NovelToon NovelToon

Mawar Terakhir

Prolog

"Terima kasih nona" Satu bucket bunga mawar indah sudah ada dalam genggamannya.

Kurva tipis melengkung dengan sempurna di paras cantiknya. Kaki jenjangnya melangkah dengan perlahan untuk kembali ke dalam mobilnya yang ada di sebrang jalan.

Melangkah perlahan menyebrangi jalan yang cukup sepi.

"Tuhan aku mencintainya–"

Semburat oranye di langit yang perlahan berubah gelap menghantarkan gadis itu dengan pelukan nyamannya.

...✏_✏...

03.30

Menapaki satu persatu anak tangga dengan hati-hati hingga sampai di anakan tangga terakhir. Menatap sekitar dengan suasana yang cukup mencengkam. Di tengah derasnya hujan dan di tambah rasa dingin yang mendera tubuhnya membuat bulunya berdiri seketika.

Kedua kaki putihnya melangkah masuk ke dapur. Seluruh lampu utama mati dan hanya lampu kecil sebagai penerangannya saat ini.

prang

"Huh–" Nafasnya tersengal karena terkejut saat pisau itu hampir mengenai kakinya.

Mengambil gelas yang terletak tidak jauh dan mengisinya dengan air hingga penuh. Dalam sekali tegukan air tersebut habis tak tersisa.

Sekilas ia menatap pisau yang masih tergeletak di bawah lalu kemudian menghiraukannya dan berjalan menjauh.

Tuk

Suara perpaduan antara pisau dengan meja dapur yang dilapisi oleh marmer putih berbunyi cukup nyaring membuat atensinya teralih.

Kosong. Tidak ada siapapun. Netranya tertuju pada pisau yang ia jatuhkan tadi yang sudah ada di atas meja dengan rapi.

"Bagaimana bisa–" Ia berbalik dan mempercepat langkahnya menuju tangga yang melingkar dengan indah.

Deg

"Mau apa kamu" tanyanya dengan tubuh mundur satu langkah.

Tidak ada perkataan apapun namun sosok itu maju perlahan membuat gadis itu terpaksa mundur menyesuaikan langkah.

"Jangan mendekat" Suaranya mulai parau ketika ia menatap ke arah bawah.

Duar

Guntur menyambar dengan begitu kerasnya hingga suara cukup memekikkan telinga.

"Aaa–" Berlari sekencang mungkin adalah pilihannya saat ini. Menjauh agar tidak terjangkau oleh sosok itu.

"Ck" Pintunya terkunci dan ia meninggalkan kunci itu di dalam kamarnya. Tidak mungkin jika ia kembali sedangkan sosok itu sudah ada di depan matanya.

"Menjauh!!"

Sosok itu memainkan sebuah kunci dengan gantungan inisial AMR dengan warna gold di jari telunjuknya.

Nafasnya naik turun. Bagaimana bisa kunci rumahnya ada di tangan orang itu. Siapa sebenarnya dia?

"Mau apa kamu!!"

Sret

Darah perlahan mengucur perlahan akibat goresan. Dadanya semakin naik turun kala melihat darah yang tak berhenti menetes dari tubuh sosok itu.

Siapa dia? Apa maunya?

prang

Kunci itu menyalur dari titik sosok misterius itu hingga sampai ke ujung kaki gadis yang di penuhi dengan rasa ketakutan.

Tanpa menyiakan kesempatan gadis itu membuka pintu dan berlari sejauh mungkin. Menghiraukan derasnya hujan yang membasahi tubuhnya.

Kilat bersahutan menghiasi langit yang masih gelap.

Langkahnya perlahan memelan. Lututnya sangat lemas seolah persendiannya tercabut semua.

"To–long" lirihnya

Bersandar pada sebuah pohon yang cukup besar membuatnya sedikit terhalau dari rintikan hujan yang kian membasahi tanah bumi.

Lelahnya seolah mengisyaratkan untuk istirahat. Tanpa sadar terbawa oleh alam mimpi yang begitu fana dan penuh dengan fantasi.

Guratan cemas masih tampak di wajahnya yang basah dan pucat. Nafasnya tidak teratur kala kejadian beberapa menit lalu masuk dan menghantui dirinya di alam mimpi.

Matanya kembali terbuka. Sisa tenaganya ia gunakan untuk berdiri dan berjalan. Sedikit tertatih namun ia tetap melangkah dengan pasti.

Bruk

"Bawa dia!!" titah seseorang dengan tegas

Mawar Terakhir • 01 •

"Alisha" Mata biru itu menatap seseorang yang tengah memanggilnya dengan intens.

"Ya?"

"Renata nyariin lo" ujar seseorang tersebut

"Dia dimana?" tanya Alisha

"Di koridor ujung" ucapnya lalu pergi begitu saja.

Perlahan kakinya menapaki lantai 5 dari gedung pencakar langit itu dengan santai. Langkahnya perlahan membawa dirinya menuju koridor ujung.

"Akhirnya dateng juga yang di tunggu-tunggu" ucap Renata dengan senyum mengembang

"Ada apa?" tanya Alisha

"Gue cuma mau balikin pisau yang gue pinjem buat pelajaran prakarya tadi" ucap Renata dan menyodorkan pisau itu ke arah dirinya.

"Oh iya" ucap Alisha dan hendak memasukkan pisau itu ke dalam tasnya.

"Alisha" panggil Renata menghentikan aktivitasnya.

Tanpa aba-aba Renata menerjang tubuhnya dan memeluk erat tubuh Alisha. "Ren" lirih Alisha kala merasakan sesuatu mengenai tangannya.

Setitik demi setitik darah itu menetes ke lantai bercucuran dari tubuh Renata yang terhunus pisau.

"Gue akan hancurin kebahagiaan lo Sha apapun caranya" lirihnya sebelum menutup kedua matanya.

"Ren!!" teriak Alisha panik

Kedua tangannya memeluk tubuh Renata agar tubuh gadis itu tetap bertahan berdiri.

"Hah astaga" Seorang gadis lain menatap adegan itu dengan wajah yang dipenuhi dengan rasa takut.

"Sha" lirih Fara menutup mulutnya tak percaya

"Far itu ga seperti yang lo liat" ucap Alisha

Matanya sudah memanas menahan rasa takut. Kepalanya berputar sakit. Beberapa bayangan terlintas begitu saja di dalam otaknya.

"Tolongg!!" teriak Fara ketakutan melihat darah yang sudah berceceran di lantai

Tak lama dari itu beberapa guru dan hampir sebagian siswa siswi SMA Atma Jaya melihat suatu hal yang membuat mereka tak percaya.

"Alishaa!!" bentak sang kepala sekolah ketika menatap pisau yang ada di tangan Alisha menusuk pada perut Renata.

Tubuh Alisha perlahan melemas namun ia paksa untuk tetap menahan tubuh Renata yang sudah tak sadarkan diri.

"Panggil ambulance" panik salah satu siswa

Sang kepala sekolah menarik tubuh Renata dan membawanya turun ke lantai satu. Di sisi lain Alisha terduduk dengan lemas. Air matanya perlahan jatuh begitu saja.

Dalam hitungan menit mobil ambulance datang. Dengan cepat tubuh Renata dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Ikut saya ke ruang BK" titah salah satu guru BK dengan penuh penekanan.

"Bereskan semuanya"

"Apa yang kamu pikirkan di otak bodohmu itu Alisha" bentak sang guru BK

"Dia saudari kamu sendiri. Kenapa tega menyakitinya sampai seperti itu?!!" Alisha lebih terkejut ketika mendapat meja yang di pukul dengan keras di hadapannya.

"Bukan kaya gitu pak. Bapak salah paham" ucap Alisha

Brak

"Alisha!!" teriak seorang wanita dengan pakaian elegan yang melekat di tubuhnya.

Plak

"Gila ya kamu!!" bentak wanita itu dengan keras

"Ma. Aku mohon percaya sama aku" Alisha menghiraukan pipinya yang memar akibat tamparan keras itu.

"Kamu berniat membunuh anak saya hah!!" bentaknya lagi

"Aku juga anak mama"

"Anak yang gak guna lebih tepatnya. Kamu itu lebih pantes mati dari pada hidup di tengah keluarga saya. Bikin malu!!" Air mata Alisha menetes dengan deras mendengar kata-kata menyakitkan itu keluar dari mulut sang mama dengan indahnya.

"Ma" panggil Alisha sendu

"Lepas!! Dasar anak gak guna" sentaknya dan menjauhkan kakinya dari genggaman sang putri yang sudah bersujud di hadapannya.

"Ikut saya sekarang!!"

"Kema–"

"Gausah banyak tanya" pungkasnya dan menyeret Alisha dengan posisi gadis itu terduduk di lantai.

Menyeret keluar dari ruangan BK hingga sampai ke tengah lapangan.

"Ma sakit ma" rintih Alisha ketika menahan rasa perih dan sakit di sekujur tubuhnya.

Namun wanita itu tanpa hati membawanya sampai dimana mobilnya ia parkirkan. "Sakit ma" rintih Alisha lagi memohon

"Peduli apa saya tentang kamu" Arliza mendorong tubuh Alisha masuk ke dalam mobil hingga terbentur keras. Darah segar menetes di dahinya mengalir hingga ke pipi.

"Awsss"

"LEMAH!!"

Mawar Terakhir • 02 •

Bruk

Tubuh gadis kecil itu ambruk dengan kasar di hadapan ruangan ICU. Matanya yang sembab menunjukkan seberapa menyedihkan dirinya saat ini.

"Lihat!!" bentak sang mama dengan menunjuk ruang ICU

Arliza menarik dagu Alisha dengan kasar dan menatapnya dengan tajam. "Itu akibat ulah kamu!!" Tangan cantik itu membuang kasar wajah yang ada di telapak tangannya hingga membuat leher Alisha sedikit terkilir.

"Ma—" Isakan tangis menyertai panggilan pelan itu.

"Icha minta maaf. Tapi yang semua orang tuduhkan itu salah" ucap Alisha membela dirinya

"Bukti udah jelas dan kamu masih mau mengelak!! Pisau itu ada ditanganmu bodoh!!" bentak Arliza

"Ma Icha mohon percaya sama Icha kali ini aja. Tadi Nata mau balikin pisau itu ke Icha tapi setelah itu dia sendiri yang nusukin diri ke pisau yang Icha bawa" ucap Alisha

"Peduli apa saya soal kamu!! Apapun yang terjadi ke anak saya nanti kamulah orang yang harus bertanggung jawab" ucap Arliza tak mau tau

"Ma—"

"Kenapa mama berubah?" lirih Alisha

"Dulu mama sangat sayang sama aku kenapa sekarang engga?!!" tanya Alisha penuh emosional

"Dulu aku yang selalu dimanja kenapa sekarang selalu dibentak" ungkap sang gadis

"Ada apa sama mama lima tahun belakangan ini" ucap Alisha pelan meminta jawaban dari sang mama

"Karena mama benci kamu!!" bentak Arliza keras hingga beberapa orang menatap ke arah keduanya.

"Saya benci kamu karena kamu harus hadir di keluarga saya" ucap Arliza

"Karena aku anak mama—"

"Mulai sekarang kamu bukan lagi anak mama. Kamulah penyebab kematian suami saya" bentak Arliza

"Semua yang mama liat waktu itu salah!!!" sentak Alisha

"Sudah berani kamu sama mama" Tatapan tajam dan menghunus itu kini terpusat pada gadis di hadapannya.

"Maaf ma"

"PULANG KAMU SEKARANG!!"

"Aku mau nemenin ma—"

"Saya ga butuh kamu temenin. Yang ada kamu akan nambah masalah kalau disini" ucap Arliza

Alisha berjalan dengan lesu keluar dari rumah sakit megah milik keluarganya itu.

Alisha Zevanya Armeltha Putri Amergan diduga telah melakukan penusukan kepada saudarinya sendiri Arenata Verlha Amergan di SMA ATMA JAYA dan hingga kini kondisi korban masih kritis

Mata biru gadis yang namanya disebutkan dalam berita acara TV yang ia dengar pun menoleh. Mengalihkan atensinya ke arah layar datar yang menampilkan kasus dirinya.

"Liat aja sebentar lagi" gumam Alisha pilu

Gadis itu melangkah perlahan keluar dari area rumah sakit. Suara riuh terdengar bersahutan dari luar lobby rumah sakit.

"Benar kan dugaanku"

"Itu nona Alisha" teriak salah satu reporter dengan keras

Namun karena ditahan oleh pengawal - pengawal Arliza reporter itu tidak dapat menginjakkan kakinya di area Rumah Sakit Amergan.

"Kenapa anda tega menusuk saudari anda sendiri?"

"Bagaimana awal mulai kejadian itu?"

"Apa pemicunya hingga terjadi penusukan itu"

Puluhan pertanyaan kini tertuju pada dirinya. Alisha melangkah dengan menunduk untuk keluar dari tengah kerumunan itu. Para pengawal yang berjaga pun sedikit kualahan untuk menenangkan para reporter yang berebut ingin mendapatkan informasi.

Setelah memastikan Alisha masuk ke dalam mobil dengan aman, para pengawal itu kembali melakukan tugasnya.

Alisha termenung menatap kosong jalanan. Hatinya kini tengah kacau. Renata kembali membuat ulah yang akan membuat dirinya berada di situasi yang sangat tidak ia sukai.

"Aku rindu mama yang dulu" Setetes air mata itu jatuh dari manik indah milik Alisha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!