NovelToon NovelToon

Main Character

Prolog

"Semua orang memiliki kisahnya sendiri dengan Dia yang menjadi tokoh utamanya. Kita adalah tokoh utama dalam cerita kita. Namun, Kita juga adalah tokoh tambahan atau bahkan antagonis dalam cerita orang lain."

Benarkah begitu? Sejujurnya Aku tidak yakin dengan semua ungkapan itu. Bagaimana Aku mencari-cari dimana pena dan buku milikku?

Kenyataannya Aku merasa hanya menjadi tokoh tambahan dalam cerita orang lain yang selalu melihat cerita dan perkembangan mereka.

Bahkan dari kejauhan Aku selalu memerhatikan setiap kisah dan cerita mereka. Mendengarkan dialog mereka, bahkan ikut mengembangkan cerita dan konflik mereka.

Aku tidak merasa dunia ini tidak adil untukku. Tidak pernah! Walaupun sebenarnya tidak begitu yakin dengan hal itu.

Menurutku Aku hanya perlu menjalankan peran sesuai porsi ku sendiri. Bukankah itu cerita yang Aku buat?

Amaline Dwi Cahya Putri

...----------------...

Terlalu gegabah jika cerita seorang figuran ini ditulis dari awal. Hanya akan menjadi dongeng lucu bagi para pendengar.

Figuran?

"Benarkah Aku ini hanya tokoh tambahan dalam cerita orang lain? Memang benar! Bahkan tidak ada orang-orang spesial atau pun antagonis dalam hidupku. Ambisi? Aku rasa juga tidak memilikinya."

"Mungkin itu dahulu, dan Aku sudah kehilangan plot serta alur itu bahkan sebelum berkembang. Aku benar-benar melupakan atau mungkin Aku hanya sengaja melupakannya?"

"Penyelesaian terbesar dalam hidupku adalah memberikan peran yang penting kepadamu. Tidak! Itu murni memang kesalahanku. Bagaimana Aku yang tidak layak dengan pena usang ini memilihmu sebagai tokoh penting untuk Alur ini. Ternyata Aku yang percaya diri ini hanya menjadi penghalang dalam cerita yang hendak kamu kembangkan dengan orang lain"

"Tetapi Aku masih sangat berterima kasih, atas pemberian peran lucu ini. Bagaimana engkau menulis namaku dengan peran yang bagus dan cocok dalam mengembangkan cerita buatanmu. "Gadis yang bodoh" memanglah Aku seribu kali pantas dengan sebutan ini. Pastilah orang-orang tertawa bahagia saat mendengar part milikku ini."

"Kecerobohan, percaya diri, ambisi, cinta dan rasa sakit."

"Terimakasih, Aditya Baladewa Putra."

Amaline Dwi Cahya Putri, 3 April 2022.

"Di gedung Universitas yang megah ini. Kenapa bahkan hidupku terlalu kosong untuk dijalani? Apa yang telah Aku kejar selama ini. Keinginan kecil yang kurajut dengan paksa. Itu hanyalah sebuah kebahagiaan yang merupakan sebuah anugerah dan sekarang menjadi tanggung jawab yang teramat besar."

"Tuhan! Kali ini Aku bahkan merasa hanya menjadi gambaran manusia yang berlalu-lalang didalam jalan mereka! Yang bahkan tidak seorang pun melihat wajahku untuk sesaat!"

"Itu adalah cerita sebelum Aku mengenal seseorang seperti dirimu. Aku yang biasanya memberikan energi kepada orang lain. Dihadapanmu? Energi terus mengalir hingga ke urat nadiku."

"Setiap detik kata yang keluar dari mulutmu! Membuat ku yakin bahwa Aku dengan ceritaku ini Istimewa!"

"Walaupun begitu? Bolehkah Aku izin untuk menulis namamu dalam cerita kecil ku ini?"

"Dewandra Abimanyu Wangsa"

Amaline Dwi Cahya Putri,12 Februari 2022.

"Amaline, sebelum bertemu denganmu. Aku tidak pernah melihat orang yang sanggup melihat orang lain dengan tatapan lurus seperti itu. Tidak rendah dan tidak juga tinggi. Namun, Lihatlah lagi kedalam dirimu sendiri. Tanpa sadar orang-orang menjadi 'orang pertama serba tahu' dengan namamu yang begitu indah diceritakan dengan kata ganti 'Dia' sebagai tokoh utamanya. Amaline, namamu sangat indah di benak setiap orang yang menjadikanmu panutan dengan segudang kekaguman."

"Kamu gadis yang hebat dan kuat"

Dewandra Abimanyu Wangsa, 12 Februari 2022.

1. Alur Mundur

"Lin!! Kamu sudah lihat kelas sebelah belum sih?!"

Amaline yang sedang memegang keranjang sampah itu pun terkejut mendengar Diana berteriak. Siapa yang tidak terkejut, padahal masih istirahat pertama setalah upacara hari Senin. Hari menyebalkan dengan nasib buruk Amaline harus piket bersama satu manusia tidak tahu diri ini.

"Kamu balikin pel kekelas sebelah Aku harus lihat gitu? Yaelah Din, Kamu kocak banget sumpah" ucap Amaline dengan raut mengejek Senari mengembalikan keranjang sampah tepat di pojok kelas.

Satu rahasia umum yang belum diketahui Amaline hari ini. Padahal dari semua jurusan IPA, IPS, dan Bahasa semua sudah mendengar kabar besar dan dibuat heboh dengan hal ini.

Apalagi jika bukan seorang manusia yang biasa mereka sebut dengan cogan?

"Ayo!!" Diana menarik lengan Amaline dan menyeretnya keluar.

Amaline yang tidak tahu akan hal apapun hari hanya bisa diam dan mengikutinya keluar.

Lin sudah biasa dengan Diana. Mereka selalu keluar dan tertawa bersama hingga seluruh angkatan dapat mendengar hebohnya suara mereka disepanjang jalan.

Apa yang memisahkan mereka? Bahkan mereka beruntung mendapatkan kelas peminatan yang sama saat kenaikan kelas dua. Mungkin hanya nilai dan rumah saja yang dapat memisahkan mereka.

Tapi entah mengapa hari ini, hari yang dapat membuat semua orang ikut penasaran hanya dengan melihat gestur orang lain. Menyatukan semua orang dengan trending topik utama. Tidak menggoyahkan perasaan Amaline sedikitpun.

Bahkan ketika sahabat nya sendiri pun yang menunjukkannya, Amaline terlihat tidak tertarik sedikitpun untuknya.

"Mengapa biasanya hal yang selalu kita bagi. Kali ini Aku tidak tertarik sama sekali?" itulah yang dirasakan Amaline sekarang.

Kelas MIPA 2 menuju MIPA 1 hanyalah sebatas tembok pemisah saja. Namun, ini terasa menyusuri ruang dan waktu menuju masa lalu yang sangat jauh dan tidak ingin Dia lewati. Perasaan lelah dan bosan menyelimuti pikiran Amaline dengan sendirinya.

"Lihatlah!" ucap Diana menunjuk seorang siswa baru yang duduk di bangku paling depan kelas itu.

Kulitnya putih dan bersih. Porsi tulang dan ototnya juga terlihat seimbang dan pas. Matanya bening dan bibirnya tipis manis. Sangat tinggi, mungkin saat berdiri itu bisa sampai 176 cm atau mungkin lebih.

Dan jika dilihat lagi, sepertinya Dia putra keluarga berada dengan kualitas didik yang bagus.

Harus diakui, sekolah pelosok yang rata-rata isinya penuh dengan anak-anak badung. Yang jika dilihat dari dalam seperti macan yang baru saja keluar dari kandangnya.

Jika ditanya, tentu sangat kekurangan pria tampan beradab seperti ini. Jika ada, itu adalah mereka yang hanya bisa membual dengan kata-kata basi yang keluar dari mulut busuknya.

Biasanya disebut buaya kan? Amaline sendiri sudah muak dengan dialog mereka sehari-hari yang tidak pernah mengalami perkembangan.

Senyum dan cara bicaranya, seolah tahu bahwa orang-orang disekitarnya sangat tertarik dan kagum akan apa yang ada pada dirinya.

Namun, hal lain membuat pikiran Amaline terlihat penuh. Dia terdiam dan menunduk tidak berani menatapnya dengan sangat lama. Tidak! Sedetik pun Amaline tidak berani. Bukan tidak berani, ataukah Amaline malu menghadapi dirinya sendiri? Seperti nya Amaline kesal dan lelah dengan dirinya sendiri saat ini.

"Lin! Kamu kenapa? Kamu kenal?" Dinda khawatir melihat reaksi Amaline. Sekarang gadis polos itu khawatir jika karenanya sekarang Amaline menjadi sedih. Walaupun tidak tahu dan tidak membicarakannya. Bukankah teman akan seperti ini?

"Nggak Din, Aku kayaknya cuma capek deh hari ini" jawab Amaline menenangkan temannya yang terlihat merasa bersalah itu.

"Beneran?" Tanya Dinda kembali.

"Kamu kebagian tugas piket terlalu banyak ya? Maaf banget gara-gara Aku heboh sendiri" lanjut Dinda yang begitu telat menyadari kesalahannya selama ini.

"Nggak Din, beneran lagi males aja" jawab Amaline tersenyum lebar seperti biasanya. Benar-benar lonjakan energi dan ekspresi yang dapat mengubah emosi orang-orang yang melihatnya. Dan lalu seketika percaya dengan apapun bahwa masalah ataupun hal-hal lain itu tidaklah penting.

"SMA itu kan bagus, kenapa Kamu pindah?" ucap satu orang dalam gerombolan kecil yang berisi empat orang itu keluar.

"Aku hanya mengikuti perintah ayah dan keluarga ku" ucap pria yang saat ini menjadi sorotan satu sekolah menuju keluar.

"Ah Dia!!" Dinda berbalik dan mengikuti langkah mereka untuk mendapatkan wajah itu.

Amaline yang melihat sedari tiba-tiba saja terus menatapnya dengan tatapan kosong setelah melihat sikapnya.

Mereka berdua sangat paham akan kehadiran satu sama lain. Tidak ada yang tahu bahwa adalah orang yang tidak asing yang sama-sama mengasingkan.

Dia menatap Amaline sekolah lalu membuangnya dan acuh begitu saja. Dengan senyum tipis disudut bibirnya seolah sedang menunjukkan harganya didepan Amaline.

Amaline tentu sadar akan hal itu. Terus saja melihat dan menilai nya dengan jelas.

"Apa tatapan sombong itu? Aku bahkan tidak tertarik padamu!" umpat Amaline dalam hati.

"Hei! Kamu bilang rumahmu dekat SMP harapan bangsa?" jawab laki-laki disebelahnya.

"Amaline! Bukankah Kamu dari daerah sana juga? Kamu bahkan alumni sekolah itu. Hei! Kenapa kalian tidak saling menyapa" lanjut pria itu membuat Amaline geram ingin menyutup mulut itu rapat-rapat.

Padahal suasana asing tadi sudah sangat damai dan sesuai yang diharapkan Amaline. Tapi, orang ini merusak suasana dan mengacaukannya begitu saja.

"Lin, Kamu kok nggak bilang dari tadi sih? " Dinda terheran-heran bagaimana temannya yang seperti Amaline ini bisa mendapatkan kenalan pria sesempurna yang dihadapannya saat ini.

"Mungkin, siapa namamu? sudah lama sepertinya Aku benar-benar melupakanmu" entah mengapa Amaline melihatnya seperti sedang bersandiwara untuk menjatuhkan harga dirinya.

"Amel? Iya bukan?" Lanjutnya tanpa menunjukkan rasa menyesal sedikit pun atas Kenyataan bahwa Dia telah melupakan nama dari orang yang dikenalnya ini.

"Eh! Panggilannya Amel? Haha terlalu lucu nggak sih? Panggilan Lin aja terlalu bagus tuh" tiba-tiba saja ketiga orang didepan mereka memekik dan tertawa kencang. Yang tidak diduga, Dia anak baru ini ikut tersenyum sedikit sambil melirik Amaline.

Dinda yang melihat reaksi keduanya merasa tidak enak dengan atmosfer sekitarnya.

"Ayo Lin Pak Gatot udah masuk kelas" ucap Dinda dengan menarik lengan Amaline mengajaknya pergi.

"Apakah si Gal! Dasar Galang galon!" jawab Amaline memukul punggung Galang karena kesal .

"Ih! Sakit tau Lin!" pria yang tinggi dengan tubuh sedikit besar itupun diam dari tawanya ketakutan melihat Amaline yang masih mengancam mereka dengan tatapan itu.

Sudah biasa bagi mereka, yah memanglah mereka satu ekstrakurikuler Yang sama jadi sangat kenal dan akrab. Namun hal berbeda terlihat dari wajah anak baru ini.

Senyumnya masih belum padam dan semakin menjadi. Seolah tidak suka dan jijik pada cara Amaline berinteraksi dengan teman-teman barunya itu.

Terus melirik dan menatap Amaline yang sudah mulai abai dan membalikkan badan dari wajahnya.

Entah apa perasaan yang saat ini berkobar dalam hati pria muda ini. Seperti perasaan tidak puas dan kurang.

"Apa Aku salah? Tidak bisakah Kamu bersikap biasa saja seperti sebelum semua ini terjadi?" Amaline tidak bisa berbohong kepada dirinya sendiri. Kenyataan bahwa Dia sedih atas dirinya sendiri. Kesalahannya dimasa lalu bahkan bisa membuat orang yang dikenalnya berusah padanya.

"Bukankah Aku sangat menyedihkan menurutmu Ditya?"

2. Ambisi, dan Tujuan

"Cinta adalah awal dari segalanya. Namun, cinta juga adalah awal dari penyesalan."

Begitu indah para sastrawan mengumandangkan cinta dalam setiap bait karya yang ditulisnya. Memang lah benar rasanya seindah itu. Sangat indah hingga bisa menghancurkan benteng yang membelenggunya.

"Kita tidak bisa hidup tanpa cinta?"

Benarkah ada cinta yang nyata didunia ini? Untuk seseorang yang kita selalu duduk ditaman sendirian. Bagaimana Dia melakukannya sendirian selama ini? Apakah Untuk seseorang yang Dia cintai? Atau adakah satu hal didunia ini yang membuatnya merasa dicintai.

Dunia ini selalu menghakimi manusia lain dengan berbagai ekspresi.

Mereka yang selalu diam akan selalu tidak dianggap dan diwaspadai. Seakan mereka adalah malam yang tidak diinginkan bagi seseorang yang kesepian. Padahal Ia hanyalah malam yang menjadi tempat ternyaman setelah lelah bergulat dengan dunia yang penuh fatamorgana.

Lalu, bagaimana denga mereka yang suaranya mampu memenuhi kekosongan di siang hari? Membuat dunia ini terasa lebih hangat atas kehadirannya. Nyatanya merekalah yang selalu disalahkan oleh gema balik dari suara itu sendiri.

Lalu dengan cinta dan ambisi. Dua hal berbeda dan sangat serasi seperti oksigen dengan kobaran api.

Tuhan memang maha hebat, dengan drama dunia fantastis yang diciptakan-Nya. Ia tidak pernah lupa untuk memberikan manusia hati dan sebilah kekuatan untuk menghadapi dunia ini seorang diri.

Dengan ambisi dan tujuan, itulah dua hal yang selalu diiringi oleh cinta.

Cinta bukan hanya tentang sepasang kekasih dengan mawar ataupun coklat.

Dimana hatimu merasa berkobar dan berambisi untuk melindungi, menggapai, ataupun menjaganya tetap abadi. Bukankah itu yang dinamakan cinta sejati?

Lalu, apakah jika cinta itu musnah maka kita akan kehilangan ambisi pada dunia ini? Apakah ini yang mendasari puluhan nyawa diterkam oleh gelapnya malam dibalik riuknya dunia?

Jika boleh bertanya, Kita yang masih tetap berjalan walaupun tanpa tujuan sekarang ini? Apakah ambisi kalian? Adakah cinta yang dibilang itu dalam jiwa kalian? Apa yang membuat mu tetap setia tanpa berkhianat kepada dunia?

"Aku hidup untuk memberikan cintaku kepada orang lain."

Amaline Dwi Cahya Putri.

Gadis berusia 17 tahun itu benar-benar merasa hidup penuh dengan cinta. Dan baginya hidup adalah anugerah terindah yang ia punya saat ini.

Bagaimana Dia selalu tersenyum bahkan dengan siapapun tanpa masalah yang memacunya. Bagaimana bisa masalah mendekatinya. Pada akhirnya orang-orang yang membencinya tidak akan ada cela untuk menikam ataupun memusuhinya. Karena yang Ia punya hanyalah senyuman. Tidak ada hal berharga yang dapat direnggut oleh siapapun dan membuatnya menangis.

"Keluargaku adalah alasanku hidup. Temanku adalah alasanku untuk tetap tersenyum. Dan diriku sendiri adalah alasan untukku bertahan. Hanya untuk anugerah terbaik dari Tuhan untuk dapat dipertahankan."

Terkadang jiwa kita akan bersemangat hanya dengan melihat ataupun mendengarkan cerita orang lain. Mengenal banyak manusia juga adalah hadiah dan pengalaman berharga. Semua skenario Tuhan tidak pernah gagal dalam setiap aspek yang menghidupinya. Bahkan, air yang jatuh ke tanah pun tidaklah tanpa perintah dan sebab.

"Kamu akan baik-baik saja!" Seringlah mendengar kata-kata tersebut?

Benar, orang yang mengatakan tersebut adalah orang yang sama membutuhkannya dan berulang kali mengingatkan kepada dirinya sendiri untuk tetap yakin padanya sendiri.

Mereka melakukan hal tersebut bukan karena hal lain melainkan mereka tahu mereka bisa berdiri dengan kedua kakinya sendiri karena memiliki kekuatan. Dan sisa kekuatan itu, mereka merasa memiliki kekuatan untuk membantu orang-orang yang tidak beruntung mendapatkan sebanyak Dia.

Gadis yang berusaha melihat semua orang dari sisi terbaiknya. Yang tidak akan peduli dengan sudut pandang orang lain sebelum Dia datang sendiri untuk menilai dan melihatnya. Bahkan setelah itu pun. Dia tetap akan memilih untuk melihat lebih dalam hal-hal tersembunyi yang menurut nya pantas untuk hormati.

Dengan usahanya Dia selalu menyebarkan energi positif kepada setiap orang yang dilaluinya. Masih dalam batasan perilaku dan norma. Begitulah didikan yang ditanamkan setiap orang tua kepada anaknya.

"Bebas dan berekspresi, namun tetap terkendali dengan batasan yang ada"

Jika hendak menyerah, masa lalunya selalu mengingatkan akan pahitnya dunia yang akan datang. Akan dirinya dahulu yang mampu mempertahankan posisinya hingga sekarang. Untuk terus memercayai dirinya sendiri berulang kali dan tidak menghianatinya. Dengan mimpi-mimpi kecil, yang tidak tahu apa Dia akan mencapainya.

Melihat cerita manis dikebanyakan orang. Tentu hal-hal itu membuatnya tersenyum setiap hari.

Saat Amaline berjalan sendiri ke minimarket. Selalu ditemui keluarga kecil dengan kebahagiaan mereka yang terus berjalan tanpa menua.

Sepasang kekasih dengan gejolak cinta yang membara. Dengan komitmen dan keyakinan bahkan tanpa bersuara mereka akan terhubung satu sama lain.

Mereka yang selalu sendiri dan termenung dalam dunianya. Begitu kuat tetap berdiri Sekokoh itu hingga hari ini.

Bahkan mereka yang sedang tenggelam dalam fatamorgana dunia. Setidaknya, mereka tahu hal apa yang membuatnya bahagia tanpa harus mengemis.

Namun, dengan dirinya sendiri yang seperti ini. Entah mengapa terkadang terbesit dalam hatinya sebuah keinginan yang tidak pernah tersampaikan. Hati kecil yang berwarna itu, siapa sangka jika didalamnya terdapat sisi kosong yang hampa tanpa penerang. Bahwa wajah bahagianya hanyalah ilusi dan pembohongan atas pikiran yang diciptakan oleh logikanya tanpa didasari suara hatinya sendiri.

Bahwa gadis ini butuh pelukan lebih. Lebih dalam dan ingin bercerita, bagaimana hebat dan beruntungnya Dia hidup dan terus bahagia. Bahwa Dia kesepian dan tidak bisa mengatakannya kepada siapapun.

Setiap malam dengan buku yang penuh dengan angka dan aksara. Dia selalu acuh kepada dirinya sendiri untuk jujur pada setiap carik kertas kosong beserta goresan tintanya.

"Saat ini Aku hanya ingin melakukan apa yang harus Aku lakukan dahulu." Itulah kebodohan yang terus dikatakannya. Mungkin bukan kebodohan, namun rasa was-was dan hati-hati atas tindakan yang mengingatkan akan kecerobohan dimasa lalu. Apakah gadis ini membuang ego dan ambisinya pada dunianya sendiri?

Trauma, dan hilang rasa percaya. Kenyataannya gadis yang penuh kepercayaan diri dimata semua orang tersebut. Hanyalah seorang manusia yang sudah kehilangan fondasi kepercayaan tersebut. Hanya tersisa dirinya sendiri yang dapat Ia percaya saat ini. Dan takdir Tuhan, menurutnya begitu indah untuk dinantikan.

"Keajaiban tidak akan datang dengan sendirinya. Berusaha walaupun tanpa tujuan yang jelas. Aku yakin, Tuhan sendiri akan meyakinkan ku jikalau hatiku sendiri mampu ikhlas melakukan tugasku. Diriku tidak bersalah, hanya keadaan yang bentrok dengan logikaku membuatku egois pada diriku sendiri."

"Aku sedang mencari sisi diriku yang hilang. Jika Aku tidak dapat menemukannya sendiri. Aku yakin suatu hari nanti akan ada seseorang yang menuntunku kejalan yang benar dan membantuku menemukannya. Dan untuk itu, Aku hanya perlu mengelilingi diriku sendiri dengan orang-orang yang baik. Karena jika ayah bilang, jika ada yang berkata dunia ini penuh orang jahat itu adalah kesalahan besar. Karena, dunia tidak akan pernah kekurangan orang baik."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!