Beberapa tim medis segera berlarian keluar saat seorang pasien VIP memasuki halaman rumah sakit.
Tim dokter terbaik rumah sakit segera memasuki ruangan VIP.
Hanya butuh waktu singkat beberapa peralatan canggih di pasang guna mempercepat proses pengobatan sang pasien. Bukan hanya dokter dan fasilitas VIP yang diterima pasien, namun juga obat-obatan dan para tim medis yang membantu merawatnya semuanya adalah orang-orang pilihan.
Setelah tindakan yang cukup lama, seorang dokter kepala menemui keluarga pasien.
Dia adalah Damayanti Wiraatmadja Istri sah Handoko Wiratmaja yang menunggu suaminya dengan tatapan cemas.
Wanita itu beranjak dari duduknya dan menghampiri seorang dokter yang memasuki ruang tunggu.
"Bagaimana keadaan suamiku dok," tanyanya dengan nada khawatir
"Alhamdulillah Pasien sudah melampaui masa kritisnya dan kita tunggu saja sampai dia siuman,"
Seketika wajah Dama berbinar-binar mendengar jawaban sang dokter. Wanita itu tak berkali-kali mengucap rasa syukur karena suaminya sudah membaik.
"Apa saya sudah boleh melihatnya dok?" tanya Dama
"Silakan," jawab Sang dokter kemudian mengantarkan Dama menuju bangsal perawatan pasien VIP.
Meskipun Dama sudah lega mendengar suaminya sudah melewati masa kritisnya, namun melihat banyaknya selang yang terpasang di tubuh sang suami tetap saja membuatnya tak tenang.
"Sayang, cepat sembuh ya," ucap Dama menggenggam jemari Suaminya
"Maafkan aku kalau aku banyak salah padamu, aku tahu bukan istri yang sempurna bagimu, tapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik buat kamu," imbuh Dama
Ia menempelkan telapak tangan Suaminya ke pipinya dan berkali-kali menciuminya.
"Tika...tika,_"
Seketika Dama membelalak saat mendengar suaminya menyebut nama wanita lain di depannya.
"Bahkan saat kau sekarat pun, kau masih tetap mengingat namanya. Tidak bisakah kau menyebut namaku sekali saja. Apa dia begitu berarti untukmu hingga kau selalu mengingatnya. Jika kau begitu menyukainya kenapa dulu kau tak menikahinya, kenapa malah memilih menikahi aku!" seru Dama meluapkan kemarahannya
*Pranng!!
Mendengar suara gaduh di bangsal perawatan Handoko membuat seorang tangan kanannya segera masuk ke ruangan itu dan mengamankan Damayanti.
Broto Adiwijaya segera menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Damayanti agar tak menyentuh Handoko.
"Lepaskan aku!" seru Dama meronta-ronta
"Maaf nyonya, sebaiknya anda tidak melakukan hal-hal yang bisa membuat kondisi Bapak kembali memburuk," ucap Handoko
"Benar Nyonya, untuk saat ini yang diperlukan oleh pasien adalah ketenangan agar ia bisa kembali pulih," imbuh sang dokter menengahi mereka
"Tika...Tika," kembali terdengar suara Sudirman memanggil sekretarisnya yang juga merupakan istri sirinya.
Tantu saja hal itu membuat Dama semakin kesal hingga terus mengeluarkan sumpah serapah untuk madunya itu.
Dokter kemudian meminta Broto Adiwijaya untuk membawa Wilantika menemui Handoko.
Meskipun Dama berkali-kali melarangnya namun berkat bantuan pengacara keluarganya, wanita itu pun mengijinkan Tika menemui suaminya.
Seorang pengacara berusaha memberi pengertian kepada Dama saat Tika bersama dengan Handoko. Sebagai seorang yang sangat dipercaya di keluarga Handoko, tentu saja Dama mendengarkan semua nasihat Hilman Natawijaya.
Ia bahkan tak berani menolak saat Hilman memintanya keluar dari ruangan itu dan membiarkan Handoko berdua dengan Wilantika.
Meskipun rasa kesal masih memenuhi dadanya namun, Dama tam punya pilihan lain selain menunggu.
Ia berharap suaminya segera siuman agar ia bisa membicarakan masa depan keluarga Handoko.
Tidak lama Tika keluar memanggil dokter.
Dama yang merasa khawatir berusaha ikut masuk, namun lagi-lagi Hilman melarangnya.
"Tunggu saja di sini, biarkan aku yang masuk. Tetaplah menjadi istri yang elegan dan jangan memperlihatkan amarahmu di depan orang-orang," pesan Hilman sebelum meninggalkan Dama
Pria itu kemudian memasuki bangsal perawatan Handoko bersama dokter dan tangan kanan Handoko, Broto Adiwijaya.
Handoko tampak duduk bersandar di ranjangnya.
Meskipun terlihat pucat namun Handoko sudah terlihat bugar.
Dokter yang sudah memeriksanya menyatakan kondisi lelaki itu sudah membaik.
"Kebetulan sekali kau ada di sini," ucap Handoko saat melihat Hilman
"Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Hilman
"Aku merasa jika hidupku tak lama lagi. Jadi ingin membuat wasiat saat aku masih bisa berpikir jernih," ucap Handoko membuat semua orang tercengang Mendengarnya
"Apa perlu saya memanggil Istri anda?" tanya Hilman
"Tidak perlu, aku rasa kau sudah mewakili dia," jawab Handoko
Ia kemudian meminta selembar kertas dan pena. Broto segera memberikan selembar kertas dan pena kepadanya.
Handoko segera menuliskan wasiatnya didepan dokter, pengacara, istri kedua dan orang kepercayaannya.
Setelah selesai, Han memberikan kertas itu kepada Hilman dan memintanya untuk membacakan di depan keluarga besarnya.
Keesokan Harinya Hilman mengundang Tika dengan putranya untuk datang ke kediaman keluarga Handoko.
Wilantika terlihat canggung saat Dama terus memelototinya. Ia tahu seumur hidup wanita itu tak pernah mengizinkannya untuk menginjakkan kakinya di istananya. Namun hari itu demi sebuah wasiat keangkuhan Dama mulai mencair.
Semua orang terdiam dan fokus mendengarkan isi wasiat yang dibacakan oleh Hilman.
Dama begitu puas saat mengetahui Handoko mewariskan hampir delapan puluh persen harta kekayaannya untuk dirinya dan anaknya. Sebaliknya Tika terus menggenggam erat jemari putranya saat mengetahui Handoko tak memberikan apapun untuk dirinya dan putra mereka.
Namun kedua wanita itu tiba-tiba terkejut saat mengetahui Handoko mewariskan HAWI Corporation kepada Janaka Wiratmaja putra Wilantika.
Jika Wilantika langsung bersyukur dengan memeluk Janaka, Dama justru langsung melayangkan protes. Wanita itu tak terima saat mengetahui suaminya mewariskan perusahaan keluarga yang dibangunnya dari nol bersamanya harus diberikan kepada orang lain.
"Aku tidak percaya dia memberikan perusahaan itu kepada seorang anak haram. Kalian tahu kan bagaimana perjuanganku dan Mas Han saat merintis perusahaan itu dari Nol. Aku tidak bisa terima ini, HAWI adalah nafasku jadi jika ia memberikan nafasku kepada orang lain maka aku akan mati!" seru Dama meluapkan kemarahannya
Wanita itu bahkan bersikeras untuk menemui Handoko di rumah sakit, namun Hilman berkali-kali menahannya.
"Kalau kau ingin merebut HAWI Corporation dari tangan Janaka maka jalan satu-satunya adalah dengan menikahkan Khalif," tegas Hilman
Namun Dama mengetahui itu adalah hal mustahil karena Khalif sama sekali tidak tertarik dengan pernikahan. Putra semata wayangnya itu lebih suka kehidupan bebas bahkan ia memilih menjadi seorang pembalap daripada menjadi CEO HAWI Corporation.
Setelah pertemuan itu Dama berusaha membujuk Khalif untuk kembali pulang, namun sayangnya sang putra mahkota tak tertarik dengan tawaran sang Ibu.
Tentu saja hal ini membuat Dama begitu kesal dengannya hingga ia sengaja membekukan semua kartu kredit milik Khalif.
*Universitas Pembangunan
Semua mahasiswi seketika berteriak histeris saat melihat kedatangan seorang pembalap muda yang tampan dan digandrungi oleh kaum hawa.
"Khalif!!!"
Terdengar teriakan mereka memanggil namanya berharap pria itu akan meresponnya. Namun sikap dingin Khalif tak membuatnya menoleh sedikitpun kepada mereka.
Seorang gadis menatap takjub dari kejauhan. Ia tak berani mendekat karena enggan berdesakan dengan mahasiswi lain hanya untuk melihat seorang Idol.
Di depan lobby seorang gadis cantik menyambut kedatangannya dengan membawa kalungan bunga.
Khalif berdiri takjub menatap kecantikan gadis di depannya.
"Aku tak percaya ternyata ada bidadari di kampus ini," ucapnya lirih
Karena Khalif merasa jatuh hati dengan wanita itu pada pandangan pertama ia pun menyuruh assisten pribadinya untuk mencari tahu tentang wanita itu.
"Sebaiknya anda tidak mendekati gadis itu, dia adalah Mutia Hasan kekasih dari saudara tiri Anda, Mas Janaka Wiratmaja," ucap asisten pribadinya
"Kalau begitu katakan pada ibuku, aku ingin menikah dengannya," jawab Khalif
Mutia mengantar Khalif ke ruang rektor. Kedatangannya kali ini memang untuk menjadi dosen tamu yang akan mengajar kuliah singkat tentang olahraga.
Selesai berbincang dengan Rektor, seorang Dekan fakultas mengantarnya ke ruang kelas.
Semua mahasiswa tampak antusias saat menyambut dosen tampan itu, bukan hanya kaum hawa yang terpesona dengan ketampanannya, namun kaum Adam bahkan terhipnotis dengan tubuh atletis dan kharisma seorang Khalif Wiratmaja.
"Serius amat Nin. Biasanya lo molor kalau ada kuliah pagi,"
"Abis Mas Khalif ganteng banget, coba dia ngajar tiap hari, aku pasti semangat kuliah," sahut Nina
"Kalau kamu ngefans sama dia kenapa gak minta tanda tangan atau foto seperti yang lainnya?"
"Aku malu, lagian aku ini hanya remahan rengginang, jadi biarlah aku menjadi pengagum rahasianya saja. Toh aku sudah bahagia saat bisa melihatnya meski dari kejauhan," jawab Nina
"Ish kebiasaan nih selalu saja Insecure. Ingat Nin, kamu tuh cantik, hanya saja kamu belum bisa menemukan dimana sisi cantikmu," jawab Mutia
"Kalau kamu yang ngomong aku percaya kok, pasti nanti yang menemukan sisi cantikku itu kang salon," jawab Nina terkekeh
Tidak lama seorang pria menghampiri mereka.
"Selamat Pagi nona, saya datang untuk menjemput anda,"
Nina dan Mutia saling berpandangan saat mendengar ucapan pria itu.
"Saya??" jawab Mutia
Lelaki itu mengangguk dan memberikan sebuah undangan kepadanya.
Mutia benar-benar tak menyangka jika Janaka benar-benar akan mengundangnya di hari ulang tahun ayahnya.
"Mas Janaka minta anda bersiap-siap, jadi mari silakan ikuti saya,"
"Baik,"
Mutia kemudian membalikkan badannya dan memeluk sahabatnya Nina.
"Akhirnya, aku dikenalkan juga sama orang tua Janaka, aku gak nyangka kalau dia benar-benar serius sama gue," ucap Mutia
"Selamat ya, tapi aku salut loh sama dia. Meskipun dia anak orang kaya tapi dia cukup setia dengan satu wanita bahkan dia langsung menjalin hubungan yang serius denganmu. Cowok kaya dia itu langka Mut, jadi jaga dia baik-baik," jawab Nina
"Iya sih, aku beruntung banget dapetin dia. Btw aku jalan dulu ya, nanti kalau ada apa-apa aku kabarin,"
"Hmm, hati-hati dan selamat deg-degan!" seru Nina
Nina menatap kepergian sahabatnya dengan takjub.
"Andai hidup ku kaya mutia, Bukan hanya memiliki paras cantik dia juga beruntung karena memiliki cowok tajir berhati malaikat seperti Janaka," gumam Nina
*********
Siang itu cukup terik hingga membuat Nina memilih naik taksi saat pulang ke rumah.
Setibanya di rumah ayahnya tampak mempersiapkan makan siang untuknya.
Mencium aroma makanan membuat gadis itu langsung menuju ke ruang makan.
"Wah enak sekali, tahu aja ayah kalau aku kelaparan!" seru Nina segera duduk dan mengambil piring.
"Cuci tangan dulu!" seru Dado segera menepis lengan Nina saat hendak menyendok nasi di depannya.
"Iya, iya, ah kolot amat sih punya Bapak!" gerutu Nina
Dado mengambil sebuah undangan dan memberikannya kepada Nina.
"Apa ini?" Nina tampak mengernyitkan keningnya melihat undangan tersebut
"Baca aja sendiri,"
Nina mencebikan bibirnya kemudian membuka Undangan itu.
"Undangan ulang tahun CEO HAWI Corporation, untuk apa mereka mengundang ku?" Nina mengerutkan keningnya saat mendapat undangan dari salah seorang konglomerat di Jakarta
Nina yang tak peduli melemparkan undangan itu dan memilih buru-buru makan.
Sementara itu Dado mengambil kertas undangan yang tergeletak dan membacanya.
"Ini adalah undangan kehormatan bagi siswa berprestasi dari pihak HAWI Corporation. HAWI Corporation memang selalu memantau beberapa siswa berprestasi dari kampus-kampus elite untuk merekrut mereka sebagai tim SDM terbaik guna memperkokoh perusahaan mereka. Biasanya mereka memang akan mengundang para mahasiswa tersebut ke acara-acara seperti ini," terang Dado
"Lalu untuk apa aku disana?" Tanya Nina
"Tentu aja untuk memulai kerjasama kalian,"
"Apa aku akan tanda tangan kontrak kerja?"
"Bisa jadi seperti itu,"
"Wah keren, berarti aku tak perlu jadi Pengacara seperti keinginan ayah. Yes, akhirnya aku bisa menjadi seorang wanita karier yang sukses. Ah ...aku tidak menyangka bisa seberuntung ini!" seru Nina begitu bahagia
"Inilah mental orang Indonesia yang lebih senang menjadi karyawan dan bekerja di bawah tekanan daripada harus jadi wirausahawan," celetuk Dado
Nina tersenyum memamerkan giginya yang putih saat mendengar celetukan ayahnya.
"Tunggu, HAWI Corporation... kalau tidak salah Khalif Wiratmaja adalah putra tunggal dari CEO HAWI Corporation, apa dia ada di sana juga?" Nina membelakakan matanya membayangkan pertemuannya dengan Khalif di pesta ulang tahun tersebut
"Sebagai putra mahkota keluarga Wiratmaja tentu saja dia harus ada, kecuali jika dia memang tak mau menjadi pewarisnya lagi,"
"Yes, berarti aku harus segera bersiap-siap dan dandan habis-habisan agar gak malu-maluin saat ketemu my idol,"
"Gak usah dandan juga udah cantik kok Nin," jawab Dado
"Itu kan kata ayah, tapi kata mereka kan beda," jawab Nina
Ia segera meninggalkan meja makannya dan berlari ke kamarnya.
"Haish dasar anak-anak, bukannya dihabiskan dulu makannya malah pergi."
Setelah berdandan hampir tiga jam akhirnya Nina keluar dari kamarnya.
Ia mencari Dado untuk berpamitan.
"Ayah aku pamit dulu ya, doakan aku agar bisa berfoto bareng dengan Khalif,"
"Jangankan foto bareng, aku yakin si Khalif juga bakal jatuh hati padamu," jawab Dado
"Masa sih??" tanya Nina tak percaya
"Kok gak percaya, omongan orang tua adalah doa, coba saja buktikan!" jawab Dado terlihat sewot
"Aamiin," jawab Nina
Gadis itu kemudian memesan layanan ojek online untuk mengantarnya ke tempat tujuan.
*Kediaman Handoko Wiratmaja
Mutia terlihat begitu tegang saat Janaka memperkenalkan dirinya kepada ayahnya.
Saat mereka sedang berbincang tiba-tiba Damayanti masuk ke ruangan itu bersama dengan Khalif.
"Kalau syarat untuk mendapatkan HAWI Corporation adalah dengan Khalif menikah, maka aku akan menikahkannya segera," ucap Dama
"Apa maksudmu," ucap Handoko segera beranjak dari duduknya dan meminta Damayanti untuk pergi
"Aku tidak akan pergi sebelum kau menjawab pertanyaan ku!" seru Dama
Melihat istrinya yang terus mendesaknya membuat Handoko kemudian meminta Janaka membawa Mutia pergi.
Handoko kemudian menjelaskan kepada istrinya jika ia memberikan HAWI Corporation kepada Janaka karena hanya Janaka yang kompeten dan mau mengurusnya. Sedangkan Khalif sendiri tidak mau bekerja di perusahaan tersebut.
Namun Dama menyangkal dan menuding jika Han sengaja menjadikan alasan itu untuk memberikan perusahaan itu kepada anak tirinya itu.
Sikap Dama membuat Handoko benar-benar marah. Ia merasakan dadanya begitu nyeri hingga terus memeganginya. Merasa akan terjadi hal yang fatal jika ia tetap meladeni istrinya, Han memilih meninggalkan wanita itu.
Dama terus berteriak memanggil namanya, namun pria itu tetap melenggang pergi.
Handoko kemudian menghampiri para tamu undangan dan menyalaminya.
Handoko yang tak kuat menahan sakitnya sempat roboh saat menyalami Nina.
"Apa anda baik-baik saja?" tanya Nina dengan nada khawatir
"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing," jawab Handoko
Tidak lama Dama menarik lengan pria itu dan kembali mengungkit masalah pembagian warisan.
Tak mau harga dirinya dipermalukan oleh istrinya, Han memberikan tantangan kepada istrinya. Ia berjanji akan mewariskan Hawi Corporation kepada Khalif dengan syarat ia harus menikahi gadis yang bersamanya yaitu Nina.
"Baiklah jika kau benar-benar menginginkan perusahaan itu aku akan memberikannya dengan satu syarat," ucap Handoko
"Katakan saja apa syaratnya!"
"Jika kau ingin menjadikan putramu sebagai CEO HAWI Corporation maka dia harus menikahi gadis yang sudah aku pilihkan untuknya," ucap Handoko kemudian menggandeng lengan Nina
Kini semua orang menatap kearah Nina hingga membuat gadis itu salah tingkah.
Gadis manis dengan gaun warna hitam yang membalut tubuhnya kini menjadi pusat perhatian para tamu undangan. Hingga beberapa kali lampu kamera menyorot kearahnya.
Bukan hanya itu saja, para undangan tak segan mengambil gambarnya hanya untuk memamerkan wajah gadis itu untuk di jadikan sebagai status WhatsApp atau Instagram.
Bukan rahasia lagi jika berita apapun tentang crazy rich Jakarta ini selalu menjadi topik hangat yang selalu di tunggu-tunggu.
Tak bisa di pungkiri Nina yang tiba-tiba menjadi tokoh utama dalam acara malam itu tak bisa menyembunyikan rasa groginya.
Meskipun ia sangat mengidolakan Khalif namun tak terbersit sedikitpun untuk menjadi istrinya.
Ia bahkan berharap jika Handoko hanya bercanda saat mengatakan Khalif harus menikahi dirinya jika ingin menjadi CEO sekaligus pemilik HAWI Corporation.
Namun saat melihat ekspresi wajah Handoko, wajahnya seketika berubah murung. pria itu memberikan isyarat jika apa yang diucapkannya adalah benar.
Broto segera mengalihkan perhatian para tamu dengan meminta Handoko untuk memotong kue ulang tahunnya.
Ia menuntun Handoko berjalan dan membantunya saat ia memotong kue.
Han membisikkan sesuatu kepada Broto saat ia mengambil potongan pertama kuenya.
Broto mengangguk dan segera menghampiri Nina.
Ia kemudian mengajak gadis itu menghampiri Handoko. Kembali semua orang berbisik-bisik membicarakan Nina.
"Potongan kue pertama kali ini akan saya berikan kepada seseorang perempuan spesial, yang mana aku sangat berharap dia akan menjadi menantuku kelak," ucap Handoko
Puluhan lampu kamera kembali mengarah kepada Nina untuk mengabadikan momen tersebut.
Bukan hanya potongan kue pertamanya yang diberikan kepada gadis itu, bahkan Han mengajak Nina untuk bergabung di meja utama bersama anggota keluarganya saat acara dinner.
Han meminta Nina duduk di sampingnya. Tak lama Khalif duduk di sebelah kanan gadis itu, membuat Nina merasakan jantungnya tak karuan saat beradu pandang dengan idolanya tersebut.
Meskipun Khalif sama sekali tak tertarik dengan Nina namun ia berusaha terlihat ramah seperti pesan Ibunya.
Selama dinner berlangsung Nina berusaha bersikap tenang dan elegan. Meskipun ia bukan dari keluarga kaya atau ningrat namun berkat didikan keras Dado Aryakunto membuat Nina menjadi pribadi yang memiliki kepribadian yang hangat dan etika yang luar biasa.
"Aku dengar kau adalah putri seorang pengacara apa benar?" tanya Han membuka pembicaraan dengan Nina
"Benar, dulu ayahku memang berprofesi sebagai pengacara," jawab Nina
"Kalau boleh tahu siapa dia?" tanya Han lagi
"Dado Aryakunto,"
"Wah, aku tidak menyangka jika kau adalah putra mantan hakim agung Dado Aryakunto. Memang pilihanku tidak pernah salah," ucap Han begitu bangga saat tahu Nina adalah putri seorang mantan Hakim Agung
"Apa kau mengenal putraku?" tanya Han menunjuk kearah Khalif
"Tentu saja, siapa yang tidak kenal dengan pembalap nasional Khalif Wiratmaja. Aku bahkan sangat mengidolakannya," jawab Nina tersipu-sipu
"Wah kalau begitu kau harus berterima kasih kepada ku karena aku sudah memberikan kesempatan kepada mu untuk duduk di samping idolamu," goda Han
"Benar sekali, terimakasih banyak atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menikmati makan malam bersama keluarga anda, khususnya bersama idola saya,"
"Kalau kau begitu mengidolakan Khalif kenapa kau diam saja, biasanya para fans akan selalu meminta foto atau tanda tangan darinya. Tapi sepertinya kau tidak begitu, tentu saja itu membuatku sedikit ragu," tandas Han
"Oh begitukah??, tapi... apa boleh aku berfoto dengannya?" tanya Nina ragu-ragu
"Tentu saja boleh, jangankan berfoto, bahkan dia akan jadi milikmu, jika kau mau," jawab Han membuat Nina tersipu-sipu
Nina tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, apalagi saat Han menyuruh Khalif untuk berswafoto dengannya.
Khalif bahkan memberikan helm kesayangannya yang dibubuhi tanda tangannya kepada Nina membuat gadis itu semakin bahagia.
Ia bahkan mengantar Nina sampai ke mobil saat gadis itu hendak pulang.
Pesta pun usai, jika bagi sebagian orang pesta itu membawa kebahagiaan dan keberuntungan karena sang crazy rich Handoko Wiratmaja membagi-bagikan banyak hadiah kepada para tamu undangan.
Namun tidak dengan Khalif Wiratmaja, pria itu merasa jika pesta itu adalah awal dari kemalangan nasibnya. Bagaimana tidak sejak ayahnya mengumumkan Ia hanya akan mewariskan HAWI Corporation kepadanya Jika ia mau menikah dengan Nina Aryakunto. Maka sejak hari itu ibunya, Damayanti Wiratmaja terus memaksanya untuk menikahi gadis itu.
"Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi gadis itu mah. Kau tahu kan jika gadis itu bukan tipe ku. Aku tidak akan mengorbankan kebahagiaan ku hanya demi pernikahan bisnis seperti yang ayah dan ibu lakukan!" seru Khalif
Meskipun ia sudah menolak mentah-mentah permintaan ibunya, namun wanita itu terus membujuknya dengan berbagai cara untuk meluluhkan hati sang putra mahkota.
"Kalau ibu benar-benar menginginkan perusahaan itu, kenapa tidak menyingkirkan Wilantika dan putranya saja. Bukankah dengan begitu kau akan mendapatkan HAWI Corporation tanpa perlu menikahkan aku dengan wanita kampung itu!" seru Khalif
"Jaga bicaramu AL, kau tahu apa yang akan terjadi padamu jika ayahmu mendengarnya!" seru Dama
"Ayah pasti akan mengeluarkan aku dari kartu keluarga atau membunuh ku, terserah saja. Lagipula selama ini dia tak pernah menganggap aku sebagai putranya. Selama ini di matanya hanya ada Janaka satu-satunya putranya yang selalu membanggakan dirinya. Apa ibu ingat, jika ia sama sekali tak pernah mau datang ke sekolah ku jika ada acara. Tapi ia selalu ada untuk anak haram itu!" tandas Khalif dengan tangan mengepal
Dama berusaha menasihati putranya agar tak membenci ayahnya dan meredam emosinya.
Khalif yang sudah muak dengan lingkungan rumahnya bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Ia sengaja memilih menghilangkan rasa kesalnya dengan menghabiskan uangnya di meja judi. Khalif yang memang dikenal sebagai Raja judi berhasil menyapu bersih membawa uang ratusan juta hanya dalam waktu singkat.
Ia kemudian, menghambur-hamburkan uang hasil judinya untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
Di dalam Bar ia bertemu dengan Mutia yang sedang merayakan pesta bersama teman-temannya.
"Selamat ya Mut, akhirnya lo berhasil menjadi anggota keluarga crazy rich nomor satu di Jakarta!" seru salah seorang teman Mutia
"Benar sekali, Meskipun ia hanya seorang anak seorang gundik, tapi kabarnya Janaka akan menjadi pewaris HAWI Corporation setelah menikah, ah... aku jadi iri. Seandainya saja aku punya paras secantik dirimu, aku juga ingin mendapatkan calon suami anak konglomerat seperti Janaka," jawab yang lainnya
"Jaga mulutmu Shei, Naka bukan anak seorang gundik, tapi dia adalah istri kedua Tuan Handoko,"
"Aish, kenapa kau terlalu sensi. Lagian sama saja, sekarang Wilantika Hapsari memang istri kedua Tuan Handoko, tapi dulu ia memulai kariernya dengan menjadi pelakor atau gundik yang membuat gonjang-ganjing keluarga Wiratmaja," sahut yang lainnya
Mutia tampak geram begitu mendengar pembelaan dari teman lainnya hingga sampai menggebrak meja.
"Hais, kenapa kalian begitu menyebalkan, tidak bisakah kalian membahas hal-hal lain di hari bahagiaku ini!" cibir Mutia
"Sebaiknya aku pulang saja, percuma saja aku mengajak kalian ke sini, bukanya bersenang-senang kalian malah membuat mood ku jadi kacau!" Mutia segera mengambil tas selempangnya dan beranjak dari duduknya.
Teman-temannya berusaha menahannya dan meminta maaf padanya. Namun ia yang terlanjur kesal tal menghiraukan ucapan mereka.
Saat membalikkan badannya, Mutia terkejut saat melihat Khalif berdiri didepannya.
"Memangnya kenapa??, menurutku tidak ada yang salah dengan ucapan mereka. Wilantika Hapsari memang seorang gundik dan selamanya akan menjadi gundik ayahku," ucap Khalif tertawa kecil seakan merendahkan wanita itu
Mutia berusaha tak menggubris ucapan Khalif dan berusaha meninggalkannya. Sementara itu Khalif yang melihat wajah geram Mutia sengaja membuat gadis itu semakin marah. Ia kemudian menarik lengan gadis itu membuat Mutia benar-benar kehilangan kesabarannya.
"Kenapa kau pergi, apa kau malu mengetahui kenyataan bahwa calon ibu mertuamu adalah seorang wanita simpanan??" lagi-lagi Khalif berusaha membuat wanita itu marah sehingga kehilangan kendali.
"Terserah apa katamu, aku tahu kau pasti berkata seperti ini karena iri dengan Naka. Karena ayahmu lebih memilih memberikan perusahaannya kepadanya daripada kepadamu," jawab Mutia kemudian melepaskan lengan Khalif dan berlalu pergi meninggalkannya
"Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan ayahku memberikan perusahaannya kepada anak haram itu. Aku berjanji akan melakukan apapun demi mendapatkan perusahaan itu apapun caranya!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!