NovelToon NovelToon

Berjuang Mendapatkanmu Kembali

Bab 1

Happy Reading

Riska menutup mulut berusaha menahan isakannya. Dia bersembunyi di belakang dinding agar tidak ketahuan oleh dua insan berbeda jenis yang sedang berbicara.Mereka adalah pacar dan sahabatnya. Ketika mendengar pembicaraan mereka, perasaannya hancur berkeping-keping. Hatinya sakit bagai tertusuk anak panah yang tajam.

"Cukup Rafa!! bisa-bisanya kau berbicara seperti itu saat menjalin kasih dengan sahabatku!! " Teriak Anna marah, dia adalah sahabat Riska.

"Anna dengarkan aku!! meskipun aku berpacaran dengan Riska tapi hatiku ada padamu,, aku tidak pernah mencintai Riska. Aku hanya berpacaran dengannya agar bisa lebih dekat denganmu" kata Rafa mengungkapkan isi hatinya pada gadis yang di cintainya.

"Aku dan Riska sangat jauh berbeda, kami bukan dari status sosial yang sama. Kau lebih memenuhi kriteria ku Anna" sambung Rafa mencoba mendapat menjelaskan pada Anna.

PLAK.

"Brengsekk kau Rafa!! Riska terlalu buta mencintai pria sepertimu!! kau pikir aku akan terharu denganmu lalu memilih menghianati sahabatku? kau salah besar!! dan perlu kau tau, seumur hidupku aku tidak akan pernah mencintaimu" Final Anna lalu pergi darisana dengan perasaan marah.

Rafa memegang pipinya yang telah di tampar Anna, tamparan yang sangat keras namun rasa sakitnya tidak seberapa dibandingkan rasa sakit hatinya ditolak. Dia menggeletukkan giginya merasa kesal entah pada siapa.

"Argh!! " Rafa berteriak sambil mengacak kasar rambutnya.

Tatapan yang tadinya lembut saat berhadapan dengan Anna seketika berubah menjadi dingin dan datar. Dia berjalan meninggalkan tempat itu dengan emosi dan sakit hati yang terpendam di dadanya.

Sementara Riska yang masih setia mendengar semuanya dibalik dinding mulai terisak mengeluarkan suara. Menyuarakan hatinya yang selaras dengan tangisannya yang pilu. Dia tidak menyangka akan mendengar Rafa akan berbicara seperti itu.

Selama ini dia masih tahan dengan sikap dingin dan cuek Rafa saat menjalin hubungan dengannya. dia tidak pernah menuntut banyak hal, asalkan Rafa ada di sampingnya itu lebih dari cukup. Tapi hari ini pikirannya terbuka setelah mendengar sendiri jika Rafa tidak pernah mencintainya.

Tidak heran saat dia menyatakan cinta pada Rafa akan langsung diterima. Hari itu dia sangat bahagia karena akhirnya cintanya terbalaskan. Namun itu hanya kedok untuk memanfaatkannya agar bisa lebih dekat dengan Anna.

Hanya karena dia bukan berasal dari keluarga yang kaya. itu sebabnya, satu tahun lebih kebersamaan kami tidak ada artinya untuknya.

Dia menangis sejadi-jadinya, menumpahkan segala yang sesak pada dadanya. Dia tidak peduli matanya akan bengkak nantinya, asalkan rasa sakitnya sedikit terobati.

Setengah jam Riska menangis sampai melewatkan perpisahan terakhir dengan teman-temannya. Hari ini adalah hari terakhir siswa kelas tiga di SMA Independent School. Namun, Riska melewatkannya karena belum siap bertemu Rafa.

Riska mengambil HP nya dan mulai mengetik sebuah pesan untuk mereka. Mungkin ini adalah akhir untuk cintanya, dia tidak boleh egois sampai memaksa Rafa untuk mencintainya. Mulai hari ini dia tidak akan menggangu kehidupannya lagi, dan untuk Anna terimakasih karena sudah menjadi sahabat yang tebaik untuknya.

Dia mengusap kasar air matanya, lalu bangkit dan berlalu darisana. Dia harus pulang dan menyiapkan diri untuk kelanjutan pendidikannya. Untuk saat ini dia tidak boleh berlarut dari kesedihannya dan melupakan cita-citanya. Dia sudah berjanji dengan orang tuanya untuk menjadi orang yang sukses. Dia harus berusaha melupakan semuanya dan membiarkan waktu mengobati lukanya.

Di posisi Anna saat ini sedang berada di kerumunan kelas 3A mencari Riska untuk berfoto sama. Walaupun hatinya masih kesal tapi dia tidak boleh melewatkan momen terakhir mereka di sekolah ini. Matanya celingak celinguk mencari keberadaan sahabatnya namun tidak ada tanda-tanda keberadaannya.

"sayang ternyata kau disini. aku sudah mencarimu daritadi" Seorang pria bernama Henru menghampiri Anna. Dia adalah kekasih Anna sekaligus sahabat Rafa.

Anna menoleh untuk melihat kekasihnya, hatinya sedikit melunak setelah melihat Henru. Jika dia memberitahu kekasihnya tentang Rafa entah apa yang akan terjadi tapi lebih baik dia tidak usah menceritakan kejadian tadi pada siapa-siapa.

"Aku sedang mencari Riska tapi belum juga ketemu" Kata Anna tersenyum manis.

"Riska? emangnya kemana dia? " tanya Henru.

"Alu juga tidak tau kemana dia" jawab Anna, tiba-tiba pikirannya langsung mengarah ke hal yang negatif. Jangan-jangan Riska melihatnya pergi sama Rafa lalu mengikutinya dan mendengar semuanya.

Anna mulai panik dan menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Henru mengerutkan alis. Buru-buru dia merogoh HPnya dan ingin menelpon Riska namun bersamaan pesan datang dari Riska. Dia dengan cepat melihat isi pesannya.

'Anna terimakasih karena sudah menjadi sahabat aku yang terbaik. Maaf ya, aku tidak bisa bersamamu di momen terakhir ini. Aku sedang terburu-buru untuk mengambil beasiswa ku di luar negri. Kau tidak perlu mencariku. kita pasti akan bertemu kembali suatu hari nanti'

Aku menyayangimu sahabatku Anna.

Anna menatap pesan itu dengan pandangan yang tak terbaca. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal tapi apa? Isi pesannya tidak menyiratkan jika Riska mengetahui semuanya. Tapi tetap aja hatinya merasa gelisah.

"Sayang pesan dari siapa? kok kamu bengong" Henru melirik hp kekasihnya dan melihat pesan dari Riska.

"Wah Riska dapat beasiswa luar negri. bukankah itu bagus, tapi kenapa kamu tidak ikut senang? kamu sedih ya karena di tinggal sahabatmu? tenang saja dia pasti kembali dan kalian akan bertemu lagi" kata Henru mengelus sayang rambut Anna.

" Tidak, aku ikut senang kok karena dia bisa mengejar impiannya. Aku juga akan bersabar menunggu agar bisa bertemu dengannya lagi" sahut Anna mencoba menepis pemikiran negatifnya, mungkin itu perasaannya saja.

Di sisi lain.

Rafa menatap datar lautan lepas dengan ombak besar. Saat ini dia melarikan diri ke pantai untuk menenangkan pikirannya. Hatinya belum menerima penolakan Anna, tapi tidak ada yang bisa di lakukan jika Anna tidak mau dengannya.

Dia masih ingat saat pertama kalinya dia bertemu dengan Anna. Waktu itu perjamuan makan malam keluarganya dan semua keluarga kaya di undang. Disana dia bertemu dengan Anna yang terlihat anggun mengenakan gaun panjang berwarna dark blue. Saat itulah dia terpana untuk pertama kalinya kepada seorang gadis.

Dia mencoba mencari tahu dan kebetulan sekolah mereka sama. Saat dia akan melakukan pendekatan, dia tidak menyangka ternyata dia sudah keduluan oleh sahabatnya.

Waktu itu dia sangat marah tapi tidak bisa melakukan apa-apa.Namun tidak menyerah sampai disitu saja, dia mencoba cara lain dengan memanfaatkan sahabat Anna, Riska yang mencintainya agar bisa lebih dekat dengan Anna. Namun itu hanya sia-sia karena Anna tidak membalas sedikitpun perasaannya.

Drt..

Lamunannya tersadar saat ada getaran pada HPnya. Dia mengambilnya lalu melihat siapa itu. Tatapannya semakin datar saat nama Riska mengiriminya pesan. Dengan malas dia membuka isi pesannya.

'Kita putus'

Dia tertegun melihat dua kata itu. Pikirannya tiba-tiba teralihkan dan menatap serius isi pesan itu. Dia tidak menyangka akan mendapat pesan seperti ini dari Riska.

Bukankah seharusnya dia senang karena tidak pelu repot mengakhiri hubungannya dengannya. Tapi kenapa perasaan aneh tiba-tiba menjalar di hatinya. seperti perasaan tidak rela, kenapa?...dia tidak memiliki perasaan apapun pada Riska tapi kenapa ada perasaan ini muncul di hatinya.

Memandang lurus ke depan sambil mengeratkan genggamannya pada  hp nya, pikirannya berkecamuk, perasaanya campur adur. Bukan karena Anna menolaknya, tapi Riska yang tiba-tiba minta putus.

Bab 2

Lima tahun kemudian.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Kini Rafa Zayano Faresta telah menjadi pewaris kekayaan keluarganya. Setelah lulus di Universitas Harvard dan menempuh pendidikan selama tiga tahun, dia mendapat gelar cumlaude dengan kejeniusannya.

Kemudian pulang dan menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO di Faresta Group, salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Satu tahun menjabat, Rafa mampu membawa perusahaan Faresta Group masuk dalam sepuluh besar jajaran perusahaan terbesar di dunia.

Tidak banyak hal yang berubah darinya, sifatnya masih tetap dingin dan datar. Fisiknya semakin gagah dan tampan. Membuatnya banyak digilai di kalangan wanita dan mereka berlomba-lomba ingin menjadi pacarnya.

Tapi Rafa belum ingin menempatkan hatinya kepada seorang wanita. Cinta ditolak lima tahun yang lalu membuatnya masih belum menerima kenyataan.

Selain itu..Riska juga tiba-tiba memutuskannya. Entah apa yang membuatnya mengakhiri hubungan kami hanya lewat pesan. Tapi ada yang janggal dengan hatinya.

Semenjak hari berakhirnya hubungan kami, dia tidak pernah melihat Riska lagi. Informasi yang dia dapatkan dari grup kelas, bahwa Riska sedang kuliah di luar negeri.

Tidak ada satupun yang tau jika kami putus, jadi mereka heboh bertanya padanya saat salah satu dari mereka tidak sengaja melihat Riska bersama pria lain dan mengiriminya ke grup.

Dia tidak menanggapi apa-apa, dia hanya dia sambil menatap kosong foto itu. Marah? mungkin. Namun dia mencoba menepisnya, tapi hatinya kecilnya menolak untuk mengabaikan semuanya.

Walaupun dia berpacaran dengan Riska hanya untuk kepentingan diri sendiri, tapi jujur dia nyaman jika bersamanya. Riska tidak seperti perempuan lain yang manja dan berisik, itulah mengapa dia tidak merasa risih saat bersamanya.

Jadi, melihat Riska bersama pria lain..rasanya seperti ada perasaan tidak suka.

"Tuan Rafa, rapat dengan dewan direksi akan segera di laksanakan dalam lima menit lagi"

Suara berat Ryan sekretarisnya, menyadarkannya dari lamunan masa lalunya.

"Hn.apakah semua sudah siap?" tanyanya datar.

"Sudah Tuan Rafa" jawab Ryan sopan.

Rafa bangun dari kursi kebanggaannya, merapikan jas mewahnya lalu berjalan dengan penuh kewibawaan menuju pintu di ikuti Ryan.

Dalam hati, dia berharap bisa dipertemukan kembali dengan Riska dan mencari tahu kenapa dia belum rela dengan keputusannya secara tiba-tiba itu.

...----------------...

Di sisi lain.

Di Bandara Internasional, Seorang wanita turun dari pesawat. Perawakan tinggi langsing dan kecantikannya membuatnya menjadi pusat perhatian.

Dialah Riska Shafira.

Mengenakan kulot cream yang dipadukan kemeja hitam yang lengannya sedikit digulung dan hig heels warna hitam, rambut panjang yang dibiarkan tergerai membuatnya tampil modis.

Dia berjalan keluar bandara sambil membawa kopernya. namun dia tidak sendirian, ada laki-laki tampan bernama Vero Alastar mengikutinya. Laki-laki itu adalah teman saat kuliahnya di luar negeri. Mereka mengambil jurusan yang sama yaitu kedokteran. Karena sama-sama berasal dari negara yang sama, membuat mereka akrab selama kuliah.

"Kita berpisah disini. Kita akan bertemu lagi besok di rumah sakit" Kata Riska menatap wajah laki-laki yang lebih tinggi darinya.

"Kau tidak ingin ku antar. Sebentar lagi supirku akan datang" tawar Vero.

"Tidak perlu, aku naik taksi aja." Tolak Riska halus sambil berjalan ke arah taksi yang sudah menunggunya.

Vero menghela nafas. Sejak berteman, Riska memang tidak pernah mau merepotkan orang lain. Dia kemudian membantu Riska mengangkat koper dan menaruhnya di bagasi.

"Aku duluan ya.. " ucap Riska tersenyum setelah masuk taksi.

"Hm, hati-hati.. " sahut Vero menatap kepergian Riska. Selang beberapa saat, mobil jemputannya datang. Dia masuk dan ikut meninggalkan area bandara.

Di perjalanan, Riska menatap jendela untuk memandang kota kelahirannya. Selama lima tahun terakhir, tidak ada yang berubah, semua tetap sama. Awalnya dia belum siap untuk kembali, namun pekerjaannya di tempatkan disini. Sebagai seorang calon dokter, dia harus dituntut harus tetap profesional. Mau tidak mau dia harus menerimanya.

Setelah lima tahun di luar negeri, banyak hal yang dia lewati. Mulai dari dirinya yang mencoba melupakan perasaannya yang sakit hati akibat cinta pertamanya.Semua terasa sulit, karena luka yang ditinggalkan terlalu dalam. Namun, dia berusaha bertahan dan seiring waktu berjalan, sedikit demi sedikit dia bisa melupakannya.

Selain itu, dia juga menghindari sahabatnya Anna. Mungkin Anna tidak bersalah tapi hatinya menolak untuk bertemu dengannya. Dia bahkan mengganti nomor telponnya agar tidak bisa dihubungi olehnya.

Tidak terasa melewati perjalanan dengan mengingat kembali masa lalu membuatnya tidak sadar jika dia sudah sampai di rumah sederhananya. Jika tidak mendengar suara supir yang menegurnya, mungkin dia masih tenggelam dalam lamunannya.

Setelah membayar taksi lalu turun, Dia disambut oleh kedua orang tuanya di depan pintu. Sontak senyum merekah lebar di bibirnya. Rasa bahagia dan rindu bercampur menjadi satu. Dia berlari ke arah kedua orang tuanya lalu memeluk mereka erat.

"Ayah..Ibu.. Riska pulang.Aku sangat merindukan kalian berdua." kata Riska dengan mata berkaca-kaca.

"Selamat datang kembali anakku.. Kami juga sangat merindukanmu " Kata ibu Riska dengan halus dan lemah lembut. Dia mengelus rambut Riska yang ada didekapannya.

"Ya nak setiap hari kami rindu padamu. dan kami juga bangga padamu" sambung Ayah Riska tak kalah bahagia.

Riska melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya yang jatuh. Lalu menatap kedua orang tuanya.

"Ini juga berkat doa dan dukungan kalian" kata Riska. Dalam hati dia juga sangat bangga karena bisa memberikan yang terbaik untuk orang tuanya.

"Kalian berdua tetap sehat kan? " tanya Riska pada mereka.

Mereka berdua tersenyum. lalu sang ayah menjawab " Kami selalu sehat nak."

Mendengar jawaban Ayahnya, Riska merasa lega dan ikut tersenyum.

"Ya udah ayo masuk.. Ibu dan Ayah sudah menyiapkan makanan kesukaanmu. Kau pasti lapar setelah perjalanan jauh" Ajak Ibu Riska dengan menggandeng tangan putrinya untuk masuk kedalam.

Sedangkan sang ayah membawa barang Riska lalu ikut masuk.

"Wah perutku semakin lapar melihat semua ini" kata Riska dengan mata berbinar-binar menatap banyak makanan kesukaannya tersaji di meja makan. Dia kemudian dengan bersemangat duduk di kursi lalu menyendok nasi dengan buru-buru.

Orang tua Riska hanya bisa tersenyum melihat tingkah putrinya yang tidak berubah. Padahal sudah dewasa tapi tetap saja bersikap seperti anak-anak.

"Oh ya, Riska juga punya banyak oleh-oleh untuk kalian berdua" kata Riska sebelum menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Terimakasih nak, sekarang makanlah yang banyak" sahut Ibu Riska.

Riska mengangguk dan menyantap makanannya dengan lahap.

Setelah makan dan berbincang untuk melepas kerinduan dengan orang tuanya. Riska pergi ke kamarnya yang tidak berubah sedikitpun sebelum kepergiannya keluar negeri.

Dia berjalan ke ranjang dan merebahkan tubuhnya. mulai hari ini perjalanan hidup yang baru akan dimulai dari sekarang . Mungkin sudah saatnya dia melupakan masa lalunya dan bergerak maju kedepannya.

Bab 3

Pagi menjelang, Riska bangun dengan penuh semangat untuk bekerja di tempat barunya. Setelah siap, dia berangkat dan pamit kepada orang tuanya.

Mobil taksi yang ditumpangi Riska melaju dengan kecepatan rata-rata, lalu berhenti saat sebuah gedung rumah sakit terbesar di kota itu menjadi tujuan Riska.

Riska turun dari mobil, kemudian menengadahkan kepalanya melihat gedung rumah sakit yang bertuliskan Rumah Sakit Medical Center. Dia melangkahkan kakinya dengan anggun dan senyum menawan terbit di bibir meronanya.

Perhatian orang-orang di sana perlahan-lahan mulai teralihkan dengan kedatangan Riska. Untuk sesaat mereka terpukau dengan kecantikan Riska. Perawakan tinggi putih langsing membuatnya seperti seorang artis. Belum lagi langkah yang anggun dan senyum menawan membuat penampilannya sempurna.

Riska berjalan ke meja resepsionis lalu bertanya kepada dua wanita yang juga sedang menatapnya.

"Permisi, ruang direktur ada dimana ya? "

Dua wanita itu tersadar saat Riska ada didepannya dan bertanya kepada mereka.

"Oh itu..sebelumnya anda siapa ya? ada keperluan anda mencari ruangan direktur? " tanya salah satu wanita itu.

"Saya adalah Riska Shafira, Dokter baru di rumah sakit ini" jawab Riska tidak melunturkan senyuman di wajahnya.

Sontak keduanya terkejut mengetahui siapa nama wanita cantik di depannya.

"Ternyata anda adalah Dokter Riska!! Mari saya antar, Anda sudah di tunggu oleh pak direktur di ruangannya" seru wanita satunya, lalu bergegas menuntun Riska ke ruangan direktur.

Riska berjalan mengikuti wanita yang akan membawanya ke ruangan direktur.

"Dokter Riska ini ruangannya. silahkan anda masuk saja" kata wanita tadi dengan sopan.

"Terimakasih ya. Maaf merepotkan mu" balas Riska tak kalah sopan.

"Ah sama-sama Dok. Anda tidak perlu sungkan, Ini sudah menjadi tugas saya" kata Wanita itu dengan cepat.

"Kalau begitu saya permisi dulu Dok" pamit wanita lalu pergi darisana.

Riska mengetuk pintu ruangan di depannya dan mendengar balasan dari dalam untuk menyuruhnya masuk. Dia masuk ke dalam dan melihat sudah ada Vero dan ada wanita cantik di sampingnya. Lalu mengalihkan pandangannya kearah pria yang sudah berumur yang kemungkinan adalah direktur rumah sakit ini.

"Selamat Pagi Pak, Perkenalkan saya adalah Riska Shafira" kata Riska memperkenalkan diri dengan sopan.

"Selamat pagi juga Riska, Ayo duduk dulu" kata Pria paruh baya itu, mempersilahkan Riska duduk.

Riska kemudian duduk di depak direktur dan di samping kanan Vero.

"Perkenalkan saya adalah Haris Alastar, Dokter sekaligus Direktur di rumah sakit ini" Pria paruh baya itu balik memperkenalkan diri pada Riska.

"Alastar? " tanya Riska melirik Vero yang di sampingnya dengan curiga.

"Dia adalah ayahku" sahut Vero terlihat biasa saja.

"Kau tidak cerita jika ayahmu direktur di rumah sakit ini" seru Riska tidak terima. Dia sudah berteman dengan Vero selama lima tahun terakhir, tapi dia baru tau jika ayahnya Vero adalah seorang direktur.

"Kau tidak bertanya, jadi aku tidak perlu cerita kan? " timbal Vero dengan nada menyebalkan menurut Riska.

"Tidak harus bertanya. Kau kan bisa memberitahuku supaya tidak terlihat memalukan seperti ini" Riska memutar mata jengkel merasa kesal dengan tingkah menyebalkan temannya.

Vero hanya terkekeh geli merasa senang menjahili Riska. Sedangkan wanita di samping kirinya hanya diam melihat kedekatan mereka.

"Vero kau harusnya memberitahu Riska tentang ini. Kasian dia, terlihat kaget saat mendengarnya" tegur Ayahnya Vero, mencoba menjadi penengah.

"Iya iya ini salah ku. maaf ya Dokter Riska" kata Vero menyatukan kedua telapak tangannya jadi satu lalu memohon pada Riska seperti anak kecil.

Riska hanya mendengus pelan, Vero memang meminta maaf padanya tapi dia pasti sudah merasa puas mempermainkannya, lalu dia menjawab dengan singkat.

"Hm.."

Vero hanya menyengir saat mendapat maaf dari Riska walaupun tidak terdengar tulus.

"Saya sudah mendengar performa kalian selama kuliah dan magang di rumah sakit luar negeri. Saya sangat bangga kalian berdua mau bergabung di rumah sakit ini untuk membantu para dokter lain. Saya harap kalian bisa nyaman berada di rumah sakit ini dan bertanggung jawab dalam membantu pasien" kata Ayah Vero terdengar serius layaknya seorang atasan.

"Baik Pak" sahut Riska dan Vero bersamaan.

"Ruangan dan pakaian kalian sudah di sediakan, jadi kalian bisa mulai kerja hari ini. Oh ya.. saya lupa memperkenalkan padamu Riska. Dia adalah Adisty, teman masa kecil Vero" Ayah Vero menunjuk wanita yang duduk disamping kiri Vero yang dari tadi hanya diam.

"Hai perkenalkan saya Riska Shafira" kata Riska ramah dan mengulurkan tangannya di depan tubuh Vero.

"Halo..saya Adisty Stevania" Adisty menjabat uluran tangan Riska sebentar dan langsung melepasnya.

"Adisty kau yang akan mengantar mereka ke ruangannya. jadi paman minta tolong padamu" kata Ayah Vero sambil menatap Adisty.

"Baik paman" sahut Adisty.

"Mari saya tunjukkan kepada kalian ruangannya" Sambung Adisty.

"Kami pergi dulu pak" kata Riska sebelum pergi dan mendapat anggukan dari Ayah Vero.

Riska dan Vero mengikuti Adisty.

"Vero bagaimana dengan Inggris? " tanya Adisty menerobos masuk di antara Riska dan Vero. Riska yang tadinya berada di sebelah kanan Vero langsung berada di sebelah Adisty.

"Bagus" jawab Vero seadanya. Dia agak risih dengan Adisty yang tiba-tiba menempel padanya.

"Wah..pasti menyenangkan disana!!" kata Adisty dengan antusias.

"Coba saja ayah mengizinkan aku pergi denganmu waktu itu. kita bisa kuliah ditempat yang sama" Sambung Adisty merubah mimiknya jadi sedih.

"Tidak apa-apa. Paman hanya tidak ingin berpisah denganmu makanya tidak memberi izin untukmu. Lagipula dimanapun kita kuliah sama saja" Kata Vero mencoba menjaga jarak karena Adisty terlalu dekat dengannya.

"Kau benar" timbal Adisty kembali senang dan semakin menempel pada Vero.

Sepertinya Adisty sengaja memperlihatkan kedekatannya dengan Vero di hadapan Riska. Sedangkan Riska hanya diam menyimak tanpa merasa ingin ikut nimbrung.

"Adisty dimana ruangannya? apa masih jauh? " tanya Vero tidak sabaran karena merasa jengkel dengan Adisty yang tidak mau jauh darinya.

"Ah sudah sampai kok. Nah itu dia" tunjuk Adisty pada ruangan di depannya.

"Nah ini ruangan mu Vero lalu disebelahnya milik dokter Riska" kata Adisty, Dia bahkan tidak menoleh pada Riska saat menyebut namanya.

"Mm terimakasih Dokter Adisty" kata Riska sopan tapi tidak mendapat respon dari orangnya. Malahan dia sibuk menempeli Vero.

"Oh ya Vero gimana kita pergi merayakan kepulanganmu nanti malam" Ujar Adisty bersemangat.

Vero menatap Adisty di sampingnya.

"Maaf ya Adisty. Malam ini aku akan pergi dengan Riska. Mungkin lain kali ya" kata Vero menolak secara halus.

Riska memelototi Vero yang membawa-bawa namanya, padahal kapan dia ada janji dengannya. Saat dia ingin menampiknya, Vero mengkode dirinya agar mau berkerjasama dengannya. Jadi dia mengurungkan niatnya dan hanya diam saja.

"Yah apa tidak bisa sekarang aja" kata Adisty dengan muka cemberut.

"Lain kali saja ya. Lebih baik kau kembali ke ruangan mu, ini masih jam kerja. bagaimana jika ada pasien mencarimu" sahut Vero.

"Huhh.. Ya udah. Tapi kau janji ya" Adisty menatap Vero dengan pandangan berharap.

"Iya janji" balas Vero sambil tersenyum paksa.

"Ya udah aku pergi dulu ya. Semangat kerja" seru Adisty lalu pergi darisana tanpa menganggap keberadaan Riska.

Vero menghela nafas, akhirnya bisa terlepas juga.

"Kau!! ngapain bawa-bawa namaku!! Kita mana ada janji" kata Riska garang.

"Hehe.. tidak usah marah. nanti aku traktir karena sudah membantuku" Vero tersenyum cengengesan pada Riska.

"Awas saja kalo bohong" ucap Riska tiba-tiba berubah. Jika mendengar kata traktiran dia memang paling cepat.

"Kau tenang saja Dokter Riska nanti setelah pulang kerja kita pergi" janji Vero.

"Hm.. Ya sudah aku masuk dulu. Aku mau lihat ruanganku" Riska berbalik dan berjalan ke ruangannya yang cuma beberapa langkah di samping ruangan Vero.

Vero pun ikut masuk dan mengecek ruangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!