghampiri mereka.
"Assalamu'alaikum!" sapa Bu haji mengulurkan tangan pada semua bergantian.
"Wa'alaikum salam ... Madam." jawab semua berbarengan. Semuanya duduk di lantai begitupun dengan bu haji.
"Kalian masing-masing, hari ini akan di proses sesuai peraturan, dan berkas-berkas kalian sudah di pihak yang berwenang. Jadi ... kalian ikuti saja prosedurnya, apa kalian mengerti?" tutur bu haji menatap semuanya.
"Mengerti madam," semuanya menganggukkan kepala pertanda mengerti.
"Saya akan datang lagi secepatnya, apalagi kalau ada perkembangan yang baik buat kalian."
"Iya madam."
"Oya, sebelum saya pergi, apa ada yang mau di sampaikan?" Bu haji menatap satu persatu.
Mira ingin sekali bicara, namun ia ragu dan malu. Sehingga ia hanya menatap.
"Mungkin kalian. Ada butuh sesuatu, atau memerlukan uang saku?" tambah bu haji.
Yang lain menggelengkan kepalanya, bu haji menatap ke arah Elmira.
"Mira, apa ada yang ingin kamu sampai kan?"
"Eh ... iya Madam." Mira menunduk dalam.
"Ada apa? Oya jika kalian membutuhkan uang saku bicara saja. Gak perlu sungkan, karena itu juga bukan cuma-cuma melainkan pinjaman." Bu haji menjelaskan.
"Maaf Bu, Mira butuh uang saku, Mira gak ada uang tuk bekal di sini." Keluh Elmira sambil meremas jari tangannya, sedikit gugup.
"Oh, baik lah, butuh berapa?" tegas bu haji pada Elmira.
"Eh ... Rp 500 aja dulu Bu!" kata Elmira merasa senang. Akhirnya dapat pinjaman juga.
Bu haji mengambil tasnya, mengambil sejumlah uang yang di butuhkan Elmira.
Ia memberikan uang itu ke Elmira, lalu Elmira mengambilnya.
"Terima kasih Madam?" Elmira sangat berterima kasih.
"Ya sudah, kalau kalian gak ada keluhan lagi." Bu haji berdiri dari duduknya, merapikan pakaiannya yang kusut.
"Assalamu'alaikum ..." bu haji melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Wa'alaikum salam ..." jawab Elmira dan yang lainnya berbarengan. Elmira menatap kepergian Bu haji, sampai hilang dari tatapannya.
"Bu haji baik ya." gumam Elmira pelan.
"Ya, baik lah. Orang ... uang yang di kasihkan itu, kan pinjaman, yang tentu nya harus kita bayar." ketus sala satu teman Elmira.
"Tapi setidaknya kita, kan merasa tertolong, Mbak?" kata Elmira tersenyum.
"Iya sih, bener Elmira, setidaknya ketika kita butuh pertolongan ada yang nolong." sahut Cucu membenarkan kata-kata Elmira.
Kemudian mereka berdiri melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
"Mir, aku lapar nih makan yuk?" ajak Cucu.
Mira yang tengah duduk melipat mukenanya karena habis salat Dhuha. "Iya teh. Mira juga sudah lapar nih." Mira mengiyakan, ajakan Cucu yang mengajaknya makan.
Mereka berdua keluar mencari makan, dan yang lain hanya menitip saja.
"Kamu mau makan apa Mir?" tanya Cucu menatap Elmira.
"Em ... aku pengen bakso teh, jadi Mira pesan bakso aja, sama air mineralnya yang 1 liter." Jawab Elmira memandang ke gerobak bakso di sana.
Hanya sekitar 40 menit Mira dan Cucu sudah kembali dari membeli makanan, Mereka makan bersama, sambil mengobrol. Saling berbagi cerita masing-masing.
"Kamu kenapa pengen kerja keluar Negeri segala?" tanya Cucu pada Mira.
Mira menoleh ke Cucu sambil mengunyah. "Mira ingin membantu keuangan orang tua Mira teh! kasian mereka--" kata-kata Mira terputus sambil terdiam, seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Adik-adik Mira banyak, membutuhkan biaya banyak. Sedangkan bapak hanya sebagai tukang becak, dan umi seorang buruh cuci, itupun kalau ada yang nyuruh." tutur Mira menarik napasnya dalam-dalam.
"Emang, berapa adik kamu?" tanya Cucu lagi.
"Adik Mira ada enam orang. Mira suka sedih kalau adik-adik ngamuk meminta jajan. Sedangkan tidak ada uang." matanya berkaca-kaca merasa sedih.
"Sabar ya Mir?" kata seorang teman bernama Yuli, dan mengusap bahu Mira.
"Mira bertekad harus bisa membantu umi dan bapak, membiayai adik-adik sekolah. Mereka harus sukses jangan seperti Mira," tambah Mira sembari memperbaiki kerudungnya di dagu.
Semua merasa haru, dan simpati pada sosok Elmira.
"Ya, semoga kamu berhasil ya Mir," ucap Cucu.
"Makasih teh! moga kalian semua juga berhasil, lancar setiap urusannya. Aamiin." ujar Mira menatap teman-temannya.
Makan pun selesai, karena sudah masuk duhur. Mira bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, bergantian dengan yang lain. Kemudian melaksanakan salat duhur bersama.
Sekitar pukul dua siang, Mira dan Cucu di panggil oleh pihak PT. untuk mengikuti prosedur yang ada. Mereka pun masuk ke sala satu ruangan di PT. tersebut ....
Sudah seminggu Elmira di Jakarta, ia merasa cemas. Takut gak lulus. Kalau aja gak lulus ia bingung harus cari kerja kemana lagi?
Kerjaan emang banyak, yang membutuhkan asisten rumah tangga pun banyak. Tapi terkadang gak mudah, harus melalui yayasan dulu.
"Hei, bengong mikirin apa sih?" sapa Cucu sambil mendudukkan tubuhnya dekat Mira.
"Eh teh Cucu." Mira menoleh seraya melukiskan senyuman samar nya.
"Kau terlihat begitu cemas, memikirkan apa sih?" teh Cucu menatap begitu lekat. Seakan ingin tau apa yang ada dalam pikiran Elmira.
Elmira menarik napas dalam-dalam. Lantas berkata. "Mira cemas teh, gimana kalau aku gak lulus? jangankan terbang ke Malaysia, yang ada di pulangkan lagi ke kampung." ekspresi wajahnya menggambarkan kesedihan.
"Em, jangan sedih, jangan juga merasa cemas. Aku yakin Tuhan akan mendengar doa gadis baik sepertimu," ujar Cucu pada Mira sambil mengusap bahu gadis cantik itu.
"Aamiin, teh Cucu bisa aja. Makasih ya teh?" Mira menatap dengan senyuman tulus.
"Haduh ... ini mah melo-melo mulu. Kapan bahagianya?" kata salah satu kawannya dari belakang, menghampiri. Mira menoleh dan memberi senyumannya.
"Mungkin nanti Mbak." Seru Mira.
Nada dering handphone Mira berbunyi. Ia pun mengambil Handphone nya di dalam tas. "Hera," gumam Mira.
"Teh Cucu Mira angkat telepon dulu ya." Mira menoleh Cucu dan yang lainnya.
"Halo, Assalamu'alaikum? Hera sehat? gimana Umi dan yang lainnya?" tanya Mira ia merasa senang bisa bicara dengan keluarganya walau hanya lewat suara.
"Wa'alaikumus salam! sehat, kakak gimana. Sehat juga?" tanya Hera adik yang paling dekat jaraknya dengan Mira.
"Kakak baik. Alhamdulillah," jawab Mira.
"Kak, ini umi mau bicara." Hera tak terdengar lagi suaranya tergantikan dengan suara uminya.
"Mira gimana kabarmu, Nak? Umi kangen sama kamu Mir," suara Bu Diah lirih.
"Umi, maafkan Mira jarang ngasih kabar, tapi Mira di sini baik-baik aja Umi," kata Mira.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik di sana. Umi senang bisa mendengar suaramu Mira" lirih Bu Diah.
"Iya Umi, Bapak sehat?" tanya Mira ingat akan Bapaknya.
"Bapak baik. Sekarang juga sedang narik." Kata uminya Mira.
"Syukurlah, adek-adek sehat, kan Mi?" tambah Mira.
"Adikmu juga sehat, mereka sering nanyain kamu. Mereka kangen sama kamu! jangan lupa sholat yang lima waktu ya. Mir" ujar bu Diah.
"Iya Umi, Mira akan selalu ingat pesan Bapak sama Umi kok, Mira juga kangen sama kalian." Keluh Mira.
"Umi juga kangen, berat di tinggalkan Mira. Kalau aja bisa mencari kerja di kampung aja Mir" ujar Umi Diah.
"Umi doa kan Mira ya? semoga secepatnya Mira Bisa berangkat, agar secepatnya juga Mira bekerja." Mira penuh harap.
"Tentu, Umi dan Bapak akan selalu doakan Mira, di manapun berada."
"Makasih ya Umi, Oya, Umi gak kerja sekarang nih?" tanya Mira.
"Umi sudah lama gak ada kerja, jadi cuman mengandalkan Bapakmu saja." Tambah umi Diah.
Mira merasa sedih, mendengar uminya tidak bekerja. Dari mana umi dapat uang jajan buat adek-adek.
"Umi, kalau seandainya Umi sangat butuh uang, cari pinjaman aja dulu, insya'allah nanti kalau Mira sudah punya uang di ganti," tutur Mira.
"Mira, jangan terlalu mikirin kita disini, pikirin aja dulu Mira sendiri. Jangan khawatir Neng. Umi dan adek-adek, kan ada Bapak." tambahnya.
"Iya Umi, Mira disini baik-baik saja. Umi gak usah khawatir tentang Mira, ya udah dulu Umi, nanti pulsa Hera abis. Salam buat Bapak ya Umi? sehat selalu buat kalian," timpal Mira suaranya parau, di tenggorokannya tertahan kesedihan. Mata pun berkaca-kaca.
"Ya sudah. Assalamu'alaikum ..." ucap umi Diah lirih.
"Wa'alaikum salam ... Umi," jawab Elmira.
Ia merasa senang rasa rindunya sedikit terobati.
"Doakan aku ya umi. Semoga urusan Mira lancar," batin Mira sembari menyimpan handphone nya.
...-------------...
Kini Mira sedang membaca buku panduan yang di kasih pihak PT. dengan sangat fokus.
"Fokus amat Mir?" tanya seorang teman di sana menghampiri Mira dan duduk di samping Elmira.
Mira hanya tersenyum, meliriknya sekilas. "Biasa aja kok mbak," kata Mira.
"Di luar ada madam tuh, baru datang" jelas Mbak Yuli pada Mira.
"Oya, oiya kalau teh Cucu kemana ya? Mbak lihat gak?" Mira menatap Yuli. Menyimpan bukunya yang tadi Ia baca.
"Teh Cucu tadi di panggil pihak PT. " jawab Yuli.
"Oh." Mira membulatkan bibirnya.
Teh Cucu yang baru masuk mendekati Mira, ekspresi wajahnya begitu sumringah,
"Mir, kamu di panggil. Harus ke kantor sekarang juga, dan di situ ada madam juga," kata Cucu
"Ada apa? kok teh Cucu sumringah banget?" Mira sedikit heran.
"Cu, kamu bahagia banget sih?" tanya Yuli menatap Cucu, yang terlihat sangat bahagia.
Cucu bukannya menjawab malah senyum-senyum matanya berbinar-binar. Tiba-tiba ia memeluk Mira dan Yuli.
"Aku lulus, besok aku bisa terbang, hore ... Alhamdulillah!" tutur Cucu penuh haru.
Mira maupun Yuli yang tadinya kaget menjadi haru, ikut bahagia mendengar Cucu sebentar lagi mau terbang ke Singapore.
"Selamat ya teh Cucu?" kata Mira sambil membalas pelukan Cucu.
Sesaat mereka berpelukan, kemudian Cucu melepas pelukannya,
"Sudah, kamu Mira cepat ke kantor. Siapa tahu ada kabar baik untukmu," suruh Cucu, seraya mengusap air mata bahagianya.
Mendengar perkataan Cucu, Mira bangkit, melangkah keluar ruangan itu.
Sedikit berlari menuju Kantor.
Setiba di tempat yang di tuju, dan benar saja di situ ada Bu Haji juga.
Tok, tok, tok. Orang yang di dalam menyuruhnya masuk. Mira pun membuka pintu lalu masuk mendekati beberapa orang kantor dan Bu haji.
Mira pun duduk, yang sebelumnya sudah dipersilahkan.
"Kamu tahu kenapa kamu di panggil kesini saat ini?" kata Bapak sekertaris PT. Mira menggelengkan kepala pelan.
Beliau menyodorkan map yang berisi berkas-berkas,
"Besok kamu berangkat, penerbangan jam dua sore. Paspor, tiket dll sudah ada di map ini." Bapak itu menjelaskan.
"Benar Madam, kata Bapak ini?" Mira menoleh Bu haji.
Bu haji mengangguk, mengiyakan, pertanyaan Mira.
Setelah melihat ekspresi Bu haji mengiyakan. Mira merasa bahagia, akhirnya ia segera bisa terbang ke Malaysia, ia menyatukan tangannya di dada.
"Alhamdulillah ya Allah." gumam Mira.
"Terima kasih Pak?" Mira tersenyum.
"Maaf Mir, gak bisa, saya sangat sibuk. Jadi gak bisa mengantarmu ke Kampung." Bu haji menatap Mira yang sedikit kecewa.
Raut wajahnya Mira sedikit muram, yang tadinya sumringah. Berharap bisa ketemu dengan keluarga, pupus sudah.
Hati Mira jadi melengos, sedih. Mau pulang sendiri nggak berani, maklum dia gadis kampung yang baru ke Jakarta dan tidak berani ke mana-mana sendiri ....
...🌼---🌼...
Mohon dukungannya ya makasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!