NovelToon NovelToon

Cinta 2 DOA

Ch 01 : Dear Diary

{ Dear diary.

21-10-2022

Hari ini aku sedikit bingung dan juga bahagia, karena perlahan rasa percaya diri mulai tumbuh dari diriku. Itu semua karena dia, cowok misterius bernama Ahmad Steven Wijaya. Nama yang sedikit unik, keren dan juga lucu menurutku.

Sejujurnya selama hidupku, aku selalu menjaga jarak dengan pria manapun..  Kenapa?..  Hmmm bisa dibilang karena aku punya trauma masa lalu yang sulit sekali dilupakan dan sangat menakutkan.

Mungkin saat aku sudah siap nanti,  aku akan menuliskannya disini.

Ahmad atau steven ya aku memanggilnya.?  Hehehehe... Mungkin aku akan mencoba bertanya padanya jika sudah punya cukup keberanian. Yah Walaupun hampir semua siswa memanggilnya Steven, namun didalam sekolah hanya 3 sahabatnya saja yang boleh memanggilnya dengan nama Ahmad. Jika orang lain berusaha memanggilnya Ahmad, dia pasti akan marah.

Cerita panjang milikku saat bertemu dengan Ahmad,  dimulai 1 bulan yang lalu }

1 Bulan yang lalu

SMA PANCASILA JAKARTA TIMUR

"Selamat pagi anak-anak" Sapa Bu Iriana sambil berjalan menuju meja guru didepan kelas.

"Pagi Bu.. "  balas semua murid kelas 11-IPA 3 serentak sambil menyiapkan diri di bangku mereka masing-masing.

Hari rabu yang sangat cerah bagi semua murid kelas 11-IPA 3, karena aktifitas pada pagi hari ini diawali dengan pelajaran Bu Iriana yang merupakan guru Bahasa Indonesia sekaligus Wali Kelas 11-IPA 3. Beliau sedikit longgar jika mengajar di kelas yang ia naungi.

"Anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran pada pagi hari ini, kita semua kedatangan murid baru dari Bandung yang akan jadi bagian dari kelas ini." seru Bu Iriana bahagia.

"Masuk nak, silahkan" lambai Bu Iriana kepada seseorang di luar kelas..

Saat siswi baru memasuki kelas, terlihat sorang gadis cantik berambut hitam panjang, kulit sawo matang yang sangat mulus, dan memiliki badan yang indah dan ideal.  Tak lama kemudian, seruan para siswa laki-laki menggema di kelas. Sorak bahagia karena seorang dewi memasuki kelas mereka.

Bu Iriana hanya diam dan tersenyum melihat antusias anak-anak di kelasnya. Beliau tak perlu merasa khawatir jika saja siswi baru tidak diterima di kelas.

Tiba-tiba seorang murid laki-laki berdiri dari bangku belakang

"Oh wahai sang dewi,mengapa engkau sangat menawan sekali"  katanya sambil menggerakan tangan bak pangeran kesiangan.

Sontak kelas yang awalny sedikit ramai, tiba-tiba hening seketika. Kerutan wajah dari setiap murid menatap kepada anak laki-laki tersebut.

"Dah duduk aja Lex,  Garing tau"  ketus seorang lagi yang duduk di bangku tepat dibelakang cowok tersebut. Kata-katany sedikit dingin tapi terasa familiar bagi siswi baru dari Bandung itu.

"Sudah-sudah. Alex duduk nak" perintah Bu Iriana.

Saat kelas sudah sedikit tenang, siswi tersebut memperkenalkan diri

"Selamat pagi semuanya. Nama saya Maria Puspa Jelita. Bisa dipanggil Maria dan saya dari Bandung. Salam kenal". Maria memperkenalkan diri dan diakhiri dengan sedikit membungkuk menunjukan rasa hormat.

Semua murid didalam kelas sontak bertepuk tangan dan senang menyambut teman baru mereka. Namun hanya 1 cowok yang tidak peduli dan terlihat cuek.

"Ayo Maria, kamu langsung duduk di sebelah Widya ya. " tunjuk Bu Iriana kepada kursi kosong sebelah cewek berambut pendek sebahu itu.

"Hai Maria aku Widya, seneng akhirnya bisa dapat temen sebangku". Seru bahagia Widya sambil memegang tangan Maria.

"Hai Salam kenal ya Widya"  balas Maria dengan senyuman.

Formasi kelas di SMA PANCASILA,  sama dengan formasi pada umumnya. Terdapat 4 baris shaf dan 5 bangku disetiap shafnya. Setiap bangku ditampati 2 siswa. Jadi total dalam 1 kelas ada 40 orang. Meja Guru tepat didepan shaf 1. Dan shaf ke 4  berada dekat dengan pintu kelas

Maria dan Widya ada di di shaf ke 2. Dengan bangku/meja no 3 dari depan. Lalu dibelakangnya bangku no 4, ada Alex cowok yang sok keren dan romantis,  duduk bersebelahan dengan Roby yang sedikit pendiam. Dan Bangku no 5 atau terakhir ada dia si cuek Ahmad bersebelahan dengan Jerry pria cool dan terkenal ramah kepada semua orang.

Maria melihat sekeliling kelas, berusaha mengamati teman- teman barunya dan berusaha mengingat masing-masing nama mereka. Karena sedari tadi Widya tanpa henti kasih tahu semua nama siswa yang ada di kelas kepada Maria

Tanpa sadar, matanya bertatapan langsung dengan Ahmad. Dengan segera, Maria memalingkan wajahnya kembali ke depan. Rasa gugup dan jantungnya yang tiba-tiba berdetak sedikit cepat. Ia merasa heran dengan perasaan asing yang baru saja ia rasakan.

"Mar, loe gak apa-apa?.  Wajahmu kok merah. Apa kamu sakit?.  Aku antar ke UKS yuk!. " tanya Widya Khawatir

"Aku Gpp kok Wid. "  jawab Maria dengan tenang. Berusaha menyembunyikan rasa gugup dan perasaan yang menggelitik didalam tubuhnya. Maria hanya kebingungan.

"Cewek aneh, ada apa coba?. dia fikir gua jelek apa ya.. " gumam Ahmad sedikit kesal. Mengira kalo Maria menatapnya jijik dan memalingkan wajah. Karena Ahmad tidak pernah melihat cewek memalingkan wajah begitu cepat saat bertemu dengannya.

"Kenapa Mad,? " tanya Jerry yg mendengar gumaman Ahmad. Karena Ahmad sangat jarang atau hampir tidak pernah bergumam tidak jelas.

"Gak ada apa-apa Jer" balas Ahmad dengan tenang dan kembali ke mode cueknya.

2 mata pelajaran berlalu dan waktu menunjukan pukul 10 pagi. Bel istirahat berbunyi, dan semua murid keluar dari kelas dan keadaan mulai ramai. Widya mengajak Maria keluar kelas dan membawanya keliling sekolah.

SMA PANCASILA memiliki 2 lantai dan fasilitas sekolah yang sesuai standart. Dengan lapangan bendera yang berada tepat di tengah2 sekolah. Lalu juga ada Lapangan olahraga disebelah barat dan bersebelahan langsung dengan Kantin.

Selama perjalanan keliling sekolah, Widya memberi beberapa informasi ke Maria.

"Mar, di sekolah ini masih ada loh, kelompok2 atau bahasa gaulnya geng sekolah. Tapi geng disini bukan berarti mereka kayak kejam atau gimana. Tapi lebih ke rivalitas antar kelas aja"  jelas Widya dengan serius.

"Di sekolah kita, ada 6 kelas IPA & 6 kelas IPS. Also ada 2 kelas BAHASA. Dan setiap kelas memiliki kelompok masing-masing. Contohnya di IPA ada kelompok yang mewakili kita semua. Mereka dikenal dengan sebutan 4 Serangkai."  lanjut Widya serius.

"4 Serangkai Wid? " tanya Maria bingung.

"Iya Mar, sebenarny 4 Serangkai itu hanya sebutan dari kita aja anak2 dari kelas IPA kepada Steven, Alex, Jerry, dan Roby. Steven yang paling menonjol dan secara tidak langsung Ketua dari 4 Serangkai. Sedangkan IPS dan Bahasa juga punya perwakilan mereka masing-masing" jawab Widya.

" Whattt...??  4 Serangkai itu mereka Wid? . Dan kita satu kelas.? Dan Ahmad si cuek itu Ketua??. " tanya Maria sambil menutup mulutnya karena terkejut.

"Iya Mar, dan please hati-hati kalo manggil Steven dengan nama Ahmad, karena hanya 3 sahabatnya yang boleh panggil dia gitu.. Dan pesanku ya, walaupun mereka ada tepat dibelakang bangku kita dan 4 Serangkai, lebih baik jangan terlalu deket dengan mereka" serius Widya memperingati Maria.

Ditengah-tengah obrolan panjang Widya dan Maria, tiba-tiba saja perut Widya mengeluarkan bunyi yang cukup keras. Tanpa fikir panjang, Widya menarik lengan Maria dan berlari menuju ke Kantin. Maria hanya kebingungan dan pasrah saja dibawa lari. Namun Widya terkejut karena tiba-tiba malah Maria tanpa sadar lari mendahului Widya sambil tertawa.

Rasa bahagia yang tiba-tiba datang dan rasa bahagia yang tidak pernah Maria rasakan membuatnya kegirangan. Widya hanya tersenyum dan ikut lari dari belakang.

Karena terlalu lama mengobrol dan keliling sekolah, Widya sampai lupa untuk mengisi perutnya.

Namun tepat saat mereka berdua melewati belokan menuju kantin, Maria menabrak seseorang yang ternyata Ahmad. Refleks Ahmad memegangi Maria dan ikut tersandung dan terjatuh tepat diatas tubuh Maria.

Tubuh Ahmad menindih tubuh Maria, sambil tangan kanannya yang memegangi belakang kepala Maria melindunginya dari benturan langsung dengan lantai. Tanpa sadar Bibir Maria bersentuhan dengan Bibir Ahmad. Mata mereka berdua bertatapan dan  sama-sama terkejut.

Siswa-siswa lain yang berada disekitar kejadian hanya bisa bengong melihat apa yang terjadi. Begitu pula dengan Widya, Roby dan Jerry. Entah kenapa Alex satu-satunya yang loncat kegirangan.

Karena masih dalam keadaan terkejut, Maria dan Ahmad tanpa sadar masih belum melepaskan ciuman mereka.

 

Ch 02 : First Kiss

Karena masih dalam keadaan terkejut, Maria dan Ahmad tanpa sadar masih belum melepaskan ciuman mereka.

Alex yang tepat berada dekat dengan mereka, mulai melompat kegirangan. Dia seolah-olah seperti seseorang yang senang melihat teman lainnya melakukan hal yang tidak pernah dilakukan. Suatu hal yang langka, karena mereka bertiga sangat tahu, Ahmad tidak pernah mencium seorang wanita.

Murid lain yang berada didekat kejadian mulai mengambil hp dari saku mereka. Namun saat hendak merekam, suara geram dan marah Jerry keluar. Dengan tatapannya ia seolah menyuruh semua murid untuk menghentikan niat mereka.

Murid-murid sedikit takut dengan dominasi 4 Serangkai dan menuruti apa yang diperintahkan. Namun tentu saja Alex sudah merekam kejadian ini lebih dulu.

Segera saat Ahmad sadar, dia bangun dan melepaskan ciumannya. Wajah kebingungan dan pipi merah merona tampak begitu jelas terlihat di wajah Ahmad. Tanpa ngomong sepatah kata pun, ia berjalan menjauh dan diikuti 3 temannya dari belakang.

Maria yang ikut sadar pun cuma bisa bengong dan berdiri sendiri.

"Astaga ya Tuhan. Aku ciuman??.  No.. No..  Ini hanya kecelakaan. Please. That's my First Kiss ... and with Ahmad"  terkejut Maria tanpa sadar suaranya sedikit keras dan terdengar oleh yang lain.

Maria kemudian lari sekencang-kencangnya menuju kamar mandi perempuan dan masuk ke dalam toilet, ia hanya duduk dan berusaha memproses apa yang sedang terjadi. Widya yang mengikuti dari belakang, tak tau harus mengatakan apa kepada Maria. Karena semua terjadi begitu cepat.

Bel bunyi masuk kelas terdengar. Widya mulai panik dan meminta Maria untuk segera masuk. Namun Maria hanya menjawab nanti saja.

Dengan terpaksa, Widya harus meninggalkan Maria, karena ia takut terlambat masuk kelas. Widya hanya mengingatkan Maria kalo Maria masih anak baru dan jangan bikin pelanggaran.

5 menit setelah Widya pergi, Maria membuka pintu dan merapikan dirinya, lalu ia balik ke kelas. Tentu saja semua anak-anak 11-IPA 3 sudah berada di dalam kelas dan begitupun juga dengan Ahmad dan teman-temannya. Untungnya Guru masih belum datang.

Saat Maria menginjakan kaki ke dalam,  sorak teriakan menggema dan memenuhi seluruh kelas. Sontak saja Maria terkejut dan merasa malu. Perlahan ia menuju bangku miliknya yang hanya terpisah 1 bangku dengan Ahmad. Alex tentu saja ikut meramaikan suasana di kelas. Hal-hal seperti ini adalah favorit Alex. Roby hanya tertawa kecil dan Jerry terlihat pasrah.

"Jadi seperti ini toh, rasanya melihat Ahmad mati kutu dan terdiam tak berdaya. Bahkan pipinya masih merah merona" celetuk Roby yang heran dengan momen langka ini.

Ahmad hanya bisa terdiam dan tak mengatakan satu katapun. Selama pelajaran, Maria juga tak melihat ke belakang sama sekali. Suasana kelas berjalan seperti biasanya, hingga bel pulang sekolah berbunyi..

"Maria, rumah kamu dimana bareng aku yuk!. Nanti minta pak supir antar kamu dulu "

Ajak Widya dari dalam mobil.

"Makasih Wid Gpp kok. Kamu duluan aja. Aku naik angkot soalnya" jawab Maria sambil berdiri menunggu angkot tiba.

"Ya udah, aku duluan ya. Bye" jawab Widya.

"Bye. Hati-hati" teriak Maria.

Sesaat setelah Widya pergi, motor sport berwarna hijau berhenti di depan Widya. Saat cowok itu membuka helm, betapa terkejutnya Maria melihat cowok tampan memiliki kulit yang eksotis sedang menatapnya.

"Mau bareng gak?.  Kamu pasti Maria anak baru dari kelas 11-IPA 3 ya?.  Tanya cowok tersebut dan menyodorkan tanganny untuk berkenalan.

Namun Maria memiliki trauma untuk melakukan kontak fisik dengan pria. Ia hanya mengangguk sedikit dan tersenyum kepada cowok tersebut.

Tiba-tiba cowok itu mengambil tangan Maria dan memaksanya untuk berjabat tangan.

"Gini yang bener. Kan gua mau kenalan.. Nama gua Irwan. Salam kenal ya cantik" kata Irwan sambil tersenyum dan mengelus telapak tangan Maria. Maria hanya terdiam kaku dan berkeringat ketakutan.

"Lepasin tangan lo dari dia". Teriak seorang cowok dari belakang dan menarik lepas tangan Irwan dari Maria.

"Wow.. Wow.. Santai.. Well... Well... Well.... Ada yang gak terima nih. Hal yang tidak biasa bagi seorang Ahmad Steven Wijaya untuk membela orang lain. Khususnya seorang cewek". Kata Irwan sambil tertawa licik.

"Aishhh.. Gila lu ya. Lu kira gua penjahat apa?.  Lu sendiri ngapain disini. Udah punya pacar, malah menggoda cewek lain".  Kesal Ahmad sambil menahan emosi untuk tidak meninju wajah Irwan

" Astaga Ahmad.. Lu jangan mikir jelek ya. Gua kan cuma mau kenalan. Siapa juga yang mau pacaran bekas bibir orang. " 

  Tanpa sadar, Ahmad menarik kerah Irwan dan siap melayangkan tinju ke wajahnya. Namun dengan sigap, Jerry menahan emosi Ahmad. Dan Ahmad melepaskan Irwan.

Tanpa berbicara apapun, Irwan mengendarai Motor miliknya dan pergi.

Maria sembari tadi hanya melihat tangan miliknya yang dipegang dan digenggam erat oleh Ahmad. Bukan karena senang. Namun dia heran kenapa jika Ahmad melakukan kontak fisik dengannya, dia tidak merasa kaku atau ketakutan.

"Apa hanya Ahmad satu-satunya pria yang bisa memegangku dan semuanya terasa baik-baik saja" fikir Maria sambil menatap tangannya dan Ahmad.

Ahmad yang sadar segera melepas genggaman tangannya.

"Makasih ya Ahmad Kalo gak ada kamu, aku gak tau harus bagaimana. " melas Maria sambil tersenyum kearah Ahmad.

Ahmad hanya terdiam sejenak melihat senyum Maria. Tanpa sadar, pandangannya turun kearah bibir Maria. 3 teman yang lain melihat kelakuan Ahmad sambil tertawa kecil.

"Ngapain kalian pada ketawa. Kayak orang gila" ketus Ahmad dengan wajah menahan rasa malu.

"Gak asik lu Mad. Kalo suka bilang.. " jawab Alex tertawa sambil berlari menuju parkiran motor.

"Nih anak. Awas lu ya" kesal Ahmad sambil mengejar Alex dari belakang. Untuk sesaat Ahmad melihat kearah Maria dan kembali berlari mengejar Alex.

Roby yang pulang bareng Alex hanya berjalan perlahan mengikuti 2 orang sinting di depan.

" Maria, maaf ya kalo gak sopan. Mereka emang gitu. Telat minum obat" kata Jerry sambil tersenyum.

"Iya Gpp kok. Mungkin aku masih baru dan belum terlalu deket dengan siswa yang lain. Jadi aku masih belajar. " jawab Maria gugup.

"Ya udah, gua mau nyusul yang lain. Nasihat dari gua, hati-hati sama anak yang tadi. Namanya Irwan dari kelas 11-IPS 4. Dia salah satu anggota 5 Elang dari IPS. Anak yang merepotkan"  peringat Jerry jelas kepada Maria.

"5 Elang..? Apa itu nama geng lain yg disebutkan Widya..? " fikir Maria dalam hati

"Siap. Aku akan hati-hati" jawab lembut Maria.

Segera Jerry menyusul teman-temannya dan pergi pulang. Tak lama kemudian angkot datang dan begitupun dengan Maria segera pulang ke rumah.

15 menit perjalanan, Maria turun dan sampai disebuah perkampungan pinggiran Jakarta. Maria masuk kedalam gang-gang sempit dan rumah-rumah yang saling berdempetan dan padat penduduk.

Kemudian sampailah Maria di depan rumah kecil dan sederhana. Setidaknya layak dihuni 2 orang.

"Nek, Maria pulang" sambil melepaskan sepatu miliknya dan mencari Nenek.

"Ohh kamu sudah pulang nak cantik" suara Nenek yang terdengar dari luar rumah.

"Sudah nek. Loh Nenek barusan habis dari rumah Ibu Anna ya?. Tumben pulang telat? " tanya Maria kepada Nenek sambil menata tas dan sepatunya.

"Iya nak ini baru pulang. Lagi banyak tamu di rumah pak anwar. Jadi Nenek gak bisa langsung pulang". Jawab Nenek setelah membasuh kaki dan duduk di ruang tamu.

"Ayo makan dulu. Ini makanan dari rumah pak Anwar. Masak terlalu banyak, terus nenek bawa pulang" ajak Nenek kepada Maria untuk makan nasi dan beberapa lauk seperti tempe dan bakwan.

"Iya Nek, Maria cuci tangan sama ganti baju dulu ya."

   Maria dan Nenek adalah 2 orang hebat yang selalu bersyukur atas apapun yang mereka dapat. Kesederhanaan bukanlah situasi yang membuat mereka berdua malu. Asam garam dan pahit kehidupan sudah dilalui mereka berdua, khususnya Maria.

Pengalaman pahit dan kejamnya dunia, sudah dialaminya sedari umur 8 tahun. Saat itulah dimana ia melihat wujud asli dunia ini,  dan awal mula goresan, juga luka di dalam fikiran dan tubuhnya.

   

 

Ch 03 : Masa Lalu

Bintang & Bulan menghiasi langit malam kota Jakarta. Perjalanan hidup seorang gadis yang berjuang demi masa depan yang tak tentu arah.

Gelap dan dinginnya malam, tidak menjadi halangan bagi keramaian dan hiruk pikuk di kota Jakarta. Apalagi daerah pinggiran dan padat penduduk. Samar-samar terdengar dari luar, suara para pemuda yang sedang asyik mengobrol dan bersenda gurau sambil memetik senar gitar dengan lembut.

Maria sedari tadi tidak bisa tidur sama sekali. Ia hanya duduk dan rebahan di dalam kamar. Dilihatnya, jam dinding menunjukan pukul 11 malam.  Dibukanya pintu kamar dan ia berjalan menuju cermin di ruang tamu. Terpantul wajah sedih dan kosong dari cermin, seperti manusia yang tidak memiliki jiwa.

Perlahan, Maria menuju dapur. Diambilnya pisau dapur dari rak dan ia berjalan menuju kamar mandi. Diputarnya kran dan suara air mengisi keheningan. Perlahan ia duduk di lantai dan menangis tanpa mengeluarkan suara.

Air mata yang turun mengisyaratkan isi hati Maria. Sakit dan kesedihan yang tak terlihat dan dipendam selama ini, ia keluarkan. Perlahan, ia menyayat lengan kirinya. Darah keluar dari kulit halus Maria. Kulit indah yang menyimpan banyak luka dan rahasia.

2 sayatan kecil diberikan kepada lengan kirinya sekali lagi. Ke tiga, ke empat dan ke lima sayatan ia berikan ke kedua lengan tangannya. Sejenak, Maria menatap kosong ke depan. Darah terus keluar dari kedua lengan tangannya. air mata turun semakin deras membanjiri pipi Maria, ia berteriak sangat keras tanpa mengeluarkan suara. Hanya terdengar suara air kran yang terus mengisi.

15 menit Maria menghabiskan diri di kamar mandi. Dan selama 15 menit ia melukai dirinya sendiri. Perlahan ia keluar dari kamar mandi dengan badan yang lemas dan terhuyung-huyung. Lengannya ia tutup dengan handuk untuk menghindari darah yang menetes ke lantai ruang tamu. Segera ia menuju kamar tidur dan menutupnya dengan rapat.

Waktu berdetak dan menunjukan pukul 12 malam. Nenek segera bangun dan mengambil air wudhu, lalu dibentangkannya sajadah dan melakukan sholat tahajud. Di kamarnya ia memohon doa kepada Allah SWT, supaya cucunya diberi kesehatan dan keselamatan. Air mata Nenek menetes, mengingat betapa pedih dan sakitnya jalan yang dilalui Maria. Nenek memang bukan Nenek kandung Maria. Tapi beliau sudah menganggap Maria seperti cucunya sendiri.

10 Tahun yang Lalu.

Blitar, Jawa Timur

"Kamu ya, jadi anak itu yang berguna dikit, udah umur 8 tahun aja masih nyusahin. Mati aja sana" tampar seorang Ibu kepada anak perempuannya.

"Maria salah apa ma?. Maafin ma.. Maafin Maria. " tangis Maria kecil sambil sujud memegangi kaki mamanya.

"Maria siap dihukum ma kalo salah. Tolong maafin Maria. Maria gak mau masuk neraka". ucap polos Maria sekali lagi sambil terus menangis dan memohon.

"Mangkanya kalau Mama bilang makan 1 kali sehari ya 1 kali aja. Kowe kira kita banyak duit ha. Makan 2 kali. Yang capek itu mama. Cari uang susah" tampar mamanya sekali lagi ke Maria kecil.

"Bapak kau itu udah pergi sama wanita lain. Selingkuh dia. Ngerti.. Hidup Mama udah susah, ditambah ngurusin kamu lagi. Beban tau gak. " ujar mamanya sekali lagi dan sekarang menjewer telinga Maria sampai berdarah.

"Ma sakit ma. Mama sakit. Ampun.. Maafin Maria. Maria janji bakal makan 1 kali saja. Maria juga bakal coba mengemis" tangis Maria sambil menahan sakit.

"Bagus tuh, udah dari dulu gua suruh, baru sekarang sadar. Sana pergi ngemis di jalan raya dan uangnya langsung kasihkan ke Mama."

Mama melepas jewerannya dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Maria kecil kemudian lari ke kamar mandi untuk membersihkan darah dan luka di telinganya. Tanpa lama, ia berjalan keluar rumah dan mulai mengemis di jalan.

Hanya demi pengampunan dari sang Mama, Maria kecil berjalan sepanjang pinggir jalan raya untuk meminta uang dari setiap orang yang lewat.

Hari semakin sore, Maria melihat seorang Ayah, Ibu dan anak kecil  membeli mainan dan jajanan di seberang jalan. Untuk sesaat dada Maria terasa sakit. Ia hanya memegang dadanya yang sakit sekali. Maria kecil tidak tau perasaan sakit apa ini. Kemudian muncul dalam pikirannya, apa ia bisa mendapatkan hidup yang indah seperti itu.

Hari semakin gelap, Maria kecil pulang dengan membawa uang total 100 ribu rupiah. Sang Mama sudah menunggu di rumah dan tersenyum lebar melihat Maria membawa uang yang banyak. Diambilnya semua uang dan tanpa basa-basi, ia pergi keluar rumah entah kemana.

Maria yang merasa capek, melentangkan kaki dan badannya di lantai. tak lama kemudian ia membasuh diri di kamar mandi dan berjalan menuju ruang tamu kemudian berlutut sambil melipat tangannya.

"Tuhan terimakasih untuk hari ini. Tadi Maria liat mama senang, Maria jadi ikut senang sekali. 

   Tuhan, maria gak mau jadi anak nakal dan durhaka. Maafin Maria ya kalo dosa Maria banyak. Terimakasih untuk semua..  Dalam nama-Mu Tuhan , Maria berdoa dan mengucap syukur. Aminn"  doa dan ucapan syukur Maria kecil.

Walaupun terkadang Maria mengemis, tapi ia tidak pernah lupa untuk pergi ke sekolah. Keringanan biaya yang diberi sekolahan dan bantuan para guru sangat membantu Maria untuk dapat melanjutkan pendidikannya. .         Maria adalah seorang murid yang sangat berprestasi. Namun sayang tak ada orang tua atau keluarga yang menopang dan mendukungnya dari belakang. Maria hanya berjalan dan berjuang sendiri selama hidupnya.

2 tahun kemudian, usia Maria sudah menginjak 10 tahun. Umur yang masih muda bagi anak pada umumnya. Tapi tidak untuk Maria. Ia mulai belajar kebenaran dan wajah asli dunia ini. Ia mulai sadar kalau mamanya  tidak pernah ada untuknya. Namun ia berusaha tegar dan kuat.

Pagi hari sebelum memulai aktifitas, Maria berlutut dan berdoa

"Tuhan.. Apa dosa Maria?. Sebegitu bencinya kah Engkau kepadaku?. Aku ingin punya Papa yang melihatku tumbuh dan berkembang. Aku ingin jadi Gadis kecil Papa. Aku juga mau gimana rasanya disayang Mama". Tangis Maria didalam kamar.

Tiba-tiba sang Mama membuka pintu dan menarik Maria keluar. Terlihat rumah sangat berantakan. Maria tidak sadar kalau Mama sudah membongkar semua baju dan surat-surat berharga.

"Hei anak sial, ayo cepet ganti baju dan kemasi barang-barang punyamu . Kita pergi sekarang" suruh Mama, sambil menata semua baju.

"Ada apa ma? " tanya Maria kebingungan.

"Udah bacot aja lu. Cepet..!! " teriak Mama sambil mendorong Maria.

Setelah persiapan selesai, mereka berdua naik bis menuju Kota Bandung. Selama perjalanan, Maria tidak mengeluarkan sepatah kata dan hanya terdiam. Ia takut, jika terlalu banyak bertanya ke Mama.

Sesampainya di Bandung, mereka berdua pergi ke satu alamat dan tiba di depan sebuah rumah yang sederhana dan terlihat usang. Saat masuk ke dalam, seorang pria paruh baya berumur sekitar 48 tahun menyambut mereka berdua. Maria sedikit was-was jika harus tinggal di rumah orang yang tidak dikenal. Namun tentu saja ia tak punya pilihan, karena pria itu akan menjadi papa tirinya.

Bagaimana dan kapan mamanya bertemu dengan papa tirinya, Maria tidak tahu menahu sama sekali.

3 tahun berlalu, Maria mulai masuk ke jenjang SMP. Namun SMP bukanlah apa yang diharapkan Maria. Melainkan neraka yang siap melahapnya. Bully dan siksaan bahkan pelecehan harus dialami Maria. Dan disaat yang bersamaan, sifat asli Papa tirinya mulai terlihat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!